Diterbitkan oleh STIKES Hang Tuah Surabaya bekerjasama dengan Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI) Propinsi Jawa Timur dan Asosiasi Institusi Pendidikan
Tinggi Tenaga Kesehatan (AIPTINAKES) wilayah Jawa Timur.
Pelindung
dr. H. Moch. Djumhana, Sp.M
Penanggung Jawab
Ns. Nuh Huda, M.Kep, Sp.KMB
Pemimpin Redaksi
Meiana Harfika, S.KM
Sekretaris
Taufan Agung Prasetya, S.Sos
Bendahara
Nenny Andriani, SE
Anggota Redaksi
Ns. Setiadi, M.Kep
Ns. Diyah Arini, M.Kes
Ns. Dhian Satya Rahmawati, M.Kep
Ns. Diyah Sustrami, M.Kes
Lela Nurlela, S.Kp
Promosi dan Distribusi
Ns. Christina Yuliastuti, S.Kep
Ns. Antonius Catur Sukmono, S.Kep
Ns. Ninik Ambar Sari, S.Kep
Jadual Penerbitan
Terbit tiga kali dalam setahun
Penyerahan Naskah
Naskah merupakan hasil penelitian dan kajian pustaka Ilmu Keperawatan yang belum
pernah dipublikasikan/diterbitkan paling lama 5 (lima) tahun terakhir. Naskah dapat
dikirim melalui e-mail atau diserahkan langsung ke Redaksi dalam bentuk rekaman
Compact Disk (CD) dan print-out 2 eksemplar, ditulis dalam MS Word atau dengan
program pengolahan data yang kompatibel. Gambar, ilustrasi, dan foto dimasukan
dalam file naskah.
Penerbitan Naskah
Naskah yang layak terbit ditentukan oleh Dewan Redaksi setelah mendapat
rekomendasi dari Mitra Bestari. Perbaikan naskah menjadi tanggung jawab penulis dan
naskah yang tidak layak diterbitkan akan dikembalikan kepada penulis
Alamat Redaksi
STIKES Hang Tuah Surabaya
d/a Rumkital Dr. Ramelan Surabaya Jl. Gadung No. 1 Surabaya
Telp. (031) 8411721, 8404248, 8404248, Fax (031) 8411721
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Jurnal Ilmiah
Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya yang memuat hasil penelitian-penelitian
dalam bidang keperawatan telah selesai di cetak.
Dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan berkembang dengan sangat cepat.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi khususnya dalam bidang keperawatan
sangat di tentukan oleh hasil kajian dan penelitian secara ilmiah. Penelitian dalam
bidang keperawatan yang dilakukan dengan baik, cermat dan akurat dimana kemudian
hasilnya disusun dengan sistematika yang benar dan disebarluaskan tentunya menjadi
stimulus terhadap perkembangan ilmu keperawatan itu sendiri.
Bertolak dari pandangan diatas maka STIKES Hang Tuah Surabaya merasa
perlu memberikan wadah bagi para Dosen/Peneliti dalam bidang keperawatan baik
dosen STIKES Hang Tuah sendiri maupun dari dosen luar untuk menyebarluaskan hasil
penelitiannya.
Diharapkan Jurnal Ilmiah Keperawatan yang diterbitkan oleh STIKES Hang
Tuah ini mampu menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan
menambah motivasi bagi para Dosen dosen yang lain agar melakukan penelitian.
Atas nama civitas akademika STIKES Hang Tuah Surabaya saya mengucapkan
selamat atas terbitnya Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya,
semoga Jurnal ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
Jurnal Ilmiah Keperawatan.....................................................................................i
Ucapan Terima Kasih dan Penghargaan.................................................................ii
Kata Pengantar........................................................................................................iii
Daftar Isi .................................................................................................................vii
Persepsi Perawat Terhadap Pengkajian Resiko Luka Tekan
Metode Braden Dan Waterlow Di Unit Perawatan Bedah
Pujiarto...................................................................................................................1
Hubungan Lama Menstruasi Terhadap Perubahan HB Mahasiswi
Stikes Hang Tuah Surabaya Yang Tinggal Di Asrama
Moch. Djumhana ....................................................................................................11
Pengaruh Teknik Relaksasi Progresif Otot Terhadap Kecukupan Tidur
Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budhi Luhur Yogyakarta
Merry Kristiana, Abdul Majid, Thomas Aquino E. Amigo......................................21
Hubungan Antara Komunikasi Teraupetik Perawat Dan Tingkat Kecemasan
Pada Klien Pre Operasi Di Ruang Pre Med ICU Anestesi RUMKITAL
Dr. Ramelan Surabaya
Nuh Huda................................................................................................................27
Kualitas Hidup Perempuan Yang Mengalami Histerektomi Serta
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Wilayah DKI Jakarta:
Study Grounded Theory
R. Khairiyatul Afiyah, Setyowati , Imalia Dewi Asih..............................................34
Abstract : The focus of this study how the nurses perception in assessment risk of the pressure
ulcers Braden and Waterlow Method at surgery care unit Dr. Hi. Abdul Moeloek Hospital
Lampung Province.This research uses pre-experiment postest only design with 30 nurses. They
have been given training about study of the pressure ulcers risks using Braden and Waterlow
Method, before answered the questionnaire. Perception base on the Braden Method that is
perceived difficult are sensory perception and humidity, while perception according to
Waterlow Method description and category score are ratio weight to high, neurogical deficit,
drugs, skin type, and risk area which is seen. The statistical test result by Chi square show
p value = 0.201 with = 0.05, therefore it can be concluded that there is no differentiation in
the nurses perceptions base on Braden and Waterlow Methods. Both are perceived as easy.
Key words : Nurse perception, assesment risk pressure ulcer, Braden Method, Waterlow
Method, surgical care unit.
Latar Belakang
Luka tekan (Pressure Ulcers)
adalah kerusakan pada kulit pada posisi
tidur yang lama yang disebabkan oleh
tekanan, perlukaan dan gesekan atau
dari gabungan penyebab tersebut
(European Pressure Ulcer Advisory
Panel, 1998 dalam Kottner, 2009).
Langkah utama pencegahan terjadinya
luka tekan adalah keakuratan
pengkajian resiko terjadinya luka tekan
sehingga perawat dapat menetapkan dan
melaksanakan
intervensi
untuk
pencegahan (Bergstrom, Demuth, &
Braden, 1987 dalam Kottner 2009).
Biaya yang dibutuhkan untuk
penyembuhan luka tekan sangat tinggi,
dikarenakan perawatan dirumah sakit
yang lama, yang tentunya memiliki
unit Cardiothorasic
mempunyai
sensitivitas 73% dan spesifitas 91%
(Barnes et al., 1993 dalam Bell J, 2009).
Skala
Waterlow
mempunyai
sensitivitas 73% dan spesifitas 38%
(Smith, 1989 dalam Bell J, 2009). Skala
Norton di unit orthopedic mempunyai
sensitivitas 50% dan spesifitas 31%
(Smith, 1989 dalam Bell J, 2009).
Instrumen pengkajian resiko
luka tekan dengan metode Braden dan
Waterlow merupakan alat yang baru,
sebagai alat yang baru digunakan
adanya kecanggungan penggunaannya
adalah hal yang mungkin dapat terjadi
dan kondisi tersebut dapat menurunkan
efektifitas alat tersebut, sehingga
mendorong peneliti untuk meneliti
bagaimana penilaian perawat terhadap
pengkajian resiko luka tekan dengan
metode Braden dan Waterlow
pada
unit perawatan bedah Rumah Sakit
Umum Daerah Dr, Hi. Abdul Moeloek
Propinsi Lampung.
Tujuan penelitian adalah untuk
mengidentifikasi
persepsi
perawat
terhadap pengkajian resiko luka tekan
Metode
Braden
dan
Waterlow,
Mengidentifikasi persepsi perawat
terhadap deskripsi kategori pengkajian
resiko luka tekan
Metode Braden
danWaterlow, Mengidentifikasi persepsi
perawat terhadap penetapan skor pada
setiap butir kategori dan skor akhir
pengkajian resiko luka tekan Metode
Braden dan Waterlow, Mengidentifikasi
perbedaan persepsi perawat terhadap
pengkajian resiko luka tekan Metode
Braden dan Waterlow.
Hasil
Penelitian
Pembahasan
dan
Persepsi
perawat
Sulit
Mudah
Sulit
Mudah
Sulit
Mudah
Sulit
Mudah
Sulit
Mudah
Sulit
Mudah
4 Deskripsi kategori
Mobilitas
5 Deskripsi kategori
Aktifitas
6 Deskripsi kategori
Gesekan
Fre
kuensi
(n)
16
14
14
16
2
28
1
29
2
28
3
27
Pro
sentase
(%)
53,3
46,7
46,7
53,3
6,7
93,3
3,3
96,7
6,7
93,3
10
90
pria/kutilang.
3.2 Persepsi perawat terhadap Skor kategori
Metode Braden
Tabel
3.2Distribusi Persepsi perawat
terhadap skor kategori Metode Braden
No
Skor kategori
Metode Braden
Skor kategori
Persepsi sensori
Skor kategori
Kelembaban
Skor kategori
Nutrisi
Skor kategori
Mobilitas
2
3
4
Persep
si
peraw
at
Sulit
Mudah
Sulit
Mudah
Sulit
Mudah
Sulit
Mudah
Frekue
nsi
(n)
Prosenta
se (%)
18
12
17
13
2
28
1
29
60
40
56,7
43,3
6,7
93,3
3,3
96,7
5
6
Skor kategori
Aktifitas
Skor kategori
Gesekan
Sulit
Mudah
Sulit
Mudah
1
29
2
28
3,3
96,7
6,7
93,3
dalam mengkaji
pasien.
kelembaban
kulit
Prose
ntase
(%)
10
90
60
40
36,7
63,3
16,7
83,3
46,7
53,3
53,3
46,7
53,3
46,7
56,7
43,3
10
Deskripsi kategori
Bedah atau trauma
mayor
Deskripsi kategori
Nafsu makan
Sulit
Mudah
8
22
Sulit
Mudah
4
26
Pro
sent
ase
(%)
13,3
86,7
56,7
43,3
40
60
13,3
6
7
8
10
Mobilitas
Skor kategori
Resiko
khusus/malnutrisi
jaringan
Skor kategori
Defisit neurologis
Skor kategori Obat
- obatan
Skor kategori Jenis
kulit dan daerah
resiko yang terlihat
Skor kategori
Bedah atau trauma
mayor
Skor kategori Nafsu
makan
Mudah
Sulit
Mudah
26
13
17
86,7
43,3
56,7
Sulit
Mudah
Sulit
Mudah
Sulit
Mudah
17
13
16
14
18
12
56,7
43,3
53,3
46,7
60
40
Sulit
Mudah
9
21
30
70
Sulit
Mudah
4
26
13,3
86,7
Jum
lah
Suli
t
Mu
dah
10
25
75
12
100
55,6
44,4
18
100
43,3
17
56,7
30
100
3.7
13
Persepsi
0, Braden
K. (2008).
nursing ;
client care.
; Pearson
P.,
Perry.
A.,
(1997)
Fundamental of nursing :
concepts, Process, and Practice.
(4 th ed). St. Louis. CV. Mosby Year
Company
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L.,
& Cheever, K.H., (2008). Text
book of medical surgical nursing9
; Brunner & Sudarths. 11th
edition. Philadelphia ; Lippincott
Williams & Wilkins
Latar Belakang
Menstruasi adalah pelepasan
dinding rahim (endometrium) yang
disertai dengan perdarahan dan terjadi
setiap bulannya kecuali pada saat
kehamilan. Menstruasi yang terjadi
terus menerus setiap bulannya disebut
sebagai
siklus
menstruasi
(BiohealthIndonesia, 2007). Menstruasi
biasanya dimulai antara umur 10 dan 16
tahun, tergantung pada berbagai faktor,
termasuk kesehatan wanita, status
nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap
tinggi tubuh. Jumlah darah menstruasi
yang keluar pada setiap wanita berbedabeda namun umumnya antara 25-60 ml
(Dita Andira, 2010:30).
12
Bahan
dan
Penelitian
Metodologi
13
Hasil Penelitian
1.
Lamanya Menstruasi
Tabel 1
No
Lamanya
Menstruasi
4
Prosentas
e
2.4%
7.1%
16.7%
30
71.4%
2.4%
Jumlah
42
100%
6
7
8
Jumlah
2
1
4
1
27
3.
4.8%
9.5%
2.4%
100%
Hubungan
antara Lamanya
Menstruasi Dan Perubahan Hb
Lama
Menst
4 hari
5 hari
6 hari
7 hari
Prosentase
4.8%
2.4%
9.5%
2.4%
64.3%
2
4
1
42
2.
N Perubaha
o
n Hb
1
0.2
2
0.3
3
0.5
4
0.8
5
1
1.5
2
5
Jumlah
0
,
2
0,
3
0,
5
0
,
8
1,
5
%
2 5
1
1
1
3
2
2
4
2,4
%
7,1
%
16,7
%
71,4
%
14
8 hari
Jumlah
2,4
%
100
4 1
%
1
2
7
Pembahasan
1. Lamanya Siklus Menstruasi
Hasil
penelitian
dari
42
responden menunjukkan sebagian besar
lamanya menstruasi pada responden
adalah 7 hari sebanyak 30 orang
(71.4%), sedangkan responden yang
lama menstruasinya 6 hari sebanyak 7
orang (16.7%), lama menstruasinya 5
hari sebanyak 3 orang (7.1%), lama
15
16
17
Simpulan
Berdasarkan data analisis dari
verifikasi hipotesis, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Lamanya
menstruasi
pada
mahasiswi STIKES Hang Tuah
Surabaya yang tinggal di asrama
adalah sebagian besar 7 hari.
2. Nilai perubahan Hb sebelum dan
sesudah menstruasi pada mahasiswi
STIKES Hang Tuah Surabaya yang
tinggal di asrama adalah sebagian
besar perubahan Hbnya adalah 1.
5. Ada hubungan lamanya menstruasi
terhadap perubahan Hb pada
Saran
1.
Responden
a. Untuk mahasiswi STIKES
Hang Tuah diharapkan untuk
tetap santai dalam menghadapi
kuliah terutama saat ujian agar
tidak mengalami gangguan
dalam siklus menstruasi
b. Dianjurkan bagi mahasiswi
yang mengalami menstruasi
untuk mengkonsumsi diet yang
mengandung nutrisi sehingga
kadar Hb tetap normal
2.
Institusi
Lebih
meningkatkan
kualitas
makanan yang ada di asrama baik
komposisi makanan, rasa dari
makanannya maupun pengaturan
menu makanan..
Peneliti Selanjutnya
Perlu adanya penelitian lanjut
tentang mengidentifikasi asupan
makanan selama 24 jam pada
mahasiswi STIKES Hang Tuah
Surabaya yang tinggal di Asrama
dengan siklus menstruasi.
3.
DAFTAR PUSTAKA
Agus. (2009). Pertumbuhan Somatik
Remaja,
http://www.Agusjakaswaras
Blog.com. Tanggal di akses: 7
Maret 2009: 20.00
Andira, Dita. (2010). Seluk Beluk
Kesehatan Reproduksi Wanita,
Jogjakarta: A+ Plus Books.
18
Kompetensi
I.
(2006).
Pembelajaran Praktik Klinik
Keperawatan Kebutuhan Dasar
Mahasiswa
Tidak
Di
Publikasikan.
Surabaya:
STIKES Hang Tuah.
(2009).
Konsep
Dasar
Menstruasi.
http://www.QittunBlog.com.
Tanggal di akses: 27 Juli 2009:
10.06
19
20
Latar Belakang
Usia tua adalah fase akhir dari
rentang kehidupan. Segmen lansia dari
total populasi Amerika terus tumbuh
lebih cepat dibanding populasi lainnya.
Proyeksi Biro Sensus Amerika
Serikat menunjukan bahwa pada tahun
2030 akan terdapat lebih banyak lansia
yang berusia diatas 65 tahun (22%)
dibanding berusia 18 tahun (21%).
Dengan peningkatan populasi lansia,
komunitas
dan
rumah,
perawat
membantu
klien
mengembangkan
perilaku yang kondusif terhadap
istirahat dan relaksasi (Perry, 1999).
Latihan relaksasi dapat menimbulkan
perasaan sehat dan bugar dengan
menciptakan keadaan rileks yang
sebenarnya menghambat kekhawatiran
dan reaksi stress negative (Goliszel,
2005).
Di PSTW jumlah lansia pada
bulan Januari 2011 sebanyak 73 orang
yang rata-rata lansia yang berumur 60
tahun atau lebih. Lanjut usia yang
berjenis kelamin perempuan berjumlah
57 orang dan lansia yang berjenis
kelamin laki-laki berjumlah 16 orang.
Setelah dilakukan studi pendahuluan
salah satu perawat mengatakan bahwa
lansia di PSTW tersebut hampir semua
mengalami gangguan pada kecukupan
tidurnya. Hal tersebut disebabkan pada
usia lanjut terjadi penurunan berbagai
fungsi
baik
secara
fisiologi
(seperti:sistem neurologis) maupun
psikologi (kecemasan).
Bahan
dan
Penelitian
Metodelogi
22
Hasil Penelitian
Hasil
yang diperoleh dari
pengaruh teknik relaksasi progresif otot
terhadap kecukupan tidur lansia di
PSTW Unit Budhi Luhur Yogyakarta.
Diagram 4.1. Distribusi Frekuensi Kecukupan Tidur Lansia
Pada Saat Pre Test di Panti Sosial Tresna Werdha Unit
Budhi Luhur Yogyakarta Tahun 2011.
RQKRO
D
cukup
tidur
UVKVO
D
tidak
cukup
tidur
Berdasarkan
diagram
4.1,
menunjukkan bahwa sebagian besar
responden mempunyai tidur yang cukup
yaitunsebanyak 67,7% (42 orang),
sedangkan responden yang tidak cukup
tidur sebanyak 32,2% (20 orang).
23
UKTODO
O
cukup
tidur
23
tidak
cukup
tidur
XRKTO
D
Berdasarkan
diagr
diagram
4.2,
menunjukkan bahwa seba
ebagian besar
responden mengalami tidur
dur yang cukup
sebanyak 93,5% (58 orang
ang) dan 6,5%
ng tidak cukup
(4 orang) responden yang
teknik relaksasi
tidur setelah melakukan tekni
progresif.
riat
dalam
Analisis
bivaria
nakan analisia
penelitian ini menggunaka
ncari pengaruh
paired t-test guna menca
otot terhadap
teknik relaksasi progresiff ot
kecukupan tidur lansia di PSTW Unit
Hasil analisis
Budhi Luhur Yogyakarta.. H
lansia adalah
kecukupan tidur pada la
sebagai berikut:
aruh Teknik Relaksasi
Tabel 4.2 Distribusi Responden Pengaru
idur Lansia di PSTW
Progresif Otot Terhadap Kecukupan Tid
Unit Budhi Luhur Yogyakarta.
Kecukupan
Ratan
S
Standar
p
tidur
rata
D
Deviasi
Pre Test
9,29
62
Post Test
7,74
62
2,99
0,00
01
Berdasarkan hasil
sil uji paired ttes pada data kecukupann ttidur pre test
dan post test pada pelaksa
ksanaan teknik
relaksasi progresif otot m
menunjukkan
bahwa nilai rata-rata kecukupa
ecukupan tidur
lansia pada saat pre ttest sebesar
9,29(tidak cukup) dan ni
nilai rata-rata
kecukupan tidur lansia pa
pada saat post
test adalah sebesar 7,74 (cukup
cukup). Nilai p
value sebesar 0,0001 lebi
ebih kecil dari
0,05 (p<0,05), sehingga Ho ditolak. Hal
ini berarti bahwa ada penga
pengaruh yang
signifikan pelaksanaan tekni
eknik relaksasi
progresif otot terhadap kec
ecukupan tidur
lansia di PSTW Unit B
Budhi Luhur
Yogyakarta.
Pembahasan
Penelitian ber
bertujuan untuk
mengetahui pengaruh
uh tteknik relaksasi
progresif otot terhadapp kkecukupan tidur
lansia di PSTW Unit
nit Budhi Luhur
Yogyakarta.
Berdasarkan
hhasil
pretest
diperoleh data sebany
anyak 67,7% (42
orang) lansia yangg cukup tidur,
tidak cukup tidur
sedangkan lansia yangg ti
20 or
orang). Hal ini
sebanyak 32,2% (20
asih banyak lansia
menunjukan bahwa masi
cukup yang salah
yang tidurnya belum cu
bnya adalah karena
satu faktor penyebabnya
ksanakan teknik
lansia belum melaks
otot, namun selain
relaksasi progresif otot
juga
dapat
itu
faktor
yangg
ukupan tidur adalah
mempengaruhi kecukup
Faktor usia bisa
karena faktor usia. Fa
cukupan
tidur
mempengaruhi
kecu
usia semakin tua
seseorang karena saatt us
nurunan fungsi dari
maka akan terjadi penuru
dalah fungsi saraf
tubuh salah satunya ada
pengurangan tidur
sehingga terjadi pengur
gelombang lambat tterutama pada
babkan gelombang
stadium 4 yang disebab
bih cepat sehingga
otak akan bergerak lebih
tidur kurang dari
gelombang delta pada ti
ng akan bermimpi
50% dan tidur seseorang
gelombang alfa
(tidak nyenyak), ge
ngkatnya frekuensi
menurun, dan meningk
alam hari atau
terbangun pada mala
ntasi.
meningkatnya fragmenta
hasil post test atau
Berdasarkan hasi
teknik relaksasi
setelah dilakukan te
progresif kecukupan tidur pada lansia
besar responden
diketahui sebagian be
mengalami tidur yangg ccukup sebanyak
93,5% (58 orang) dann 66,5% (4 orang)
dak cukup tidur
responden yang tidak
dengan p=0,0001 yangg berarti terdapat
teknik relaksasi
pengaruh pemberiann te
kecukupan tidur
progresif terhadap ke
nit Budhi Luhur
lansia di PSTW Unit
Yogyakarta. Hasil ini menunjukkan
tidak cukup tidur
bahwa lansia yang tida
yang berarti yaitu
mengalami penurunann ya
24
Simpulan
Berdasarkan analisa univariat dan
bivariat serta pembahasan pada Bab IV,
dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan hasil pretest, masih
banyak lansia yang tingkat
kecukupan tidur dalam kategori
tidak cukup yaitu sebanyak 32,2%
(20 orang)
2. Setelah dilakukan post test
pelaksanaan
teknik
relaksasi
progresif otot, maka angka
kecukupan tidur lansia dalam
kategori cukup yang ditandai
dengan jumlah lansia yang tidak
cukup tidur yaitu 6,5% (4 orang).
3. Ada pengaruh yang signifikan
teknik relaksasi progresif otot
terhadap kecukupan tidur lansia di
PSTW
Unit
Yogyakarta.
Budhi
Luhur
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, S. C. 2001. Buku Ajar
Keperawatan medical Bedah
Edisi 8. EGC. Jakarta
Oktovida, D. 2003. Hubungan Antara
Lingkungan Rumah sakit Dengan
Pemenuhan Kebutuhan Istitahat
Tidur Anak Prasekolah Yang
Dirawat Inap di Instalasi
Kesehatan Anak RS DR Sardjito
Yogyakarta. Skripsi, FK, UGM.
Yogyakarta
Stanley, M., Beare, Patricia Gaunlett.
2007. Buku Ajar keperawatan
Gerontik. EGC. Jakarta.
Nugroho, W,. 2000. Keperawatan
Gerontik Edisi 2. EGC. Jakarta
Perry & Potter. 2005. Fundamental
Keperawatan. EGC. Jakarta
Goliszel, A., 2005. 60 Second
Manajemen Stres. PT Bhuana
Ilmu Populer. Jakarta
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif dan
R&D. Alfabeta. Bandung
Arikunto,S.,
2009.
Manajemen
Penelitian, Rineka Cipta. Jakarta.
Fitri, N, N., 2010. Pengaruh Teknik
Relaksasi Progresif Terhadap
Insomnia Pada Lanjut Usia di
Dusun Blunyah Gede Kelurahan
Sinduadi Kecamatan Mlati
Kabupaten Sleman Yogyakarta.,
Skripsi, FK, UGM. Yogyakarta
25
Mahasiswa S 1 Keperawatan
Universitas Respati Yogyakarta
Dosen Poltekes Yogyakarta
Dosen Universitas Respati Yogyakarta
26
Abstract : Anxiety is signal awaking human being, anxiety warn danger existence menacing
and enabling somebody to overcome threat. Anxiety a lot of met of client experiencing
inspection, client and treatment to experience operation To lessen anxiety one of them is with
therapeutic communications by nurse. The target of this Research to know relation existence
between terapeutc communications by nurse and mount anxiety of client pre operate for
The research design use method Cross Sectional, sampling method used is the Non
Random Sampling, the samples taken as much 19 responder that is client pre operate for
in Pre Med ICU Anaesthesia room of Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. Research
consisted by two variable that is free variable is therapeutic communications and
veriable nurse trussed is anxiety. This Elite data is analysed by using test Spearman
Corelation with the significant level meaning < 0,05.
Result of this research express therapeutic communications by nurse goodness that is as much
10 client (53%) from 19 responder. While level of anxiety responder experience of light anxiety
level as much 11 client (58%) from 19 responder. From obtained statistical test of result there is
relation between therapeutic communications nurse and mount anxiety at client pre operate for
in Pre Med ICU Anaesthesia room of Rumkital Dr. Ramelan Surabaya with level signifikan
0,05 ( < 0,00) and r = 0,913 meaning there is relation which significant.
See this research hence need effective communications use improvement existence by nurse in
assisting minimization mount anxiety.
Keyword : communications terapeutik, mount anxiety
Latar Belakang
Kecemasan adalah suatu sinyal
yang menyadarkan manusia, kecemasan
memperingatkan adanya bahaya yang
mengancam dan memungkinkan seseorang
mengambil tindakan untuk mengatasi
ancaman. Sensasi cemas sering dialami
oleh hampir semua manusia. Perasaan
tersebut ditandai rasa ketakutan yang
difus, tidak menyenangkan dan samar
samar, seringkali disertai oleh gejala
28
Tingkat
kecemasan
Tidak cemas
Cemas ringan
Cemas
sedang
Cemas berat
Total
Frekwensi
Persentase
0
11
7
1
0%
58%
37%
5%
19
100%
Hasil Penelitian
1. Komunikasi Terapeutik perawat
Tabel
Komunikasi
Terapeutik
perawat
Baik
Cukup
Kurang
Total
Frekwensi
Persentase
10
8
1
53 %
42%
5%
19
100%
29
baik
cukup
kurang
kecemasan
Pembahasan
Total
1.
cemas
ringan
10
cemas
sedang
0
cemas
berat
0
10
53%
0%
0%
53
5%
37%
0%
42
0%
0%
5%
5%
Total
11
19
37%
Spear
man
5%
Hasil
58%
Uji
Korelasi
100%
=
0.913
P = 0.05
30
Tingkat Kecemasan
Klien pre operasi di ruang Pre Med
ICU Anestesi Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya paling banyak mengalami
kecemasan tingkat ringan ini ditunjukkan
pada tabel 5.2 dengan prosentase 58% (11
responden), megalami kecemasan sedang
sebanyak 37% (7 responden), sedangkan
yang mengalami
kecemasan
berat
sebanyak 5% (1 responden).
Seseorang yang merasa cemas
biasanya dikaitkan dengan kondisinya,
lingkungan
yang
baru,
kurangnya
informasi, pola pengobatan serta biaya
pengobatan. Seseorang yang mengalami
kecemasan
sedang
masih
dapat
melaksanakan aktivitas hidup sehari hari.
Dan yang perlu diperhatikan adalah
mencegah jangan sampai klien berada
dalam kecemasan berat maupun panic
karena tingkat pada tingkat ini wawasan
individu terhadap lingkungan sangat
menurun dan sudah tidak mampu
mengontrol dirinya (Ibrahim, 2003 : 58).
31
Saran
Simpulan
1. Diharapkan
perawat
mampu
melaksanakan komunikasi terapeutik
secara efektif terhadap klien pre
operasi dalam memberikan asuhan
keperawatan secara professional
2. Diharapkan Rumah Sakit senantiasa
meningkatkan
mutu
pelayanan
kesehatan yang dilakukan perawat
khususnya sikap dan komunikasi
terapeutik perawat.
3. Bagi
peneliti
selanjutnya
agar
penelitian ini dapat dijadikan suatu
gambaran
dalam
penelitian
selanjutnyaguna mendapatkan hasil
yang lebih baik karena hasil penelitian
ini tidak bisa mewakili populasi, hanya
mewakili sampel yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Arwani
(2002),
Komunikasi
Keperawatan, Jakarta: EGC.
Dalam
32
Terapeutik,
33
Abstract : Hiysterctomy is a surgery that cutting out the uterus. It causes physical, psychology
and social effects. The purpose of this research is to develop a new concept of quality of life
amongst women with hysterectomy. The grounded theory method was used with ten
participants that recruited through a purposive sampling method. The result shows that there are
internal and external factors that influence the quality of life and perceptions of women make
them feel better in biological, psychological, social and spiritual aspects of their lifes. This
research recommends to that nurses to apply biological, psiychological, social, spiritual support
for women with hysterectomy as an aspect of nursing service.
Keywords : Hysterectomy,
Latar Belakang
Histerektomi
adalah
suatu
tindakan pengangkatan uterus dengan
cara pembedahan (Hickey & Lumsden,
2000). Histerektomi bukan merupakan
satu-satunya tindakan yang dilakukan
untuk mengatasi permasalahan pada
organ reproduksi, terutama bagi
perempuan yang masih menginginkan
anak. Namun tindakan
ini adalah
tindakan yang tepat dan terbaik untuk
mengatasi
penyakit
pada
organ
reproduksi secara permanen (Bobak &
Jensen, 2005).
Data dari bagian Obstetri
Ginekologi
Rumah
Sakit
Cipto
Mangunkusumo Jakarta menunjukkan
bahwa setiap tahun kurang lebih 230
tindakan histerektomi dilakukan dengan
bermacam-macam
tujuan
seperti
mengatasi perdarahan dan kanker
Pada
umumnya
tindakan
histerektomi berdampak
terhadap
kualitas hidup, pernyataan ini diperkuat
oleh penelitian dari Bayram & Beji,
(2009) yang mengidentifikasi bahwa
tindakan histerektomi memberikan
dampak kecil
pada peningkatan
kualitas hidup yang lebih baik dalam
waktu yang lama termasuk kesehatan
mental.
Kualitas hidup perempuan yang
mengalami histerektomi memberikan
hasil berbeda pada setiap individu hal
tersebut seperti yang dikatakan Bayram
& Beji, (2009) menyatakan bahwa
dampak histerektomi terhadap kualitas
hidup perempuan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu; seberapa besar
keluhan yang dirasakan sebelum
tindakan histerektomi, hasil tindakan
histerektomi yaitu hasil yang baik akan
meningkatkan kualitas hidup serta
kualitas personal yaitu fisik, psikologis,
hubungan sosial dan lingkungan yang
baik dapat meningkatkan kualitas hidup.
Bahan
dan
Penelitian
Metodelogi
Penelitian
menggunakan
pendekatan kualitatif dengan desain
grounded theory dengan tujuan
mengembangkan suatu konsep tentang
kualitas hidup pada perempuan yang
mengalami histerektomi serta faktorfaktor
yang
mempengaruhinya.
Prosedur sampling yang digunakan
purposive sampling, jumlah partisipan
10 orang, menggunakan tekhnik
wawancara dan observasi dengan
analisa data dari Strauss & Corbin
(1998).
35
Hasil Penelitian
Setelah peneliti memperoleh
data penelitian yang teridentifikasi dari
hasil wawancara, observasi perilaku,
catatan lapangan dan telaah literatur,
peneliti kemudian menganalisanya dan
memperoleh sepuluh tema. Adapun
sepuluh tema yang diperoleh dalam
penelitian ini tentang kualitas hidup
perempuan
yang
mengalami
histerektomi serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya adalah :
Persepsi tentang histerektomi.
Histerektomi yang dikemukakan oleh
sebagian besar partisipan adalah bahwa
dengan histerektomi menghilangkan
semua keluhan-keluhan utama seperti
perdarahan, nyeri, anemia. Hal tersebut
sesuai dengan konsep dari Rock &
Jones III (2008), Hickey & Lumsden,
2000 tentang tujuan dari histerektomi
adalah mengurangi keluhan dan
meningkatkan kesehatan.
Berikut
ini
beberapa
ungkapan
partisipan :
Keluhan-keluhan yang dulu sebelum
histerektomi sudah tidak terasa (P-1).
.
Keluhan awal pasca histerektomi.
Penurunan produksi hormon estrogen
dapat
menyebabkan
gejala
premenopause yaitu merasa kedinginan,
produksi keringat meningkat, palpitasi,
sakit kepala, nyeri otot, kelelahan,
insomnia. penurunan respon seksual
karena bekas luka pada jaringan saat
operasi dapat mengganggu aliran darah
ke organ genital dan banyak syaraf
disekitar organ genital mengalami
kerusakan saat operasi sehingga
mengakibatkan gangguan pada saat
berhubungan sek (Yongkin & Davis,
2004).
36
37
Adaptasi terhadap
perubahan pasca
Keluhan
awal pasca
histerektomi
Persepsi
tentang
histerektomi
Keluhan
lanjut pasca
histerektomi
Informasi
Hubungan
interpersonal
dalam keluarga
baik
Orientasi
masa
depan
Pembahasan
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan keluhan awal yang
dirasakan
perempuan
pasca
hiterektomi adalah adanya gangguan
pada fisik dan gangguan pada
psikologi, gangguan-gangguan yang
dialaminya
berkaitan
dengan
gangguan terhadap kebutuhan dasar
manusia, seperti gangguan eliminasi
alvi, sehingga hal tersebut dapat
mempengaruhi kualitas hidupnya
saat itu.
Penelitian ini menunjukkan
hasil bagaimana kualitas hidup
perempuan
yang
mengalami
histerektomi. Kualitas hidup yang
ditunjukkan oleh perempuan yang
mengalami
histerektomi setelah
satu tahun sampai saat ini adalah
dalam kondisi baik, perempuan
yang mengalami kondisi yang baik
pasca histerektomi, merasakan
bahwa keluhan-keluhan utama yang
dirasakan sebelum histerektomi
seperti nyeri perut, perdarahan
banyak saat menstruasi, nyeri saat
berhubungan seksual dengan suami
sudah tidak pernah dirasakan lagi.
Silverstein,
(2002)
yang
menunjukkan bahwa histerektomi
meningkatkan kenyamanan hidup
pasien.
Kondisi kesehatan yang
dialami pada perempuan pasca
histerektomi dalam penelitian ini
akan mempengaruhi bagaimana
perempuan
dapat
berinteraksi
dengan baik terhadap lingkungan
sosialnya serta aktivitas sehari-hari.
Dalam penelitian ini sebagian besar
partisipan masih aktif berhubungan
dengan
lingkungan
sekitarnya
seperti masih aktif kumpul dengan
tetangga hanya untuk ngobrolngobrol
saja
dan
mengikuti
pengajian rutin dan
yasinan
bersama-sama dengan tetangga.
Hubungan
interpersonal
yang
teridentifikasi dalam penelitian ini
adalah hubungan interpersonal
partisipan dengan pasangannya yang
berkaitan dengan hubungan seksual
dengan suaminya. Teridentifikasi
dalam penelitian ini bahwa sebagian
besar partisipan mengungkapkan
hubungan seksual dengan suaminya
berjalan normal tidak ada gangguan,
cenderung meningkat namun ada
sebagian kecil partisipan yang
mengatakan mengalami penurunan
hasrat untuk berhubungan seksual.
Hubungan
kehangatan
dalam
keluarga dirasakan oleh sebagian
besar partisipan pasca histerektomi.
Tindakan histerektomi yang dialami
perempuan dalam penelitian ini
memberikan dampak positif pada
aspek spiritual dalam bentuk
peningkatan kesejahteraan spiritual.
Selain hubungan spiritual yang
berkaitan dengan sang pencipta,
partisipan juga mengatakan bahwa
saat ini lebih sabar, lebih pasrah dan
39
Kesimpulan
Histerektomi
adalah
pengangkatan uterus dengan cara
pembedahan. Ini menyebabkan
dampak pada fisik, psikologi dan
sosial. Tujuan penelitian ini adalah
untuk
mengembangkan
suatu
konsep baru tentang kualitas hidup
pada perempuan yang mengalami
histerektomi.
Penelitian
ini
menggunakan metode grounded
theory
dengan 10 partisipan,
pengambilan partisipan dengan cara
purposive sampling. Hasil penelitian
menunjukkan adanya faktor internal
dan eksternal yang mempengaruhi
kualitas
hidup
dan
persepsi
perempuan yang membuat mereka
merasa lebih baik pada biopsiko,
sosial
dan
spiritual
didalam
kehidupan mereka. Penelitian ini
merekomendasikan pada perawat
untuk mengaplikasikan dukungan
biopsiko, sosial dan spiritual dalam
kasus ini yaitu sebagai bentuk
pelayanan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Bayram, G.O,. & Beji, N.K. (2009).
Psychosexual adaptation and
quality
of
life
after
hysterectomy.
Original
paper. DOI 10.1007/s11195009-9143-y.
http://www.springerlink.com/
diperoleh tanggal 23 Februari,
2010.
40
41
Latar belakang
DHF adalah suatu penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue
tipe 1-4, sifat dari virus dengue
antara lain berbentuk batang,
termolabil,
sensitif
terhadap
inaktivasi, stabil pada suhu 700
celcius. Dan ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegpty dan
beberapa spesies lainnya. Virus ini
masuk kedalam pembuluh darah dan
menyerang bagian dinding pembuluh
43
bekerja
meningkatkan
jumlah
sitokin. Di dalam tubuh sitokin
berperan meningkatkan kekenyalan
pembuluh
darah
sekaligus
meningkatkan sistem pembekuan
darah. Menurut Prof dr Sumali
kepala pusat studi bahan alam, di
mana quarcentin bekerja dengan cara
menghambat enzim pembentuk RNA
virus dengue. RNA berperan dalam
sintesis protein. Jika pembentukan
virus RNA terganggu, virus dapat
mati sehingga
jumlah trombosit
dalam darah dapat meningkat.
Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan dan beberapa tahun
terakhir penggunaan jambu merah
dan ekstrak daun jambu biji untuk
pengobatan DHF terutama dalam
meningkatkan jumlah trombosit
mulai banyak digunakan baik oleh
masyarakat maupun dikalangan
dunia kedokteran. Hal ini bisa
disampaikan
kepada
tenaga
kesehatan, penderita DHF, dan
keluarga penderita bahwa jambu
merah dapat digunakan sebagai
pengobatan
DHF
dan
terapi
tambahan.
Pemberian
terapi
tambahan jambu merah pada
penderita DHF dengan memberikan
demonstrasi tentang cara pengolahan
serta konsumsi sehingga penderita
dapat dengan mudah memanfaatkan
buah
jambu
merah
untuk
meningkatkan trombosit. harganya
relatif murah karena bahannya
mudah didapat, efek sampingnya
hampir tidak terasa. Salah satu
tanaman yang mempunyai efek
meningkatkan trombosit adalah
jambu merah.
Bahan
dan
Penelitian
Metodelogi
44
Hasil Penelitian
Variabel penelitian meliputi
jumlah trombosit kelompok yang
tidak diberikan jus jambu merah dan
kelompok yang diberikan jus jambu
merah .
1. Jumlah Trombosit Kelompok
Yang diberikan jus jambu merah
Tabel 1 Jumlah Trombosit pada
kelompok Yang diberikan jus jambu
merah Jambu Merah
No
resp
Jumlah trombosit
Pre
Post
Selisih
jumlah
trombosit
Mean
peningk
atan
trombos
it
45
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
90.000
67.000
40.000
90.000
99.000
95.000
84.000
98.000
99.000
74.000
240.000
160.000
200.000
150.000
150.000
150.000
122.000
150.000
125.000
150.000
150.000
93.000
160.000
60.000
51.000
55.000
38.000
52.000
26.000
76.000
76.100
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pre
98.000
68.000
86.000
84.000
95.000
90.000
100.000
90.000
100.000
84.000
Post
150.0
00
122.0
00
95.00
0
84.00
0
99.00
0
90.00
0
101.0
00
98.00
0
100.0
00
99.00
0
Selisih
jumlah
trombosi
t
52.000
54.000
9.000
0
4000
0
1000
8000
0
15.000
Mean
peningkatan
trombosit
14.30
Mean
SD
Yang tidak
diberikan jus
14.300
20.60
jambu merah
Yang
diberikan jus
76.100
45.53
jambu merah
t- independent: = 0,00 ( <0,05)
SE
6.51
10
14.53
10
46
Pembahasan
1.
2.
47
3.
48
Pada
penderita
demam
berdarah terjadi peningkatan sistem
komplemen akibat aktivasi komplek
antigen virus-antibodi. Peningkatan
ini
menyebabkan
lepasnya
anafilaktosin suatu mediator kuat
terjadinya peningkatan permeabilitas.
Peningkatan permaebilitas vaskuler
dan
gangguan
hemostasis.
Peningkatan permeabilitas vaskuler
menyebabkan terjadinya kebocoran
plasma dan dapat menimbulkan
syok. Hal ini yang paling ditakutkan
sehingga
pengobatan
DHF
berkonsentrasi
pada
cara
mengembalikan
permeabilitas
vaskuler
kekondisi normal lagi.
Oleh karena itu, aktivasi komplemen
yang berlebihan harus di tekan.
Berbagai penelitian menunjukkan
buah dan daun jambu biji merah
dapat menekan aktivasi komplemen.
(Soegeng, 2004).
Jambu biji mengandung
berbagai mineral dan vitamin,
Kandungan vitamin C jambu biji 100
gram 2-3 kali lebih tinggi dari jeruk
dengan berat yang sama. Buah jambu
merah
bermanfaat
untuk
memperbaiki kapiler supaya tidak
terjadi kebocoran. Oleh karena itu
pencegahan pecahnya kapiler dapat
dilakukan dengan minum jus jambu
biji secara rutin jika sudah muncul
kecurigaan, bahwa demam berdarah
sedang beraksi di dalam tubuh.
Likopen dalam jambu biji lokal
merah mempunyai banyak manfaat
karena bersifat antioksidan.
Jambu
biji merah adalah suatu
bentuk terapi herbal yang dapat
meningkatkan trombosit pada DHF.
Yang diberikan jus jambu merah
jambu biji merah yang diberikan
dalam bentuk jus yang dapat
menimbulkan peningkatan trombosit.
Buah jambu biji digunakan untuk
meningkatkan
trombosit
darah,
Simpulan
Berdasarkan
hasil
temuan
penelitian dan hasil pengujian pada
pembahasan
yang dilaksanakan,
maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Peningkatan jumlah trombosit
pada kelompok yang diberikan jus
jambu merah rata-rata jumlah
trombosit 76.100 pada penderita
DHF
Di Puskesmas Sedati
Sidoarjo.
2. Peningkatan jumlah trombosit
pada kelompok yang tidak
diberikan jus jambu merah ratarata jumlah trombosit 14.300
pada penderita DHF
Di
Puskesmas Sedati Sidoarjo.
3. Ada pengaruh pemberian jambu
merah
terhadap
peningkatan
jumlah trombosit pada penderita
DHF Di Puskesmas Sedati
Sidoarjo.
Saran
Berdasarkan
temuan
hasil
penelitian, beberapa saran yang
disampaikan pada pihak terkait
adalah sebagai berikut:
49
1. Bagi masyarakat
Jambu merah dapat digunakan
sebagai
pencegahan
dan
pengobatan Dengue Hemorgic
Fever.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Jambu merah merupakan terapi
tambahan, sehingga terapi dasar
yaitu pemberian replacement
cairan harus tetap diberikan sesuai
dengan protap yang ada. Dan
masih diperlukan penelitian yang
lebih lanjut.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Disarankan
bagi
peneliti
selanjutnya untuk mengambil
judul perbandingan percepatan
peningkatan jumlah tromboit
dengan pemberian jambu merah
dan sari kurma pada penderita
DHF.
DAFTAR PUSTAKA
Hadinegoro,
SR.
(2000).
Imunopatogenesis
Demam
Berdarah Degue. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Herliana, L.F. (2010). 33 Macam
Buah-Buahan
Untuk
Kesehatan. Bandung: Alfabeta
Hoffbrand. A.V. (2005). Kapita
selekta hematologi. Jakarrta:
EGC
Nasirudin, M. (2005). Pengaruh
Pemberian Ekstrak Daun
Jambu
Biji
Terhadap
Peningkatan
Jumlah
Trombosit Kasus Demam
Berdarah Dengue Pada Anak.
Universitas Airlangga
50
51
Lower
extremity
elevation,
Latar Belakang
Diabetes mellitus adalah suatu
kelompok penyakit metabolik dengan
hiperglikemia akibat defek sekresi
insulin, kerja insulin, atau keduanya
(American
Diabetic
Association,
2007). Komplikasi jangka panjang dari
diabetes melitus salah satunya adalah
ulkus diabetik (15%) (ADA, 2007;
Clayton, 2009) dan 85% merupakan
penyebab terjadinya amputasi pada
pasien diabetes melitus (Clayton,
2009). Lebih lanjut Clayton (2009),
Jeffcoate (2003) dan Frykberg (2000)
diabetic
ulcer,
wound
healing
process.
53
Hasil Penelitian
Jumlah
responden
yang
tidak
dilakukan elevasi ekstremitas bawah
sebanyak 7 orang (53,8%) dan
responden yang dilakukan elevasi
ekstremitas bawah sebanyak 6 orang
(46,2%). Rerata proses penyembuhan
ulkus diabetik pada pasien diabetes
melitus di kelompok intervensi lebih
besar dibandingkan di kelompok
Mean
SD
Tanpa
elevasi
Elevasi
0,083
0,039
0,213
0,082
MinMak
0,020,15
0,110,32
95%
CI
0,0460,119
0,1270,299
Me
an
0,0
83
0,2
13
SD
SE
0,03
9
0,0
15
0,08
2
0,0
34
p
Value
n
7
0,003
6
54
Gambar 1.
Proses Penyembuhan Ulkus Diabetik dengan
Nilai Healing Index Terbesar
pada Kelompok Tanpa Elevasi
Hari
rawat Hari
rawat
pertama
ketujuh
7 mei 2010
14 Mei 2010
Gambar 2
Proses Penyembuhan Ulkus Diabetik dengan
Nilai Healing Index Terbesar
pada Kelompok Elevasi
Hari rawat pertama
Hari
rawat
ketujuh
24 Mei 2010
31 Mei 2010
Pembahasan
Frykberg (2002) mengungkapkan
bahwa
salah
satu
intervensi
mengembalikan perfusi setelah pasien
55
57
terhadap
skor
healing
index
perkembangan ulkus diabetik. Hal ini
bertentangan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Emerson (2010).
Jika dilihat rerata, rerata responden
dengan kultur positif lebih besar
(0,166) dibandingkan dengan rerata
responden dengan kultur negatif
(0,106). Kemungkinan hal tersebut
disebabkan karena pada kelompok
kontrol maupun kelompok intervensi
skor healing index mengalami
perbaikan. Peneliti berasumsi bahwa
hal ini terkait dengan faktor lain yang
dikontrol dalam penelitian ini yaitu
off-loading dan perawatan ulkus
dengan metoda moist.
Pearson
(2006)
mengungkapkan
pemilihan balutan dan jenis perawatan
ulkus
mempengaruhi
proses
penyembuhan
ulkus.
Metoda
perawatan ulkus dengan konsep moist
menyebabkan suasana lembab tetap
terjaga sehingga eksudat dapat terserap
lebih baik (Pearson, 2006; Benbow,
2010). Selain itu tindakan nekrotomi
yang
berkala
juga
membantu
membuang jaringan nekrotik yang
menghambat penyembuhan ulkus.
Implikasi Penelitian
Saat penelitian, peneliti menemukan
bahwa respon responden cukup
antusias saat melihat kondisi lukanya
yang menjadi lebih baik. Namun di sisi
lain,
pengetahuan
akan
penatalaksanaan ulkus diabetik di
kalangan petugas kesehatan belum
terlihat baik. Salah satu tindakan yang
dapat dilakukan perawat di lapangan
adalah melakukan tindakan elevasi
ekstremitas bawah pada pasien
diabetes melitus dengan ulkus setiap
kali pasien mobilsiasi >15 menit.
Elevasi dapat dilakukan dengan alat
khusus elevasi ekstremitas bawah atau
menggunaan sumber daya yang ada
seperti tumpukan bantal atau selimut
untuk menopang pangkal paha.
Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan rerata
proses perkembangan ulkus diabetik
pada kelompok intervensi lebih tinggi
sebesar 0,213 dibandingkan dengan
kelompok kontrol yaitu 0,083.
Pelaksanaan elevasi ekstremitas bawah
menunjukkan hasil yang signifikan (P
value
0,003)
terhadap
proses
penyembuhan luka. Perawat sebaiknya
melakukan elevasi pada ekstremitas
bawah yang mengalami ulkus diabetik
selama 10 menit setiap pasien
melakukan aktivitas > 15 menit.
Selain itu perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut terhadap faktor perancu
yang dapat mempengaruhi proses
penyembuhan ulkus diabetik. Dalam
melaksanakan elevasi ekstremitas
bawah, perlu pula diperhatikan offloading dan memilih metoda moist
dalam perawatan ulkus diabetik.
58
DAFTAR PUSTAKA
American
Diabetes
Association.
(2007).
Diagnosis
and
classification
of
diabetes
mellitus. Diabetes Care.
Armstrong,
D.G.,
Lavery, L.A.,
Bushman, T.R. (1998). Peak
foot pressures influence the
healing time of diabetic foot
ulcers treated with total contact
casts. Journal of Rehabilitation
Research
and
Development, 35(1), 1-5. Maret
5, 2010, from Academic
Research Library. (Document
ID: 26709923).
A.Yu. Modin. (2003). Effect of gravity
on blood distribution and flow
in large vessels of healthy
humans. Human Physiology.
April 1, 2010.
Baranoski, S. (2008). Choosing a
wound dressing part 1. April 11,
2010. www.nursing2008.com
Benbow, M. (2010). Wound Swabs
and Chronic Wounds. Practice
Nurse.
Bozan, M.E., Altinel. L., I Kuru,
Maralcan., G. & et al. (2006).
Factors that affect the healing
index
of
metacarpal
lengthening: a retrospective
study. Journal of Orthopaedic
Surgery, 14(2), 167-71. Maret
5, 2010, from ProQuest Health
and
Medical
Complete.
(Document ID: 1155936311).
Bryant, R., Nix, D. (2007). Acute and
Chronic
Wounds:
Current
Management
Concept.
3rd
Edition. St. Louis: Mosby
Elsevier.
59
http://stg.jfponline.com/pdf%2F
5409%2F5409JFP_FMGrandRo
unds.pdf
Frykberg, R.G, Armstrong, D., Giurini,
J., et al. (2000). Diabetic Foot
Disorders A Clinical Practice
Guideline. The Journal of Foot
and Ankle Surgery.
Grenon, S.M., Gagnon, J., Hsiang, Y.
(2009). Ankle-brachial index for
assessment of peripheral arterial
disease. The New England
Journal of Medicine. April 6,
2010. www.nejm.org
http://www.pilonidal.org/pdfs/Pr
inciples-of-Wound-Healing.pdf.
60
Abstract : Breast cancer is one of the most attacking cancer in women who ranked
second. Breasts ca are able to be cured at an early stage, but in fact breast cancer is usually
found at an advanced stage. One way to do that early detection efforts to find early-stage
cancers that are still to be cured, so it can reduce mortality by BSE but still much less
known breast cancer and BSE detection techniques. For that researchers want to
investigate "The Effect of Health Education About Breast Cancer In Science And Attitude
Mother In Early Detection (BSE) IN West Randu RT 05 RW 12 Gang II" This study used
experimental design techniques quasy sampling using probability sampling simple random
sampling, sample size was of 44 respondents. Kesahatan independent variable is health
education. Dependent variable is the knowledge and attitudes. Data were analyzed using
willcoxon signed rank test and Mann Whitney test with significance level 0.05. The
results showed no significant effect of health education on knowledge (p = 0.000 and z =4.130a) and attitude (p = 0.000 and z = - 2.72a) from Wilcoxon signed rank test test and
test results reinforced with whiney mann post-test resulted in knowledge (p = 0.000 and z
= -4938) and attitude (p = 0.000 and z = -4692). From the results of her study is expected
to increase knowledge about breast cancer and the importance of BSE in a way to follow
health counseling, seek information through print and electronic media.
Key words: Health education, knowledge, attitudes, early detection of breast cancer
(BSE)
Latar Belakang
Payudara merupakan salah satu
organ yang sangat penting, baik dari
segi fungsinya maupun estetika. Akan
tetapi bagian tubuh ini berpotensi
terjangkit oleh kanker. Kanker
payudara merupakan salah satu kanker
yang paling banyak menyerang pada
kaum perempuan yang menduduki
peringkat kedua setelah kanker
leher rahim.
Namun diprediksi pada 20-30
tahun ke depan, penderita kanker
payudara di Indonesia akan meningkat,
sebaliknya kanker leher rahim akan
Hasil Penelitian
Tingkat Pengetahuan Ibu Dalam
RI) Sebelum
Deteksi Dini (SADARI
an Pendidikan
Dan Sesudah Diberikan
Kanker
Kesehatan
Tentangg
Payudara
huan
a. Tingkat
Pengetahua
n.
Kelompok Perlakuan.
Pada
64
b. Tingkat
Pengetahua
ahuan
kelompok Kontrol.
pada
dari
atas
Kesimpulan
da
bahwa
pada
menggambarkan
bahw
menunjukkan
kelompok
kontrol
m
tingkat pengetahuan pre ttest dan post
test tidak mengalamii perubahan,
masih kurang.
kreteria penilaiannya ma
babkan pada
Hal ini dapat diseba
dak diberikan
kelompok kontrol tidak
ukan post test.
intervensi sebelum dilakuka
silinder distribusi
Gambar 3: Diagram sili
nurut sikap pada
frekuensi sampel menur
kelompok perlakuann sebelum dan
sesudah
diberikann
pendidikan
kesehatan tentang kanke
nker payudara
65
Pembahasan
Tingkat Pengetahuan Ibu Dalam
Deteksi Dini (SADARI
RI) Sebelum
Dan Sesudah Diberikan
an Pendidikan
Kesehatan
Tentangg
Kanker
Payudara
Pada
tabel
m
menunjukkan
tingkat pengetahuan Ibuu deteksi dini
dan sesudah
(SADARI) sebelum da
diberikan
pendidikann
kesehatan
yudara. Pada
tentang kanker payuda
kelompok perlakuan pre test sebelum
kebanyakan
dilakukan
intervensi
ori cukup dan
nilainya dalam kategori
ol pa
pada pre test
pada kelompok kontrol
kebanyakan nilainya dala
alam kategori
68
70
Simpulan
1. Pengetahuan Ibu dalam deteksi
dini (SADARI) tentang kanker
payudara di Randu Barat RT 05
RW 12 Gang II Surabaya.
Sebelum diberikan pendidikan
pada kelompok perlakuan berada
dalam kategori cukup dan
kelompok kontrol berada dalam
kategori kurang. Setelah diberikan
pendidikan
kesehatan
pada
kelompok perlakuan mengalami
perubahan
menjadi
baik
dibandingkan dengan kelompok
kontrol yang tidak diberikan
pendidikan
kesehatan
tidak
mengalami perubahan.
2. Sikap Ibu dalam deteksi dini
(SADARI)
tentang
kanker
payudara di Randu Barat RT 05
RW 12 Gang II Surabaya. Ibu
sebelum diberikan pendidikan
pada kelompok perlakuan berada
dalam kategori sikap yang baik
sedangkan kelompok kontrol
berada dalam kategori sikap yang
cukup.
Setelah
diberikan
pendidikan kesehatan mengalami
peningkatan jumlah responden
pada kelompok perlakuan sikap
yang baik dibandingkan dengan
kelompok kontrol yang tidak
diberikan pendidikan kesehatan
tidak mengalami perubahan hasil.
3. Pendidikan kesehatan
kanker
payudara memberikan perbedaan
pada pengetahuan dan sikap ibu
dalam deteksi dini (SADARI). Hal
ini dapat dikatakan secara tidak
langsung pendidikan kesehatan
berpengaruh pada pengetahuan
dan sikap ibu dalam deteksi dini
(SADARI).
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. (1999). Psikologi sosial,
Jakarta : Rineka Cipta
Arikunto, S. (2006).
Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik, Jakarta : Rineka Cipta
Brunner, Suddarth. (2002). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8, Jakarta : Arcan
Mardiana, L. (2004). Kanker Pada
Wanita : Pencegahan dan
Pengobatan dengan Tanaman
Obat, Jakarta : Penebar
Swadaya
Mubarak, W. I , Bambang A. S,
Khoirul R, Siti P. (2006). Ilmu
Keperawatan Komunitas 2,
Jakarta : CV Sagung Seto
Mubarak, W. I . (2007).Promosi
Kesehatan Sebuah Pengantar
Proses
Belajar
Mengajar
dalam Pendidikan, yogyakarta :
Graha Ilmu
Mubarak, W. I ,Nurul C. (2009). Ilmu
Keperawatan
Komunitas
pengantar dan teori, Jakarta :
Salemba Medika.
Nazir,
M.
(2005).
Metodologi
Penelitian, Jakarta : Ghalia
Indonesia
71
Soesanto,W.
(2008).
Biostatistik
Penelitian
Kesehatan
Biostatistik dengan Komputer
(SPSS 16 For Windows).
Surabaya : Perc. Duatujuh
Suliha, U, Herawani, Sumiati, Yeti. R .
(2001). Pendidikan Kesehatan
dalam Keperawatan, Jakarta :
EGC
Sunaryo. (2004). Psikologi untuk
Keperawatan, Jakarta : EGC
72
Meiana Harfika
Abstract : Diabetes melitus adalah salah satu penyakit degeneratif yang menjadi ancaman
kesehatan penduduk dunia pada saat ini. Jumlah penderita diabetes terus meningkat seiring
dengan berubahnya pola makan dan gaya hidup. Pada tahun 2000, jumlah penduduk dunia
yang menderita diabetes 171 juta jiwa dan diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat
menjadi 366 juta pada tahun 2030. Penelitian yang dilakukan antara tahun 2001 dan 2005 di
daerah Depok dan di Makasar didapatkan prevalensi diabetes tipe 2 yang cukup fantastik.
Dengan mengambil sampel dari populasi diabetes di Rawat Inap Bagian Penyakit Dalam
RSMH Palembang Periode 1 Januari 2007 31 Desember 2007, dilakukan suatu penelitian
deskriptif untuk mengetahui karakteristik penderita diabetes dan terapi yang sering diberikan
pada penderita dibetes tipe 2 di RSMH Palembang. Penelitian dilakukan pada bulan januari
juni 2008. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data dari rekam medis.
Dari hasil penelitian pada 86 sampel didapatkan distribusi penderita diabetes tipe 2
terbanyak pada usia 45-59 tahun yaitu 40 orang (46,51%) dan lebih banyak perempuan yakni
57 orang (66,28%). Distribusi kadar gula darah yang terbanyak yaitu 200 mg/dL sebanyak
66 orang (76,74%). Distribusi IMT yang terbanyak yakni pada kelompok berat badan lebih
dengan resiko sebanyak 36 orang (41,86%). Komplikasi yang tersering adalah gangren
diabetik yaitu sebanyak 36 orang (41,86%). Dan Insulin merupakan terapi yang paling sering
diberikan yakni sebanyak 57 orang (66,27%).
Diperlukan adanya program penyuluhan mengenai diabetes oleh pihak terkait kepada
masyarkat menekan kenaikan jumlah penderita diabetes serta dapat mencegah komplikasi dan
menurunkan angka kematian.
Kata kunci : Karakteristik, Diabetes Melitus
Latar Belakang
Diabetes melitus adalah salah
satu penyakit degeneratif yang menjadi
ancaman kesehatan penduduk dunia
pada saat ini.
Jumlah penderita diabetes terus
meningkat seiring dengan berubahnya
pola makan dan gaya hidup. Pada
tahun 2000, jumlah penduduk dunia
yang menderita diabetes 171 juta jiwa
dan diperkirakan jumlah ini akan terus
yang
tidak
bisa
yang
bisa
75
Lingkar Perut
<90cm
>90cm
(pria)
(pria)
<80cm
>80cm
(wanita) (wanita)
Risk of comorbidities
BB Kurang
Rendah
Rata<18,5
Rata-rata rata
BB
Mening
Normal
Meningk kat
18,5-22,9
at
BB
Sedang
Sedang
Lebih>23,0
Berat
Berat
Sangat
- Dengan
berat
risiko : 23,024,9
- Obes
I
:
25,0-29,9
- Obes II
: 30
Status gizi:
BB kurang, bila BB < 90% BBI
BB normal, bila BB 90-110% BBI
BB lebih, bila BB 110-120% BBI
Gemuk,
bila
BB
>120%
BBI
Usia
Tabel 1. Distribusi Penderita Diabetes Tipe
2 Berdasarkan Usia (n=86)
Kelompok
Jumlah
Persentase
Usia (tahun)
30 44
11
12,79
Jenis Kelamin
Laki-laki
29
33,72
45 59
> 60
Jumlah
Perempuan
57
66,28
Jumlah
86
100
40
35
86
46,51
40,70
100
77
Riwayat Keluarga
Perspective:
Treatment.
Redefining
Obesity
and
its
Keterbatasan Penelitian
Simpulan
Berdasarkan penelitian deskriptif
mengenai
karakteristik
penderita
diabetes melitus tipe 2 dan terapinya di
instalasi rawat inap penyakit dalam
RSMH Palembang periode 1 Januari
2007 31 Desember 2007. Frekuensi
penderita diabetes tipe 2 terbanyak
pada kelompok usia 45-59 tahun yaitu
sebanyak 40 orang (46,51%) dan lebih
banyak perempuan yakni 57 orang
(66,28%)
daripada
laki-laki.
78
DAFTAR PUSTAKA
Wild, Sarah, dkk. Global Prevalence
of Diabetes. Diabetes Care.
Volume 27. Number 5. 2004
PERKENI. Konsensus Pengelolaan
dan
Pencegahan
Diabetes
Melitus Tipe 2 di Indonesia
2006. Jakarta: PB.PERKENI.
2006
79
80