Oleh :
Eny Dwi Oktaviani
115070207111022
Novita Wulan Dari
115070200111048
Maulana Rahmat H
115070200111030
Zulvana
115070207111018
Amin Ayu Badriyah
115070207111004
Windiarti Rahayu 115070201111028
Any Setiyorini
115070200111016
Nirma Pangestika115070200111022
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak jaman Babilonia dan
zaman Mesir kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah diketemukan batu
pada kandung kemih seorang mumi. Penyakit ini dapat menyerang penduduk
di seluruh dunia dan tidak terkecuali penduduk di Indonesia. Angka kejadian
penyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi. Di negara-negara
berkembang, banyak dijumpai pasien batu buli-buli sedangkan di negara maju
lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas. Hal ini karena
adanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari-hari. Di Amerika
Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh
dunia, rata-rata terdapat 1-12% penduduk yang menderita batu saluran
kemih. Penyakit ini merupakan salah satu dari tiga penyakit terbanyak di
bidang urologi disamping infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat
benigna.
Di Indonesia penyakit batu saluran kemih masih menempati porsi
terbesar dari jumlah pasien di klinik urologi. Insidensi dan prevalensi yang
pasti dari penyakit ini di Indonesia belum dapat ditetapkan secara pasti. Dari
data dalam negeri yang pernah dipublikasi didapatkan peningkatan jumlah
penderita batu ginjal yang mendapat tindakan di RSUPN-Cipto Mangunkusumo
dari tahun ke tahun mulai 182 pasien pada tahun 1997 menjadi 847 pasien
pada
tahun
2002,
peningkatan
ini
sebagian
besar
disebabkan
mulai
Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami konsep umum dan asuhan keperawatan
klien dengan urolithiasis.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Definisi
Epidemiologi
Patofisiologi
Faktor risiko
Manifestasi klinis
Pemeriksaan diagnostik
Penatalaksanaan secara medis
Asuhan keperawatan
BAB II
KONSEP UMUM
1. Definisi Urolithiasis
Urolithiasis adalah batu ginjal (kalkulus) bentuk deposit mineral,
paling umum oksalat Ca2+ dan fosfat Ca2+, namun asam urat dan kristal lain
juga membentuk batu, meskipun kalkulus ginjal dapat terbentuk dimana saja
dari saluran perkemihan, batu ini paling sering ditemukan pada pelvis dan
kalik ginjal (Marylin E, Doenges, 2002).
Urolitiasis mengacu pada adanya batu (kalkulus) ditraktus urinarius.
Batu terbentuk didalam traktus ketika konsentrasi substansi tertentu seperti
kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat
terbentuk ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti sitrat yang
secara normal mencegah kristalisasi dalam urine. Kondisi lain yang
mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup pH urine dan status cairan
klien (batu cenderung terjadi pada klien dehidrasi) (Brunner & suddarth,
2002).
Urolithiasis adalah terbentuknya batu (kalkulus) dimana saja pada
sistem penyalur urine, tetapi batu umumnya terbentuk di ginjal. (Robbins,
2007).
Jadi, urolithiasis adalah batu ginjal atau kalkulus yang terbentuk di
traktus urinarius yang terbentuk karena adanya peningkatan kalsium,
oksalat, asam urat, struvit dan sistein dalam air kencing serta kurangnya
bahan-bahan seperti sitrat, magnesium, pirofosfat yang dapat menghambat
pembentukan batu, kurangnya produksi air seni, infeksi saluran kencing,
gangguan aliran air kencing dan keadaan-keadaan lain yang masih belum
terungkap/idiopatik.
2. Epidemiologi Urolithiasis
Berdasarkan data dari Urologic Disease in America pada tahun 2000,
insidens rate tertinggi kelompok umur berdasarkan letak batu yaitu saluran
kemih atas (ginjal dan ureter) adalah pada kelompok umur 55 64 tahun
11,2 per 100.000 populasi, tertinggi kedua adalah kelomok umur 67 74
tahun 10,7 per 100.000 populasi. Insidens rate tertinggi jenis kelamin
berdasarkan letak batu yaitu saluran kemih bawah pada kelompok umur 75
84 tahun 18 per 100.000 populasi, tertinggi kedua adalah kelompok umur
65 74 tahun 11 per 100.000 populasi. Insidens jenis kelamin laki laki 4,6
per 100.000 populasi sedangkan pada perempuan 0,7 per 100.000 populasi.
Di negara yang sedang berkembang, insidensi batu saluran kemih
relatif rendah, baik dari batu saluran kemih bagian bawah maupun batu
lain
yang
idiopatik.
Secara
epidemiologis
terdapat
kalsium
oksalat
yang
tinggi
akan
memudahkan
Sindroma Barter, pada keadaan ini terjadi poliuria, berat jenis air
kemih rendah hiperkalsiuria dan nefrokalsinosis.
b. Umur
Urolithiasis terbanyak di negara Barat adalah umur 20 60 tahun,
sedangkan di Indonesia terdapat pada golongan usia 30 50 tahun.
Penyebab pastinya belum diketahui, kemungkinan disebabkan adanya
perbedaan faktor sosial, ekonomi, budaya dan diet. Berdasarkan
penelitian Latvan , dkk (2005) di RS. Sidney Australia, proporsi
urolithiasis 69% pada kelompok umur 20 49 tahun. Menurut Basuki
(2011), urolithiasis paling sering pada usia 30 50 tahun.
c. Jenis Kelamin
Urolithiasis 3x lebih sering pada laki-laki dibandingkan perempuan.
Tingginya kejadian urolithiasis ini disebabkan oleh anatomis saluran
kemih pada laki laki yang lebih panjang dibandingkan pada wanita,
secara alamiah didalam air kemih laki laki kadar kalsium lebih tinggi
dibandingkan pada wanita, dan pada air kemih wanita kadar sitrat
(inhibitor) lebih tinggi, laki laki memiliki hormon testosteron yang
dapat meningkatkan produksi oksalay endogen di hati, serta adanya
hormon estrogen pada wanita yang mampu mencegah agregasi garam
kalsium.
2)
Faktor Ekstrinsik
a.
Geografis
akan
meningkatkan
jumlah
keringat
dan
meningkatkan
Dianjurkan minum 2500 ml air per hari atau minum 250 ml tiap 4 jam
ditambah 250 ml tiap kali makan sehingga diharapkan tubuh
menghasilkan 200 ml air kemih yang cukup untuk mengurangi
terjadinya penyakit urolithiasis. Banyak ahli berpendapat bahwa yang
dimaksud minum banyak untuk memperkecil kambuh yaitu bila air
kemih yang dihasilkan minimal 2 liter per 24 jam. Berbagai jenis
minuman berpengaruh berbeda dalam mengurangi atau menambah
risiko terbentuknya urolithiasis. Hal ini dapat dilihat dalam tabel
dibawah ini.
Jenis
Laki
Wanita
minuman
laki
Teh
-14
-8
Kopi
-10
-10
Susu
-13
-10
Jus jeruk
-6
-6
Soft drink
+6
+6
Jus apel
+35
+6
Jus anggur
+37
+44
Jus tomat
+41
+28
menderita
hiperkalsiuria
dan
hiperurikosuria
akan
diet
sebagai
faktor
penyebab
terbesar
terjadinya
atau
kurang
aktivitas
atau
sedentary
life
karena
akan
Stress
Pada orang dengan stress jangka panjang dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya urolithiasis. Secara pasti mengapa stress
dapat menimbulkan urolithiasis belum dapat ditentukan secara pasti.
Tetapi diketahui bahwa orang stress dapat mengalami hipertensi, daya
tahan
tubuh
rendah,
dan
kekacauan
metabolisme
yang
Penyebab dari renal calculi adalah idiopatik akan tetapi ada faktorfaktor predisposisi dan yang utama adalah UTI (Urinary Tract
Infection). Infeksi ini akan meningkatkan timbulnya zat-zat organik.
Zat-zat
ini
dikelilingi
oleh
mineral-mineral
yang
mengendap.
4. Patofisiologi Urolithiasis
Terlampir
5. Manifestasi Klinis Urolithiasis
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung
pada adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran
urin, terjadinya obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan
distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi (pielonefritis dan sistitis
yang disertai menggigil, demam, dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu
yang terus-menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala
namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal; sedangkan
yang lain menyebabkan nyeri yang luar biasa dan ketidaknyamanan.
Secara umum terdapat nyeri (renal colic). Batu distal
bisa
menyebabkan nyeri alih pada labia, meatus penis, atau testis. Hamaturia
terjadi pada 95% pasien. Gejala-gejala nonspesifik seperti nausea, muntah,
takikardi, diaforesis. Demam derajat rendah tanpa infeksi, namun bila terjadi
infeksi bisa mengalami demam tinggi.
a.
Berdasarkan lokasinya
rusa. Kadang batu hanya terdapat di suatu kaliks. Batu pelvis ginjal
dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat.
Umumnya gejala batu saluran kemih merupakan akibat dari obstruksi
aliran kemih dan infeksi.
Nyeri di daerah pinggang dapat dalam bentuk pegal hingga kolik atau
nyeri yang terus menerus dan hebat karena adanya pionefrosis. Pada
pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai
mungkin
terabanya
ginjal
yang
membesar
akibat
adanya
hidronefrosis. Nyeri dapat berupa nyeri tekan atau ketok pada daerah
arkus kosta pada sisi ginjal yang terkena. Sesuai dengan gangguan
yang terjadi, batu ginjal yang terletak di pelvis dapat menyebabkan
terjadinya hidronefrosis, sedangkan batu kaliks pada umumnya tidak
ini
disebut
kolik
ureteral.
Umumnya,
pasien
akan
didahului
oleh
serangan
kolik.
Bila
keadaan
obstruksi
terus
dan
berhubungan
dengan
infeksi
traktus urinarius
dan
gejala
sama
sekali
Karena
tidak
menyebabkan
obstruksi urin.
b. Gejala klinis lain yang dapat ditemukan
Rasa nyeri
Lokasi nyeri tergantung dari letak batu. Rasa nyeri yang berulang
(kolik) tergantung dari lokasi batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut,
disertai nyeri tekan di seluruh area kostovertebratal, tidak jarang
disertai mual dan muntah, maka pasien tersebut sedang mengalami
kolik ginjal. Batu yang berada di ureter dapat menyebabkan nyeri
yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan
genitalia. Pasien sering ingin berkemih, namun hanya sedikit urine
yang dikeluarkan, dan biasanya air kemih disertai dengan darah,
penyakit urolithiasis.
Mual dan muntah
Obstruksi seluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali
menyebabkan mual dan muntah
pH kurang dari 6,0, sementara batu fosfat dan struvit lebih mudah
terbentuk pada pH urine lebih dari 7,2.
b. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis urolithiasis dapat dilakukan
dengan
beberapa
tindakan
radiologis yaitu:
1) Foto polos abdomen
Untuk melihat batu di daerah ginjal, ureter dan kandung kemih.
Dimana dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batu dan dapat
membedakan klasifikasi batu yaitu dengan densitas tinggi biasanya
menunjukan jenis batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat, sedangkan
dengan densitas rendah menunjukan jenis batu struvit, sistin dan
campuran. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan batu di dalam
ginjal maupun batu diluar ginjal.
Pembuatan
foto
polos
abdomen
bertujuan
untuk
melihat
non
opak
(radio
lain,
sedangkan
batu
asam
urat
Radiooposit
as
Kalsium
Opak
MAP
Semiopak
Urat/Sistin
Non Opak
penurunan
fungsi
ginjal,
sebagai
penggantinya
adalah
untuk
menunjukan
batu
ureter,
dan
tidak
dapat
coklat
gelap,
berdarah;
secara
umum
presipitasi
pemadatan)
atau
polisitemia
anemia
terjadi
(perdarahan,
pada
urolithiasis
adalah
untuk
batu
misalnya
kalsium)
yang
efektif
mencegah
pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah
ada. Upayanya dapat berupa :
Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari
blocker
NSAID
Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran batu
syarat lain untuk observasi adalah berat ringannya keluhan pasien,
ada tidaknya infeksi dan obstruksi. Adanya kolik berulang atau ISK
menyebabkan
observasi
dengan adanya
(misalnya
bukan
obstruksi,
merupakan
apalagi
pada
pilihan.
Begitu
pasien-pasien
juga
tertentu
tidak ada toleransi terhadap obstruksi. Pasien seperti ini harus segera
dilakukan intervensi.
b. Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan
Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan
agar batu dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi
morfin sulfat yaitu petidin hidroklorida atau obat anti inflamasi nonsteroid
seperti ketorolac dan naproxen dapat diberikan tergantung pada intensitas
nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter.
Pemberian antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada
pengangkatan batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah batu
dikeluarkan, urolithiasis dapat dianalisis untuk mengetahui komposisi dan
obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau menghambat
pembentukan batu berikutnya.
c. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan hanya diberi obat
penangkal nyeri. Pasien akan berbaring di suatu alat dan akan dikenakan
gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah
batu. Bahkan
ruangan terpisah. Jadi, begitu lokasi ginjal sudah ditemukan, dokter hanya
menekan tombol dan ESWL di ruang operasi akan bergerak. Posisi pasien
sendiri bisa telentang atau telungkup sesuai posisi batu ginjal.
Batu
ginjal yang sudah pecah akan keluar bersama air seni. Biasanya
pasien tidak perlu dirawat dan dapat langsung pulang.
Pembangkit (generator) gelombang kejut dalam ESWL ada tiga jenis yaitu
elektrohidrolik,
generator
piezoelektrik
mempunyai
cara
dan
elektromagnetik.
kerja
yang
berbeda,
Masing - masing
tapi
sama-sama
mendekati sifat akustik tubuh sehingga tidak akan menimbulkan rasa sakit
pada saat gelombang kejut masuk tubuh.
ESWL
merupakan
alat
pemecah
batu
ginjal
dengan menggunakan
ginjal
atau
saluran
kemih
antara
ginjal
dan
kandung
kemih
(kecuali yang terhalang oleh tulang panggul). Batu yang keras (misalnya
kalsium oksalat monohidrat) sulit pecah dan perlu beberapa kali tindakan.
ESWL tidak boleh digunakan oleh penderita darah tinggi, kencing manis,
gangguan pembekuan darah dan fungsi ginjal, wanita hamil dan
anak - anak, serta berat badan berlebih (obesitas). Penggunaan
untuk
terapi
batu
ureter
distal
pada
wanita dan
anak-anak
ESWL
juga
valid,
untuk
d. Endourologi
Tindakan
endourologi
adalah
tindakan
invasif
minimal
untuk
ureter
dengan
berada di uretra
Pemasangan Stent
Meskipun bukan pilihan terapi utama, pemasangan stent ureter
terkadang
memegang
tambahan
dalam penanganan
penderita
sepsis
yang
peranan
penting
batu
ureter.
sebagai
tindakan
Misalnya
pada
stent sangat perlu. Juga pada batu ureter yang melekat (impacted).
Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, tindakan selanjutnya
f.
Sinar laser
Tipe laser yang digunakan semula adalah tipe pulse dye. Belakangan
sejak Agustus 1997 RS PGI Cikini menggunakan laser tipe Ho:Yag atau
Holmium asal AS. Caranya, melalui saluran ureta dimasukkan selang
fiber mini, yang langsung dapat mengenai batu sasaran. Apabila tipe
pulse dye hanya untuk batu ginjal atau kemih saja, tipe Holmium ini
lebih multiguna. Misalnya juga untuk pengobatan pembesaran atau
infeksi prostat serta tumor jinak kandung kemih.
Holmium ini pandai mengatur frekuensi tembakan agar batu tidak
terdorong ke atas. Jarak antara selang fiber dengan batu paling-paling
hanya 1 mm. Dengan sistem gelombang pulsasi batu dengan segera
bisa dipunahkan. Tindakan dengan mesin canggih ini dinilai lebih cepat
(1,5 jam untuk batu besar), risiko perdarahan atau kerusakan jaringan
sekitarnya hampir tidak ada serta nyeri pascaoperasi dan risiko
komplikasi hampir tidak terasa. Penderita tidak perlu menginap di
rumah sakit, bisa langsung pulang begitu kesadaran sudah pulih.
8. Komplikasi Urolithiasis
Dibedakan komplikasi
Komplikasi
akut
yang
akut
sangat
dan
komplikasi
diperhatikan
oleh
jangka
panjang.
penderita
adalah
rendah. Komplikasi akut dapat dibagi menjadi yang signifikan dan kurang
signifikan.
trauma
Yang
organ
termasuk komplikasi
pencernaan,
signifikan
sepsis, trauma
adalah
vaskuler,
avulsi
hidro
ureter,
atau
besar dari yang ditemukan karena secara klinis tidak tampak dan sebagian
besar penderita tidak dilakukan evaluasi radiografi (IVP) pasca operasi.
Obstruksi adalah komplikasi dari batu ginjal yang dapat
menyebabkan terjadinya hidronefrosis dan kemudian berlanjut dengan atau
tanpa pionefrosis yang
terkena.
Komplikasi
dilakukan.
Infeksi,
berakhir
dengan
lainnya dapat
termasuk
kegagalan
terjadi
faal
saat
ginjal
yang
penanganan
batu
beberapa
saat
setelah
dilakukannya
ESWL
saat pecahan
batu
nonstaghorn,
komplikasi
berupa
kehilangan
darah, demam, dan terapi nyeri yang diperlukan selama dan sesudah
prosedur
lebih sedikit
dibandingkan
dengan
dan
berbeda
secara
bermakna
pada
ESWL
Dari
meta-analisis,
kebutuhan
transfusi
pada
PNL
dan
kombinasi terapi sama (< 20%). Kebutuhan transfusi pada ESWL sangat
rendah
namun
komorbiditas
atau
dapat
25-50%.
Mortalitas
dijumpai, khususnya
mengalami
sepsis
pada
akibat
pasien
tindakan
dengan
data yang ada di pusat urologi di Indonesia, risiko kematian pada operasi
terbuka kurang dari 1%.
Komplikasi ESWL meliputi
Pada satu
kasus
dilaporkan
terjadi
hidrothoraks
pasca
PNL.
Komplikasi operasi terbuka meliputi leakage urin (9%), infeksi luka (6,1%),
demam (24,1%), dan perdarahan
pascaoperasi
(1,2%).
Pedoman