Gagal Ginjal
Gagal Ginjal
Oleh:
Kelompok 9
Febrina Susilawati
Fika Magfiroh
Rahmah
Zia Anjar Watin
M. Noraidi Nafarin
Tria Wulandari
Nuniek
24041315346
24041315348
24041315373
24041315384
24041315410
24041315433
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GARUT
2016
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul:
PENYAKIT GAGAL GINJAL
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian
kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, saya dengan rendah hati
menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Ginjal merupakan bagian utama dari sistem saluran kemih
yang
didalam
tubuh,
mengontrol
tekanan
darah,
dan
Rumusan Masalah
a. Definisi penyakit gagal ginjal
b. Etiologi dan pathogenesis penyakit gagal ginjal
c.
d.
e.
f.
1.3.
Tujuan Penulisan
Mengetahui definisi, etiologi, pathogenesis, klasifikasi, gejala klinis,
diagnosa, komplikasi, terapi farmakologi dan nonfarmakologi serta terapi
khusus pada penyakit gagal ginjal
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Definisi
Penyakit gagal ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali
dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan
cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau
produksi urin.
Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan kearah yang
semakin buruk dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja
pada
keadaan
ini
ginjal
kehilangan
kemampuannya
untuk
Prevalensi
Etiologi
Umumnya penyakit ginjal kronik disebabkan oleh penyakit ginjal
intrinsik difus dan menahun. Hampir semua nefropati bilateral dan progresif
akan berakhir dengan penyakit ginjal kronik. Umumnya penyakit di luar
ginjal, seperti nefropati obstruktif dapat menyebabakan kelainan ginjal
polikistik dan nefropati obstruktif hanya 15-20% (Sukandar, 2006). Kirakira 10-15% pasien-pasien penyakit ginjal kronik disebabkan penyakit
ginjal kongenital seperti sindrom Alport, penyakit Fabbry, sindrom
nefrotik kongenital, penyakit ginjal polikistik, dan amiloidosis (Sukandar,
2006). Pada orang dewasa penyakit ginjal kronik yang berhubungan
dengan infeksi saluran kemih dan ginjal (pielonefritis) tipe uncomplicated
jarang dijumpai, kecuali tuberkulosis, abses multipel. Nekrosis papilla
renalis yang tidak mendapat pengobatan yang adekuat (Sukandar, 2006).
Etiologi AKI dibagi menjadi 3 kelompok utama berdasarkan
patogenesis AKI, yakni (1) penyakit yang menyebabkan hipoperfusi ginjal
tanpa menyebabkan gangguan pada parenkim ginjal (AKI prarenal,~55%);
(2) penyakit yang secara langsung menyebabkan gangguan pada parenkim
ginjal (AKI renal/intrinsik,~40%); (3) penyakit yang terkait dengan
obstruksi saluran kemih (AKI pascarenal,~5%). Angka kejadian penyebab
AKI sangat tergantung dari tempat terjadinya AKI.
2.4.
Patogenesis
Berbagai faktor etiologi sebenarnya merusak ginjal dalam heterogen
Cara Misalnya , lesi struktural utama di diabetes nefropati adalah ekspansi
mesangial glomerulus . dalam hipertensi m nephrosclerosis , itu adalah
hyalinosis dari arteriol ginjal , dan di polikistik.
Penyakit ginjal itu adalah pengembangan dan pertumbuhan kista
ginjal. Berbagai perubahan glomerulus morfologis telah tercatat terjadi,
tergantung pada diagnosis utama glomerulonefritis tersebut. Kehadiran atau
paparan hasil faktor risiko inisiasi hilangnya massa nefron. Nefron hipertrofi
tersisa untuk mengimbangi untuk hilangnya fungsi ginjal dan nefron mass.
Awalnya ini hipertrofi kompensasi mungkin adaptif . Namun dari waktu ke
waktu hipertrofi yang sering menjadi maladaptif dan mengarah ke
pengembangan hipertensi glomerulus, mungkin dimediasi oleh angiotensin II.
Angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat dari kedua aferen dan
eferen arteriol, istimewa mempengaruhi arteriol eferen , yang mengarah ke
peningkatan tekanan dalam kapiler glomerulus . pembangunan hipertensi
intraglomerular umumnya berkorelasi dengan pembangunan hipertensi arteri
sistemik. Penelitian pada hewan telah menunjukkan bahwa tekanan kapiler
intraglomerular tinggi merusak sizeselective yang fungsi penghalang
permeabilitas glomerulus , dan hasil di albuminuria dan Proteinura.
Proteinuria dihasilkan diduga mempercepat progresif hilangnya nefron
karena langsung kerusakan sel. protein yang disaring terdiri dari albumin,
transferin, melengkapi faktor, imunoglobulin, sitokin, dan angiotensin II,
yang memiliki berbagai molekul bobot. Sejumlah penelitian telah
menunjukkan bahwa kehadiran protein ini dalam tubulus ginjal mengaktifkan
sel tubular yang menyebabkan produksi diregulasi dari inflamasi dan
vasoaktifsitokin, seperti endotelin, protein monosit chemoattractant (MCP1), dan RANTES (diatur pada saat aktivasi, T - sel yang normal diekspresikan
dan disekresikan. Mengumpulkan bukti sekarang menunjukkan bahwa
aktivasi komplemen intratubular mungkin mekanisme kunci kerusakan
progresif Proteinuria nephropathies.88-90 proteinuric dikaitkan dengan
10
Selain itu karena pasien dengan tingkat LFG seperti ini tidak memiliki
cadangan fungsional yang memadai, mereka mudah mengalami uremia
jika mendapat srees tambahan ( infeksi, obstruksi, dehidrasi atau obat
nefrotik) atau mengalami keadaan katabolik yang disertai oleh
peningkatan pertukaran/pergantian produk-produk yang mengandung
nitrogen disertai penurunan LFG (Ganong, 2010).
2) Patogenesis uremia
Patogenesis gagal ginjal kronik sebagian berasal dari kombinasi
efek toksik
a)
b)
produk normal seperti hormon yang kini terdapat dalam jumlah lebih
banyak
c)
11
diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus
kurang dari 60ml/menit/1,73m2. Batasan penyakit ginjal kronik adalah sebagai
berikut :
1. kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal, dengan
atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan:
kelainan patalogik
petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria atau kelainan pada
pemeriksaan pencitraan
2. laju filtrasi glomerulus < 60 ml/menit/1,73m2 selama > 3 bulan dengan atau
tanpa kerusakan ginjal
Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, klasifikasi stadium ditentukan
oleh nilai laju filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan
nilai laju filtrasi glomerulus yang lebih rendah, seperti terlihat pada tabel 2.
klasifikasi tersebut membagi penyakit ginjal kronik dalam lima stadium.
Stadium 1 adalah kerusakan ginjal dengan fungsi ginjal yang masih normal,
stadium 2 kerusakan ginjal dengan penurunan fungsi ginjal yang ringan,
stadium 3 kerusakan ginjal dengan penurunan sedang fungsi ginjal, stadium 4
kerusakan ginjal dengan penurunan berat fungsi ginjal, dan stadium 5
adalah gagal ginjal
Tabel 2. Laju filtrasi glomerulus dan stadium penyakit ginjal kronik
Stadiu
m
1.
2.
3.
4.
5.
Fungsi Ginjal
Normal/meningkat
Penurunan ringan
Penurunan sedang
Penurunan berat
Gagal ginjal
12
AKI prarenal
I. Hipovolemia
- Kehilangan cairan pada ruang ketiga, ekstravaskular
- Kerusakan jaringan (pankreatitis), hipoalbuminemia, obstruksi
- usus
- Kehilangan darah
- Kehilangan cairan ke luar tubuh
- Melalui saluran cerna (muntah, diare, drainase),
- Melalui saluran kemih (diuretik, hipoadrenal, diuresis osmotik),
- Melalui kulit (luka bakar)
II. Penurunan curah jantung
- Penyebab miokard: infark, kardiomiopati
- Penyebab perikard: tamponade
- Penyebab vaskular pulmonal: emboli pulmonal
- Aritmia
- Penyebab katup jantung
III. Perubahan rasio resistensi vaskular ginjal sistemik
- Penurunan resistensi vaskular perifer
- Sepsis, sindrom hepatorenal, obat dalam dosis berlebihan
(contoh: barbiturat), vasodilator (nitrat, antihipertensi)
- Vasokonstriksi ginjal
- Hiperkalsemia, norepinefrin, epinefrin, siklosporin, takrolimus,
- amphotericin B
- Hipoperfusi ginjal lokal
- Stenosis a.renalis, hipertensi maligna
IV. Hipoperfusi ginjal dengan gangguan autoregulasi ginjal
- Kegagalan penurunan resistensi arteriol aferen
- Perubahan struktural (usia lanjut, aterosklerosis, hipertensi
- kronik, PGK (penyakit ginjal kronik), hipertensi maligna),
- penurunan prostaglandin (penggunaan OAINS, COX-2 inhibi
- tor), vasokonstriksi arteriol aferen (sepsis, hiperkalsemia,
- sindrom hepatorenal, siklosporin, takrolimus, radiokontras)
13
AKI Renal
I. Obstruksi renovaskular
- Obstruksi a.renalis (plak aterosklerosis, trombosis, emboli,
- diseksi aneurisma, vaskulitis), obstruksi v.renalis (trombosis,
kompresi)
II. Penyakit glomerulus atau mikrovaskular ginjal
- Glomerulonefritis, vaskulitis
III. Nekrosis tubular akut (Acute Tubular Necrosis, ATN)
- Iskemia (serupa AKI prarenal)
- Toksin
- Eksogen (radiokontras, siklosporin, antibiotik, kemoterapi,
- pelarut organik, asetaminofen), endogen (rabdomiolisis,
hemolisis,
- asam urat, oksalat, mieloma)
IV. Nefritis interstitial
- Alergi (antibiotik, OAINS, diuretik, kaptopril), infeksi (bakteri,
viral, jamur), infiltasi (limfoma, leukemia, sarkoidosis),
- idiopatik
V. Obstruksi dan deposisi intratubular
- Protein mieloma, asam urat, oksalat, asiklovir, metotreksat,
sulfonamida
AKI Pascarenal
14
15
AKI pascarenal adalah yang berkaitan dengan obstruksi saluran kemih, baik
akibat batu ginjal, lesi struktural (tumor, hiperplasia prostat, atau striktur)
atau kelainan fungsional (spasme, atau efek obat) (Ganong, 2010).
2.6. Gejala Klinis
b. Gejala Klinik Pada Gagal Ginjal Akut
1) Manifestasi klinik dari penyakit ini sulit dikenal dan tergantung pada
kondisi pasien. Pasien rawat jalan biasanya tidak mengalami kondisi
akut, sedangkan pasien rawat inap umumnya mengalami ARF setelah
kejadian katastrofik.
2) Gejala pada pasien rawat jalan umumnya berupa perubahan pada
kebiasaan urinasi, berat badan, atau nyeri pada sisi tubuh. Tenaga medis
biasanya dapat mengenali gejala sebelum dikeluhkan oleh pasien.
3) Gejala termasuk edema, urin berwarna atau berbusa, penurunan volume
urin, dan terjadi hipotensi ortostatik.
c. Gejala Klinik Pada Gagal Ginjal Kronik
1) Perkembangan dan kemajuan Gagal Ginjal Kronik (Chronic Kidney
Disease/CKD) tidak dapat diprediksi. Pasien dengan kondisi CKD
tahap 1 atau 2 umumnya tidak mengalami gejala atau gangguan
metabolik yang umumnya dialami pasien CKD tahap 3 sampai 5, yakni
anemia, hiperparatiroid sekunder, gangguan kardiovaskuler, malnutrisi,
serta abnormalitas cairan dan elektolit yang merupakan petanda
kerusakan fungsi ginjal.
2) Gejala uremik (kelelahan, lemah, nafas pendek/tersengal-sengal,
gangguan mental, mual, muntah, perdarahan, dan anoreksia) umumnya
tidak muncul pada tahap 1 dan 2 , terjadi minimal pada tahap 3 dan 4,
serta umum terjadi pada pasien CKD tahap 5 yang biasanya mengalami
gatal dikulit, intoleransi cuaca dingin, kenaikan berat badan, dan
neuropati periferal.
3) Gejala tanda uremia adalah dasar penentuan pemerian terapi
penggantian ginjal (RRT/Renal Replacement Therapy).
2.7. Diagnosa
a. Metode biokimia
1) Pemeriksaan kimia urine
Tes kimia terhadap urine telah sangat disederhanakan dengan
digunakannya carik kertas impregnasi yang dapat mendeteksi zat-zat
16
17
18
abdomen
dipantulkan
oleh
permukaan
jaringan
yang
19
ginjal.
Sistouretrogram Berkemih
Tindakkan inimencakup pengisian vesika urinaria dengan zat
kontras melalui kateter. Diambil foto saluran kemih bagian bawah
sebelum, selama dan sesudah mengosongkan vesika urinaria.
Kegunaan diagnostiknya terutam untuk mencari kelainan-kelainan
pada uretra dan untuk menentukkan apakah terdapat refluks
vesikouretra.
CT scan
Memberikan pemecahan masalah dalam penggunaan media kontras
jauh lebih baik bila dibandingkan dengan radiografi yang
konvensional, karena menghasilkan potongan melintang anatomi
yang lebih terperinci. CT scan menggambarkan secara teliti seluruh
sistem urinarius.
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI adalah suatu tekhnik pencitraan non invasif
yang dapat
kontras.
Arteriogram Ginjal
Pembuluh darah ginjal dapat terlihat pada arteriogram. Tindakkan
yang biasa dilakukan adalah memasukkan kateter melalui arteria
femoralis dan aorta
abdomenalis sampai setinggi arteria renalis. Media kontras
disuntikkan pada tempat ini, dan akan mengalir kedalam arteria
20
b Terapi Farmaka
21
22
Dosis Dewasa
Pertimbangan Khusus
100 mg I.V jika tidak ada I.V
diuretic
loop
respon dalam 1 jam, berikan lainnmungkin
240
Metolazone
mg
I.V.
jika
diikuti memberikan
efek
Manitol (20%)
loop
untuk Monitoring
hal
obat
yang
pengeluaran
Monitor
tekanan
pengeluaran
darah,
temp
Diuretik
Pengobatan GGA menggunakan diuretic belum ditunjukan untuk
mempercepat pemulihan GGA atau memperbaiki prognosis.
Namun, diuretic dapat memfasilitasi kelebihan cairan. Diuretic
yang paling efektif adalah manitol dan diuretic golongan Loop.
a Mannitol
Mannitol merupakan golongan diuretic osmosis. Alcoholgula ini (C6H14O6)terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dan getahnya,
juga pada tumbuhan laut.mannitol memiliki efek diuretic yang
23
zat-zat
yang
dapat
memperbanyak
24
obat ini memiliki kurva dosis efek datar, artinya bila dosis
optimal dinaikan lagi efeknya (diuresis, penurunan tekanan
darah) tidak bertambah.
Obat-obat yang msuk
hidroklorotiazid,
3
ekdalam
klortalidon,
golongan
mefrusida,
ini
adalah
indapamida,
dan
klopamida.
Diuretic penghemat kalium
Efek-efek obat ini hanya lemah dan khusus digunakan dan
terkombinasi dengan diuretic lainnya guna menghemat ekskresi
kalium.aldostreron menstimulasi reabsorpsi Na+ dan ekskresi K+.
proses ini dihambat secara kompetitif (saingan) oleh obat-obat
ini.
Amilorida dalam keadaan normal hanya lemah efek ekskresinya
mengenai Na+ dan K+. Tetapi pada penggunaan diuretic loop dan
thiazide terjadi ekskresi kalium dengan kuat, maka pemberian
bersama dari penghemat kalium ini meghambat ekskresi K +
dengan kuat pula.
Beberapa obat golongan ini diantaranya antagonis aldostreron
25
efektif pada keadaan udem otak dan paru-paru yang akut. Mulai
kerjanya pesar, oral dalam 0,5-1 jam dan bertahan 4-6 jam,
intravena dalam beberapa menit dan 2,5 jam lamanya. Ekskresinya
melalui kemih secara utuh dan dalam dosis tinggi juga melalui
empedu.
Dosis penggunaannya pada udema oral 40-80 mg pagi
sebelum makan. Pada insufisiensi ginjal digunakan 250-2000 mg
sehari dalam 2-3 dosis. Injeksi i.v20-40 mg secara perlahan. Tidak
dianjurkan pengugunaan dalam bentuk intramuscular (i.m).
kombinasi
Hentikan penggunaan obat jika mungkin
Hipotensi
Peningkatan reabsorpsi Natrium
vasopressors
Kombinasi terapi diuretic, membatasi Natrium
Hentikan penggunaan
Penggunaan NSAID
Gagal Jantung
Sirosis
Nekrosis tubulus akut
High-volume paracentesis
Tingkatkan dosis diuretic, terapi kombinasi
diuretic, tambahkan dopamine dosis rendah
26
agen
hipertensi
diwajibkan
secara
rutin
dalam
Mengurangi Proteinuria
Protein uria berkaitan dengan keparahan dari GGK dan
berhubungan dengan resiko kardiovaskular. Hal ini dapat
dimodifikasi
oleh
penurunan
tekanan
darah.
Beberapa
27
28
Penumpukan
cairan
juga
dapat
terjadi
dan
dapat
Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal lebih dipilih untuk terapi jangka panjang
29
tingkat
perkembangan
mikroalbuminuria
pada
ke
diabetes
dan
mengurangi
proteinuria
mulai
dari
bahwa
pengobatan
kombinasi
mengurangi
30
mempelajari
kemampuan
kombinasi
untuk
31
Untuk wanita dengan fungsi ginjal yang normal atau menurun saat
sebelum hamil (kreatinin serum di bawah 125 umol/L), biasanya tidak timbul efek
yang merugikan selama jangka panjang, tetapi ada peningkatan risiko komplikasi
kehamilan seperti darah tinggi (hipertensi dan pre-eklampsia).
32
Biasanya kehamilan sangat jarang terjadi pada wanita pada stadium akhir
gagal ginjal karena kebanyakan wanita tersebut tidak subur. Kesuburan
sering kembali dengan cepat setelah transplantasi ginjal berhasil.
Pada wanita hamil dengan penyakit ginjal, target tekanan darah harus di
bawah 140/90 mmHg.
33
Pada gagal ginjal sering kali terdapat kelainan elektrolit dan asam basa,
misalnya:
34
elektrolit.
O b s t r uksi merupakan 40% penyebab GGA, terutama hipertrofi
prostat.
Kelainan ginjal primer hanya merupakan bagian kecil (10%) dari
GGA pada usia lanjut.
Penatalaksanaan
1. Gagal Ginjal Akut
Perbedaannya dengan gagal ginjal kronik adalah pasien memiliki
kemungkinan lebih besar memerlukan terapi spesifik dengan cepat. Lebih
terlihat sakit, lebih
35
Kelainan
ginjal.
Dilakukan
pengkajian
klinis,
urinalisa,
36
37
Diberikan
suplemen
vitamin
dan
dilakukan
ketat.
Modifikasi terapi obat dan fungsi ginjal
Banyak obat-obatan yang harus diturunkan dosisnya karena
metabolitnya toksik dan dikeluarkan oleh ginjal. Misalnya digoksin,
aminoglikosid, analgesik opiat, ampoterisin, dan allopurinol. Juga
obat-obatan yang meningkatkan katabolisme dan ureum darah,
komplikasi.
4. Gangguan Hati
Gangguan fungsi ginjal dan elektrolit menjadi faktor risiko terjadinya
sindrom hepatorenal. Sindrom hepatorenal didefinisikan sebagai gagal
ginjal fungsional pada pasien dengan gangguan fungsi hati (sirosis).
Menghindari obat-obatan yang bersifat nefrotoksik (obat anti inflamasi
non-steroid,
antibiotik
golongan
aminoglikosid)
dan
selalu
38
39
LAMPIRAN 1
Algoritma Pengobatan Penyakit Ginjal Kronis Nondiabetik
Nondiabetik individual
Nondiabetik individual
Lanjutkan dengan
menambah protein
Batasi protein
hingga 0,6
gm/kg/hari
Scr/ GFR
stabil
Lanjutkan
dengan
menambah
protein
Mengatur Proteinuria
Nondiabetik individual
Proteinuria 13 g/hari
Diatur TD dari
125/75 mmHg
atau MAP/ARB
<92 dengan
ACEI
Modifikasi
gaya hidup
Mencapai TD
rendah
-Seleksi
farmakologi
dibawah
rekomendasi
JNC VII
Proteinuria <
1 g/hari
Proteinuria > 3
g/hari
Diatur TD
pada 130/85
mmHg atau
MAP/ARB
<100
Diatur TD
pada 125/75
mmHg atau
MAP/ARB <
92 dengan
ACEI
Berikan -blocker,
clonidine, minoxidil, atau
-blocker
40
DAFTAR PUSTAKA
DiPiro, T.J., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Pasey, L.M.
2005. Pharmacoterapy : A Phathophysiologocal Approach, 7th Ed. Mc
Graw-Hill Inc, USA.
Fisiologiginjalberkemih.pdf (online) PDF Created with deskPDF PDF Writer Trial :: http://www.docudesk.com
Ganong F, Stephen J. (2010). Patofisiologi Penyakit.edisi 5. Jakarta : EGC
Keegan MT, Plevak DJ. Preoperative assessment of the patient with liver disease.
Am J Gastroeterol 2005;100:2116-27
Prodjosudjadi, W., 2006. Glomerulonefritis.Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B.,
Alwi, I., Marcellus, S.K., Setiati, S., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
I. Edisi keempat. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI, 527-530.
Sinto R, Nainggolan G. 2010. Acute Kidney Injury: Pendekatan Klinis dan Tata
Laksana. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Sreedharan R, Anver ED. Chapter 529: Acute Renal Failure. In: Kliegman RM,
Stanton BF, Geme JW, Schor NF, Behrman RE(ed).2011. Nelsons Textbook
of Pediatrics.Philadelphia: Saunders. 19th
Sukandar. 2006. Gagal Ginjal Dan Panduan Terapi Dialisis. Fakultas Kedokteran
UNPAD. Bandung
Warianto, Chaidar. Gagal Ginjal.
skp.unair.ac.id/repository/Guru.../GagalGinjal_ChaidarWarianto_20.pdf
Diakses pada tanggal 13 Mei 2016.
Wiknjosastro, Hanifa. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
yg berjudul "Penggunaan
furosemid (diuretik kuat) pada terapi gagal ginjal akut" Terapi farmakologi
untuk pengobatan GGA antara lain dengan dopamin, diuretik osmotik, dan
diuretik kuat. Dopamin menstimulasi reseptor adrenergik dan dopaminergik.
Efek hemodinamik tergantung pada dosis; dosis rendah terutama
menstimulasi reseptor
dopaminergik yang dapat menghasilkan vasodilatasi renal; dosis tinggi
menstimulasi dopaminergik dan adrenergik yang dapat menghasilkan
stimulasi jantung dan vasodilatasi renal.
6. Bila sudah terkena PGK, bolehkah melakuakan aktivitas seperti olahraga,
dan apakah PGK dapat mempengaruhi kesehatan dan kekuatan tulang, dan
apakah ginjal dapat membantu pengaktifan vitamin D? (Lutvia) kelompok 2
Jawaban :
Olahraga itu dilakukan sewaktu badan kita dalam keadaan sehat bukan
sudah terkena penyakit..seperti halnya. Lakukan olahraga secara rutin dan
teratur. Dengan melakukan Olah raga yang teratur, tidak terlalu berat akan
lebih berdampak positif bagi tubuh dibandingkan dengan olah raga berat
namun tidak teratur. Misalnya Anda bisa melakukan jalan santai setiap pagi
atau bersepeda 1-2 jam setiap minggu secara teratur. Cara ini sangat efektif
untuk mencegah gagal ginjal parah.
Untuk penyakit tulang yang didapatkan Sakit punggung,
Sakit punggung ini bisa dialami oleh siapa saja, dari anak remaja sampai
orang dewasa. yang penyebabnya sangat banyak. berhati hati lah terhadap
penyakit punggung ini karena bisa saja didalam tulang tulang punggung
mengalami kelainan dan ada yang keropos, sehingga mengalami penyakit
osteoporosis. ciri ciri penyakit gagal ginjal kronik bisa mengalami sakit
punggung bagian atas. sakit punggung ini, bisa diatasi dengan cara apa saja.
tetapi yang paling banyak dilakukan adalah dengan cara pengurutan, dengan
yang ahli, jika tidak akan mengalami kefatalan. selain punggung yang
mengalami kesakitan, ada juga ras sakit yang dialami pada bagian kepala.
Iya dapat membantu, karena ginjal mengaktifkan vitamin D, yang
membantu untuk menjaga tulang yang kuat, dan menghasilkan eritropoietin,
hormon yang sangat penting untuk produksi sel darah merah.
7. Kapan hemodilisis dilakukan pada penderita gagal ginjal atau pada kondisi
seperti apa? Berapa lama hemodialisis dilakukan pada penderita gagal
ginjal? (Muhammad Ramdani)
Jawaban :
Idealnya Cuci darah dilakukan bila fungsi ginjal (Laju Filtrasi
Glomerolus/LFG) kurang dari 15 ml/menit. Namun dalam pelaksanaannya ada
beberapa pedoman yaitu, LFG kurang dari 10 ml/menit dengan disertai gejala
uremia dan malnutrisi. Atau LFG kurang dari 5 ml/menit untuk pasien dengan
kerusakan ginjal akibat diabetes (Nefropati Diabetik) walaupun tanpa gejala dapat
dilakukan lebih awal untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Kondisi-kondisi
tertentu yang perlu segera (cito) dilakukan hemodialisis yaitu:
-Asidosis berat, yaitu kondisi pH darah pasien yang sangat rendah dan tidak dapat
dikoreksi lagi dengan obat-obatan.
- Intoksikasi : kondisi keracunan, dilakukan cuci darah untuk membantu
menurunkan tingkat keparahannya, contohnya keracunan methanol.
- Uremia: kondisi pasien dengan tingkat sisa metabolisme ureum dalam tubuh
sangat tinggi
Hemodialisis
Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala
toksik azotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak boleh terlalu
cepat pada pasien PGK yang belum tahap akhir akan memperburuk faal
ginjal (LFG). Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan
indikasi elektif. Beberapa yang termasuk dalam indikasi absolut, yaitu
perikarditis, ensefalopati/neuropati azotemik, bendungan paru dan
Transplantasi ginjal
Terapi injal merupakan terapi pengganti ginjal (anatomi dan faal).
Pertimbangan dari proram transplantasi ginjal yaitu:
1 Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih seluruh faan
ginjal, sedangkan hemodialisa hanya mengambil alih 70-80% faal ginjal
2
3
alamiah.
Kualitas hidup normal
Komplikasi terutama berhubungan obat imunosupresis untuk mencegah