Anda di halaman 1dari 24

Majalah

Vol. VIII, No. 16/II/P3DI/Agustus/2016

Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis

WACANA PENERAPAN KEWARGANEGARAAN


GANDA DI INDONESIA
Harris Y. P. Sibuea*)

Abstrak
Permasalahan kewarganegaraan ganda yang dialami oleh Archandra Tahar dan
Gloria N. Hamel menjadi salah satu isu hukum di masyarakat. Selain permasalahan
tersebut, tuntutan dari eks-WNI yang dicabut status WNI-nya karena dianggap
terlibat Peristiwa 1965 (G 30 S PKI) dan tuntutan kewarganegaraan ganda dari
diaspora Indonesia juga merupakan permasalahan kewarganegaraan yang belum
terselesaikan. Berbagai pandangan ahli dan pakar pada umumnya menginginkan
politik hukum UU Kewarganegaraan Republik Indonesia tetap pada kewarganegaraan
tunggal. Dari perspektif hukum, hukum harus merespons permasalahan sosial
dan aspirasi publik khususnya permasalahan kewarganegaraan ganda. Sebagai
masukan terhadap legislasi DPR RI terkait permasalahan kewarganegaraan
ganda di Indonesia, terdapat 2 (dua) opsi yakni (1) mengakomodir atau menolak
penerapan kewarganegaraan ganda atau (2) perubahan atau penggantian UU
Kewarganegaraan. Kedua opsi tersebut tergantung pada politik kebijakan dan
masing-masing mempunyai konsekuensi hukum yang berbeda.

Pendahuluan

negara dengan aturan hukum yang dimiliki


masing-masing negara. Negara memberi
batasan dan persyaratan kewarganegaraan
bagi warganya melalui peraturan perundangundangan.
Selain Archandra Tahar, perkara status
kewarganegaraan ganda juga menimpa Gloria
N. Hamel yang berstatus kewarganegaraan
ganda yakni Perancis dan Indonesia karena
merupakan anak hasil pernikahan campuran
dan masih berusia di bawah 18 tahun.
Gloria pada awalnya tidak diperbolehkan
bergabung sebagai anggota Pasukan Pengibar

Pengangkatan Archandra Tahar sebagai


Menteri Negara Energi dan Sumber Daya
Mineral pada akhir Juli 2016 menuai polemik.
Pasalnya Archandra diduga memiliki status
kewarganegaraan ganda, yaitu Amerika Serikat
dan Indonesia. Berdasarkan hal tersebut,
Presiden Joko Widodo telah memberhentikan
dengan hormat Archandra Tahar dari jabatan
Menteri Negara Energi dan Sumber Daya
Mineral pada tanggal 20 Agustus 2016.
Persoalan kewarganegaraan (citizenship)
merupakan permasalahan mendasar tentang
bagaimana seseorang hidup di suatu wilayah

*) Peneliti Muda Hukum pada Bidang Hukum, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI.
Email: harris.sibuea@dpr.go.id
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.pengkajian.dpr.go.id
ISSN 2088-2351

-1-

Bendera (Paskibra) pada hari kemerdekaan


Indonesia 17 Agustus 2016 di Istana Negara.
Permasalahan kewarganegaraan ganda
Archandra Tahar dan Gloria N. Hamel
mempunyai kemiripan, yaitu sama-sama
memiliki 2 (dua) status kewarganegaraan,
namun tidak dapat disamakan, apabila
dikaji berdasarkan UU No. 12 Tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia
(selanjutnya disebut UU Kewarganegaraan).
Beberapa permasalahan kewarganegaraan
lainnya yang sampai sekarang masih belum
terselesaikan antara lain: (1) tuntutan dari
eks-WNI di luar negeri yang kehilangan status
WNI-nya karena peristiwa 1965 (G30S/PKI)
dan (2) tuntutan kewarganegaraan ganda
dari diaspora Indonesia, baik eks-WNI atau
WNI yang menetap di luar negeri yang telah
berasimilasi dengan warga negara di negara
lain dengan menikah dan memiliki keturunan.
Berdasarkan UU Kewarganegaraan,
Indonesia secara tegas tidak menerapkan
status kewarganegaraan ganda, kecuali pada
anak dalam kondisi tertentu. Kewarganegaraan
Republik Indonesia hanya dapat diperoleh
berdasarkan persyaratan yang ditentukan
dalam UU Kewarganegaraan. Rencana
perubahan atas UU Kewarganegaraan telah
dituangkan dalam Program Legislasi Nasional
2014-2019 dengan pemrakarsa DPR RI,
namun sampai saat ini pembahasan atas
perubahan UU Kewarganegaraan belum
dilaksanakan. Perubahan UU Kewarganegaraan
masih memerlukan berbagai kajian dari
ahli hukum, khususnya terkait penerapan
kewarganegaraan ganda di Indonesia.
Tulisan ini akan mengkaji mengenai wacana
penerapan status kewarganegaraan ganda dari
perspektif hukum.

asas yang menentukan kewarganegaraan


seseorang berdasarkan negara tempat
kelahiran yang diberlakukan terbatas bagi
anak-anak sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam UU Kewarganegaraan; (3)
Asas Kewarganegaraan Tunggal adalah asas
yang menentukan satu kewarganegaraan
bagi setiap orang; (4) Asas Kewarganegaraan
Ganda Terbatas adalah asas yang
menentukan kewarganegaraan ganda bagi
anak-anak sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam UU Kewarganegaraan.
Indonesia pada dasarnya tidak
mengenal kewarganegaraan ganda (bipatride)
ataupun tanpa kewarganegaraan (apatride).
Kewarganegaraan ganda yang diberikan
kepada anak dalam UU Kewarganegaraan
merupakan suatu pengecualian.
Kewarganegaraan
ganda
hanya
dimungkinkan sebagaimana diatur dalam
Pasal 4 huruf c, d, h, dan l serta Pasal 5 ayat
(1) dan ayat (2) sebagai berikut: (1) Anak
yang lahir dari perkawinan yang sah dari
seorang ayah Warga Negara Indonesia dan
ibu warga negara asing; (2) Anak yang lahir
dari perkawinan yang sah dari seorang ayah
warga negara asing dan ibu Warga Negara
Indonesia; (3) Anak yang lahir di luar
perkawinan yang sah dari seorang ibu warga
negara asing yang diakui oleh seorang ayah
Warga Negara Indonesia sebagai anaknya
dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak
tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun
atau belum kawin; (4) Anak yang dilahirkan
di luar wilayah negara Republik Indonesia
dari seorang ayah dan ibu Warga Negara
Indonesia yang karena ketentuan dari
negara tempat anak tersebut dilahirkan
memberikan kewarganegaraan kepada anak
yang bersangkutan; (5) Anak Warga Negara
Indonesia yang lahir di luar perkawinan
yang sah, belum berusia 18 (delapan belas)
tahun dan belum kawin diakui secara sah
oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing
tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia;
serta (6) Anak Warga Negara Indonesia yang
belum berusia 5 (lima) tahun diangkat secara
sah sebagai anak oleh warga negara asing
berdasarkan penetapan pengadilan tetap
diakui sebagai Warga Negara Indonesia.
Keenam kondisi yang mengakibatkan
anak
mendapatkan
kewarganegaraan
ganda tersebut akan berakhir ketika anak
berusia 18 (delapan belas) tahun dan/
atau sudah kawin sehingga anak tersebut

Hukum Kewarganegaraan Indonesia


Pasal 1 UU Kewarganegaraan Republik
Indonesia menyatakan bahwa warga negara
Indonesia adalah orang-orang bangsa
Indonesia asli dan orang-orang bangsa
lain yang disahkan dengan UU sebagai
warga negara Indonesia. Secara umum
asas kewarganegaraan yang digunakan
di Indonesia dijelaskan dalam penjelasan
umum UU Kewarganegaraan, yaitu: (1) Asas
Ius Sanguinis (law of the blood) adalah
asas yang menentukan kewarganegaraan
seseorang berdasarkan keturunan bukan
berdasarkan negara tempat kelahiran.
(2) Asas Ius Soli (law of the soil) adalah
-2-

harus menyatakan pilihan atas salah satu


kewarganegaraannya. Selanjutnya apabila
seorang anak belum dapat menentukan
pilihan atas kewarganegaraannya, maka UU
Kewarganegaraan memberikan tambahan
waktu, yaitu 3 (tiga) tahun setelah anak
berusia 18 (delapan belas) tahun.

Indonesia yang kemudian pindah untuk


bekerja di Amerika Serikat. Dalam hal
kepemilikan
paspor
negara
Amerika
Serikat, yang bersangkutan dapat dikatakan
kehilangan kewarganegaraan Indonesia
karena berdasarkan Pasal 23 huruf h UU
Kewarganegaraan, Warga Negara Indonesia
kehilangan kewarganegaraannya jika yang
bersangkutan mempunyai paspor atau surat
yang bersifat paspor dari negara asing atau
surat yang dapat diartikan sebagai tanda
kewarganegaraan yang masih berlaku dari
negara lain atas namanya.
Orang yang kehilangan kewarganegaraan
Indonesia
dapat
memperoleh
kembali
kewarganegaraannya sebagaimana diatur
dalam Pasal 31 UU Kewarganegaraan
Seseorang yang kehilangan Kewarganegaraan
Republik Indonesia dapat memperoleh
kembali
kewarganegaraannya
melalui
prosedur pewarganegaraan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 sampai dengan Pasal
18 dan Pasal 22. Permasalahannya, untuk
mendapatkan kembali kewarganegaraan
Indonesia yang hilang hanya dapat dilakukan
melalui permohonan. Artinya semua
persyaratan termasuk jangka waktu bertempat
tinggal di Indonesia juga harus dipenuhi.
Berbeda dengan pewarganegaraan
bagi orang asing yang belum pernah
menjadi WNI yang dimungkinkan melalui
dua cara, yaitu berdasarkan permohonan
(Pasal 9) dan naturalisasi (Pasal 20).
Pasal 20 menyebutkan orang asing yang
telah berjasa kepada negara Republik
Indonesia atau dengan alasan kepentingan
negara dapat diberi Kewarganegaraan
Republik
Indonesia
oleh
Presiden
setelah
memperoleh
pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia, kecuali dengan pemberian
kewarganegaraan tersebut mengakibatkan
yang bersangkutan berkewarganegaraan
ganda. Dengan demikian solusinya bukan
dengan menerapkan kewarganegaraan ganda,
melainkan pemberian kewarganegaraan
kembali oleh negara tanpa harus mengajukan
permohonan. Hal ini yang belum diatur oleh
UU Kewarganegaraan.
Kewarganegaraan ganda Gloria N.
Hamel tidak menyalahi peraturan, karena
dimungkinkan dalam UU Kewarganegaraan.
Jika persyaratan menjadi Paskibra hanya
seorang WNI maka yang bersangkutan
memenuhi syarat. Namun jika persyaratannya

Wacana Penerapan
Kewarganegaraan Ganda
Hikmahanto Juwana, pakar hukum
internasional
Universitas
Indonesia,
menyatakan bahwa ada beberapa hal yang
harus dipertimbangkan jika Indonesia ingin
menerapkan kewarganegaraan ganda. Salah
satunya kewarganegaraan ganda seringkali
dimanfaatkan oleh seseorang yang melakukan
kejahatan dan penghindaran pajak.
Adapun Satya Arinanto, pakar hukum
tata negara Universitas Indonesia, menyikapi
wacana penerapan kewarganegaraan ganda
khususnya terkait diaspora Indonesia. Diaspora
merupakan non state actor yang perannya
sangat penting dalam pembangunan nasional
tidak hanya melalui remittance (pengiriman
uang ke Indonesia), tetapi juga potensi lainnya
yang bisa disumbangkan bagi bangsa dan
negara seperti human capital, skills, wealth,
dan network. Di samping permasalahan
diaspora, kekhawatiran Satya Arinanto
terhadap penerapan kewarganegaraan ganda
yakni terkait terorisme dan keamanan imigrasi.
Idrus Marham menyatakan, jika
wacana perubahan UU Kewarganegaraan
yang di dalamnya akan mengakui status
kewarganegaraan ganda sebagai respons dari
peristiwa yang menimpa Archandra Tahar dan
Gloria N. Hamel adalah tindakan terburu-buru
yang tidak melewati proses pengkajian terlebih
dahulu. Wacana penerapan kewarganegaraan
ganda memerlukan kajian, pandangan,
dan masukan dari pakar. Kalaupun harus
ada revisi, Indonesia harus tetap menganut
sistem kewarganegaraan tunggal, bukan
kewarganegaraan ganda. Meski hukum harus
mengikuti perkembangan dunia karena dunia
sudah berubah, dengan memberikan hakhak sosial, ekonomi, dan hak asasi manusia,
kecuali hak politik.
Permasalahan
kewarganegaraan
Archandra Tahar pada dasarnya adalah
masalah
kehilangan
kewarganegaraan
Indonesia
dan
meperoleh
kembali
kewarganegaraan Indonesia. Pada awalnya
yang bersangkutan berstatus Warga Negara
-3-

tidak memiliki kewarganegaraan lain, maka


yang bersangkutan tidak memenuhi syarat,
karena selain memiliki kewarganegaraan
Indonesia juga memiliki kewarganegaraan lain.
Dari perspektif hukum, terdapat
teori hukum responsif yang dinyatakan
oleh Nonet dan Selznick bahwa hukum
ditempatkan
sebagai
sarana
respons
terhadap permasalahan sosial dan aspirasi
publik demi mencapai keadilan. Hukum
responsif mengandalkan dua doktrin utama.
Pertama, hukum itu harus fungsional,
pragmatik, bertujuan, dan rasional. Kedua,
kompetensi menjadi patokan evaluasi
terhadap semua pelaksanaan hukum.
Penerapan teori responsif hukum
terhadap permasalahan kewarganegaraan
tersebut memberikan opsi berdasarkan
pilihan
kebijakan
dan
bentuk
pengaturannya. Opsi pilihan kebijakan (1)
mengakomodir atau menolak penerapan
kewarganegaraan ganda. Sementara opsi
bentuk pengaturan adalah perubahan atau
penggantian UU Kewarganegaraan.
Opsi tidak mengakomodir wacana
kewarganegaraan ganda dalam peraturan
perundang-undangan lebih memberikan
kepastian
hukum
dalam
status
kewarganegaraan di Indonesia. Walaupun
hukum selalu merespons permasalahan
sosial yang terjadi dalam masyarakat,
khususnya terhadap kasus kewarganegaraan
ganda Archandra Tahar dan Gloria N.
Hamel yang baru saja terjadi, namun bukan
berarti hukum langsung mengakomodir
permasalahan tersebut ke dalam peraturan
perundang-undangan. Perlu dikaji apakah
permasalahannya
berkaitan
dengan
kewarganegaraan ganda.
Penerapan kewarganegaraan ganda
memiliki dampak positif dapat mengakhiri
polemik status kewarganegaraan ganda
di Indonesia. Namun, dampak negatifnya
lebih kompleks yaitu selain masalah timbulnya
kejahatan dan penghindaran pajak, tingkat
nasionalisme seseorang terhadap Indonesia
menjadi bahan pertimbangan yang dihubungkan
dengan keamanan nasional di Indonesia.

Permasalahan
kewarganegaraan
ganda
Archandra Tahar dan Gloria N. Hamel
membuat negara harus merespons. DPR RI
melalui fungsi legislasi telah merencanakan
perubahan dalam Prolegnas 2014-2016
sebagai solusi memecahkan permasalahan
kewarganegaraan ganda.
Permasalahan Archandra sebenarnya
bukan
permasalahan
mengenai
kewarganegaraan ganda, tetapi bagaimana
seorang warga negara Indonesia kehilangan
dan memperoleh kembali kewarganegaraannya
yang hilang. Hal ini berbeda dengan
pewarganegaraan
terhadap
seseorang
yang sama sekali belum pernah menjadi
warga negara Indonesia. Perubahan UU
Kewarganegaraan sebaiknya memungkinkan
negara memberikan kembali kewarganegaraan
Indonesia yang hilang (dengan kriteria dan
syarat tertentu), tanpa harus mengajukan
permohonan
melainkan
pemberian
kewarganegaraan kembali oleh Presiden
dengan persetujuan DPR. Sedangkan untuk
permasalahan
kewarganegaraan
ganda,
saat ini cukup dengan kebijakan yang ada di
dalam UU Kewarganegaraan, yaitu hanya
dimungkinkan untuk anak di bawah 18 tahun.

Referensi
Bernard L. Tanya, dkk., Teori Hukum:
Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang
dan Generasi, Cet. ke - III, Genta
Publishing, Yogyakarta, 2010.
Noor M. Aziz, Laporan Kompendium
Hukum Bidang Kewarganegaraan, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Sistem
Hukum Nasional BPHN Kementerian
Hukum dan HAM RI, 2011.
Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Jika Hanya untuk Akomodir Dwi
Kewarganegaraan, Muhammad Syafii
Tolak Revisi UU Kewarganegaraan,
http://dpr.go.id/berita/detail/id/13944,
diakses 25 Agustus 2016.
Pembahasan Proses Dwi Kewarganegaraan
Indonesia,
http://mataindependen.
blogspot.co.id/2015/05/pembahasanproses-dwi-kewarganegaraan.html?m=1,
diakses 24 Agustus 2016.
Problematika di Balik Kewarganegaraan
Ganda, http://www.bbc.com/indonesia/
berita_indonesia/2016/08/160817_
indonesia_kewarganegaraan_ganda,
diakses 24 Agustus 2016.

Penutup
Permasalahan
kewarganegaraan
merupakan hal yang mendasar tentang
bagaimana seseorang hidup pada suatu
wilayah negara di mana setiap negara
mempunyai aturan hukum masing-masing.
-4-

Majalah

HUBUNGAN INTERNASIONAL

Vol. VIII, No. 16/II/P3DI/Agustus/2016

Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis

UPAYA PERLINDUNGAN
PELAJAR INDONESIA DI TURKI
Sita Hidriyah*)

Abstrak
Dua orang mahasiswi Indonesia ditangkap oleh aparat keamanan Turki pada 11
Agustus 2016 di rumah tinggalnya di kota Bursa, Turki. Alasan penangkapan tersebut
diduga berkaitan dengan aktivitas Fatullah Gulen (Gulen) di Turki. Pada akhirnya,
upaya pemerintah Indonesia dengan memberikan pendampingan hukum dan bersikap
proaktif dengan pemerintah Turki membuahkan hasil setelah dua minggu penangkapan.
Kejadian ini menjadi pelajaran sekaligus perhatian besar bagi pemerintah Indonesia
dimana Turki sedang melakukan pembersihan terhadap kelompok Gulen. Pemerintah
diharapkan untuk terus dapat melindungi WNI yang berada di luar negeri sesuai
komitmen dalam UUD 1945 serta hak sebagai WNI untuk dilindungi oleh negara.

Pendahuluan

dan terbukti tidak bersalah, dua pelajar


asal Indonesia tersebut dibebaskan oleh
pihak otoritas Turki pada 25 Agustus 2016.
Mengapa insiden penangkapan itu bisa
terjadi? Bagaimana upaya pemerintah
Indonesia untuk melindungi mereka? Tulisan
singkat ini mencoba menggambarkan hal
tesebut, sehingga kemudian dapat diambil
pelajaran yang perlu menjadi perhatian
bersama pemerintah dan parlemen guna
mencegah hal serupa terjadi kembali.

Sejak pemberlakuan status darurat


pasca kudeta yang gagal pada 15 Juli 2016
lalu, otoritas Turki telah menahan sekitar
16.000 orang. Tindakan ini merupakan
bagian dari upaya pemerintah Turki untuk
membersihkan negaranya dari kelompokkelompok yang dianggap terafiliasi dengan
Fethullah Gulen Terrorist Organization
(FETO) yang ditengarai sebagai dalang
aksi kudeta. Pembersihan jaringan Gulen
yang dilakukan otoritas Turki ternyata
juga berdampak terhadap warga negara
Indonesia yang berada di Turki. Dituduh
terkait dengan jaringan Gulen, dua pelajar
Indonesia ditangkap di sebuah rumah
bersama beberapa orang lainnya. Setelah
mengalami penahanan selama dua minggu

Pembersihan Gerakan Gulen Pasca


Kudeta
Fethullah Gulen adalah ulama
berusia 75 tahun yang menjadi buah bibir
di Turki. Gulen yang menetap di Amerika

*) Peneliti Muda Masalah-masalah Hubungan Internasional pada Bidang Hubungan Internasional, Pusat Penelitian,
Badan Keahlian DPR RI. Email: sita.hidriyah@dpr.go.id
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.pengkajian.dpr.go.id
ISSN 2088-2351

-5-

Serikat (AS) disebut-sebut sebagai dalang


kudeta militer yang gagal menggulingkan
Presiden Recep Tayyip Erdogan pada 15
Juli 2016. Bukan kali ini saja Gulen dituding
hendak menggulingkan Erdogan. Beberapa
tahun lalu saat skandal korupsi dan suap
menjerat orang-orang dekat Erdogan, nama
Gulen kembali dituduh sebagai penggerak
penyidikan polisi dan kejaksaan saat itu.
Sebelumnya, tiga tahun lalu, Gulen
masih merupakan karib sekaligus sekutu
Erdogan, yang saat itu masih menjabat
perdana menteri dan memainkan peran
penting terkait meroketnya karier politik
Erdogan. Para pendukung Gulen, yang
banyak bekerja di institusi kehakiman dan
kepolisian, mendukung upaya menyingkirkan
musuh pemerintah, khususnya anggota
militer, yang diduga merancang upaya
kudeta. Namun, keduanya menjadi musuh
besar setelah pada 2013, Erdogan dan Partai
Pembangunan dan Keadilan atau Adalet
ve Kalknma Partisi (AKP) yang berkuasa
menuding Gulen merancang tuduhan
korupsi yang menjerat sejumlah pejabat
senior dan putra Erdogan, Bilal. Menyusul
dugaan kasus korupsi itu, pemerintahan
Erdogan menggelar pembersihan untuk
menyingkirkan para pendukung Gulen dari
posisi kemiliteran, polisi, dan kehakiman.
Para jurnalis dan media massa yang diduga
memiliki keterkaitan dengan Gulen juga
menjadi sasaran pembersihan.
Sejak upaya kudeta yang gagal
pada Juli 2016 lalu, pemerintah Turki
berupaya menahan semua pengikut Gulen.
Pemerintah Turki sudah secara resmi
melabeli kelompok Gulen sebagai organisasi
teroris dan menyebutnya sebagai FETO.
Penahanan tersebut dilakukan di semua
lini, termasuk di antaranya LSM pendidikan
Pasiad. Pemerintah Turki telah menutup
beberapa institusi pendidikan swasta karena
diduga terkait dengan gerakan Gulen
ataupun membantu terlaksananya kudeta.

menjalani pendidikan di Turki karena


memperoleh beasiswa dari sebuah lembaga
swadaya masyarakat asal Turki bernama
Pacific Countries Social and Economic
Solidarity Association atau Pasiad. Pasiad
merupakan salah satu yayasan yang
dinyatakan otoritas Turki sebagai yayasan
yang terafiliasi dengan Gulen. Otoritas
Turki bahkan berusaha menutup sekolah
di Indonesia yang bekerjasama dengan
Pasiad. Dalam rilis pers tertanggal 28 Juli
2016, Kedutaan Besar Turki di Jakarta
mengumumkan bahwa Pasiad terkait
dengan Gulen dan meminta sembilan
sekolah yang tersebar di Indonesia ditutup
karena bekerja sama dengan Pasiad. Tetapi
permintaan itu ditolak oleh Kementerian
Luar Negeri (Kemenlu) Indonesia. Rumah
yang merupakan fasilitas yang dikelola
oleh Yayasan Pasiad mereka akui sebagai
tempat tinggalnya. Latar belakang ini yang
kemudian menjadi alasan aparat Turki
menahan mereka bersama beberapa orang
lainnya yang juga dianggap terkait dengan
Gulen.
Melalui upaya diplomasi, yaitu
pendekatan dan komunikasi intensif dari
pemerintah Indonesia, dua pelajar Indonesia
tersebut dibebaskan oleh otoritas Turki
pada 25 Agustus 2016 karena terbukti tidak
memiliki kaitan dengan gerakan Gulen yang
ditengarai mendalangi kudeta beberapa
waktu lalu. Keduanya diserahkan oleh
otoritas Turki kepada staf KBRI di Bursa.

Upaya Perlindungan WNI di Turki


Pasca peristiwa kudeta yang gagal
pada Juli lalu, pemerintahan Erdogan sangat
serius dalam membersihkan pengaruh
kelompok Gulen. Hal ini tentunya dapat
berdampak pada para pelajar Indonesia
yang sedang menjalani pendidikan di
sana, terutama mereka yang disponsori
yayasan milik Gulen dan tinggal di rumahrumah yang dikelola yayasan. Tampaknya
pemerintah Indonesia sudah memulai
upaya antisipasi menghindari dampak
negatif status darurat Turki terhadap
pelajar Indonesia di sana. KBRI di Turki
telah meminta agar pelajar Indonesia yang
belajar di sana menghindari aktivitas di luar
pendidikan. KBRI menyampaikan kepada
mahasiswa agar tidak mengikuti kegiatan
apapun di luar aktivitas pendidikan dan
sekolah, serta senantiasa berada di tempat

Insiden Penangkapan Pelajar


Indonesia
Pada 11 Agustus 2016, aparat kemanan
Turki menangkap dua pelajar Indonesia
di sebuah rumah tinggal yang berada di
kota Bursa, sekitar 400 kilometer sebelah
barat Ankara, Turki. Kedua pelajar itu, DP
asal Demak, Jawa Tengah, dan YU asal
Aceh, merupakan mahasiswi yang tengah
-6-

yang netral dan menjalin komunikasi yang


sering dengan KBRI. Namun, penahanan
terhadap dua pelajar Indonesia di Bursa,
menunjukkan bahwa upaya antisipasi
tersebut tidak sepenuhnya efektif. DPR
mengecam penangkapan tersebut.
Setelah memperoleh laporan bahwa
terjadi penahanan terhadap pelajar Indonesia,
maka
selanjutnya
menjadi
tanggung
jawab
pemerintah
untuk
memberikan
pendampingan dan perlindungan. Beberapa
upaya telah dilakukan KBRI Ankara
untuk memberikan perlindungan. Pada
12 Agustus 2016, staf KBRI Ankara telah
mendatangi
kepolisian
Bursa
untuk
meminta akses kekonsuleran. Pada tanggal
15 Agustus, KBRI menyampaikan nota
kepada Kemenlu Turki yang meminta
klarifikasi dasar penangkapan tersebut.
Selanjutnya pada 16 Agustus 2016, KBRI
Ankara mendatangi Pengadilan Bursa untuk
bertemu dengan jaksa penuntut. Langkah
ini untuk mengantisipasi jika nantinya kasus
tersebut masuk ke pengadilan. Selain itu,
Kemlu sudah memanggil charges daffaires
(kuasa usaha) dari Kedutaan Besar Turki di
Indonesia untuk menyampaikan penjelasan
mengenai penahanan WNI di Turki yang
kebetulan mendapat beasiswa Pasiad.
KBRI sudah memastikan bahwa kedua
mahasiswi itu didampingi pengacara. Segera
setelah mengetahui penangkapan itu, KBRI
juga telah menghubungi keluarga kedua
mahasiswi untuk menyampaikan kejadian
tersebut.
Menteri
Luar
Negeri
(Menlu)
Indonesia, Retno Marsudi terus berupaya
mendapatkan akses kekonsuleran dari
pemerintah Turki. Hal tersebut dilakukan
untuk dapat bertemu dengan mereka. Menlu
mengatakan dirinya dan jajarannya bertemu
dengan beberapa pejabat Turki dan Dubes
Turki untuk Indonesia untuk membicarakan
pemberian akses kekonsuleran. Karena
pemberian akses kekonsuleran adalah
tanggung jawab pemerintah Turki sebagai
negara penerima para WNI. Kemenlu
Indonesia memastikan bahwa pemerintah
terus mendampingi kedua pelajar yang
ditangkap.
Selain mengupayakan pendampingan
terhadap kedua pelajar yang ditahan,
Menlu juga melakukan pemetaan kepada
mahasiswa Indonesia yang berada di Turki.
Hasilnya ada total 738 mahasiswa yang

berada di Turki. Dua ratus empat puluh


delapan mahasiswa di antaranya mendapatkan
beasiswa. Menlu telah memberikan saran
kepada mereka untuk meninggalkan tempattempat yang berhubungan dengan organisasi
yang saat ini sedang bermasalah dengan
pemerintah Turki. Satu hal yang penting
adalah bahwa Indonesia tidak mencampuri
politik dalam negeri Turki. Yang utama
menjadi concern adalah perlindungan
kepada WNI. Selain itu, perlu dilakukan
langkah antisipatif terhadap kemungkinan
penangkapan WNI lainnya di Turki. Hal ini
mengingat semakin buruknya hubungan
antara Presiden Recep Tayyip Erdogan dan
lawan politiknya.
Pemerintah
Indonesia
perlu
menghormati "State of Emergency" (Keadaan
Darurat) yang diterapkan oleh pemerintah
Turki,
yang
mengambil
kebijakankebijakan untuk menstabilkan negaranya
dari segala bentuk ancaman pascakudeta.
Namun dengan situasi yang berkembang,
pemerintah Turki perlu memastikan,
menginformasikan jika terjadi penangkapan
kembali apakah dugaan tersebut terbukti
benar atau salah secara cepat dan tepat. Hal
ini dilakukan supaya tidak terjadi kembali
salah penangkapan dalam waktu yang
lama, terutama dengan memberikan akses
kekonsuleran bagi perwakilan Indonesia.

Penutup
Insiden penahanan terhadap dua
pelajar Indonesia di Turki perlu menjadi
catatan penting bagi pemerintah Indonesia
dan parlemen. Merespons perkembangan
situasi politik dalam negeri Turki, pemerintah
Indonesia sudah memulai upaya-upaya
antisipatif agar warga Indonesia yang berada
di Turki tidak terkena dampak negatif
dari kondisi tersebut. Namun nyatanya,
upaya tersebut tidak sepenuhnya memadai
sehingga berujung pada penahanan dua
pelajar
Indonesia.
Pemerintah
perlu
memikirkan langkah lebih jauh agar insiden
serupa tidak terjadi lagi di negara mana pun
WNI berada. Himbauan terhadap pelajar
Indonesia di luar negeri untuk tidak terlibat
politik praktis negara lain tampaknya cukup
penting guna menghindari terjadinya hal
serupa.
Selama dua pelajar Indonesia
ditahan, Kemenlu melaksanakan tugasnya
dalam memberikan pendampingan dan
-7-

perlindungan. Salah satu hal yang perlu


menjadi catatan adalah pentingnya akses
kekonsuleran bagi perwakilan Indonesia
dalam menjalankan tugasnya melindungi
warga negara Indoneisa yang di luar negeri.
Terkait penangkapan ini, menjadi tanggung
jawab pemerintah Turki sebagai negara
penerima WNI untuk memberikan akses
kekonsuleran. Dengan tetap menghormati
status darurat dan segala tindakan terkait
yang dijalankan pemerintah Turki, serta
menjaga hubungan baik yang sudah terbangun
lebih dari 50 tahun, pemerintah Indonesia
tetap perlu mengingatkan pemerintah Turki
mengenai pentingnya akses kekonsuleran bagi
perwakilan Indonesia di Turki terutama dalam
upaya pemerintah Indonesia melindungi
warga negaranya.

DPR Minta Kemenlu Bebaskan Dua


Mahasiswi Indonesia di Turki, http://
nasional.republika.co.id/berita/
nasional/umum/16/08/19/oc5eqi361dpr-minta-kemenlu-bebaskan-duamahasiswi-indonesia-di-turki,
diakses
23 Agustus 2016.
Fethullah Gulen, Bekas Sekutu yang Menjadi
Musuh Erdogean, http://internasional.
kompas.com/read/2016/07/19/11591911/
fethullah.gulen.bekas.sekutu.yang.
menjadi.musuh.erdogan?page=all,
diakses 22 Agustus 2016.
Menlu Lakukan Upaya Diplomatik untuk
Bertemu 2 Mahasiswi Indonesia di Turki,
https://news.detik.com/berita/3281387/
menlu-lakukan-upaya-diplomatik-untukbertemu-2-mahasiswi-indonesia-di-turki,
diakses 23 Agustus 2016.
RI Wants Consular Access For Two
Students
Detained
in
Turkey,
http://www.thejakartapost.com/
news/2016/08/24/ri-wants-consularaccess-for-two-students-detained-inturkey.html, diakses 24 Agustus 2016.
Upaya Kudeta Gagal, Presiden Bersihkan
Tubuh Militer, http://www.bbc.com/
indonesia/dunia/2016/07/160715_live_
turki_militer, diakses 23 Agustus 2016.

Referensi
Krisis Turki: RI Siapkan Pengacara bagi 2
Mahasiswi, Kompas, 20 Agustus 2016.
Kudeta Turki: 2 Mahasiswi RI Bebas,
Buah Diplomasi Intensif, Kompas, 27
Agustus 2016.
Pemerintah Dampingi Dua Mahasiswi di
Turki, Republika, 20 Agustus 2016.
DPR Kecam Penangkapan Dua Mahasiswi
Indonesia di Turki, http://nasional.
republika.co.id/berita/nasional/
umum/16/08/19/oc5eex361-dpr-kecampenangkapan-dua-mahasiswi-indonesiadi-turki, diakses 22 Agustus 2016.

-8-

Majalah

KESEJAHTERAAN SOSIAL

Vol. VIII, No. 16/II/P3DI/Agustus/2016

Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis

KENDALI JUMLAH PEROKOK UNTUK


MELINDUNGI KESEHATAN PEREMPUAN
Dina Martiany*)

Abstrak
Wacana kenaikan tarif cukai dan harga rokok di Indonesia menjadi isu hangat yang
sedang bergulir. Kenaikan harga rokok dianggap sebagai salah satu upaya atau alat
kendali untuk menurunkan jumlah perokok. Penurunan jumlah perokok diharapkan
dapat mengurangi risiko kesehatan yang dialami masyarakat. Perempuan dan anakanak termasuk dalam kelompok rentan mengalami bahaya rokok. Selain upaya dari
Pemerintah, DPR, dan stakeholders lainnya; dibutuhkan pula peran serta masyarakat
dalam mengendalikan jumlah perokok dan bahaya rokok.

Pendahuluan
Dalam beberapa hari terakhir, muncul
wacana kenaikan tarif cukai dan harga rokok
hingga menjadi Rp50.000 per kemasan. Wacana
ini berawal dari publikasi hasil penelitian
Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan
(PKEKK) atau Center for Health Economic
dan Policy Studies (Cheps) Fakultas Kesehatan
Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI),
yang dipimpin oleh Prof. Hasbullah Thabrany.
Hasil penelitian menyatakan 72,3 persen dari 1000
responden berpendapat jika harga rokok Rp50
ribu atau lebih akan membuat perokok berhenti
merokok.
Sampai saat ini Menteri Keuangan Sri
Mulyani belum mengeluarkan aturan baru terkait
harga jual eceran maupun tarif cukai rokok.
Namun perdebatan pro dan kontra mengenai
wacana kenaikan harga rokok masih terus
berkembang. Sebagian pihak tidak setuju,
terutama dari kalangan pelaku industri rokok.

Head of Regulatory Affairs, International


Trade, and Communications PT. Sampoerna,
Tbk. menegaskan bahwa kenaikan harga drastis
maupun kenaikan cukai secara eksesif bukan
merupakan langkah bijaksana. Menurutnya,
kenaikan ini harus mempertimbangkan kondisi
industri dan daya beli masyarakat. Kenaikan
harga rokok dianggap akan berpotensi merugikan
petani tembakau; industri rokok akan mengalami
kerugian dan menyebabkan banyak tenaga kerja
harus dirumahkan; perokok berat yang tidak
sanggup membeli rokok akan menempuh jalan
kriminal untuk mendapatkan rokok; dapat
menyebabkan adanya pasar gelap rokok; dan
akan ada rokok oplosan.
Sementara itu, pihak lainnya mendukung
wacana ini dengan berbagai argumen, terutama
untuk perlindungan masyarakat dari bahaya
rokok. Ketua DPR Ade Komarudin mengatakan
setuju dengan wacana kenaikan harga rokok,

*) Peneliti Muda Kajian Wanita pada Bidang Kesejahteraan Sosial, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI.
Email: dina.martiany@dpr.go.id
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.pengkajian.dpr.go.id
ISSN 2088-2351

-9-

perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki,


namun terjadi peningkatan sebanyak 5 kali lipat
dari 1,7% (1995) menjadi 6,7% (2013).
Secara umum, seluruh bentuk tembakau
dapat menyebabkan kecanduan dan berpotensi
menyebabkan
penyakit/gangguan
tertentu.
Berbagai kajian ilmiah menunjukkan bukti
bahwa tembakau -- terutama rokok -- dapat
menyebabkan berbagai penyakit, seperti: variasi
kanker, termasuk kanker paru-paru, mulut,
kerongkongan (esophagus), pangkal tenggorokan
(larynx), mulut dan tekak (pharynx), perut, dan
pankreas. Perokok perempuan memiliki dampak
yang lebih spesifik lagi, terutama terkait kesehatan
reproduksinya. Dalam iklan rokok dan kemasan
rokok, sebenarnya telah diperingatkan bahwa
rokok dapat menyebabkan gangguan kesehatan,
kehamilan, kelainan janin, dan impotensi.
Berbagai hasil penelitian pun telah
memaparkan kaitan merokok dengan infertilitas
(Lestari dan Demartoto, 2013). Nikotin dalam
rokok menyebabkan gangguan pematangan
ovum (sel telur). Hal inilah yang dianggap
menjadi penyebab sulitnya terjadi kehamilan
pada perempuan yang merokok. Nikotin dapat
menyebabkan gangguan pada proses pelepasan
ovum dan memperlambat mobilitas tuba.
Perempuan perokok memiliki risiko sekitar 2 4 kali lebih tinggi untuk mengalami kehamilan
di luar kandungan, dibandingkan perempuan
bukan perokok. Nikotin juga dapat menyebabkan
timbulnya gangguan haid, karena memengaruhi
metabolisme estrogen. Selain dampak kesehatan,
merokok juga memberikan dampak psikologis
menjadi kecanduan. Penelitian yang dilakukan
oleh Kelly Cosgrove (asisten profesor psikiatri
di Yale University School of Medicine),
menunjukkan bahwa perempuan lebih sulit
berhenti merokok, karena otak perempuan
bereaksi secara berbeda terhadap nikotin.
Pada kenyataannya, meskipun telah
diketahui bahaya rokok terhadap perempuan,
namun masih terjadi peningkatan perokok
perempuan. Menurut Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) Komunikasi Pengendalian
Tembakau (KOMPAK), peningkatan penggunaan
produk tembakau/rokok diakibatkan karena
adanya perubahan peran dan status ekonomi
kaum perempuan sebagai dampak modernisasi.
Pemasaran industri rokok di seluruh dunia yang
menjadikan perempuan target sasaran juga
menyebabkan peningkatan jumlah perempuan
perokok. Industri rokok terus memperbaharui
taktiknya untuk menjadikan anak dan
perempuan sebagai targetnya. Caranya yaitu

karena akan dapat mengurangi kebiasaan


merokok di masyarakat. Menurutnya, rokok
merupakan musuh bangsa yang sudah disadari
semua orang. Kenaikan cukai rokok juga dapat
meningkatkan penerimaan negara. Pemerintah
bahkan telah menargetkan pendapatan cukai
hasil tembakau dalam RAPBN 2017 sebesar
Rp149,88 triliun atau naik 5,78 persen dari target
APBNP 2016 sebesar Rp141,7 triliun.
Framework Convention Alliance dalam
Taxation and Prices: Essential Facts yang
dikeluarkan dalam rangka Kampanye Anak
Bebas Tembakau/ Campaign for Tobacco FreeKids, memaparkan bahwa kebijakan yang
paling efektif untuk mengurangi konsumsi
tembakau/rokok adalah dengan menaikkan
harga produk tembakau melalui peningkatkan
pajak/cukai. Harga tembakau/rokok yang tinggi
akan meningkatkan perokok berhenti merokok;
mencegah inisiasi di kalangan perokok potensial;
dan mengurangi kuantitas konsumsi tembakau
di kalangan perokok aktif.
Penurunan jumlah perokok diharapkan
dapat
meningkatkan
kualitas
kesehatan
masyarakat. Bagaimanapun rokok memiliki
dampak bagi perokok itu sendiri maupun orang
lain di sekitarnya/perokok pasif. Anak dan
perempuan merupakan kelompok masyarakat
yang sangat rentan terhadap bahaya rokok.
Kedua kelompok ini memiliki posisi tawar yang
rendah dalam menghadapi taktik pemasaran
industri rokok. Mereka pun sangat berisiko
terpapar asap rokok dari perokok aktif di
sekitarnya,
dan
menyebabkan
gangguan
kesehatan,
kehamilan,
infertilitas,
serta
psikologis. Menyadari hal tersebut, para aktivis
anti rokok/tembakau melakukan berbagai
upaya untuk menjauhkan dampak rokok dari
perempuan. Adapun pembahasan lebih lanjut
mengenai dampak rokok terhadap perempuan
dan upaya menanggulanginya, akan diulas dalam
uraian berikut ini.

Perempuan dan Dampak Rokok


The Global Adult Tobacco Survey (GATS)
Atlas Tahun 2015 menunjukkan jumlah perokok
di Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas,
laki-laki mencapai 67% dan perempuan 3%.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Tahun
2013, prevalensi perokok usia 15 tahun ke atas
mencapai 36,3%. Data Global Youth Tobbaco
Survey 2014 (GYTS 2014) menyebutkan 20,3
% anak sekolah merokok (Laki-laki 36%,
perempuan 4.3%). Walaupun proporsi perokok
- 10 -

dengan membangun image positif produk rokok;


melalui iklan, promosi, sponsor, dan kegiatan
Coporate Social Responsibility (CSR).
Industri rokok menerapkan strategi
tertentu dalam membentuk image perempuan
perokok sebagai perempuan yang trendi,
glamor, mandiri, dan modern. Perempuan
adakalanya menggunakan rokok sebagai alat
untuk membentuk image tersebut. Meskipun
demikian, di sisi lain masih ada stereotipe gender
yang melekatkan image buruk bagi perempuan
perokok. Mereka dianggap perempuan yang
nakal, bukan perempuan baik-baik, dan
identik dengan dunia malam. Selain motivasi
pembentukan image, merokok juga digunakan
untuk strategi coping oleh perempuan. Coping
adalah kesadaran diri sendiri untuk mengelola
keadaan dan mengatasi permasalahan hidup
personal dan interpersonal, untuk mengurangi
stres dan konflik. Coping Stress ini sebagai
Problem Solving-Focused Coping, yang salah
satu aspeknya adalah Escape, yaitu usaha
menghilangkan stres dengan melarikan diri dari
masalah dan beralih pada hal-hal lain, seperti:
merokok, narkoba, dan makan lebih banyak.

contohnya: aturan Kawasan Tanpa Rokok


(KTR). Sementara itu, DPR-RI telah melakukan
upaya pembahasan Rancangan Undang-Undang
(RUU) Pertembakauan. RUU ini sejak awal
penyusunannya mengundang kontroversi, namun
tetap akan segera dibawa dalam sidang paripurna
untuk selanjutnya disahkan sebagai peraturan
perundang-undangan.
Meskipun telah ada upaya tersebut, sangat
disadari upaya mengendalikan jumlah perokok
masih membutuhkan peran serta masyarakat.
Sebagai contoh, sebagaimana yang dilakukan oleh
organisasi Wanita Indonesia Tanpa Tembakau
(WITT). Pada tanggal 28 Mei 2012, WITT,
Komnas Perlindungan Anak, dan Koalisi Anti
Kekerasan Berbasis Gender menyampaikan
Siaran Pers yang menegaskan bahwa Intervensi
Industri Rokok, Kejahatan Terhadap Hak
Kesehatan Anak dan Perempuan. Substansi yang
disampaikan dalam Siaran Pers tersebut masih
cukup relevan hingga saat ini, bahwa Pemerintah
dan para pengambil kebijakan diharapkan
agar menolak segala bentuk intervensi industri
rokok dan lebih berpihak pada hak kesehatan
masyarakat, terutama anak dan perempuan yang
merupakan kelompok rentan.
Hingga tahun 2016 ini, WITT juga masih
terus gencar melakukan kampanye "Gaya
Hidup Sehat Tanpa Rokok" di sekolah-sekolah.
Menurut WITT, upaya untuk menghentikan
atau minimal mengurangi perokok Indonesia
tidak hanya menjadi kewajiban pemerintah,
publik figur, dan tokoh masyarakat saja. Tetapi,
harus dimulai dari masyarakat dan unit terkecil
masyarakat, yaitu keluarga. Di sini dibutuhkan
peran aktif perempuan sebagai isteri dan ibu,
untuk memberikan masukan positif kepada
keluarganya mengenai bahaya merokok. Kedua
orang tua seharusnya dapat mengawasi anakanaknya agar tidak terjerumus menjadi perokok.
Apabila ada ayah atau anggota keluarga lainnya
yang merokok, harus dapat dicegah agar tidak
ditiru oleh anak-anak.

Upaya Pengendalian Perokok


Menaikkan harga rokok dianggap sebagai
salah satu alat kendali untuk menurunkan
jumlah perokok di Indonesia yang terus
mengalami
peningkatan.
Ketentuan
ini
juga tercantum dalam The World Health
Organization (WHO) Framework Convention
on Tobacco Control (FCTC) Article 6. The WHO
FCTC merupakan perjanjian pertama negaranegara di dunia, mencakup desain komprehensif
yang dirancang untuk mengurangi kerusakan
kesehatan dan dampak ekonomi dari tembakau.
Tetapi sayangnya, hingga saat ini Indonesia
merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara
yang belum menandatangani konvensi ini.
Meskipun
begitu,
Pemerintah
telah
berupaya untuk mengendalikan jumlah perokok,
salah satunya dengan menyusun Peta Jalan
Pengendalian Dampak Konsumsi Rokok Bagi
Kesehatan, yang diatur melalui Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
40 Tahun 2013. Peta Jalan ini digunakan sebagai
acuan bagi Pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat dalam pengambilan kebijakan dan
strategi pengendalian dampak konsumsi rokok
di Indonesia. Capaian yang diharapkan dari Peta
Jalan ini yaitu pembentukan dan implementasi
kebijakan publik/regulasi yang melindungi
masyarakat dari ancaman bahaya merokok,

Penutup
Sangat disadari bahwa rokok sebagai
salah satu produk tembakau memiliki
berbagai dampak terhadap kesehatan yang
mengonsumsinya. Faktanya, jumlah perokok
justru selalu menunjukkan trend meningkat,
termasuk perempuan perokok; meskipun telah
diperingatkan bahwa rokok dapat menyebabkan
gangguan kesehatan, kehamilan, kelainan
janin, impotensi, dan infertilitas. Perempuan
dan anak lebih rentan terkena dampak rokok.
- 11 -

Sebagai upaya untuk mengurangi meluasnya


dampak rokok di tengah masyarakat, kelompok
perempuan pun secara aktif ikut serta
melakukan berbagai kegiatan. Contohnya:
Kampanye yang dilakukan oleh WITT dan
Siaran Pers yang dideklarasikan oleh Komnas
Perlindungan Anak, WITT, dan Koalisi Anti
Kekerasan Berbasis Gender.
Hasil
kajian
menunjukkan
bahwa
salah satu cara efektif untuk menurunkan
jumlah perokok di Indonesia adalah dengan
menaikkan tarif cukai dan harga rokok. Sebelum
menetapkan kebijakan mengenai hal tersebut,
pemerintah perlu melakukan kajian mendalam
dari berbagai aspek, antara lain: perdagangan,
industri, dan kesehatan. Terkait dengan The
WHO FCTC, Pemerintah hendaknya segera
mengambil keputusan untuk meratifikasinya
dengan mempertimbangkan berbagai aspek.
Diperlukan
pula
konsistensi
pemerintah
dalam mengimplementasikan dan berupaya
mewujudkan capaian Peta Jalan Pengendalian
Dampak Konsumsi Rokok Bagi Kesehatan/
Permenkes No. 40/Tahun 2013. DPR-RI juga
perlu mengawasi pelaksananaan kebijakan
Pemerintah terkait pengendalian dampak
konsumsi tembakau/rokok. Selain itu, DPR-RI
harus lebih berhati-hati mempertimbangkan
dampak dari pengesahan RUU Pertembakauan
dan bagaimana implementasinya kelak.

Framework Convention Alliance. Oktober 2012.


Taxation and Prices: Essential Facts,
Campaign For Tobacco Free-Kids, pada
http://www.fctc.org/images/stories/price_tax_
facts.pdf, diakses 22 Agustus 2016.
Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas
Anak) dan Koalisi Anti Kekerasan Berbasis
Gender dan Wanita Indonesia Tanpa
Tembakau (WITT). Deklarasi Jakarta, 28
Mei 2012, dalam https://komnaspa.wordpress.
com/2012/05/29/intervensi-industri-rokokkejahatan-terhadap-hak-kesehatan-anak-danperempuan/, diakses 22 Agustus 2016.
Marlina Berlian Sarah Djami. 2013. Analisis Kasus
Perempuan yang Merokok Berdasarkan
Persepsi Psikologi Sosial, http://www.academia.
edu/11252795/ANALISIS_KASUS_
PEREMPUAN_YANG_MEROKOK_
BERDASARKAN_PERSPESI_PSIKOLOGI_
SOSIAL, Universitas Negeri Surabaya Fakultas
Ilmu Pendidikan Prodi Psikologi, diakses 22
Agustus 2016.
Yuni Lestari dan Argyo Demartoto. 2013. Perempuan
dan Rokok (Kajian Sosiologi Kesehatan Terhadap
Perilaku Kesehatan Reproduksi Perempuan
Perokok Di Kota Surakarta), http://argyo.staff.
uns.ac.id/2013/05/30/perempuan-dan-rokokkajian-sosiologi-kesehatan-terhadap-perilakukesehatan-reproduksi-perempuan-perokok-dikota-surakarta/, diakses 22 Agustus 2016.
Cegah Konsumsi Rokok dari Keluarga, http://
life.viva.co.id/news/read/812552-cegahkonsumsi-rokok-mulai-dari-keluarga, diakses
24 Agustus 2016.
Ini Hasil Lengkap Penelitian Prof Hasbullah Soal
Harga Rokok Rp. 50ribu, dalam https://news.
detik.com/berita/3280596/ini-hasil-lengkappenelitian-prof-hasbullah-soal-harga-rokokrp-50-ribu, diakses 22 Agustus 2016.
Perokok Perempuan, http://www.kompak.co/
perokok-perempuan/, diakses 22 Agustus 2016.
Rokok Ilegal Merugikan Bangsa dan Negara,
dalam
http://www.depkes.go.id/article/
view/15060900001/rokok-illegalmerugikan-bangsa-dan-negara.html, diakses
23 Agustus 2016.
Wacana Harga Rokok Naik Hingga Rp.50.000
Ini
Tanggapan
Sampoerna,
dalam
http://bisniskeuangan.kompas.com/
read/2016/08/21/130619026/wacana.harga.
rokok.naik.hingga.rp.50.000.ini.tanggapan.
sampoerna, diakses 23 Agustus 2016.

Referensi
Lazarus dan Folkman, dalam Jenefer Robinso.
2005. Deeper Than Reason: Emotion and Its
Role in Literature, Music, and Art, hal. 438.
ISBN 978-0-19-926365-3.
WHO, CDC Foundation, World Lung Foundation,
et.al. 2015. The Global Adult Tobacco Survey
(GATS) Atlas. Myriad Editions, ISBN (pbk): 9780-9964232-0-5 ISBN (ebk): 978-0-9964232-1-2.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 40 Tahun 2013 tentang Peta Jalan
Pengendalian Dampak Konsumsi Rokok Bagi
Kesehatan.
Anna Reimondos, Iwu Dwisetyani Utomo, Peter
McDonald, Terence Hull, Heru Suparno,
dan Ariane Utomo. 2012. Policy Background
No.2: Merokok dan Penduduk Dewasa Muda
di Indonesia, http://demography.anu.edu.
au/sites/default/files/research/transitionto-adulthood/Policy_Background_%232_
Smoking-Bhs_Indonesia.pdf,
Australian
National University dan Pusat Penelitian
Kesehatan Universitas Indonesia, diakses pada
22 Agustus 2016.
- 12 -

Majalah

EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK

Vol. VIII, No. 16/II/P3DI/Agustus/2016

Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis

POLITIK ANGGARAN 2017


DAN TANTANGAN PERCEPATAN
PEMBANGUNAN NASIONAL
Hariyadi*)

Abstrak

Politik anggaran 2017 menghadapi tantangan berat dengan kondisi perekonomian global
dan belum optimalnya kinerja perekonomian nasional. Politik anggaran yang diarahkan
pada kebijakan perpajakan yang kondusif, belanja yang lebih produktif, dan prioritas serta
penguatan kebijakan pembiayaan anggaran, diharapkan akan semakin memperkokoh
tahapan transformasi fundamental perekonomian nasional dan kebijakan percepatan
pembangunan. Untuk mencapai hasil optimal pengelolaan anggaran 2017 juga harus
ditopang dengan upaya penguatan daya saing perekonomian, penguatan infrastruktur fisik
dan sosial, serta pengendalian inflasi. Upaya penguatan tersebut merupakan modalitas yang
berharga seiring dengan kuatnya stabilitas politik nasional dan dukungan politik DPR RI.

Pendahuluan
Pidato
penyampaian
keterangan
pemerintah atas RUU APBN 2017 beserta nota
keuangannya dalam Rapat Paripurna DPR RI,
16 Agustus 2016, menegaskan perubahan arah
politik anggaran pada tahun 2017. Penegasan
ini tentu disertai dengan optimisme pemerintah
atas membaiknya kondisi ekonomi makro
seperti terkendalinya tingkat inflasi dan kinerja
pertumbuhan dalam triwulan kedua 2016 ini,
serta terobosan transformasi fundamental
perekonomian dan kebijakan percepatan
pembangunan nasional.
Di sisi lain, pemerintah juga menegaskan
sejumlah tantangan berat baik secara domestik
maupun dari sisi konstelasi perekonomian
global. Belum optimalnya kinerja perekonomian

nasional, daya saing perekonomian, dan


perolehan pajak menggambarkan tantangan
ini. Sementara itu, belum tuntasnya pemulihan
perekonomian
global,
turunnya
harga
komoditas, dan rendahnya harga minyak dunia
masih akan tetap memberikan tekanan yang
cukup berarti. Dengan beratnya tantangan
tersebut, RAPBN 2017 ditetapkan secara
realistis, mampu menopang program prioritas,
kredibel, berdaya tahan, dan berkelanjutan.
Tulisan ini akan mencoba melihat tantangan
pengelolaan anggaran 2017 dan analisis
alternatif penyelesaiannya. Tulisan ini juga akan
menyajikan secara ringkas gambaran politik
anggaran 2017 beserta asumsi makro APBN
2017 sebagai acuan analisisnya.

*) Peneliti Madya Kebijakan Publik pada Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI.
Email: hariyadi@dpr.go.id
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.pengkajian.dpr.go.id
ISSN 2088-2351

- 13 -

Politik Anggaran 2017


Tiga kebijakan utama akan mendasari
arah RAPBN 2017. Pertama, kebijakan
perpajakan yang dapat mendukung ruang gerak
perekonomian. Perpajakan diarahkan untuk
menopang pendapatan negara dan sekaligus
sebagai sumber insentif untuk merangsang
perekonomian nasional. Meskipun begitu,
kebijakan ini juga dilakukan dalam batas-batas
yang tetap dapat menjaga iklim investasi dan
dunia usaha. Kedua, peningkatan kualitas belanja
yang lebih produktif dan prioritas khususnya
dalam menyasar percepatan pembangunan fisik
dan sosial seperti infrastruktur, perlindungan
sosial, subsidi yang lebih tepat sasaran,
dan penguatan desentralisasi fiskal. Ketiga,
penguatan kebijakan pembiayaan anggaran untuk
menopang ketahanan dan pengendalian risiko
melalui pengelolaan defisit dan rasio utang.
Dengan tiga kebijakan utama tersebut
dan situasi perekonomian global, pemerintah
mengusulkan sejumlah asumsi makro penetapan
pada RAPBN 2017 (Tabel 1). Postur RAPBN 2017
(Tabel 2) bagaimana pun masih terbatas ruang
geraknya bagi upaya percepatan pembangunan
meskipun arahnya tetap ditujukan untuk
penajaman pada prioritas pembangunan dan
belanja-belanja produktif.

dari 3,1% menjadi 3,4%. Sampai akhir tahun,


proyeksinya hanya mencapai 3,1% dari 2,9%
dan bahkan bisa mengalami tingkat stagnasi
yang hanya di kisaran 2,8%. Tingkat kinerja
ini dipengaruhi oleh masih lesunya kinerja
perekonomian maju negara-negara berkembang
(developing economies and emerging markets).
Data ini menguatkan asumsi bahwa kinerja
perekonomian nasional masih akan menghadapi
tekanan
pertumbuhan
sehingga
sektor
(konsumsi) domestik akan berperan penting.
Dengan demikian dapat diperkirakan mengapa
pemerintah mematok tingkat pertumbuhan
ekonomi yang hanya mengalami kenaikan 0,1%
(Tabel 1).

Tabel 1. Asumsi Makro RAPBN 2017 dan


APBN-P 2016
Asumsi Makro

APBN-P
2016

RAPBN
2017

Pertumbuhan Ekonomi

5,2%

5,3%

Inflasi

4,0%

4,0%

Nilai Tukar Rp terhadap


USD

RP13.500

Rp13.300

Suku Bungan SPN 3 Bln

5,5%

5,3%

Harga ICP

USD40/barel

USD45/barel

Lifting minyak

820 barel/hari

780 barel/hari

Lifting gas

Tantangan Penganggaran Tahun 2017


Pengajuan usulan asumsi ekonomi makro
dan postur RAPBN 2017 dipandang sebagai
jalan moderat dalam rangka mengelola program
percepatan
pembangunan
dan
sekaligus
menjadi instrumen fiskal untuk mendukung
upaya pengentasan kemiskinan, pengurangan
ketimpangan, serta penciptaan lapangan kerja.
Namun demikian, penganggaran tahun 2017
akan mengalami sejumlah tantangan. Tantangan
itu mencakup dinamika perekonomian global
yang semakin sulit diprediksikan berikut
persoalan kinerja dan masih rendahnya daya
saing perekonomian domestik akibat persoalan
infrastruktur, pasokan energi, dan aspek tata
kelola.
Aspek perekonomian global dan tingkat
pemulihan perekonomiaan negara-negara maju
mencerminkan tantangan pertama. Data IMF
menunjukkan bahwa
pasca-Brexit perkiraan
tingkat pertumbuhan ekonomi global belum
menunjukkan kinerja yang menggembirakan.
Data World Economic Outlook per Juli
2016 juga menunjukkan bahwa Brexit telah
berdampak pada tingkat kinerja perekonomian
global yang hanya mengalami kenaikan tipis

1.150 ribu barel 1.150


ribu
setara minyak/ barel
setara
hari
minyak/hari
Sumber: Kementerian Keuangan, 2016.

Kedua, skenario realisasi penerimaan


pajak.
Kebijakan
pemangkasan
anggaran
APBNP-2016 (Rp133,8 triliun) secara politis
menunjukkan kegagalan pemerintah dalam
menyiapkan postur anggaran yang realistis di
tengah-tengah perekonomian global yang kurang
kondusif dan rendahnya realisasi penerimaan
(pengampunan) pajak. Sayangnya, postur
RAPBN 2017 masih mematok pendapatan
pajak yang tinggi karena hanya mengalami
penurunan kecil kira-kira Rp44 triliun dari nilai
APBN-P 2016 (Tabel 2). Dengan perkiraan Bank
Indonesia atas realisasi pengampunan pajak
yang hanya di kisaran Rp53 triliun, tingkat defisit
APBN 2017 dapat berpotensi melebihi pagu
yang ditetapkan. Pemerintah memang masih
bisa menggunakan ruang defisit sebesar 0,59%
dari yang ditetapkan sebesar 3% atau setara
Rp55 triliun (2,41% dari RAPBN 2017). Namun
demikian, jika kebijakan ini ditempuh tentu
akan semakin memberikan tekanan terhadap
variabel ekonomi makro, kondisi yang pada
gilirannya justru akan semakin menggerogoti

- 14 -

Tabel 2. Postur APBN-P 2016 dan RAPBN 2017 (dalam miliar rupiah)
Uraian

APBN-P 2016

RAPBN 2017

A. PENDAPATAN NEGARA

1.786.225,0

1.737 .629,4

I. DALAM NEGERI

1.784.249,9

1.736.256,7

1. Perpajakan

1.539.166,2

1.495.893,8

2. PNBP

245.083,6

240.362,9

1.975,2

1.372,7

2.082.948,9

2.070.465,9

1.306.696,0

1.310.439,3

1. K/L

767.809,9

758.378,0

2. Non-K/L

538.886,1

552.061,3

776.252,9

760.026,7

1. Transfer ke Daerah

729.270,8

700.026,7

2. Dana Desa

II. HIBAH
B. BELANJA NEGARA
I. PEMERINTAH PUSAT

II. TRANSFER DAERAH DAN DANA DESA

46.982,1

60.000,0

C. KESEIMBANGAN PRIMER

(105.505,6)

(111.431,4)

D. SURPLUS/ (DEFISIT) ANGGARAN (A - B)

296.723,9)

(332.836,6)

(2,35)

(2,41)

296.723,9

332.836,6

% Surplus/ (Defisit) terhadap PDB


E. PEMBIAYAAN ANGGARAN (I + II + III + IV+ V)
Sumber: Kementerian Keuangan, 2016.

upaya pengentasan kemiskinan, pengurangan


ketimpangan, dan penciptaan lapangan kerja.
Belum lagi dampaknya terhadap inflasi.
Ketiga,
persoalan
rendahnya
harga
minyak dunia dan realisasi produksi minyak
nasional.
Penurunan
kelebihan
pasokan
minyak dunia akibat penurunan produksi
minyak non-OPEC dan gangguan pasokan telah
membantu kenaikan harga minyak belakangan
ini. Dengan penambahan pendapatan negara
sebesar Rp3,3-4 triliun setiap kenaikan USD1,
dampaknya tentu akan signifikan. Persoalannya,
bagaimana asumsi ini dapat terpenuhi seiring
dengan perkiraan masih moderatnya tingkat
pertumbuhan dan pemulihan ekonomi maju
negara-negara berkembang. Sementara itu,
lifting minyak kita pun terus merosot. Dalam
waktu lima tahun terakhir target lifting selalu
meleset. Oleh karena itu, tantangan menjaga
dan/atau meningkatkan tingkat lifting minyak
juga akan membantu ketahanan pembiayaan
anggaran karena setiap kenaikan produksi 10
ribu barel/hari akan meningkatkan tambahan
Rp1,6-3 triliun.

Pekerjaan Rumah Ke Depan


Kuatnya kemauan politik pemerintah
bagi upaya percepatan pembangunan turut
memberikan andil yang cukup penting
dalam pengelolaan anggaran 2017. Hal
ini menjadi modal yang berharga dalam
menopang pengelolaan fiskal ke depan. Untuk

mengoptimalkan
hasilnya,
sejumlah
hal,
tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut,
tentu perlu disasar. Pertama, penguatan
daya saing perekonomian nasional. Laporan
Bank Dunia menunjukkan daya saing dan
produktivitas manufaktur Indonesia terus
mengalami penurunan akibat membelitnya
persoalan
infrastruktur
dan
konektivitas,
perijinan, dan tingginya biaya logistik. Studi
lain menyimpulkan hal yang sama meskipun
belum mengalami fase deindustrialisasi. Studi
tersebut juga mencatat bahwa baru sekitar
10% industri manufaktur kita yang melakukan
ekspor karena masih terbatasnya jaringan nilai
tambah global (global value chains). Hal ini
sejalan dengan hasil survei World Economic
Forum di 140 negara yang menunjukkan bahwa
daya saing Indonesia mengalami penurunan
dari posisi ke 34 ke posisi 37. Kedua, penguatan
infrastruktur fisik dan sosial. APBN-P 2016
dan RAPBN 2017 memosisikan diri sebagai
peletak dasar paradigma pembangunan yang
lebih produktif dan bersifat Indonesiasentris.
Peningkatan dana desa secara signifikan juga
semakin memperkokoh paradigma ini. Dengan
format politik anggaran seperti ini, tuntutan
pengelolaan pembelanjaan untuk infrastruktur
fisik dan sosial yang lebih akuntabel, efektif, dan
efisien pun dipertaruhkan. Ketiga, pengelolaan
inflasi. Pengelolaan tingkat inflasi yang moderat
menjadikan pengelolaan fiskal akan semakin
mudah terkontrol. Hal ini karena karakteristik

- 15 -

inflasi kita sangat rentan terutama sisi


penawaran, yakni aspek produksi, distribusi, dan
kebijakan tertentu terhadap komoditas strategis
seperti BBM dan energi lainnya.
Ruang optimisme pemerintah dalam
pengelolaan politik anggaran 2017 tetap terbuka
seiring dengan kondusifnya konstelasi politik
nasional.
Penyatuan
dukungan
kekuatan
politik yang semakin mengaburkan dikotomi
antara kekuatan pemerintah dan oposisi pascaperombakan kabinet merupakan modalitas
penting bagi pengamanan program-program
prioritas ke depan. Dalam perspektif ini,
beratnya
tekanan
perekonomian
global,
pengelolaan politik anggaran 2017 secara relatif
akan lebih mudah terkonsolidasikan.

Penutup
Politik anggaran 2017 diarahkan pada upaya
pengelolaan anggaran yang semakin realistis
dan kredibel dalam situasi perekonomian global
yang kurang kondusif dan belum optimalnya
kinerja perekonomian nasional. Dibarengi
dengan optimisme kondisi ekonomi makro,
hal ini tentu semakin memperkokoh tahapan
transformasi
fundamental
perekonomian
nasional dan kebijakan percepatan pembangunan
nasional. Sejumlah tantangan domestik dan
global bagaimana pun akan tetap menghantui
pengelolaan anggaran 2017. Proses pengelolaan
anggaran 2017 perlu ditopang dengan upaya
penguatan daya saing perekonomian, penguatan
infrastruktur fisik dan sosial, serta pengendalian
inflasi. Upaya tersebut secara kekiniaan menjadi
modalitas yang penting seiring dengan kuatnya
stabilitas politik nasional bagi pengamanan
program-program prioritas pemerintah ke depan.
Karena itu, dengan tugas konstitusionalnya,
peran penting DPR RI dalam proses
perumusan penganggaran 2017 dan mengawal
pengelolaannya pun tidak kalah penting.

Referensi
Dewan
Perwakilan
Republik
Indonesia.
(2016). Pidato Ketua DPR RI pada Rapat
Paripurna Pembukaan Masa Persidangan
I Tahun Sidang 2016-2017 dalam rangka
Penyampaian Pidato Presiden RI Mengenai
RUU APBN Tahun Anggaran 2017 Jakarta:
Dewan Perwakilan Republik Indonesia.
Kementerian Keuangan. (2016). Buku II. Nota
Keuangan Beserta RAPBN Tahun Anggaran
2017. Jakarta: Kementerian Keuangan.

Kementerian
Sekretariat
Negara.
(2016).
Pidato Presiden Republik Indonesia pada
Penyampaian Keterangan Pemerintah atas
RUU APBN 2017 Beserta Nota Keuangannya.
Jakarta: Kementerian Sekretariat Negara.
Tancap Gas Memangkas Belanja, Tempo, 15-21
Agustus 2016.
Bank
Indonesia.
Mengendalikan
Inflasi
Membangun Kekuatan Ekonomi. Tempo,
15-21 Agustus 2016.
Hidayat, Yopie. Ketika Angka Berbicara,
Tempo, 15-21 Agustus 2016.
Kementerian
Ketenagakerjaan.
Indonesia
Darurat Tenaga Kerja Kompeten dan
Produktif, Tempo, 15-21 Agustus 2016.
Prasetyantoko, A. Memaknai Kemerdekaan
Ekonomi, Kompas, 18 Agustus 2016.
Verico, Kiki. Masa Depan Daya Saing
Indonesia, Tempo, 15-21 Agustus 2016.
Ekonom Bank Dunia ini Ungkap Turunnya
Gairah Manufaktur RI, http://finance.detik.
com/read/2016/08/18/173547/3278293/4/
ekonom-bank-dunia-ini-ungkap-turunnyagairah-manufaktur-ri, diakses 21 Agustus
2016.
IMF. 2016. Growth Forecasts under Alternative
Scenarios,
https://www.imf.org/
external/pubs/ft/weo/2016/update/02/
WEOJul2016info.htm, diakses 20 Agustus
2016.
Kunarjo. Defisit Anggaran Negara, http://www.
bappenas.go.id/files/9013/4986/1928/ku
narjo2__20091015125127__2354__0.pdf,
diakses 21 Agustus 2016.
Sri Mulyani: Realisasi Tax Amnesty Masih Jauh
dari Target, http://finance.detik.com/read/2
016/08/15/212620/3276209/4/sri-mulyanirealisasi-tax-amnesty-masih-jauh-daritarget, diakses 21 Agustus 2016.
World
Economic
Forum.
(2016).The
Global Competitiveness Report 20152016,http://reports.weforum.org/globalcompetitiveness-report-2015-2016/, diakses
21 Agustus 2016.
World
Economic
Forum.
(2016).
Competitivesness
Rankings:
Indonesia,
http://reports.weforum.org/globalcompetitiveness-report-2015-2016/
economies/#economy=IDN,
diakses
21
Agustus 2016.

- 16 -

Majalah

PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

Vol. VIII, No. 16/II/P3DI/Agustus/2016

Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis

HUT DPR KE-71: PERSPEKTIF PELAKSANAAN


FUNGSI PENGAWASAN
Ahmad Budiman*)

Abstrak
Hari Ulang Tahun (HUT) DPR ke-71 tahun, mengusung semangat membangun demokrasi
yang efektif melalui kerja nyata parlemen. Pelaksanaan fungsi pengawasan yang dilaksanakan
melalui kegiatan rapat-rapat di DPR, kegiatan kunjungan kerja, pembentukan tim
pengawasan, panitia kerja atau penggunaan hak-hak Dewan menjadi salah satu indikator
keberhasilan pencapaian semangat tersebut. Meski harus disadari, pelaksanaan fungsi
pengawasan perlu dilakukan berdasarkan kerangka kerja yang jelas, pola yang melembaga,
dan target pencapaian yang terukur mengenai bagaimana seharusnya fungsi pengawasan
dikelola dan diimplementasikan agar mendatangkan hasil guna yang optimal untuk
kesejahteraan masyarakat.

Pendahuluan

yang dijalankannya, termasuk juga pada


pelaksanaan fungsi pengawasan. Fungsi
pengawasan merupakan salah satu fungsi
yang dimiliki DPR sebagai lembaga perwakilan
rakyat yang dilaksanakan melalui pengawasan
atas pelaksanaan undang-undang dan APBN,
serta pengawasan terhadap kebijakan yang
dihasilkan Pemerintah.
Pelaksanaan fungsi pengawasan DPR
menurut Reni Suwarso, pakar politik dari
Center for Election and Political Party
(CEPP) Fisip UI, secara kuantitatif, dapat
dikatakan telah dilaksanakan sangat baik
karena banyaknya kegiatan yang dilakukan
dalam rangka pengawasan pelaksanaan
undang-undang, pelaksanaan keuangan
negara,
dan
pelaksanaan
kebijakan

Tanggal 29 Agustus 2016 adalah Hari


Ulang Tahun ke tujuh puluh satu tahun
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik
Indonesia. Memang harus diakui hingga
saat ini apresiasi masyarakat terhadap
pelaksanaan kinerja DPR sangat minim.
Masyarakat menilai Dewan tidak optimal
dalam melaksanaan fungsi legislasi, fungsi
anggaran, dan fungsi pengawasan yang
dijalankan dalam kerangka representasi
rakyat, dan juga untuk mendukung upaya
Pemerintah dalam melaksanakan politik luar
negeri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Penilaian masyarakat tersebut memang
perlu didalami dengan melihat secara spesifik
kinerja Dewan dari masing-masing fungsi

*) Peneliti Madya Komunikasi Politik pada Bidang Politik Dalam Negeri, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI.
Email: a.budiman69@gmail.com
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.pengkajian.dpr.go.id
ISSN 2088-2351

- 17 -

Fungsi Pengawasan Tahun Sidang


2015-2016

Pemerintah. Namun secara kualitatif, terutama


bila dilihat dari tindak lanjut kegiatan
pengawasan, efektivitas pelaksanaan fungsi
pengawasan Dewan masih dipertanyakan.
Rekomendasi dan simpulan Dewan masih
banyak yang belum ditindaklanjuti oleh pihak
terkait. Sebenarnya secara kelembagaan,
Dewan dapat menggunakan berbagai haknya
(Hak Interpelasi, Hak Angket, dan Hak
Menyatakan Pendapat) untuk mengawasi
tindak lanjut dari rekomendasi dan simpulan
yang sudah dihasilkan.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) melalui penelitiannya yang berjudul
Absennya Politik Pengawasan DPR
di Era Reformasi, menyebutkan di
dalam abstrak penelitiannya bahwa
upaya penggunaan hak angket dan
interpelasi oleh anggota DPR merupakan
bagian dari strategi partai politik di
DPR untuk meningkatkan posisi tawar
dengan pemerintah, terutama menarik
perhatian media massa dan publik. Namun,
pengawasan DPR tersebut tidak dibarengi
dengan
pengawasan
politik
yang
diperlihatkan dengan pengabaian fungsi
utama DPR sebagai legislator.
Selanjutnya
dalam
kesimpulan
penelitian tersebut disebutkan, kecenderungan
pengawasan yang dijalankan DPR dalam dua
belas tahun terakhir menunjukkan bahwa
DPR tidak memiliki politik pengawasan,
yaitu semacam kerangka kerja yang jelas,
pola yang melembaga, dan target pencapaian
yang
terukur
mengenai
bagaimana
seharusnya fungsi pengawasan dikelola dan
diimplementasikan agar pemerintahan hasil
Pemilihan Umum (Pemilu) dapat bekerja
efektif serta menghasilkan pemerintah
yang bersih dan tata kelola pemerintahan
yang baik. Praktik dan implementasi fungsi
pengawasan dibiarkan ditafsirkan sendirisendiri oleh setiap parpol dan bahkan oleh
setiap politisi parpol di DPR.
Beranjak dari penilaian mengenai
pelaksanaan fungsi pengawasan DPR
tersebut, maka permasalahan yang menjadi
fokus dalam tulisan ini yaitu bagaimana
efektivitas pelaksanaan fungsi pengawasan
DPR di usianya yang ke 71 tahun. Untuk itu
menjadi penting kita pahami, bagaimana
pelaksanaan fungsi pengawasan DPR di
Tahun Sidang 2015 2016 dan upaya untuk
melakukan optimalisasi pelaksanaan fungsi
pengawasan DPR.

Sudah tujuh puluh satu tahun


DPR berkiprah dan menjadikan dirinya
sebagai lembaga perwakilan rakyat yang
melewati banya era pemerintahan dengan
berbagai sistem ketatanegaraan. DPR yang
kelembagaannya diisi oleh wakil rakyat yang
dihasilkan melalui sebuah Pemilu, tentunya
tidak dimaksudkan menjadi lembaga
perwakilan dari dilaksanakannya demokrasi
prosedural melainkan harus terus bergerak
menuju demokrasi substansial untuk
mencapai tujuan, yaitu kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakat yang berkeadilan.
Sesuai dengan Tatib DPR, pelaksanaan
fungsi pengawasan dilakukan melalui
berbagai kegiatan rapat-rapat di DPR
bersama mitra kerja dan atau masyarakat
melalui kegiatan Rapat Kerja (Raker),
Rapat Dengar Pendapat (RDP), dan Rapat
Dengar Pendapat Umum (RDPU). DPR juga
melakukan Kunjungan Kerja (Kunker) ke
daerah yang ditentukan dan atau daerah
pemilihan yang dilakukan pada masa reses
untuk melihat permasalahan yang terjadi.
Di samping kegiatan tersebut,
pelaksanaan fungsi pengawasan DPR juga
dapat dilakukan dengan pelaksanaan hakhak DPR, pembentukan Tim, Panitia Khusus
(Pansus) Non-RUU, dan Panitia Kerja (Panja)
yang dibentuk di antaranya untuk menjawab
berbagai aspirasi/pengaduan dari masyarakat
yang masuk ke DPR, baik melalui Sekretariat
Jenderal maupun langsung ke Alat
Kelengkapan Dewan (AKD). Dalam rangka
pelaksanaan fungsi pengawasan, DPR juga
memberikan pertimbangan dan persetujuan
atas usul pengangkatan pejabat publik.
Ketua DPR, Ade Komarudin, dalam
pidatonya tentang Penyampaian Laporan
Kinerja DPR Tahun Sidang 2015-2016 pada
Rapat Paripurna DPR dalam rangka Hari
Ulang Tahun ke-71 DPR, menyebutkan
pelaksanaan fungsi pegawasan telah dilakukan
oleh DPR di antaranya 8 (delapan) tim
yang dibentuk Pimpinan, 1 (satu) Panitia
Khusus (Pansus) Non-RUU, yaitu Panitia
Angket, dan 46 (empat puluh enam) Panja
yang dibentuk Komisi. Sebagai pembanding
pelaksanaan fungsi pengawasan DPR di
Tahun Sidang 2014-2015, sebagaimana
dikutip dari buku Laporan Kinerja DPR 1
Oktober 13 Agustus 2015, yaitu 4 (empat)
tim dan 38 (tiga puluh delapan) Panja.
- 18 -

Panja
Swasembada
Pangan
menghasilkan rekomendasi, di antaranya
meminta kepada Perum BULOG membenahi
distribusi dan penyaluran beras untuk rakyat
miskin (raskin) dengan tepat sasaran dan
berkualitas, serta mengutamakan pengadaan
produksi dalam negeri; dan menjalankan
penugasan oleh Pemerintah terhadap
tambahan kebutuhan jagung dan komoditas
pangan strategis lainnya melalui mekanisme
importasi satu pintu, jika ketersediaan
jagung dan komoditas pangan strategis
lainnya di dalam negeri tidak mencukupi
kebutuhan nasional.
Kinerja DPR dalam pelaksanaan
fungsi pengawasan juga tercermin dalam
keterlibatannya terhadap proses seleksi
pengangkatan pejabat publik, yang dilakukan
dalam bentuk memberikan persetujuan di
antaranya terhadap: Anggota Komisi Yudisial,
Pimpinan KPK, dan Kapolri, serta yang
dilakukan dengan memilih sesuai ketentuan
perundangan yang melandasinya, di antaranya
terhadap Calon Anggota Ombudsman RI
Periode 2016-2021 Calon Dewan Pengawas
(Dewas) LPP RRI Periode 2016-2021,
Calon Anggota Dewan Pengawas BPJS
Kesehatan, Calon Anggota Pengawas BPJS
Ketenagakerjaan, dan Calon Komisioner Komisi
Penyiaran Indonesia periode 2016-2019.
Pelaksanaan fungsi pengawasan juga
diwujudkan dalam bentuk penerimaan dan
tindaklanjut pengaduan dan atau aspirasi
masyarakat surat pengaduan tertulis,
kunjungan langsung masyarakat ke DPR,
mengikuti Rapat Dengar Pendapat Umum
(RDPU) dengan Komisi-komisi DPR terkait,
sampai dengan pesan singkat ke nomor
08119443344 dan situs pengaduan online
yaitu di http://pengaduan.dpr.go.id/. Dua
yang terakhir tidak terlepas dari upaya DPR
untuk memanfaatkan teknologi agar DPR
secara efektif dapat dijangkau konstituennya
sehingga terbangun interaksi dalam
pelaksanaan fungsi-fungsi DPR.

Pelaksanaan fungsi pengawasan


Dewan Tahun Sidang 2015-2016, salah satu
dilakukan dengan penggunaan Hak Angket
dengan membentuk Panitia Khusus (Pansus)
Pelindo II. Rekomendasi strategis yang
dihasilkan Pansus Pelindo II di antaranya
membatalkan perpanjangan kontrak JICT
2015-2038 antara Pelindo II dan HPH
karena terindikasi kuat telah merugikan
negara dengan menguntungkan pihak asing
serta telah terjadi Strategic Transfer Pricing
pada kontrak Pelindo II dan HPH 1999-2019
dan karenanya kontrak ini putus dengan
sendirinya, tanpa perlu Indonesia membayar
termination value.
Hal yang juga tidak kalah penting
adalah, Pansus sangat merekomendasikan
kepada Presiden untuk tidak serta merta
membuka investasi asing yang dalam jangka
panjang merugikan bangsa Indonesia secara
moril dan materil, mengancam keselamatan
negara dan kedaulatan ekonomi politik
bangsa yang akhirnya membuat apa yang
dikhawatirkan Bapak Bangsa, Bung Karno,
justru terjadi, yakni: Indonesia menjadi
kuli bagi bangsa lain, bangsa kuli di antara
bangsa-bangsa lain.
Pelaksanaan
fungsi
pengawasan
dilakukan selain membentuk Tim Pengawasan,
juga dapat dilakukan melalui Panita Kerja
(Panja) yang dibentuk di Alat Kelengkapan
DPR khususnya Komisi. Hakikatnya kegiatan
Panja yang dilakukan oleh Komisi di DPR
dilaksanakan dalam kerangka representasi
rakyat dalam rangka meningkatkan hasil guna
dari kegiatan Panja tersebut.
Panja Tenaga Honorer Kategori II,
merekomendasikan pemerintah untuk
melakukan pengangkatan tenaga honorer
kategori II sejumlah 439.956 orang menjadi
PNS melalui verifikasi. Rekomendasi lainnya
yaitu mendukung pendanaan untuk rekruitmen
tenaga honorer kategori II melalui dukungan
anggaran tahun 2016 melalui mekanisme
realokasi anggaran atau pengajuan tambahan
pagu di dua lembaga yaitu Kementrian PAN
RB dan BKN atau alternatif penyelesaian
lainnya yang diperkenankan sesuai dengan
peraturan
perundangan.
Pemerintah
diminta berkomitmen untuk menyelesaikan
masalah tenaga honorer kategori II untuk
mendapatkan jalan keluar dengan mencari
payung hukum dan dibicarakan dalam forum
yang lebih tinggi sesuai dengan tugas dan
fungsi masing-masing.

Optimalisasi Fungsi Pengawasan


Tantangan DPR dalam melaksanakan
fungsi pengawasan adalah bagaimana
menyeimbangkan kegiatan-kegiatan pengawasan
itu sendiri dengan tuntutan yang kuat dari
masyarakat terhadap berbagai fungsi yang
melekat kepada DPR. Fungsi pengawasan
hendaknya
menjadi
barometer
yang
menjamin bahwa setiap kinerja yang
- 19 -

dilakukan DPR tidak hanya bersifat memenuhi


target saja, tetapi benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan bagi kepentingan
rakyat. Upaya memperbaiki dan atau
menyempurnakan mekanisme kerja internal
DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat
perlu secara konsisten dilakukan. Dalam
posisi inilah optimalisasi fungsi pengawasan
ditempatkan secara strategis sebagaimana
termuat dalam buku Ringkasan Laporan
Kinerja DPR Tahun Sidang 2015-2016.
Pelaksanaan fungsi pengawasan
harus senantiasa ditindaklanjuti dengan
tindakan-tindakan konkret dari DPR atas
suatu isu atau masalah yang ditemukan
dalam pelaksanaan peraturan perundangundangan di lapangan. Kerangka waktu
yang jelas atas penanganan atau tindak
lanjut dari kegiatan-kegiatan pengawasan
Dewan harus ditetapkan dengan pasti.
Hal ini harus menjadi perhatian Dewan
agar setiap temuan yang didapatkan dalam
kegiatan-kegiatan
pengawasan
dapat
tertangani secara tuntas. Bahwa kerjakerja DPR dilakukan tidak hanya sebatas
pelaksanaan
seremonial
yang
hanya
mengugurkan kewajiban pelaksanaan fungsi
Dewan, dan tidak juga hanya menjadi
kumpulan data-data saja yang tidak secara
optimal ditindaklanjuti.
DPR perlu mendorong Pemerintah
untuk senantiasa menindaklanjuti secara
cepat
rekomendasi-rekomendasi
yang
disampaikan DPR atas isu-isu atau masalahmasalah yang ditemukan DPR dalam
menjalankan fungsi pengawasan. Hal ini
sangat penting karena apabila Pemerintah
tidak menindaklanjuti secara optimal,
maka pemberian solusi bagi permasalahan
kemasyarakatan,
permasalahan
bangsa,
dan permasalahan negara dapat menjadi
terhambat dan terganggu. Di sinilah
tantangan yang harus dihadapi DPR. DPR
harus berupaya semaksimal mungkin
untuk menciptakan sinergi pelaksanaan
fungsi pengawasan dalam hubungannya
dengan Pemerintah. Memberi pengertian
dan dorongan kepada Pemerintah adalah
sangat krusial dalam konteks ini. Pemerintah
memiliki kewajiban untuk melaksanakan
rekomendasi
yang
dihasilkan
dari
pelaksanaan fungsi pengawasan DPR. Hal ini
semata-mata dilakukan agar tercipta suatu
kebijakan yang sempurna dan taat azas, dapat
diimplementasikan, serta mendatangkan

hasil
guna
yang
menyejahterakan
masyarakat. Penyempurnaan atas kebijakan
yang dihasilkan tentunya menjadi dasar dari
evaluasi kebijakan yang akan dilaksanakan
selanjutnya.

Penutup
Hingga
saat
ini
DPR
telah
melaksanakan fungsi pengawasan terhadap
pelaksanaan undang-undang, kebijakan dan
anggaran yang dilakukan oleh Pemerintah,
tidak hanya secara kritis namun juga
secara konstruktif, dan integratif atau
terpadu yang mencakup semua sektor,
dengan memberikan saran rekomendasi.
Pelaksanaan fungsi pengawasan dilakukan
melalui mekanisme yang diatur di dalam
peraturan
perundang-undangan,
yaitu
melalui rapat, pembentukan Tim, Pansus,
atau Panja, dan kunjungan ke daerah.
Meski
harus
disadari,
bahwa
pelaksanaan fungsi pengawasan harus
senantiasa disempurnakan, baik dari sisi
prosedural penyelenggaraannya maupun
dari sisi kualitas, kemanfaatan pelaksanaan
fungsi pengawasan Dewan bagi kemaslahatan
seluruh masyarakat Indonesia. Optimalisasi
pelaksanaan fungsi pengawasan DPR,
sesungguhnya merupakan salah satu indikator
dari keberhasilan lembaga perwakilan rakyat
untuk Membangun Demokrasi yang Efektif
Melalui Kerja Nyata Parlemen sebagaimana
menjadi tema dari tujuh puluh satu tahun hari
ulang tahun DPR di tahun ini.

Referensi
Buku Ringkasan Laporan Kinerja DPR
Tahun Sidang 2014-2015.
Draft buku Ringkasan Laporan Kinerja DPR
Tahun 2015-2016.
Pidato Ketua DPR RI tentang Penyampaian
Laporan Kinerja DPR RI Tahun Sidang
2015-2016 Pada Rapat Paripurna DPR
RI Dalam Rangka Hari Ulang Tahun Ke71 DPR RI.
Mengukur Kinerja DPR RI Periode 20092014,
http://cepp.fisip.ui.ac.id/
2015/08/03/mengukur-kinerja-dpr-riperiode-2009-2014/, diakses tanggal 23
Agustus 2016.
Wawan Ichwanudin (dkk), Absennya Politik
Pengawasan DPR di Era Reformasi,
http://ejournal.lipi.go.id/index.php/
jpp/article/download/233/107, diakses
tanggal 24 Agustus 2016.
- 20 -

Anda mungkin juga menyukai