Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula sholawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW.
Kepada keluarganya, para sahabat, serta dapat sampai kepada kita selaku
umatnya hingga akhir zaman nanti.
Ucapan terima kasih kami haturkan kepada
pengajar mata kuliah system neurobehavior kami karena atas arahan dan
petunjuk dari beliau-lah makalah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN
SPINA BIFIDA ini dapat di susun dengan baik. Pepatah lama mengatakan
bahwa tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah yang telah
di susun ini tentunya masih menyimpan kesalahan dan kekurangan disanadisini dikarenakan kurang luasnya referensi atau bahkan kurang jelinya
penulis untuk menangkap isu-isu detil dari sebuah fenomena yang muncul.
Karenanya, kritik dan saran yang membangun sangat di butuhkan bagi
perbaikan penyusunan makalah-makalah selanjutnya.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Spina bifida adalah defek pada penutupan kolumna vertebralis dengan atau
tanpa tingkatan protusi jaringan melalui celah tulang. Penyakit spina bifida atau
sering dikenal sebagai sumbing tulang belakang adalah salah satu penyakit yang
banyak terjadi pada bayi. Penyakit ini menyerang medula spinalis dimana ada
suatu celah pada tulang belakang (vertebra). Hal ini terjadi karena satu atau
beberapa bagian dari vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk secara utuh dan
dapat menyebabkan cacat berat pada bayi, ditambah lagi penyebab utama dari
penyakit ini masih belum jelas. Hal ini jelas mengakibatkan gangguan pada sistem
saraf karena medula spinalis termasuk sistem saraf pusat yang tentunya memiliki
peranan yang sangat penting dalam sistem saraf manusia. Jika medula spinalis
mengalami gangguan, sistem-sistem lain yang diatur oleh medula spinalis pasti
juga akan terpengaruh dan akan mengalami ganggusn pula. Hal ini akan semakin
memperburuk kerja organ dalam tubuh manusia, apalagi pada bayi yang sistem
tubuhnya belum berfungsi secara maksimal.
Fakta mengatakan dari 3 kasus yang sering terjadi pada bayi yang baru
lahir di Indonesia yaitu ensefalus, anensefali, dan spina bifida, sebanyak 65% bayi
yang baru lahir terkena spina bifida.Sementara itu fakta lain mengatakan 4,5%
dari 10.000 bayi yang lahir di Belanda menderita penyakit ini atau sekitar 100
bayi setiap tahunnya. Bayi-bayi tersebut butuh perawatan medis intensif
sepanjang hidup mereka. Biasanya mereka menderita lumpuh kaki, dan dimasa
kanak-kanak harus dioperasi berulang kali.
Dalam hal ini perawat dituntut untuk dapat profesional dalam menangani
hal-hal yang terkait dengan spina bifida misalnya saja dalam memberikan asuhan
keperawatan harus tepat dan cermat agar dapat meminimalkan komplikasi yang
terjadi akibat spina bifida.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
BAB 2
KONSEP MEDIS
2.1 Definisi Spina Bifida
Spina bifida merupakan suatu kelainan bawaan berupa defek pada arkus
pascaerior tulang belakang akibat kegagalan penutupan elemen saraf dari kanalis
spinalis pada perkembangan awal embrio. Keadaan ini biasanya terjadi pada
minggu ke empat masa embrio. Derajat dan lokalisasi defek bervariasi, pada
keadaan yang ringan mungkin hanya ditemukan kegagalan fungsi satu atau lebih
dari satu arkus pascaerior vertebra pada daerah lumosakral. Belum ada penyebab
yang pasti tentang kasus spina bifida. Spina bifida juga bias disebabkan oleh gagal
menutupnya columna vertebralis pada masa perkembangan fetus. Defek ini
berhubugan dengan herniasi jaringan dan gangguan fusi tuba neural.Gangguan
fusi tuba neural terjadi beberapa minggu (21 minggu sampai dengan 28 minggu)
setelah konsepsi, sedangkan penyebabnya belum diketahui dengan jelas.
Spina bifida adalah defek pada penutupan kolumna vertebralis dengan atau
tanpa tingkatan protusi jaringan melalui celah tulang. Spina bifida (Sumbing
Tulang Belakang) adalah suatu celah pada tulang belakang (vertebra), yang terjadi
karena bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk
secara utuh.
2.2 Klasifikasi
Kelainan pada spina bifida bervariasi, sehingga dikelompokkan menjadi
beberapa jenis yaitu :
1. Spina Bifida Okulta
Merupakan spina bifida yang paling ringan. Satu atau beberapa
vertebra tidak terbentuk secara normal, tetapi korda spinalis dan selaputnya
(meningens) tidak menonjol. Spina bifida okulta merupakan cacat arkus
vertebra dengan kegagalan fusi pascaerior lamina vertebralis dan seringkali
tanpa prosesus spinosus, anomali ini paling sering pada daerah antara L5S1, tetapi dapat melibatkan bagian kolumna vertebralis, dapat juga terjadi
anomali korpus vertebra misalnya hemi vertebra. Kulit dan jaringan
subkutan diatasnya bisa normal atau dengan seberkas rambut abnormal,
telangietaksia atau lipoma subkutan. Spina bifida olkuta merupakan temuan
terpisah dan tidak bermakna pada sekitar 20% pemerikasaan radiografis
tulang belakang. Sejumlah kecil penderita bayi mengalami cacat
perkembangan medula dan radiks spinalis fungsional yang bermakna.
Secara patologis kelainan hanya berupa defek yang kecil pada arkus
pascaerior.
2. Meningokel
Meningokel melibatkan meningen, yaitu selaput yang bertanggung
jawab untuk menutup dan melindungi otak dan sumsum tulang belakang.
Jika Meningen mendorong melalui lubang di tulang belakang (kecil, cincinseperti tulang yang membentuk tulang belakang), kantung disebut
Meningokel.
Meningokel
memiliki
gejala
lebih
ringan
daripada
3. Myelomeningokel
Myelomeningokel ialah jenis spina bifida yang kompleks dan paling
berat, dimana korda spinalis menonjol dan keluar dari tubuh, kulit diatasnya
tampak kasar dan merah. Penaganan secepatnya sangat di perlukan untuk
mengurangi kerusakan syaraf dan infeksi pada tempat tonjolan tesebut. Jika
pada tonjolan terdapat syaraf yamg mempersyarafi otot atau extremitas,
maka fungsinya dapat terganggu, kolon dan ginjal bisa juga terpengaruh.
Jenis myelomeningocale ialah jenis yang paling sering dtemukan pada
kasus spina bifida. Kebanyakan bayi yang lahir dengan jenis spina bifida
juga memiliki hidrosefalus, akumulasi cairan di dalam dan di sekitar otak.
2.3 Etiologi
1. Resiko melahirkan anak dengan spina bifida berhubungan erat dengan
kekurangan asam folat, terutama yang terjadi pada awal kehamilan.
2. Penonjolan dari korda spinalis dan meningens menyebabkan kerusakan
pada korda spinalis dan akar saraf, sehingga terjadi penurunan atau
gangguan fungsi pada bagian tubuh yang dipersarafi oleh saraf tersebut
atau di bagian bawahnya.
3. Gejalanya tergantung kepada letak anatomis dari spina bifida. Kebanyakan
terjadi di punggung bagian bawah, yaitu daerah lumbal atau sakral, karena
penutupan vertebra di bagian ini terjadi paling akhir.
4. Faktor genetik dan lingkungan (nutrisi atau terpapar bahan berbahaya)
dapat menyebabkan resiko melahirkan anak dengan spina bifida.
Pada 95 % kasus spina bifida tidak ditemukan riwayat keluarga dengan
defek neural tube. Resiko akan melahirkan anak dengan spina bifida 8 kali
lebih besar bila sebelumnya pernah melahirkan anak spina bifida.
Kelainan yang umumnya menyertai penderita spina bifida antara lain:
1.
Hidrosefalus
2.
Siringomielia
3.
Dislokasi pinggul.
2.4 Manifestasi Klinis
Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda
spinalis dan akar saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau
tanpa gejala; sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang
dipersarafi oleh korda spinalis maupun akar saraf yang terkena.
Gejalanya berupa:
1.
bladder
dan
bowel
berupa
ketidakmampuan
untuk
pada 27 kasus, sacral 21% kasus; dan torakal atau servikal pada 10% kasus. Bayi
dengan mielomeningokel mudah terkena cedera selama proses kelahiran.
Hidrosefalus terdapat pada hampir semua anak yang menderita spina bifida (85%
sampai 90%);kira-kira 60% sampai 70% tersebut memiliki IQ normal. Anak
dengan mielomeningokel dan hidrosefalus menderita malformasi system saraf
pusat lain, dengan deformitas Arnold-Chiari yang paling umum.
Penyebab spesifik dari meningokel atau spina bifida belum diketahui.
Banyak factor seperti keturunan dan lingkungan diduga terlibat dalam terjadinya
defek ini. Tuba neural umumnya lengkap empat minggu setelah konsepsi. Hal-hal
berikut ini telah ditetapkan sebagai faktor penyebab; kadar vitamin maternal
rendah, termasuk asam folat: mengonsumsi klomifen dan asam valfroat: dan
hipertermia selama kehamilan. Diperkirakan hampir 50% defek tuba neural dapat
dicegah jika wanita bersangkutan meminum vitamin-vitamin prakonsepsi,
termasuk asam folat.
Banyak ahli percaya bahwa defek primer pada NTD (neural tube defect)
merupakan kegagalan penutupan tuba neural selama perkembangan awal embrio.
Akan tetapi, ada bukti bahwa defek ini merupakan akibat dari pemisahan tuba
neural yang sudah menutup karena peningkatan abnormal tekanan cairan
serebrospinal selama trimester pertama. Derajat disfungsi neurologik secara
lansung berhubungan dengan level anatomis defek tersebut dan saraf-saraf yang
terlibat. Kebanyakan mielomeningokel melibatkan area lumbal atau lumbosakral,
dan hidrosefalus merupakan anomali yang sering menyertainya (90% sampai
95%). Pembedahan dilakukan secepatnya pada spina bifida yang tidak tertutup
kulit, sebaiknya dalam minggu pertama setelah lahir. Kadang-kadang sebagai
akibat eksisi meningokel terjadi hidrosefalus sementara atau menetap, karena
permukaan absorpsi CSS yang berkurang.
Kegagalan tabung neural untuk menutup pada hari ke-28 gestasi, atau
kerusakan pada strukturnya setelah penutupan dapat dideteksi in utero dengan
pemeriksaan ultrasonogrfi. Pada 90% kasus, kadar alfa-fetoprotein dalam serum
ibu dan cairan amnion ditemukan meningkat; penemuan ini sering digunakan
sebagai prosedur skrining. Keterlibatan baik kranial maupun spinal dapat terjadi;
Pathway
Duka Cita
SPINA BIFIDA
Ibu hamil
Gangguan Eliminasi
Urin
Gangguan pertumbuhan
dan perkembangan sel
pada janin
Keterlambatan
Pertumbuhan Dan
Perkembangan
Kegagalan penutupan
os.vertebra (lumbalsakum)
SB okulta
SB kristik
(terdapat penonjolan)
SB meningomielokel
SB meningokel
Kerusakan pada
ekstremitas bawah
Resiko Cedera
Pembedahan/operasi
2. USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pda korda spinalis
maupun vertebra
3. CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk menentukan
lokasi dan luasnya kelainan.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penderita spina bifida memerlukan koordinasi tim
yang terdiri dari spesialis anak, saraf, bedah saraf, rehabilitasi medik, ortopedi,
endokrin, urologi dan tim terapi fisik, ortotik, okupasi, psikologis perawat, ahli
gizi sosial worker dan lain-lain.
a. Urologi
Dalam bidang urologi, terapi pada disfungsi bladder dimulai saat periode
neonatal sampai sepanjang hidup. Tujuan utamanya adalah :
1.
Mengontrol inkotinensia
2.
3.
refluk
dapat
dilakukan
ureteral
reimplantasi,
bladder
displastik, dangkal dan parsial. Hip abduction splint atau Pavlik harness
digunakan 2 tahun pertama untuk counter gaya mekaniknya.
Pemanjangan tendon Achilles untuk deformitas equinus, flexor
tenodesis atau transfer dan plantar fasciotomi untuk deformitas claw toe dan
pes cavus yang berat. Subtalar fusion, epiphysiodesis, triple arthrodesis atau
talectomi dilakukan bila operasi pada jaringan lunak tidak memberikan hasil
yang memuaskan.
1.
Rehabilitasi Medik
2.
Sistem Muskuloskeletal
Latihan luas gerak sendi pasif pada semua sendi sejak bayi baru lahir
dilakukan seterusnya untuk mencegah deformitas muskuloskeletal.
Latihan penguatan dilakukan pada otot yang lemah, otot partial
inervation atau setelah prosedur tendon transfer.
c. Perkembangan Motorik
Stimulasi motorik sedini mungkin dilakukan dengan memperhatikan tingkat
dari defisit neurologis.
d. Ambulasi
Alat bantu untuk berdiri dapat dimulai diberikan pada umur 12 18 bulan.
Spinal brace diberikan pada kasus-kasus dengan skoliosis. Reciprocal gait
orthosis (RGO) atau Isocentric Reciprocal gait orthosis (IRGO) sangat
efektif digunakan bila hip dapat fleksi dengan aktif. HKAFO digunakan
untuk mengkompensasi instabilitas hip disertai gangguan aligment lutut.
KAFO untuk mengoreksi fleksi lutut agar mampu ke posisi berdiri tegak.
Penggunaan kursi roda dapat dimulai saat tahun kedua terutama pada anak
yang tidak dapat diharapkan melakukan ambulasi.
e. Bowel training
Diet tinggi serat dan cairan yang cukup membantu feses lebih lunak dan
berbentuk sehingga mudah dikeluarkan. Pengeluaran feses dilakukan 30
menit setelah makan dengan menggunakan reflek gastrokolik. Crede
manuver dilakukan saat anak duduk di toilet untuk menambah kekuatan
mengeluarkan dan mengosongkan feses Stimulasi digital atau supositoria
pinggul
yang
kaku
atau
otot-otot
adductor,
mempererat
kecenderungan subluksasi.
Penurunan harga diri menjadi ciri khas pada anak dan remaja yang
menderita keadaan ini. Remaja merasa khawatir akan kemampuan
seksualnya, penguasaan social, hubungan kelompok remaja sebaya, dan
kematangan serta daya tariknya. Beratnya ketidakmampuan tersebut lebih
berhubungan dengan persepsi diri terhadap kemampuannya dari pada
ketidakmampuan yang sebenarnya ada pada remaja itu.
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang lain dari spina bifida yang berkaitan dengan kelahiran
antara lain adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Paralisis cerebri
Retardasi mental
Atrofi optic
Epilepsi
Osteo porosis
Fraktur (akibat penurunan massa otot)
Ulserasi, cidera, dikubitus yang tidak sakit.
NO
1
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Keterlambatan pertumbuhan dan NOC
NOC
NIC
perkembangan
Tujuan
tidak
usianya
Rasional :
Batasan karakteristik :
Kriteria hasil :
Untuk men
Objektif
: Setelah
bisa
ditentukan keterlambatan
1. Kaj
per
2. Kaj
(m
dan psikososial pada usia 2 bulan
Rasional :
3. Penanda perkembangan fisik, kognitif ,
Untuk m
dan psikososial pada usia 4 bulan.
Kelainan kongenital
4. Perubahan
normal nutrisi.
Mandiri
3. Me
fisik
normal
pada
kals
Rasional :
Memberika
4. Dor
sen
Rasional :
Agar anak
pertumbuh
5. Dor
sos
Rasional :
Agar anak
lain.
Health edu
6. Ide
pen
per
Rasional :
Memberika
anak
Kolaboras
7. Kol
jum
dib
Rasional :
Meningkat
perkemban
NOC
NIC
Mobiity level
Observasi
Tujuan
Definisi
Keterbatasan
dalam
secara
mandiri
: Setelah
dilakukan tindakan
Melihat ge
klien
terarah.
Batasan karakteristik :
latihan
2. Tidak terjadi konfraktur sendi
3. Bertambahnya kekuatan otot
4. Klien menunjukan tindakan
1. Kaj
meningkatkan mobilitas
2. Obs
ker
Rasional :
untuk Menghinda
berlebihan
3. Kaj
Gangguan neuromuskular
Keterlambatan
Rasional :
perkembangan
Penurunan kendali otot
Mandiri
Melihat pe
4. Anj
lati
yan
Rasional :
Agar teta
ekstremitas
5. Ban
Rasional :
Untuk mem
fisik
Health edu
6. Aja
pos
dip
Rasional :
Mempermu
Kolaboras
7. Kol
unt
Rasional :
Untuk peny
3
11.
NOC
Keamanan
NIC
/ Immune status
Infection c
perlindungan
Kelas 1. Infeksi
Risk control
Tujuan
dan
multiplikasi
organisme
Observasi
1. Mo
: Setelah
infeksi teratasi.
2. Mo
kesehatan
Kriteria hasil :
sist
Faktor risiko
-
pemajanan
patogen
Malnutrisi
Pertahanan
tubuh
primer
tidak
adekuat
-
infeksi
Melihat ad
2. Mendeskripsikan proses penularan
lokal
penyakit , factor yang mempengaruhi
Mandiri
penularan serta penatalaksanaannya
3. Uku
3. Menunjukkan kemampuan untuk
sek
mencegah timbulnya infeksi
4. Jumlah leukosit dalam batas normal
cem
5. Menunjukan perilaku hidup sehat
Rasional :
Untuk mel
dan hidrose
4. Aja
Rasional :
Untuk men
5. Dor
Rasional :
Untuk men
Health edu
6. Aja
geja
Rasional :
Untuk men
parah
4
11.
NOC
Keamanan
NIC
/ Risk control
:
Observasi
Perlindungan
Tujuan
Setelah
dilakukan tindakan
1. Obs
tand
teratasi
Rasional :
tindakan
2. Ide
peningkatan TIK
2. Mampu mengenali perubahan status
pas
kesehatan
3. Klien terbebas dari cedera
Faktor resiko :
Internal
-
pen
Rasional :
Untuk mem
Mandiri
mis
leukositosis
3. Lak
koagulasi , trombositopenia ,
pad
sel
-
dan
sabit
talasemia
penurunan hemoglobin )
Gangguan sensasi ( akibat
cedera
medula
spinalis
Rasional :
Sebagai p
operasi dan
4. Tun
per
ced
Rasional :
Menghinda
5. Ber
tida
kon
Rasional :
Agar anak
dideritanya
Health edu
6. Aja
tua
ben
seh
Rasional :
Menghinda
berbahaya
7. Ber
ora
pen
ced
Rasional :
Untuk Pen
5
3.Eliminasi
dan
pertukaran
Kelas 1. Fungsi urinarius
Definisi : disfungsi eliminasi urine
Batasan karakteristik
-
Disuria
Inkontinensia
Inkontinensia urine
Retensi urin
Sering berkemih
NOC
-
NIC
Urinary elimination
Urinari continuence
Tujuan
: Setelah
Urinary ret
Observasi
dilakukan tindakan
kom
ink
Kriteria hasil :
1. Kandung
1. Lak
ber
kemih
kosong
secara
mas
penuh
Rasional :
2. Tidak ada residu urine > 100 200
Untuk men
cc
2. Me
3. Intake cairan dalam rentang normal
4. Bebas dari ISK
kem
5. Tidak ada spasme bladder
Rasional :
Melihat a
dengan pal
Mandiri
3. Inst
men
tinj
Rasional :
Untuk me
tinja
Kolaboras
-
Kol
Rasional :
Untuk men
6
Dukacita (00136)
NOC
NIC
Kriteria hasil
Mandiri
1. Dor
per
1. Orangtua
menerima
dengan
yan
ana
sosial,
dan
intelektual
ketika
kehilangan
yang
mendemonstrasikan
anaknya
terh
2. Ban
hari.
asp
Batasan karakteristik :
pen
Subjektif
Rasional :
Memberika
Kepedihan
Distres psikologi
untuk men
lebih baik
Objektif
-
Perubahan
neuroendokrin
Memberi makna
fungsi
3. Ber
terhadap
kehilangan
Faktor yang berhubungan
-
mem
pen
Rasional :
Memberika
untuk lebih
yang lebih
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Spina bifida merupakan suatu kelainan bawaan berupa defek pada arkus
pascaerior tulang belakang akibat kegagalan penutupan elemen saraf dari kanalis
spinalis pada perkembangan awal embrio. Keadaan ini biasanya terjadi pada
minggu ke empat masa embrio.
Kelainan pada spina bifida bervariasi, sehingga dikelompokkan menjadi
beberapa jenis yaitu : spina bifida okulta, meningokel, dan myelomeningokel.
Faktor genetik dan lingkungan (nutrisi atau terpapar bahan berbahaya)
dapat menyebabkan resiko melahirkan anak dengan spina bifida.
Kelainan yang umumnya menyertai penderita spina bifida antara lain:
hidrosefalus, siringomielia,dan dislokasi pinggul.
Tanda-tanda fisik yang umumnya bisa dilihat adalah penonjolan seperti
kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir jika disinari,
kantung tersebut tidak tembus cahaya dan kelumpuhan/kelemahan pada pinggul,
tungkai atau kaki.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada klien dengan spina bifida
adalah pembedahan, bowel training, ambulasi, rehabilitasi medik, orthopedik, dan
urologi.
3.2 Saran
Deteksi dini dan pencegahan pada awal kehamilan dianjurkan untuk semua
ibu yang telah melahirkan anak dengan gangguan ini dan dan pemeriksaan
ditawarkan bagi semua wanita hamil.
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurrif, S. N. (2015). Aplikasi Asuhan Keperaeatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc jilid 1. Jogjakarta: MediaAction.
T. Heather Herdman, P. ,. (2015). Nursing Diagnosa, Definitions and
Classification 2015-2017. Jakarta: EGC.
Judith M. Wilkinsom PhD, Nancy R. Ahren PhD. ( 2011). Buku Saku Diagnosis
Keperawatan . Jakarta: EGC.
T. Heather Herdman, P. ,. (2015). Nursing Diagnosa, Definitions and
Classification 2012-2014. Jakarta: EGC.
http://www.academia.edu/8945695/Asuhan_keperawatan_pada_pasien_spinabhifi
da