Anda di halaman 1dari 20

ELEVATOR / LIFT

Elevator/lift merupakan sebuah alat transportasi vertikal yang digunakan untuk


mengangkut naik maupun turun muatan berupa orang atupun barang dari satu lantai ke lantai
lainnya. Lift umum digunakan pada gedung bertingkat untuk memudahkan transportasi vertikal
pada gedung tersebut. Gedung bertingkat yang menggunakan lift biasanya bertingkat tinggi,
lebih dari tiga atau empat lantai, sementara pada gedung yang lebih rendah biasanya hanya
menggunakan tangga atau eskalator. Pada mulanya lift hanyalah sebuah derek yang terbuat dari
tali, yang kemudian dibuat rancangan dengan mekanisme keamanan yang lebih baik oleh Elisha
Graves Otis pada tahun 1853. Kemudian lift listrik pertama dibuat oleh Werner Von Siemens
pada tahun 1880.
Konsep lift sebenarnya sangat sederhana, berupa sebuah kompartemen yang terikat pada
sebuah sistem pengangkat, seperti mengikat kotak pada tali untuk diangkat. Lift pada dasarnya
merupakan sebuah kabin yang ditarik maupun didorong keatas oleh suatu peralatan mekanis.

Jenis Lift
Terdapat beberapa jenis lift, berikut merupakan jenis-jenis lift:
1. Berdasarkan penggunaannya
a. Lift Penumpang (Passenger Elevator, Bed Elevator), digunakan untuk mengangkut
penumpang (manusia) maupun penumpang berupa pasien dari lantai satu ke lantai
lainnya.

Gambar 1.a.1. Passenger Elevator


Sumber : http://www.rajalift.com/images/Passlift1.jpg

Gambar 1.a.2. Bed Elevator


Sumber: http://www.rajalift.com/images/Hosp1.jpg
b. Lift Kapsul (Observation Elevator, Panoramic Elevator), digunakan untuk
mengangkut untuk menikmati pemandangan baik diluar maupun didalam bangunan.

Gambar 1.b.1. Panoramic Elevator


Sumber: http://www.tower-lifts.co.uk/scenic-lifts-in-london/

Gambar 1.b.2. Panoramic Elevator di dalam bangunan


Sumber: http://www.mahaelevators.com/panaromic_lifts.html
c. Lift Barang (Freight Elevator, Dumb Waiter), untuk mengangkut barang-barang,
biasanya pada hotel, dari satu lantai ke lantai lainnya.

Gambar 1.c.1. Dumb Waiter


Sumber: http://www.rajalift.com/images/Dumb-Waiter-Lift.jpg

Gambar 1.c.2. Freight Elevator


Sumber: http://sgsandsbs.com/locations_detail.php?id=7
d. Lift Pelayan (Passenger-Freight Elevator, Service Elevator), digunakan sebagai lift
yang digunakan oleh pelayan sebagai servis agar tidak mengganggu tamu.

Gambar 1.d.1. Service Elevator


Sumber: http://www.indiamart.com/intexelevator/hydraulic-elevators.html
2. Berdasarkan hoist mekanisme angkatnya
a. Traction Elevator, merupakan jenis paling umum dari lift, menggunakan motor AC
atau DC yang giginya bergerak dengan menggulirkan tali baja menggunakan mesin
katrol.

Gambar 2.a.1. Freight, Geared, Machine-Room Less, Gearless Traction Elevator


Sumber: http://www.schumacherelevator.com/elevators/traction-elevators/

b. Hydraulic Elevator, elevator yang tenaganya berasal dari sebuah motot pompa listrik
yang mendorong minyak hidrolik ke dalam silinder untuk kemudian menggerakan
piston.

Gambar 2.b.1. Hydraulic Elevator


Sumber: http://elevation.wikia.com/wiki/Hydraulic_elevators

c. Climbing Elevator, merupakan lift yang naik dengan dorongan yang didapat dari
listrik maupun mesin pembakaran. Biasa digunakan pada tiang maupun Menara,
untuk memudahkan akses untuk perawatan seperti lampu.

Gambar 2.c.1. The Bailong Elevator, China


Sumber: http://elevation.wikia.com/wiki/Elevator_drive_systems

Gambar 2.c.2. Climbing Elevator pada sebuah proyek


Sumber: http://www.elevatorstudy.com/2015/11/climbing-elevator.html
d. Paternoster, merupakan sebuah jenis lift yang berbeda dari lift yang lain. Jenis ini
berupa beberapa kabin yang bergerak naik dan turun secara konstan, penumpang
dapat memberhentikan untuk naik dan turun di lantai manapun yang ia mau.

Gambar 2.d.1. Cara Kerja


Sumber:

Paternoster

https://en.wikipedia.org/wiki/File:Paternoster_animated.gif

Gambar 2.d.2. Contoh Paternoster di Praha


Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Paternoster
Jenis Penggerak Elevator / lift pada umumnya
Pada umumnya jenis penggerak lift dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu
a. Lift dengan sistem pengerak hidrolis (hydrolic elevator).
b. Lift dengan sistem penggerak dengan motor listrik (traction type elevator).

Perbedaan pokok dari kedua jenis lift tersebut yaitu :


No

Perbandingan

Traction Machine

Hydrolic

1.

Pelayanan

tidak terbatas

terbatas 20 meter

2.

Pemakaian

Lebih dari 80 start /stop perjam.

Terbatas 80 start /stop perjam

3.

Kecepatan

Tidak terbatas (1000m/menit)

Terbatas (maks 90 m/menit)

Jenis Lift Dengan Traction Motor


Lift yang mempergunakan tarction motor dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
1. Jenis Tarikan Langsung (Drum Type)
Cara operasi lift jenis ini seperti crane-crane pada proyek kontruksi bangunan,
dengan menggulung tali baja pada tabung gulung. Pemakaian jenis lift ini pada lift
penumpang tidak terlalu populer seperti pada lift traksi jenis motor pully, hal ini
disebabkan adanya beberapa keterbatasan dalam pemakaian. Oleh karena itu lift jenis ini

hanya dipergunakan untuk lift-lift dengan kapasitas kecil seperti pada lift perumahan
(home elevator) dan dumbwaiter (lift pelayan).
Adapun kelemahan tersebut, antara lain :
a. Kecepatan yang dapat dicapai secara teknis terbatas ( 15 m/menit)
b. Kapasitas angkut terbatas (maksimal 200 kg).
c. Penggunaan tenaga listrik lebih boros (tanpa bobot imbang).
1. Jenis Tarikan Gesek (Traction Type)
Lift jenis ini dapat digolongkan menjadi 2 (dua ) penggolongan, yaitu :
a. Dilihat dari segi mesin penggerak, dibagi menjadi 2 (dua ) yaitu :
i. Geared Elevator
ii. Gearless Elevator
b. Dilihat dari jenis motor traksi yang dipergunakan dapat menjadi dua (2) jenis,
yaitu:
i. Lift traksi motor AC
ii. Lift traksi motor DC
Yang paling populer adalah desain traksi lift atau lift bertali. Pada traksi lift, sangkar
dinaikkan dan diturunkan dengan memanfaatkan daya tarik tali baja bukan didorong dari
bawah seperti pada lift hidrolik.Tali melekat pada sangkar lift dan dilingkarkan di sekitar
sheave. Sebuah sheave hanyalah sebuah katrol dengan permukaan yang dikitari alur. Sheave
menggenggam kawat kerek (hoist ropes), jadi ketika sheave berputar, kawat hoist juga ikut
bergerak. Sheave terhubung ke motor listrik. Ketika motor bergerak kesuatu arah sheave
meningkatkan level lift dan ketika motor beralih ke arah lain sheave menurunkan lift. Pada
gearless lift, motor langsung memutar sheave dan pada geared lift, motor memutar rentetan
roda gigi yang memutar sheave. Umumnya, sheave, motor dan sistem kontrol seluruhnya
ditempatkan di sebuah kamar khusus mesin lift di atas shaft.
Tali kawat yang mengangkat sangkar juga terhubung ke bandul penyeimbang, yang
tergantung di sisi lain sheave. Berat bandul pengimbang yang hampir samadengan berat
sangkar ditambah sampai 40% dari kapasitas. Dengan kata lain, ketika sangkar dipenuhi 40%
dari kapasitas atau jumlah rata-rata, maka bandul penyeimbang dan sangkar berada pada
keseimbangan sempurna. Tujuan dari keseimbangan ini adalah untuk menghemat energi.
Dengan beban yang sama di setiap sisi sheave, hanya dibutuhkan sedikit tenaga untuk
mencapai keseimbangan ujung yang satu terhadap ujung yang lainnya. Pada dasarnya, motor
hanya untuk mengatasi gesekan, beban berat di sisi lain melakukan sebagian besar dari kerja.
Dengan kata lain, menjaga keseimbangan tingkat energi potensial yang hampir konstan
dalam sistem secara keseluruhan. Menggunakan kenaikan energi potensial di dalam sangkar
lift membuatnya turun ke ground, penambahan energi potensial dalam bobot menyebabkan
bandul penyeimbang naik ke puncak shaft. Hal yang sama terjadi sebaliknya ketika lift naik.

Sangkar lift dan bandul pengimbang, keduanya berjalan diatas rel pemandu (5) sepanjang
sisi dari shaft lift. Rel menjaga sangkar dan bandul pengimbang dari guncangan dan juga
bekerja bersama sistem pengaman untuk menghentikan sangkar apabila dalam keadaan
darurat. Traksi lift jauh lebih fleksibel daripada lift hidrolik, serta lebih efisien. Umumnya
juga memiliki lebih banyak sistem keselamatan.
Geared Traction Machines digerakkan oleh motor listrik AC atau DC. Mesin pengarah
menggunakan roda gigi cacing untuk mengontrol pergerakan sangkar mekanis lift dengan
menggulung tali baja lebih dari satu alur pengarah yang terpasang pada gearbox dan
digerakkan oleh motor dengan kecepatan tinggi.
Sesuai dengan namanya, disain motor listrik ini menggerakkan sebuah gear type
reduction unit yang memutar hoisting sheave. Walaupun lebih lambat dibanding gearless
elevator, gear reduction memberikan keunggulan yaitu memerlukan motor dengan tenaga
yang lebih kecil untuk memutar sheave. Elevator ini bergerak dengan kecepatan 350 sampai
500 kaki per menit (1.75 sampai 2.5 meter per detik) dan mengangkut beban sampai 30.000
pound (13.600 kg). Rem yang dikendalikan dengan listrik antara motor dan reduction unit
menghentikan elevator, dengan menahan sangkar lift di lantai yang dikehendaki.
Gearless Traction Machines kecepatan rendah (Low RPM), torsi tinggi didukung oleh
motor listrik AC atau DC. Dalam kasus ini, alur pengarah secara langsung menempel pada
ujung motor. Elevator semacam ini bergerak dengan kecepatan lebih dari 500 kaki per menit
(2,54 meter per detik).
Pada Gearless Traction Machine, kawat baja pilin yang disebut hoisting rope
dihubungkan dengan bagian atas sangkar lift dan dililitkan pada drive sheave di dalam alur
khusus. Ujung yang satu lagi dari tiap kabel dihubungkan dengan sebuah counterweight yang
turun naik di jalur angkat guide railnya sendiri. Gabungan berat sangkar lift dan
counterweight menekan kabel ke dalam drive sheave grooves, dengan demikian memberikan
daya tarik yang diperlukan pada saat sheave berputar. Teknologi gearless ini memungkinkan
adanya gedung tertinggi di dunia saat ini.
Sebuah rem dipasang antara motor dan alur pengarah atau gearbox untuk memegang lift
diam di lantai. Rem ini biasanya merupakan jenis drum eksternal dan digerakkan oleh gaya
pegas dan pembuka elektrik, kegagalan daya akan menyebabkan rem berfungsi dan
mencegah lift jatuh.
Berat bandul pengimbang biasanya sama dengan berat dari sangkar lift plus 40-50 % dari
kapasitas lift. Pada sistem geared atau gearless yang masing-masing digunakan pada instalasi
gedung dengan ketinggian menengah dan tinggi, sangkar lift tergantung di ruang luncur oleh
beberapa kawat baja katrol (ropes), biasanya dua puli katrol dan sebuah bandul pengimbang

bobot (counterweight). Bobot sangkar dan counterweight menghasilkan traksi yang memadai
antara katrol dan hoist ropes sehingga puli katrol dapat menggegam hoist ropes dan bergerak
serta menahan sangkar tanpa selip berlebihan. Sangkar dan counterweight bergerak
sepanjang rel yang vertikal agar mereka tidak berayun-ayun.
Mesin untuk menggerakkan lift terletak di ruang mesin yang biasanya tepat di atas ruang
luncur sangkar. Untuk memasok listrik ke sangkar dan menerima sinyal listrik dari sangkar
ini, dipergunakan sebuah kabel listrik multi-wire untuk menghubungkan ruang mesin dengan
sangkar. Ujung kabel yang terikat pada sangkar turut bergerak dengan sangkar sehingga
disebut sebagai kabel bergerak (traveling cable).
Mesin geared memiliki motor dengan kecepatan lebih tinggi dan penggerak sheave
dihubungkan dengan poros motor melalui gir di gear box yang dapat mengurangi kecepatan
rotasi poros motor menjadi kecepatan drive-sheave rendah. Mesin gearless memiliki motor
kecepatan rendah dan puli katrol penggerak dihubungkan langsung ke poros motor.

Bagian Lift
1. Governor
Governor adalah komponen penggerak utama dalam elevator, didalam
governoor ini terdapat saklar yang berfungsi untuk menonaktifkan semua rangkaian
sehingga otomatisasi elevator mati dan tidak berfungsi. Selain saklar juga terdapat
pengait rem, pengait rem ini berfungsi untuk menghentikan kawat selling dan kawat
selling ini menarik rem yang ada di kereta elevator.
2. Panel
Panel ini adalah tempat control elevator secara otomatis, panel ini terdapat
inverter motor dan program logic control yang berfungsi untuk mengatur geraknya
elevator.
3. Ruang Luncur
Ruang luncur ini adalah tempat dimana elevator beroperasi berbentuk lorong
vertikal, disinilah elevator menjangkau tiap-tiap lantainya.didalam ruang luncur ini
terdapat beberapa komponen utama yang tak kalah pentingnya dibandingkan dalam
ruang mesin.
4. Kereta (Sangkar)
Kereta elevator beroperasi pada ruang luncur dan menapak pada rail di kedua
sisinya, pada sisi kanan dan kiri terdapat pemandu rail (sliding guide) yang berfungsi
memandu atau menapaki rail. Selain pemandu rail (sliding guide) juga terdapat karet
peredam (silencer rubber) yang berfungsi untuk mengurangi kejutan ketika elevator

berhenti maupun mulai start, selain itu pula terdapat pendeteksi beban (switch
overload) yang terdapat dibawah kereta elevator. Pada pintu kereta elevator juga
terdapat sensor gerak (safety ray) dan sensor sentuh (safety shoe) yang terpasang pada
pintu kereta dan berfungsi supaya untuk penumpang elevator tidak terjepit pintu
elevator, didalam kereta elevator juga terdapat tombol-tombol pemesanan lantai
(floor button) yang akan dituju oleh pengguna elevator. Kereta elevator memiliki
pintu otomatis yang digerakkan oleh motor stepper yang bekerja berdasarkan sinyal
digital yang asalnya dari sensor kedekatan (proximity) yang berfungsi menentukan
level atau tidaknya lantai, setelah lantai dinyatakan level atau rata maka motor
stepper akan membuka pintu secara otomatis.
5. Saklar Pintu (Door Contact)
Saklar pintu atau sering disebut dengan door contact adalah salah satu komponen
yang termasuk penting dalam pengamanan elevator, cara kerja dari saklar pintu ini
adalah saklar di hubungkan kabel saklar pintu tiap-tiap lantai secara seri. Apabila
salah satu pintu dibuka secara sengaja maka elevator tidak akan bekerja, ini
dikarenakan untuk keselamatan pengguna elevator atau bagian perawatan elevator.
6. Kunci Pintu (Door Lock)
Kunci pintu seperti namanya, mempunyai fungsi untuk mengunci pintu agar pintu
lift tidak dapat dibuka dari luar.
7. Saklar Batas Atas (Final Up) dan Batas Bawah (Final Down)
Saklar batas atas dan bawah berfungsi untuk mengamankan kereta elevator
terhadap kemungkinan terjadinya kelebihan kecepatan pada saat elevator melaju naik
maupun turun.
8. Bobot Imbang (Counterweight)
Bobot imbang atau counterweight biasanya terpasang dibelakang atau disamping
kereta elevator, bobot dari bobot imbang ini harus sesuai dengan ketentuan yang ada.
Faktor-faktor yang menentukan berapa berat dari bobot imbang ini diantaranya harus
memperhitungkan berat kereta, kapasitas penuh pada kereta dan faktor keseimbangan.
9. Peralatan Pengaman (Safety Device)
Peralatan pengaman pada lift meliputi.
a. Circuit braker
Memutuskan sumber (aliran) listrik dari panel induk (sub panel) ke panel
control lift. Menjaga peralatan elektronik dari lift jika terjadi arus lebih (over
current).
b. Governoor
Memutuskan power/aliran listrik ke control panel lift jika governor
mendeteksi terjadinya overspeed (kecepatan lebih) pada traffict lift (putaran
roda pulley governoornya). Menjepit sling governor (catching).Secara
mekanik bandul governor akan menjepit sling governor (rope governor) dan

c.
d.
e.

f.

g.
h.
i.

j.

k.
l.

m.

n.

dengan terjepitnya sling ini,maka sling ini akan menarik safety wedge pada
unit safety gear/safety wedge yang terletak di bawah car lift dan akan
mencengkaram rail untuk melakukan pengereman secara paksa terhadap lift.
Upper Final limit switch (bagian atas)
Merupakan double proteksi untuk menghentikan operasi lift jika limit
switch (upper) gagal beroperasi.
Upper Limit switch (bagian atas)
Berfungsi menjaga lift beroperasi melewati batas travel lantai tertingginya.
Emergency exit (manhole)
Penumpang dapat di evakuasasi dari dalam sangkar melalui manhole ini
pada saat emergency. Manhole ini hanya dapat di buka dari sisi luar bagian
atas.jika pintu ini terbuka lift otomatis akan berhenti.
Emergency light (lampu emergency)
Lampu emergency akan menyala secara otomatis jika terjadi
pemadaman sumber listrik.Lampu ini dapat bertahan rata-rata sampai dengan
15 menit.
Safety gear/safety wedge
Melakukan pengereman (menjepit) terhadap rail jika governor mendeteksi
terjadinya over speed.
Lower Limit switch (bagian bawah)
Menjaga lift beroperasi melewati batas travel lantai terendahnya.
Lower Final limit switch (bagian bawah)
Merupakan double proteksi untuk menghentikan opersi lift jika limit
switch
gagal beroperasi.
Lubang kunci pintu luar
Terletak di sisi sebelah atas dari pintu luar lift yang memungkinkan untuk
di buka jika ingin melakukan pertolongan darurat pada penumpang jika terjadi
emergency.
Door lock switch
Mencegah pintu terbuka pada saat lift sedang beroperasi (running).Pintu
hanya dapat di buka setelah sangkar berhenti.
Interphone
Penumpang dapat berkomunikasi dengan petugas teknisi (building
maintenance) di ruang mesin, ruang control atau ruang security jika terjadi
pemdaman listrik atau hal emergency.
Safety shoe
Mendeteksi gangguan pada saat pintu akan menutup dan membuka
kembali
jika mendeteksi sesuatu.Photocell dapat di gunakan secara bersamaan safety
shoe ini.
Weighing Device (pendeteksi beban)
Memberikan / mengaktifkan buzzer alarm pada saat weighing device ini
mendeteksi beban sangkar yang berlebih. Jika weighing device ini aktif pintu
lift akan tetap terbuka sampai dengan sangkar di kurang bebannya.

o. Apron
Mencegah penumpang terjatuh ke dalam hoistway (ruang luncur lift) pada
saat penumpang mencoba keluar ketika lift berhenti tidak level.
p. Buffer
Jika sangkar atau counterweight (beban penyeimbang) bergerak ke arah
paling bawah buffer akan mengurangi terjadinya shock (guncangan).
10. Lobi lift (Lift Hall)
a. Lobi lift (Lift Hall) adalah ruang bebas yang lerletak didepan pintu hall lift.
b. Tombol Lantai (Hall button) adalah Tombol pemanggil kereta, di hall.
c. Sakelar Parkir (Parking switch) terletak di lobby utama didekat tombol lantai
(hall button), berfungsi mematikan dan menjalankan lift.
d. Sakelar Kebakaran (Fireman Switch) terletak di lobby utama disisi atas hall
button, berfungsi untuk mengaktipkan fungsi fireman control atau fireman
operation.
e. Petunjuk Posisi Kereta (Hall indicator) terletak di transom masing-masing lift,
berfungsi untuk mengetahui posisi masing-masing kereta.
11. Konstruksi Tali Baja Tarik
Tali baja tarik khusus untuk lift harus dibuat dari kawat baja yang cukup kuat,
tetapi cukup lemas tahan tekukan, dimana tali tersebut bergerak bolak balik melalui
roda. Batas patah elemen kawat baja ialah kira-kira 19.000 kgf/cm 2 atau
190kgf/mm2 (high content carbon steel). Konstruksi tali yang khas untuk lift terdiri
dari 8 pintalan yang dililitkan bersama, arah kekiri ataupun kekanan dengan inti
ditengah dari serat sisal manila henep, yang jenuh mengandung minyak pelumas.
Tiap-tiap pintalan terdiri dari 19 kawat yaitu 9.9.1, artinya 9 kawat diluar, 1 dipusat
dan 9 lagi diantaranya. Biasanya 9 elemen kawat baja yang diluar dibuat dari baja
"lunak" (130 kgf7mm2) agar menyesuaikan gesekan dengan roda puli dari besi tuang,
tanpa rnenimbulkan keausan berlebihan. Konstruksi tali sering disebut atau ditulis
8x19 atau 8 x 9.9.1. FC (fibre core). Inti serat sisal dapat juga diganti dengan serat
sintetis. Adapun tujuannya hanya sebagai bantalan untuk mempertahankan bentuk
bulat tali dan memberikan pelumasan pada elemen kawat. Tali baja yang dilengkapi
inti serat diberi kode FC (fibre core), untuk membedakan dengan tali yang dilengkapi
inti kawat baja atau kawat besi yang diberi kode IWC (independent wire core). Yang
tersebut terakhir tidak memberikan pelumasan dan tidak digunakan untuk lift karena
tidak luwes.
Dilihat dari segi arah pilinan, tali dibedakan atas 2 jenis yaitu :
a. Regular lay, jika arah pilinan kawat berlawanan dengan arah lilitan dan
strand.
b. Lang lay, jika arah pilinan kawat sama searah dengan lilitan dan stand.
Keuntungan dari lang lay ialah kemuluran tali lebih kecil yaitu 0.1 % hanya
dibanding dengan regular lay 0.5%. Tekanan pada alur puli lebih kecil sehingga lebih
awet dan lebih luwes, tidak mempunyai sifat kaku (menendang) saat mau dipasang.

Lang lay dipakai untuk instalasi lift berkecepatan tinggi diatas 300 m/menit, dan
jarak lintas diatas 200 m. Lang lay juga lebih tahan terhadap fatigue, tetapi batas
patah lebih kecil kira-kira 10% dibanding dengan regular lay. Umpama pada tali
berdiameter 13 mm, untuk regular lay batas patah 6500 kgf, sedangkan pada lang lay
sebesar kira-kira 5800 kgf.
12. Tali Baja Kompensasi
Tali baja kompensasi dipasang sebagai pengimbang berat tali baja tarik, terutama
pada instalasi lift dengan tinggi lintas lebih dari 35 meter dan lift dengan
berkecepatan 210 m/menit keatas. Lift dengan lintas rendah sampai 35 m dan
berkecepatan dibawah 210 m/menit menggunakan rantai gelang sebagai pengimbang
berat tali baja tarik.
Salah satu manfaat penggunaan kompensasi berat atas tali baja ialah menjaga
hubungan traksi T1/T2 konstan sepanjang lintasan. Lonjakan kereta dapat terjadi saat
bobot imbang membentur peredam di pit. Oleh karena itu overhead harus
diperhitungkan tingginya untuk cukup menampung tinggi ruang aman disamping
lonjakan kereta setinggi setengah langkah peredam. Setelah terjadi Ionjakan, kereta
akan jatuh kembali ke posisi menggantung dengan menimbulkan tegangan dinamis
pada tali baja tarik sesaat, setelah lonjakan. Kejutan semacam itu juga dapat terjadi
saat pesawat pengaman bekerja yaitu kereta meluncur overspeed kebawah tiba-tiba
dihentikan, sehingga bobot irnbang melonjak keatas sesaat dan kembali ke
kedudukannya menggantung dengan menimbulkan tegangan dinamis pada tali baja
tarik.
Tali kompensasi mempunyai peranan meredam peristiwa lonjakan tersebut. Untuk
mengurangi tegangan dinamis pada tali baja tarik, terutama pada lift berkecepatan
diatas 210 m/m, maka dipasang roda teromol di pit sebagai penegang tali kompensasi.
Teromol tersebut beralur sesuai dengan jumlah dan besarannya tali kompensasi serta
duduk pada rumah yang bebas naik-turun mengikuti ayunan, yang dipandu oleh
sepasang rel vertikal.
Gerakan ayunan naik-turun rumah teromol tersebut perlu diredam dengan satu
atau dua buah shock breaker (sejenis yang digunakan pada kendaraan bermotor) yang
diikat pada dasar pit sekaligus sebagai penahan kereta agar tidak atau hampir tidak
melonjak. Posisi kereta diujung atas dimulai dari tali kendor atau kecepatan Vo = 0,
saat bobot imbang membentur penyangga dan terhenti. Tahapan berikutnya tegangan
puncak tali terjadi saat tali baja tarik menahan kereta yang turun kembali dari
lonjakan.
Jika tali kompensasi tidak dilengkapi dengan teromol penegang yang sesuai, dan
peredam dari bobot imbang tidak dilengkapi dengan saklar pemutus arus, maka kereta
dapat saja meloncat sampai membentur bagian bawah lantai kamar mesin, yaitu
sesaat setelah bobot imbang membentur penyangga. Peristiwa ini sering disebut oleh
teknisi lapangan sebagai peristiwa "jatuh keatas".
13. Mesin Pengangkat (hosting machines)
Berupa motol listrik dengan transmisi menggunakan gear ataupun gearless.

14. Rem
Rem menggunakan sistem arus listrik. Sistem kontrol rem saling mengunci
(interlock) secara elektris dengan sirkuit kontrol motor listrik, direncanakan dan
diatur rem hanya bekerja untuk memegang kabin lift pada saat lift sudah berhenti dan
rem tidak digunakan untuk memberhentikan lift. Sangkar lift berhenti darurat, untuk
melepas rem dilakukan secara manual.

Instalasi Lift
Pemberian energi listrik pada lift harus berasal dari cabang tersendiri, mulai dari pemutus
hubung bagi utama atau dari panel utama dengan diberi tanda yang jelas dan terang. Motor listrik
yang digunakan adalah motor listrik 3 phasa 50 Hz.

Cara mematikan lift ada 2 cara :


1. Mematikan lift dengan melakukan pengereman mesin melalui pemutusan saklar governor
pada kecepatan lebih tingkat pertama.
2. Jika saklar governor aktif sedangkan lift masih belum berhenti, maka penjepit rope
governor (grip) akan jatuh dan rope berhenti dan mengaktifkan rem darurat (safety
device) yang ada di samping sangkar.
Pada sistem lift yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut:
Kapasitas angkut, dinyatakan dalam Kg atau total jumlah orang.
Kecepatan gerak, dinyatakan dalam meter/menit.
Jumlah lantai yang dilayani, mencakup jumlah stop/opening dari pintu lift
Jarak gerak, sangkar lift pada posisi terendah s/d teratas dinyatakan dalam meter.
Over head, jarak aman yang ditentukan dari lantai teratas s/d lantai ruang mesin.
Kedalaman pit, sangat ditentukan berdasarkan kecepatan lift.
Ukuran bersih shaft.

Jenis pintu (center opening atau side opening)


Sistem Kerja,
o Simplex, lift bekerja secara individual & tidak terpengaruh oleh lift yang lain.
o Duplex, 2 lift yang bekerja dalam 1 kontrol
o Group control, beberapa lift yang bekerja dalam 1 kontrol.

Istilah Pada Konstruksi Lift

Top Clearance (F) : Jarak ruang bebas yg aman antara bagian paling atas sangkar
dengan plafond ruang luncur jika ada orang diatas sangkar.

Pit Depth (E): Kedalaman dari pit / bagian bawah ruang luncur/sumuran.

Jamb : Kusen pintu lift. Ada narrow jamb dan wide jamb.

Main Rail : Rel pemandu untuk agar sangkar bisa berjalan vertikal tidak berayun dan
sebagai sa-rana untuk pengereman darurat.

Counterweight Rail : Rel untuk memandu jalannya bobot imbang.

Rail Bracket : braket untuk memasang rel.

RG, Rail Gauge : jarak ujung rel ke ujung rel yang lain.

Counterweght : bobot imbang untuk mengim-bangi berat sangkar.

Sangkar : Sangkar tempat berdiri penumpang naik turun.

Overhead (C): Jarak dari lantai teratas dengan plafond ruang luncur .

Sill : Profil alumunium dibawah pintu lift (Sangkar door dan Hall Door).

Sangkar Door : Pintu sangkar lift.

Hall Door atau Landing Door : Pintu luar atau Pintu lantai.

Hall Lantern : Lampu kedip yang menunjukkan kedata-ngan lift atau arahnya.

Traveling distance (D): Jarak gerak dari lantai paling bawah sampai lantai paling atas
dalam kondisi operasi normal.

Door height (G) : Tinggi pintu lift.

Main sheave : Roda utama yang ada pada mesin/motor lift.

Jika ada hambatan saat menggunakan lift.


1. Jika lift berhenti karena listrik padam.

Jika listrik tiba-tiba mati, lampu darurat didalam sangkar (sangkar) secara otomatis
akan segera menyala. Lampu darurat ini merupakan perlengkapan standard dari
sebuah lift yang ditenagai oleh baterai NI-Cad.

Segera cari tombol interphone atau simbol. Mintalah pertolongan pada teknisi
gedung untuk mengeluarkan anda dan tunggu sampai bantuan datang.

Selama menunggu, jangan mencoba membuka pintu dan mencari jalan keluar
sendiri, karena lingkungan sekitar ruang luncur lift berbahaya.

Jika lift berada di pertengahan antara 2 lantai, lift akan di jalankan secara manual
dengan tangan. Tunggu sampai berhenti dan di bukakan pintu oleh teknisi.

Setelah pintu terbuka keluarlah dari sangkar dan melangkah hati-hati. (Pintu akan
ditutup kembali oleh teknisi setelah semua penumpang keluar.)

2. Jika lift di gedung anda di lengkapi dengan Alat Penyelamat Otomatis (ARD, Automatic
Rescue Device).

Setelah listrik mati, lampu darurat akan menyala.

Tunggu beberapa detik, maka anda akan merasakan lift bergerak menuju lantai
terdekat.

Setelah lift berhenti, pintu akan terbuka beberapa saat. Segeralah keluar dan
melangkah hati-hati. Pintu akan otomatis tertutup lagi setelah beberapa detik.

3. Jika gedung memiliki pembangkit listrik sendiri (Genset) dan tenaganya cukup untuk
semua lift.

Setelah listrik mati, lampu darurat akan menyala.

Tunggu anatra 10 sampai 30 detik, Listrik akan hidup kembali dan lampu sangkar
akan menyala. Kemudian tunggu beberapa detik lagi dan tombol kembali lantai
tujuan anda.

4. Jika gedung memiliki pembangkit listrik sendiri (Genset) dan tenaganya hanya cukup
untuk sebagian lift.

Setelah listrik mati, lampu darurat akan menyala.

Tunggu anatra 10 sampai 30 detik, Listrik akan hidup kembali dan lampu sangkar
akan menyala.

Tunggu sampai sangkar diturunkan secara bergantian ke lantai lobi utama.

Setelah sampai lobi utama, keluarlah dan cari lift yang dioperasikan dalam kondisi
keterbatasan daya.

5. Jika terjebak dalam sangkar karena lift mengalami kerusakkan.

Ketika lift sedang melaju dan tiba-tiba mengalami kerusakkan, lift bisa berhenti
ditengah jalan. Jika lift dilengkapi dengan trouble rescue device, maka setelah lift
berhenti beberapa detik, lift akan segera mendarat di lantai terdekat pada kecepatan
lambat. Setelah pintu lift terbuka segeralah keluar. Pintu akan menutup kembali dan
lift tidak bisa digunakan sampai selesai diperbaiki. (Sistim rescue akan berjalan jika
tidak ada gangguan pada sistim pengaman atau rangkaian elektronik penggerak
sangkar).

Segera cari tombol interphone, atau tekan tombol dengan simbol . Mintalah
pertolongan pada teknisi gedung untuk mengeluarkan anda dan tunggu sampai
bantuan datang. Yakinkan anda bisa berkomunikasi dengan teknisi gedung yang
terlatih melakukan rescue lift yang macet.

Selama menunggu, jangan mencoba membuka pintu dan mencari jalan keluar
sendiri, karena lingkungan sekitar ruang luncur lift berbahaya bagi orang awam dan
kemungkinan lift bisa tiba-tiba bergerak. Sehingga penumpang yang berusaha
keluar sendiri bisa mengalami kecelakaan.

Jika lift berada di pertengahan antara 2 lantai, lift akan di jalankan secara manual
dengan tangan. Tunggu sampai berhenti dan di bukakan pintu oleh teknisi.

Setelah pintu terbuka keluarlah dari sangkar dan melangkah hati-hati. (Pintu akan
ditutup kembali oleh teknisi setelah semua penumpang keluar).

6. Jika Terjadi Kebakaran.

Jika anda sedang berada diluar lift dan tahu ada kebakaran. Jangan Menggunakan
Lift. Cepat lari menuju ke tangga darurat untuk segera turun ke luar gedung.

Jika anda sedang berada dalam lift dan ada kebakaran. Jika lift menggunakan
interkoneksi otomatis dengan fire alarm sehingga memperoleh peringatan dini.
Maka lift akan otomatis turun ke bawah ke lantai utama. Atau secepatnya keluar
lift,segera sesudah mendapat informasi ada kebakaran di suatu lantai. Ini jika liftnya
tidak memiliki sistim otomatis.

Sesuai aturan international, pada saat kebakaran lift sama sekali tidak boleh
digunakan. Segera menuju ke tangga darurat untuk turun.. Kecuali regu pemadam
kebakaran yang menggunakan Fireman Lift (Lift Khusus Untuk Pemadam
Kebakaran). Mereka sudah dilengkapi baju untuk pemadam kebakaran yang tahan
api dan tahan panas.

7. Jika ada Gempa Bumi.

Jika lift diengkapi dengan sensor seismik, lift akan mendarat di lantai terdekat.
Segera keluar dari lift dan mencari perlindungan seperti dibawah meja yang kuat.
Jika akan turun menggunakan tangga darurat, mungkin sulit. Saat ada gempa,
berdiri saja akan sulit, apalagi mau jalan ke tangga. Lebih baik cari perlindungan.

Jika lift tidak dilengkapi sensor seismik, maka lift akan tetap jalan dan anda akan
terasa dibanting-banting. Segera keluar lift dan secepatnya berlindung.

Setelah gempa bumi lift harus diperiksa dahulu sampai dinyatakan aman dan tidak
berbahaya untuk digunakan.

Hukum dan Perundang-undangan Nasional Indonesia tentang Lift & Eskalator :


Standard Nasional Indonesia (SNI) Mengenai Lift dan Eskalator.
Peraturan Pembuatan, Pemasangan, Penggunaan dan Perawatan Lift : Peraturan Menteri
Tenaga Kerja RI : Per 03/MEN/1999 Tentang Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lift Untuk Penumpang dan Barang.

Keputusan Tentang Syarat, Hak dan Kewajiban, Serta Sertifikasi Teknisi Lift Agen
Pemegang Merek dan Teknisi Gedung Yang Menangani Lift : Keputusan No. Kep-407/BW/1999
Tentang Percyaratan, Penunjukkan, Hak dan Kewajiban Teknisi Lift.
Undang-Undang Mengenai Persyaratan Keselamatan Kerja, Kecelakaan, Hak dan
Kewajiban Tenaga Kerja dan Pengurus Perusahaan dll : Undang-Undang no. 1 Tahun 1970
Tentang Keselamatan Kerja.

http://arsitekistn.blogspot.co.id/2011/05/cara-kerja-lift-pada-gedung.html
http://elevation.wikia.com/wiki/Traction_elevators
https://en.wikipedia.org/wiki/Elevator
http://www.rajalift.com/index.php?option=com_content&view=article&id=2&Itemid=5
http://engineeringbuilding.blogspot.co.id/2011/06/lift-pada-gedung-bertingkat.html
diakses pada 11 februari 2016, 12:41
http://pakcikjob.blog.com/?p=11
diakses pada 14 februari 2016, 11:00
https://id.wikipedia.org/wiki/Lift
diakses pada 10 februari 2016, 23:45

Anda mungkin juga menyukai