Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Gastroenteritis akut (GEA) merupakan salah satu penyakit penting di
Indonesia yang masih merupakan sebab utama kesakitan dan kematian. Banyak faktor
yang dapat menyebabkan gastroenteritis akut diantaranya kesehatan lingkungan,
hygine perorangan, keadaan gizi, fakto sosio ekonomi, edukasi. Walaupun hanya
sebagian kasus diare akan mengalami dehidrasi, namun banyak kasus akan meninggal
bila tidak dilakukantindakan-tindakan yang tepat.
Faktor lain penyebab kematian berupa komplikasi lain (renjatan dan
hipokalemia) dan masalah lain yang berkaitan dengan diare akut belum sepenuhnya
ditanggulangi secara memadai dan menyebabkan angka kematian diare akut masih
tinggi. Masalah lain yang berkaitan dengan diare akut antara lain penyakit penyerta
(PEM atau malnutrisi protein energy, ensefalitis, bronkopneumonia, sepsis dan
lainnya), diare akut yang berlanjut dan diare akut pada penyakit bedah usus (hisprung,
necrotizing enterocolitis, dan lainnya) yang cara penatalaksanaan termasuk
pendekatan diagnosis dan pengobatannya berbeda.

BAB II
ISI
A. Definisi
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan
konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair (nelson dkk; 1969; morley, 1973).

Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi
tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak dan berlangsung dalam waktu
kurang dari 2 minggu.
B. Etiologi
1. Virus
a. Rotavirus
b. Norwalk agent
Virus ini dikenal sebagai Norwalk agent karena diisolasi pada waktu terjadi
serangan gastroenteritis di Norwalk, Ohio. Virus lain yang morfologi sama,
tapi imunologis berbeda telah ditemukan pula, yaitu Montgomery county dan
Hawaii agent (Thornhill dkk; 1977)
2. Bakteri
a. Escherichia Coli
E.Coli Enterotoksigenik, strainstrain enterotoksigenik dari E Coli
sebagai suatu hal yang bersifat patogen pada penyakit diare manusia.
Kelompok E Coli dari serotipe yang berbeda memproduksi
enterotoksin telah ditemukan sebagai etiologi penting diare akut.
E.Coli Enteropatogenik
E.Coli Enteroinvasif, strain ini terdiri dari sejumlah kecil serogrup
yang dapat dibedakan dari E Coli Enterotoksigenik dan E Coli
Patogenik. Bersifat invasif, sering juga terdapat dalam tinja yang
penuh dengan eritrosit dan leukosit (evans, 1979)
b. Salmonella
Salmonella penyebab diare akut terdiri dari beberapa spesien diantaranya
S.thypi, S.parathypi, S.hirshvel, S.oranienburg, S.weltevreden, S.havana,
S.javiana.
c. Shigella
Shigella merupakan bekteri ganas bagi manusia dan terkenal dapat
menyebabkan disentri basil yang sifatnya sangat akut, jumlah inokulum
shigella jauh lebih kecil dibandingkan dengan kuman-kuman penyebab diare
lainnya.
d. Vibrio Chloerae
Dibagi atas beberapa tipe, antara lain tipe inaba, ogawa dan hikojima.
e. Vibrio Campylobacter
Kuman ditemukan dalam tinja selama berlangsungnya penyakit dan
menghilang pada saat penyenbuhan ; kadang-kadang terdapat dalam biakan
darah penderita
3. Parasit
a. Candida

Peranan sebagai penyebab gastroenteritis sukar untuk dinilai hanya atas dasar
isolasi kerena organism ini tidak jarang dalam tinja (tanwil, 1977). Pemberian
antibiotic yang lama menyuburkan pertumbuhan candida dalam usus tanpa
hambatan karena kuman autokhton telah terbunuh (pan dan pan, 1977)
b. Parasit lain
Diantaranya, ascaris lumbricoides, trichuris trichiura, srongyloides strecolaris.
C. Patofisiologi
Diare akibat infeksi terutama ditularkan secara fecal atau oral. Hal ini
disebabkan karena masukan minuman atau makanan yang terkontaminasi tinja
ditambah dengan ekskresi yang buruk, makanan yang tidak matang bahkan yang
disajikan tanpa dimasak. Penularannya adalah transmisi orang keorang melalui
aerosolisasi (Norwalk, rotavirus), tangan yang terkontaminasi (clostridium difficile),
atau melalui aktivitas seksual. Faktor penentu terjadinya diare akut adalah faktor
penyebab (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah kemampuan
pertahanan tubuh terhadapa mikroorganisme, yaitu faktor daya tahan tubuh dan
lingkungan lumen saluran cerna, seperti keasamam lambung, motilitas lambung,
imunitas, juga mencakup lingkungan mikroflora usus.
Faktor penyebab pathogenesis antara lain daya penetrasi yang merusak sel
mukosa, kemampuan yang memproduksi toksin yang memepengaruhi sekresi cairan
di usus, serta daya lekat kuman. Kuman tersebut membentuk koloni-koloni yang
menyebabkan diare.Patogenesis diare disebabkan infeksi bakteri, dibagi menjadi 2:
1. Bakteri non invasive (enterotoksigenik)
toksin yang diproduksi bakteri akan terikat pada mukosa usus halus, namun tidak
merusak mukosa. Toksin meningkatkan kadar siklik AMP didalam sel,
menyebabkan sekresi aktif anion klorida kedalam lumen usus yang diikuti air, ion
karbonat, kation natrium, dan kalium. bakteri yang termasuk golonan ini adalah
V.Cholerae, enterotoksigenik E.colli (ETEC), C.Perfringers, S.Aureus dan VibrioNonaglutinabel. Secara klinis dapat ditemukan diare berupa air seperti cucian
beras dan banyak. Keadaan ini disebut diarescretoric isotonic voluminal.
2. Bakteri Enteroinvasive
Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, dan
bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat tercampur lender dan darah.
Bakteri yang termasuk dalam golongan ini adalah enteroinvasive E.colli (EIEC),
S.Parathypi B, S.Thypimurium, S.Enteriditis, S.Choleraesuis, dan Shigella,
Yersinia, C.Perfringens tipe C.

Penyebab diare lainnya, seperti parasit, menyebabkan kerusakan berupa ulkus


besar (E.Histolytica), kerusakan vili yang pent ing untuk penyerapan air, elektrolit dan
zat makanan (G.Lambdia). Patofisiologi candinda menyebabkan diare belum jelas,
mungkin karena super infeksi dengan jasat renik lain.anisme yang dilakukan virus
kemungkinan dengan merusak sel epitel mukosa walaupun hanya superficial,
sehingga mengganggu absorpsi air, dan elektrolit. Sebaliknya sel-sel kripti akan
berproliferasi, dan menyebabkan bertambahnya sekresi cairan kedalam lumen usus.
Selain itu, terjadi pula kerusakan enzim-enzim disakarida yang menyebabkan
intolerasi laktosa, yang akhirnya memperlama diare.

D. Pathway

E. Manifestasi kllnik

Pasien dengan diare akut akibat infeksi sering mengalami :


1. Nausea, muntah, nyeri perut sampek kejang perut, demam, diare.
2. Kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang
pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak.
3. Gangguan biokimiawai seperti asidosis metabolik akan menyebabkan frekuensi
pernafasan lebih cepat daan dalam ( pernafasan kusmaul).
4. Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka denut nadi cepat (> 120x/ menit)
tekanan darah menurun sampek tak terukur. Pasien gelisah, muka pucat ujung
ujung ekstreitas dingin dan kadang sianosis.
5. Kekurangan kalium dapat menyebabkan aritmia jantung
6. Perfusi ginjal dapat menurun sehingga timbul anuria bila kekurangan cairan tak
segera diatasi dapat timbul penyulit berupa nekrosis tubular akut
Secara klinis diare karena infeksi akut dobagi menjadi 2 golongan, yaitu
1. Koleriform dengan diare terutama terdiri atas cairan saja
2. Disentriform pada diaare didapatkan lendir kental dan kadang kadang darah.
F. Penatalaksanaan
Pada orang dewasa penatalaksaan diare akut akibat infeksi terdiri atas
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan 4 hal penting yang perlu
diperhatikan adalah
a. Jenis cairan
Pada diaare akut yang ringan dapat diberikan oralit. Diberikan cairan
ringer laktat bila tak tersedia dapat diberikan cairan nacl isotonik ditambah
1 ampul Na bikarbonat 7,50 % 50 ml.
b. Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang
dikeluarkan. Kehilangan cairan tubuh dapat dihitung dengan cara:
skor/15 x 10% x kg BB x 1 liter
c. Jalan masuk atau cara pemberian cairan
Rute pemberian cairan dapat dipilih oral atau IV
d. Jadwal pemberian cairan
Dehidrasi dengan perhitungan kebutuhan cairan berdasarkan pada metode
Daldiyono diberikan pada 2 jam pertama selanjutnya dilakukan penilaian
kembali status hidrasi untuk memperitungan kebutuhan cairan. Rehidrasi
diharapkan tepenuhi lengkap pada akhir jam ke 3.
2. Identifikasi diare akut karena infeksi
Secara klinis tentukan jenis diare koleriform atau desentriform. Selanjutnya
dilakukan pemeriksaan penunjang yang terarah

3. Terapi simtomatik
Obat anti diare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati hati atas
pertimbangan yang rasional
4. Terapi definitif
Pemberian edukasi yang jelas sangat penting sebagai langkah pencegahan, hygion
perorangan sanitasi lingkungan dan imunisasi melalui faksinasi sangat berarti,
selain terapi farmakologi.
G. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) identitas klie
nama, tempat tanggal lahir, usia, pendidikan, alamat, agama, pekerjaan.
2) Keluhan utama
feses cair, muntah
3) Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya terjadi peningkatan frekuensi BAB, bila kehilangan banyak air
dan elektrolit bisa terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun, tonus dan
turgor kulit berkurang, slaput mukosa mulut dan bibir kering, frekuensi BAB
lebih dari 4 kali dengan konsentrasi encer.
4) Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit yang diderita pasien dahulu
5) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat yang pernah atau sedang diderita oleh keluarga
6) Pola aktifitas sehari-hari
a. Pola eliminasi
akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK
sedikit atau jarang.
b. Pola nutrisi
Diawali dengan mual, muntah, anureksia, menyebabkan penurunan BB
c. Pola istirahat dan tidurnggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman
d. Pola hygine
Kebiasaan mandi setiap harinya
e. Pola aktivitas
Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat
distensi abdomen
7) Pemeriksaan fisik
- keadaan umum
untuk mengetahui kesaaran pasien
- Pengkajian fisik
Biasanya dilakukan persistem maupun head toe toe untuk mengetahui
adanya keadaan abnormal yang menjadi penguat dari diagnosa
8) Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan laboratorium

pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hito


-

jenis leukosit), kadar elektrolit, serum, ureum, kreatinin.


Pemeriksaan tinja dan pemeriksaan enzyme linked imunorsorbent assay
(ELISA) mendeteksi giardiasi dan tes serologic amebiosis, dan foto x-ray

abdomen
b. Analisa data
Semua data yang diperoleh dari subjektif maupun objektif dikelompokkan untuk
menemukan masalah dan penyebabnya kemudian dirumuskan menjadi diagnosa
keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Diare berhubungan dengan metabolisme dan inflamasi
b. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari keebutuhan tubuh berhubungan
dengan output cairan yang berlebih
c. Gangguan kebutuan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual
muntah
3. Perencanaan
a. Diare berhubungan dengnan metabolisme dan inflamasi
Tujuan :
- Klien dapat mencapai keseimbangan cairan
- Klien dapat melakukan eliminasi dengan baik (tidak lebih dari 3 kali
sehari).
Kriteria Hasil :
- Keseimbangan input dan output cairan
- Berat badan stabil
- Tidak terlihatnya mata cekung
- Tidak terasa haus, tidak ada nyeri tekan di perus
- kulit lembab
- BAB lunak tidak cair
- Frekuensi defekasi kembali normal
Intervensi :
-

Observasi dan catat frekuensi, karakteristik dan jumlah feses dan faktor

persipitasi.
Kaji faktor-faktor penyebab atau yang mempengaruhi makan perselang,

makan sembarangan, makan diperjalanan.


Laksanakan terapi kolaboratif : antikoagulan, antasid, antibiotik

b. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan output yang berlebih

Tujuan : Defisit cairan dan elektrolit teratasi.


Kriteria hasil :
-

tidak ada tanda-tanda dehidrasi


mukosa mulut dan bibir lembab
balance cairan yang seimbang

Intervensi :
- observasi tanda-tanda vital.
- Observasi tanda-tanda dehidrasi
- Ukur input dan output cairan (balance cairan)
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
- Anjurkan keluarga untuk banyak minum kepada pasien
c. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual dan muntah
Tujuan : gangguan pemenuhan nutrisi teratasi
Kriteria hasil :
-

Intake nutrisi klien meningkat


Diet habis satu porsi yang disediakan
Tidak ada mual dan muntah

Intervensi :
- Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi
- Timbang BB klien
- Kaji faktor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi
- Berikan diit dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering
- Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diit klien
4. Implementasi
Implementasi dilaksanakan berdasarkan intervensi yang telah dibuat
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan sesuai dengan tujuan serta kriteria didalam evaluasi proses

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, a.dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta; Media Aesculapius
Suharyono. 1985. Diare Akut. Jakarta; Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai