Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


GASTRITIS DI PUSKESMAS WONOAYU

Oleh:
Ulfa Indah Wahyuni
P27820414069

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA


PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN KAMPUS SIDOARJO
JURUSAN KEPERAWATAN
2016
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gastritis adalah radang pada jaringan dinding lambung paling sering
diakibatkan oleh ketidak teraturan diet, misalnya makan terlalu banyak,
makan terlalu cepat, makan-makanan terlalu banyak bumbu atau makanan
yang terinfeksi penyebab lain termasuk alcohol, aspirin, refluk empedu atau
terapi radiasi. Gastritis terjadi pada orang-orang yang mempunyai pola makan
tidak teratur dan merangsang produksi asam lambung (Padmiarso, 2009).
Gastritis disebut juga sebagai penyakit maag dan merupakan penyakit yang
sangat menganggu aktivitas sehari-hari, yang bisa mengakibatkan kualitas
hidup menurun, tidak produktif dan bila tidak ditangani dengan baik akan
akan berakibat fatal bahkan sampai pada tahap kematian (Valle, 2008).
Gastritis bila tidak diobati akan mengakibatkan sekresi lambung semakin
meningkat dan akhirnya membuat lambung luka-luka (ulkus) yang dikenal
denga tukak lambung juga dapat menimbulkan perdarahan saluran cerna
bagian atas (SCBA) berupa hematemesis (muntah darah), melena, perforasi
dan anemia karena gangguan absorbs vitamin B12 (anemia permisiosa)
bahkan dapat menimbulkan kanker lambung (Suratum, 2010).
Gastritis terdiri dari 2 tipe yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Gastritis
akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat jinak dan
sembuh sempurna (Prince, 2005). Sedangkan gastritis kronik didefinisikan
secara histologis sebagai peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma pada
mukosa lambung. Derajat paling ringan gastritis kronis adalah gastritis
superfisial kronis yang mengenai bagian sub epitel di sekitar cekungan
lambung. Faktor penyebab gastritis akut dan gastritis kronik adalah pola
makan yang tidak teratur, konsumsi obat penghilang nyeri jangka panjang,
konsumsi kopi, alkohol, merokok, stress fisik, stress psikologi kelainan
autoimun, chrone disease, penyakit bile reflux, dan infeksi bakteri (Smaltzer
dan Bare, 2002).
Gastritis bila terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang bersifat
meningkatkan asam lambung, seperti makanan pedas dan asam, selain
makanan yang bersifat asam, juga cara memasak makanan dapat menjadi
penyebab utama peningkatan asam lambung seperti memasak daging yang

tidak matang sempurna, kari dan makanan yang banyak mengandung krim
atau mentega, jenis makanan ini sangat sukar di cerna oleh lambung sehingga
kerja lambung lebih tinggi dan mengakibatkan peningkatan asam lambung,
jika ini terjadi terlalu lama makan akan menyebabkan gastritis (Iskandar,
2009). Asam lambung juga disebabkan oleh aktifitas yang padat, stress yang
tinggi, infeksi kuman, serta alkohol (Purnomo, 2009). Menurut Misnadiarly
(2009), penyebab lain dari gastritis adalah iritasi, infeksi, dan atropi mukosa
lambung yang berawal dari stress, alkohol, kafein, makan yangtidak teratur,
infeksi Helicobacter pylori dan Mycobacteria spesies, serta obat-obatan
seperti NSAIDs (Nonsteroidal Antiinflamatory Drugs) yang dapat mengiritasi
mukosa lambung.
Penyakit gastritis sering terjadi pada remaja, orang-orang yang stress,
karena stress dapat menimbulkan produksi asam lambung, pengkonsumsi
alcohol dan obat-obatan anti inflamasi non steroid. Gejalanya yang timbul
pada penyakit gastritis adalah rasa tidak nyaman pada perut, perut kembung
dan mual muntah, keluhan lain merasa tidak nyaman pada epigastrium, sakit
seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat berakibat lebih buruk
ketika makan, nafsu makan hilang, bersendawa dan kembung, bisa juga
disertai demam, menggigil (kedinginan) hal ini dapat menganggu aktifitas
sehari-hari (Puspadewi, 2012).
Berdasarkan penelitian dunia WHO mengadakan tinjauan terhadap
beberapa Negara dunia dan mendapatkan hasil presentase dari angka kejadian
gastritis di dunia. Diantaranya Inggris 22%, Cina 31%, Jepang 14,5%,
Kanada 35%, dan Prancis 29,5%. Di dunia insiden gastritis sekitar 1,8-2,1
juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Menurut data dari World Health
Organization (WHO), Indonesia menempati urutan ke empat dengan jumlah
penderita gastritis terbanyak setelah Negara Amerika, Inggris dan Bangladesh
yaitu berjumlah 430 juta penderita gastritis. Insiden gastritis di Asia Tenggara
sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya (Kemenkes RI, 2008).
Berdasarkan permasalah di atas maka peneliti tertarik untuk menulis karya
tulis ilmiah studi kasus dengan judul Asuhan Keperawatan pada Pasien
Gastritis di Puskesmas Wonoayu.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut, maka dapat


dirumuskan masalah penulisan, yakni Bagaimana Asuhan Keperawatan pada
Pasien Gastritis di Puskesmas Wonoayu?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan memberikan asuhan keperawatan pada pasien
gastritis di Puskesmas Wonoayu.
2. Tujuan Khusus
a. Mengkaji pasien gastritis di Puskesmas Wonoayu.
b. Menentukan diagnose keperawatan pada pasien gastritis di Puskesmas
Wonoayu.
c. Menyusun perencanaan tindakan keperawatan pada pasien gastritis di
Puskesmas Wonoayu.
d. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien gastritis di Puskesmas
Wonoayu.
e. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien gastritis di
Puskesmas Wonoayu.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat mengaplikasikan ilmu dan teori yang diperoleh dalam menganalisa
tanda dan gejala gastritis.
2. Bagi Tempat Penelitian
a. Pendidikan
Asuhan keperawatan sebagai bahan masukan dalam kegiatan belajar
mengajar tentang masalah keperawatan pada pasien gastritis.
b. Puskesmas
Asuhan keperawatan sebagai bahan masukan dan evaluasi yang
diperlukan dalam pelaksanaan praktik pelayanan keperawatan
khususnya pasien gastritis.
3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Sebagai masukan terhadap perkembangan ilmu keperawatan dalam
melakukan penanganan dan pencegahan pasien gastritis. Dan sebagai
referensi perkembangan ilmu keperawatan yang akan datang.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Gastritis adalah inflamasi pada lapisan mukosa lambung dan sub mukosa
lambung (Mansjoer, 1999). Gastritis adalah peradangan pada lambung dan
merupakan gangguan yang sering terjadi dengan karakteristik adanya
anoreksia, rasa penuh dan tidak enak pada epigastrium, mual dan muntah.
(Erfandi, 2009). Gastritis adalah radang pada jaringan dinding lambung
paling sering diakibatkan oleh ketidak teraturan diet, misalnya makan terlalu
banyak, makan terlalu cepat, makan-makanan terlalu banyak bumbu atau
makanan yang terinfeksi penyebab lain termasuk alcohol, aspirin, refluk
empedu atau terapi radiasi.
B. Klasifikasi Gastritis
Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Gastritis Akut
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya
bersifat jinak dan sembuh sempurna (Prince, 2005). Gastritis akut terjadi
akibat respons mukosa lambung terhadap berbagai intan lokal.

2. Gastritis Kronik
Gastritis kronik didefinisikan secara histologis sebagai peningkatan jumlah
limfosit dan sel plasma pada mukosa lambung. Derajat paling ringan
gastritis kronis adalah gastritis superfisial kronis yang mengenai bagian
sub epitel di sekitar cekungan lambung.
C. Etiologi
Penyebab atau etiologi gastritis ini akan dijelaskan menurut jenis gastritis
(Akut-Kronis).
1. Etiologi gastritis akut Penyebab penyakit jenis ini, antara lain :
a.
Obat-obatan : Aspirin, terutama salycylat, indomethacin,
sulfonamide, obat anti inflamasi nonsteroid (AINS) dan steroid.
b. Alkohol Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma, luka
bakar, sepsis.
c. Refluk empedu.
d. Terapi radiasi.
e. Mencerna asam atau alkali kuat.
2. Etiologi Gastritis Kronis :
Menurut (Smeltzer & Bare, 2002) penyebab penyakit gastritis antara lain
yaitu :
a. Obat analgetik anti inflamasi, terutama spirin.
b. Bahan-bahan kimia.
c. Merokok.
d. Alkohol.
e. Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan, gagal pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf
pusat.
f. Refluks usus ke lambung.
g. Endotoksin.
D. Patofisiologi
Bahan-bahan makanan, minuman, obat maupun zat kimia yang masuk
kedalam lambung menyebabkan iritasi atau erosi pada mukosanya sehingga
lambung kehilangan barrier (pelindung). Selanjutnya terjadi peningkatan
difusi balik ion hidrogen. Gangguan difusi pada mukosa dan penngkatan
sekresi asam lambung yang meningkat / banyak. Asam lambung dan enzim-

enzim pencernaan. Kemudian menginvasi mukosa lambung dan terjadilah


reaksi peradangan.
Demikian juga terjadi peradangan dilambung karena invasi langsung pada
sel-sel dinding lambung oleh bakteri dan terinfeksi. Peradangan ini
termanifestasi seperti perasaan perih di epigastrium, rasa panas / terbakar dan
nyeri tekan.Spasme lambung juga mengalami peningkatan diiringi gangguan
pada spinkter esophagus sehingga terjadi mual-mual sampai muntah. Bila
iritasi / erosi pada mukosa lambung sampai pada jaringan lambung dan
mengenai pembuluh darah.

Sehingga kontinuitasnya terputus dapat

mennimbulkan hematemesis maupun melena.


E. Manifestasi Klinis
1. Nyeri perut.
2. Mual.
3. Muntah.
4. Gangguan pencernaan.
5. Perut kembung.
6. Kehilangan nafsu makan.
7. Berat badan menurun.
F. Pemeriksaan Penunjang
Bila pasien didiagnosis terkena Gastritis, biasanya dilanjutkan dengan
pemeriksaan penunjang untuk mengetahui secara jelas penyebabnya.
Pemeriksaan ini meliputi :
1. Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylori
dalam darah. Hasil test yang positif menunjukan bahwa pasien pernah
kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak
menunjukan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa Anemia, yang terjadi akibat pendarahan
lambung akibat Gastritis.
2. Pemeriksaan Pernafasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. Pylori
atau tidak.

3. Pemeriksaan Feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feses atau
tidak. Hasil yang positif mengindikasikan terjadi infeksi. Pemeriksaan

juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukan
adanya perdarahan pada lambung.
4. Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas
Dengan test ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran
cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dengan sinar-X. Test ini
dilakukan dengan cara memesukan sebuah selang kecil yang fleksibel
(endoskop) melalui mulut dan masuk kedalam Esopagus, lambung dan
bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan
(anestesi) sebelum endoskop dimasukan untuk memastikan pasien
merasa nyaman menjalani test ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna
yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel
(biopsi) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa
kelaboratorium untuk diperiksa. Test ini memakan waktu kurang lebih 20
sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika
selesai test ini, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi
menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko
akibat test ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman
pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
5. Ronsen Saluran Cerna Bagian Atas
Test ini akan melihat adanya tanda-tanda Gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya. Biasanya pasien akan diminta menelan cairan
Barium terlebih dahulu sebelum dilakukan Ronsen. Cairan ini akan
melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika dironsen.

G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanan Keperawatan.
Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya dengan
pengaturan diet yaitu mengkonsumsi makanan lunak dalam porsi kecil
tapi sering, berhenti mengkonsumsi makanan yang pedas dan asam,
berhenti merokok, serta berrhenti minum-minuman beralkohol.

2. Penatalaksanan Medis
Pengobatan medis atau pemberian obat-obatan ditunjukan untuk
mengatur sekresi asam lambung berupa antagonis resptor H2 (seperti
ronitidin), sukralfat, antasida (Soeparman,1990).
H. Komplikasi
1. Gastritis Akut
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh gastritis akut adalah
perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan
melena, dapat berakhir sebagai syock hemoragik.Khusus untuk
perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran
klinis yang diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptik
penyebab utamanya adalah H. pylory, sebesar 100% pada tukak
duodenum dan 60-90 % pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat
ditegakkan dengan endoskopi.
2. Gastritis Kronis
Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan anemia
karena gangguan absorpsi vitamin B12.

I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku/bangsa, tanggal
MRS dna No. register.
2) Keluhan utama
Nyeri daerah epigastrium biasanya konstan dan sakit.
3) Riwayat penyakit dahulu
Penggunaan obat-obatan aspirin atau NSAID, riwayat gangguan
pencernaan.
4) Pemeriksaan fisik
Kaji pembesaran, nyeri tekan, bising usus.
2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan iritasi


mukosa gaster.
b. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan Anorexia.
3. Perencanaan Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan iritasi
mukosa gaster
Tujuan jangka pendek
Tujuan jangka panjang

: Pasien mengatakan rasa nyeri berkurang.


: Tidak terjadi iritasi berlanjut.

Rencana Tindakan.
1) Puasakan pasien pada 6 jam pertama.
2) Berikan makanan lunak sedikit demi sedikit dan beri minum
yang hangat.
3) Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan
ketidaknyamanan.
4) Observasi keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitasnya,
( skala 0-10 ), serta perubahan karakteristik nyeri
Rasionalisasi.
1) Mengurangi inflamasi pada mukosa lambung.
2) Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat
etelah periode puasa.
3) Dapat menyebabkan distres pada bermacam-macam individu /
dispepsia.
4) Perubahan karakteristik nyeri dapat menunjukan penyebaran
penyakit / terjadinya komplikasi.
b. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Anorexia.
Tujuan jangka pendek

Pemasukan nutrisi yang adekuat.

Tujuan jangka panjang

Mempertahankan BB tetap seimbang.

Rencana Tindakan
1)
2)
3)
4)
5)

Buat program kebutuhan nutrisi harian & standar BB minimum.


Berikan perawatan mulut sebelum & sesudah makan.
Monitor aktivitas fisik dan catat tingkat aktivitas tersebut.
Hindari makanan yang menimbulkan gas.
Sediakan makanan dengan ventilasi yang baik, lingkungan yang
menyenangkan, dengan situasi yang tidak terburu-buru.

Rasionalisasi
1) Sebagai acuan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien.
2) Memberikan rasa nyaman pada mulut dan dapat mengurangi
rasa mual.
3) Membantu dalam mempertahankan tonus otot dan berat badan
juga untuk mengontrol tingkat pembakaran kalori.
4) Dapat mempengaruhi nafsu makan / pencernaan dan membatasi
masukan nutrisi.
5) Lingkungan yang mennyenangkan dapat menurunkan stress dan
lebih kondusif untuk makan.
4. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan perencanaan, maka perencanaan akan dikembangkan
dalam tindakan keperawatan dalam implementasi keperawatan, lalu
dilanjutkan dengan respon pasien yang dikaji dalam evaluasi
keperawatan.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Judul

: Asuhan Keperawatan Pada Klien Gastritis di Puskesmas

Wonoayu.
B. Populasi
Populasi adalah subyek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
(Nursalam, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien dengan
Gastritis di Puskesmas Wonoayu pada tahun 2016 sebanyak 100 jiwa.
C. Sampel :
Sampel adalah bagian dari suatu populasi yang akan diteliti. Sampel dari
penelitian ini adalah 2 pasien dengan gastritis di Puskesmas Wonoayu
sebanyak 2 jiwa.
D. Variabel
1. Variabel Dependen
gangguan rasa nyaman (Nyeri akut)
2. Variabel Independen
Cara mengaji tingkat nyeri yang dirasakan pasien, membantu klien
memilih posisi yang aman dan nyaman dan pemberian analgesik dan
evaluasi keefektifannya.
E. Pendekatan/Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus untuk
mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada pasien gastritis di
Puskesmas Wonoayu. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.

F. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian keperawatan adalah
individu dengan kasus yang akan diteliti secara rinci dan mendalam. Adapun
subyek penelitian yang akan diteliti minimal berjumlah dua kasus dengan
masalah keperawatan yang sama. Dengan kriteria yang akan diteliti yaitu
pasien baru, berumur 12-25 tahun, dengan masalah gastritis.
G. Batasan Istilah (definisi operasional)
Batasan istilah/definisi operasional adalah mendefinisikan variable secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan
peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap
objek.
Istilah
Gastritis

Definisi Operasional
Parameter
Gastritis adalah radang 1. Pasien mengeluh
pada

jaringan

nyeri

perut.
2. Pemeriksaan Penunjang:
lambung paling sering
a. Pemeriksaan Darah
diakibatkan oleh ketidak
b. Pemeriksaan
teraturan diet.

dinding

Pernafasan
c. Pemeriksaan Feses
d. Endoskopi
Saluran
Cerna Bagian Atas
e. Ronsen Saluran Cerna

Nyeri

Bagian Atas
Nyeri merupakan suatu a. Skala nyeri 5-6.
b. Terdapat nyeri tekan pada
perasaan menderita secara
daerah perut kanan atas.
fisik,
mental
mapun
c. Wajah pasien menyeringai
perasaan
yang
bisa
menahan rasa nyeri.
menimbulkan ketegangan

Anda mungkin juga menyukai