Anda di halaman 1dari 23

TUGAS SEMESTER PENDEK FP HEMATOLOGY SYSTEM

DISUSUN OLEH :

Haris Fadjar Setiawan

125070218113056

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2016

Halaman Sampul........................................................................................................1
Daftar Isi.....................................................................................................................2
1

Pendahuluan ..................................................................................................3
1 Latar belakang ........................................................................................3
2 Tujuan penelitian.....................................................................................3
3 Manfaat penelitian...................................................................................3
Tinjauan pustaka.............................................................................................
1 Cairan di dalam tubuh manusia...............................................................
2 Komposisi dan struktur Darah Manusia.................................................
3 sel dalam tubuh manusia.........................................................................
4 Tahap-Tahap Pembelahan Mitosis...........................................................
5 Jaringan pada manusia...........................................................................
6 Adaptasi Sel............................................................................................
7 Struktur DNA..........................................................................................
8 Jenis-Jenis RNA......................................................................................
Daftar Pustaka................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Darah adalah suatu cairan yang diciptakan untuk memberi tubuh kita kehidupan. Pada saat
beredar di dalam tubuh, darah menghangatkan, mendinginkan, memberi makan, dan
melindungi tubuh dari zat-zat beracun. Selain itu, darah segera memperbaiki kerusakan
apa pun pada dinding pembuluh darah sehingga sistem tersebut pun diremajakan kembali.
Rata-rata terdapat 1,32 galon (5 liter) darah dalam tubuh manusia yang memiliki berat 132
pon (60 kg). Jantung mampu mengedarkan seluruh jumlah ini di dalam tubuh dengan
mudah dalam sesaat. Bahkan, saat berlari atau berolah raga, tingkat peredaran ini
meningkat hingga lima kali lebih cepat. Pembuluh darah diciptakan dengan bentuk yang
sempurna sehingga tidak ada penyumbatan atau pun endapan yang terbentuk.
Homeostasis merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan
dalam mempertahankan kondisi yang dialaminya. Proses homeostasis ini dapat terjadi
apabila tubuh mengalami stres yang ada sehingga tubuh secara alamiah akan melakukan
mekanisme pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang seimbang, atau juga dapat
dikatakan bahwa homeostasis adalah suatu proses perubahan yang terus-menerus untuk
memelihara stabilitas dan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.
Homeostasis yang terdapat dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh suatu sistem
endokrin dan syaraf otonom. Secara alamiah proses homeostasis dapat terjadi dalam tubuh
manusia.

BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Cariran di dalam tubuh manusia

2.1.1 Cairan tubuh didistribusikan dalam dua kompartemen yang berbeda yaitu:
1. Cairan Ekstrasel Terdiri dari cairan interstisial (CIS) dan cairan Intravaskular.
Cairan interstisial mengisi ruangan yang berada diantara sebagian besar sel
tubuh dan menyusun sebagian besar cairan tubuh. Sekitar 15% berat tubuh
merupakan cairan tubuh interstisial. Cairan intravascular terdiri dari plasma,
bagian cairan limfe yang mengandung air tidak berwarna, dan darah yang
mengandung suspensi leukosit, eritrosit, dan trombosit. Plasma menyusun 5%
berat tubuh.
2. Cairan Intrasel Cairan intrasel adalah cairan didalam membran sel yang berisi
subtansi terlarut atau solut yang penting untuk keseimbangan cairan dan
elektrolit serta untuk metabolisme. Cairan intrasel membentuk 40% berat
tubuh. Kompartemen cairan intrasel memiliki banyak solute yang sama dengan
cairan yang berada diruang ekstrasel. Namun proporsi subtansi-subtansi
tersebut berbeda. Misalnya, proporsi kalium lebih besar didalam cairan intrasel
daripada dalam cairan ekstrasel.
2.2 Komposisi dan struktur Darah Manusia.
2.2.1Karakteristik
-

Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuk)

tertahan dan di bawa dalam matriks cairan (plasma).


Darah lebih berat dibandingkan dengan air dan lebih ketal. Cairan ini

memiliki rasa dan bau yang khas, serta Ph 7.4 (7.35-7.45).


Warna darah bervariasi dan merah terang sampai merah tua kebiruan,

bergantung pada kadar oksigen yang dibawa ke sel darah merah.


volume darah tetap sekitar 5 liter pada laki-laki dewasa berukuran rata-rata,
dan kurang sedikit pada perempuan dewasa. Volume ini bervariasi sesuai
dengan ukuran tubuh dan berbanding terbalik dengan jumlah jaringan edukosa
dalam tubuh. Volume ini juga bervariasi dengan perubahan cairan darah dan
konsentrasi elektrolitnya.

2.2.2 Komposisi
-

Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45%


bagian dari darah, angka ini dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau volume
sel darah merah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Bagian
55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan
darah yang disebut plasma darah.

2.2.3 Korpuskula darah terdiri dari:


-

Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%).


Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap
sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan
mengedarkan

oksigen.

Sel

darah

merah

juga

berperan

dalam

penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita


-

penyakit anemia.
Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%)
Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah.
Sel darah putih atau leukosit (0,2%)
Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk
memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh,
misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk
yang tetap

2.2.4 HEMAPTOPOESIS
-

Proses pembentukan sel darah (hemopoiesis) terjadi pada awal masa

embrional,sebagian besar pada hati dan sebagian besar pada limpa.


Dari kehidupan fetus hingga bayi dilahirkan,pembentukan sel darah

berlangsung dalam 3 tahap yaitu :


o Pembentukan di saccus vitellinus
o Pembentukan di hati,kalenjar limfe dan limpa
o Pembentukan di sumsum tulang
Pembentukan sel darah mulai terjadi pada sumsum tulang setelah minggu ke-

20 masa embrionik.
Dengan bertambahnya usia janin,produksi sel darah semakin banyak terjadi

pada sumsum tulang dan peranan hati dan limfa semakin berkurang.
Sesudah lahir,semua sel darah dibuat pada sumsum tulang,kecuali limfosit

yang juga dibentuk di kalenjar limfe,thymus,dan lien.


Pada orang dewasa,pembentukan sel darah diluar

sumsum

tulang

(extramedullary hemopoiesis) masih dapat terjadi bila sumsum tulang


-

mengalami kerusakan atau mengalami fibrosis.


Sampai dengan usia 5 tahun,pada dasarnya semua tulang dapat menjadi tempat
pembentukan sel darah.Tetapi sum-sum tulang dari tulang panjang,kecuali
bagian proksimal humerus dan tibia,tidak lagi membentuk sel darah setelah

usia mencapai 20 tahun.


Setelah usia 20 tahun,sel

darah

belakang,sternum,tulang iga dan ilinium.

diproduksi

terutama

pada

tulang

75% sel pada sumsum tulang menghasilkan sel darah putih (leukosit) dan

hanya 25 % sel darah merah (eritrosit)


Jumlah eritrosit dalam sirkulasi 500 kali lebih banyak dari lekosit.hal ini
disebabkan oleh karena usia leukosit dalam sirkulasi lebih pendek (hanya
beberapa hari ) sedangakan eritrosit (120 hari)

2.2.5 Eritrosit atau Sel Darah Merah


Eritrosit merupakan diskus bikonkaf, bentuknya bulat dengan lekukan pada
sentralnya dan berdiameter 7,65 m.
Terbungkus dalam membran sel dengan permeabilitas tinggi. Membran ini
elastis dan fleksibel, sehingga memungkinkan eritrosit menembus kapilar
(pembuluh darah terkecil).
Setiap eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sejenis
pigmen pernafasan yang mengikat oksigen. Fungsi hemoglobin itu sendiri yaitu
jika hemoglobin terpajan oksigen, maka molekul oksigen akan bergabung dengan
rantai alfa dan beta, untuk membentuk oksihemoglobin. Dan hemoglobin berikatan
dengan CO2 dibagian asam amino pada globin. Karbaminohemoglobin yang
terbentuk hanya memakai 20% CO2 yang terkandung dalam darah, 80% sisanya
dibawa dalam bentuk ion bikarbonat.
2.2.5.1 Fungsi Eritrosit
-

Mentransfer oksigen ke seluruh jaringan melalui pengikatan hemoglobin

terhadap oksigen.
Mengikat oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan

tubuh.
mengikat karbondioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui
paru-paru.
Eritropoiesis.

Eritropoiesis, yaitu proses pembentukan darah khususnya darah merah


(eritrosit). Proses ini dimulai dengan terbentuknya proeritroblas yang berasal
dari sel hemopoitik. Setelah 3-5 hari, beberapa berkembang dengan proliferasi
ribosom (penggandaan ribosom) dan sintesis hemoglobin. Akhirnya, inti sel
dikeluarkan, membuat depresi pada bagian pusat sel. Eritrosit muda, yang biasa
dikenal dengan retikulosit, yang masih mengandung beberapa ribosom dan

retikulum endoplasmik, memasuki aliran darah dan kemudian berkembang


menjadi eritrosit dewasa setelah 1-2 hari.
2.2.5.2 Sintesis hemoglobin
Fungsi utama eritrosit adalah membawa O2 ke jaringan dan mengembalikan
CO2 dari jaringan ke paru. Untuk mencapai pertukaran gas ini, eritrosit
mengandung protein khusus yaitu hemoglobin. Tiap eritrosit mengandung
sekitar 640 juta molekul hemoglobin.
Sintesis heme terutama terjadi di mitokondria melalui suatu rangkaian
reaksi biokimia yang bermula dengan kondensasi glisin dan suksinil
koenzim A oleh kerja enzim kunci yang bersifat membatasi kecepatan
reaksi yaitu asam - aminolevulinat (ALA) sintase. Piridoksal fosfat
(vitamin B6) adalah suatu koenzim untuk reaksi ini, yang dirangsang oleh
eritropoietin. Akhirnya protoporfirin bergabung dengan besi dalam bentuk
ferro (Fe2+) untuk membentuk heme, masing-masing molekul heme
bergabung dengan satu rantai globin yang dibuat pada poliribosom. Suatu
tetramer yang terdiri dari empat rantai globin masing-masing dengan gugus
hemenya sendiri dalam suatu kantung kemudian dibentuk untuk
menyusun satu melekul hemoglobin.
2.2.5.3 Destruksi eritrosit
Proses penghancuran eritrosit lihat gambar. Destruksi yang terjadi karena
proses penuaan disebut proses senescence, sedangkan destruksi patologik
disebut hemolisis. Hemolisis dapat terjadi intravaskuler, dapat juga
ekstravaskuler, terutama pada sistem RES, yaitu lien dan hati.
Hemolisis yang terjadi pada eritrosit akan mengakibatkan terurainya
komponen-komponen hemoglobin menjadi berikut :
1. Komponen protein yaitu globin yang akan dikembalikan ke poll protein
dan dapat dipakai kembali.
2. Komponen heme akan pecah menjadi dua, yaitu :
a.

Besi : yang akan dikembalikan ke poll besi dan dipakai ulang.

b.

Bilirubin : yang akan diekskresikan melalui hati dan empedu.

2.2.6 Leukosit atau Sel Darah Putih


Leukosit dibagi dalam 2 kategori, granulosit dan sel mononuclear
(agranulosit). Dalam darah normal, jumlah total leukosit adalah 5.000 sampai
10.000 sel per mm3. Sekitar 60% diantaranya adalah granulosit dan 40% sel
mononuclear.
Granulosit. Diameter granulosit biasanya sampai tiga kali eritrosit.
Granulosit dibagi dalam tiga sub pengikat warna. Eosinofil, memiliki memiliki
granula berwarna merah terang dalam sitoplasmanya; Basofil, berwarna biru; dan
Netrofil, memiliki granula berwarna ungu pucat.
Leukosit Mononuklear (Agranulosit), adalah sel darah putih dengan inti
satu lobus dan sitoplasmanya bebas granula. Dalam darah orang dewasa normal,
limfosit berjumlah sekitar 30% dan monosit sekitar 5% dalam total leukosit.
Limfosit matang adalah sel kecil dengan sitoplasma sedikit. Diproduksi terutama
oleh nodus limfe dan jaringan limfoid usus, limfa, dan kelenjar timus dari sel
prekursor yang berasal sebagai sel stem sumsum. Monosit adalah leukosit terbesar.
Diproduksi oleh sumsum tulang dan dapat berubah menjadi histiosit jaringan,
termasuk sel kupfer di hati, makrofag peritoneal, makrovag alveolar, dan
komponen lain sistem retikuloendotileal.
2.2.6.1 FUNGSI LEUKOSIT
Melindungi tubuh terhadap invasi bakteri atau benda asing lainnya.
Fungsi utama netrofilik PMN adalah memakan benda asing (fagositosis).
Fungsi

limfosit

terutama

menghasilkan

subtansi

yang

membantu

penyerangan benda asing. Sekelompok limfosit (limfosit T) membunuh sel


secara langsung atau menghsilkan berbagai limfokin, suatu subtansi yang
memperkuat aktifitas sel fagositik. Sekelompok limfosit lainnya (limfosit
B)

menghasilkan

antibody,

suatu

molekul

protein

yang

akan

menghancurkan benda asing dengan berbagai mekanisme.


Eosinofil dan basofil berfungsi sebagai tempat penyimpanan
berbagai material biologis kuat seperti histamine, serotim, dan heparin.
Pelepasan senyawa tersebut mempengaruhi suplai darah ke jaringan, seperti
yang terjadi selama peradangan, dan membantu memobilisasi mekanisme
pertahanan tubuh. Peningkatan jumlah eosinofil pada keadaan alergi
menunjukan bahwa sel ini terlibat dalam reaksi hipersensitifitas

2.2.6.2 Jenis- jenis sel darah putih


1. Neutrofil
Ciri-ciri : Plasma bersifat netral bentuk bermacam-macam, bersifat
fagosit
Jumlah (sel/mm3) : 3.000 7.000
Tempat pembentukan : Jaringan Limfoid , kelenjar limfa
Masa Hidup : 6 jam beberapa hari
Fungsi : Memfagosit / memakan bakteri
2.

Eosinofil
Ciri-ciri : Bersifat asam, berbintik kemerahan, jumlah meningkat
selama terjadi infeksi
Jumlah (sel/mm3) :100 400
Tempat Pembentukan : sumsum tulang
Fungsi : mencegah alergi, menghancurkan antigen-antibodi
Masa Hidup : 8 12 Hari

3. Basofil
Ciri-ciri : Bersifat basa, berwarna kebiruan, bersifat fagosit
Jumlah (sel/mm3) : 20 50
Tempat Pembentukan : Sumsum tulang
Masa Hidup : Beberapa jam beberapa hari
Fungsi : Melepaskan zat pencegah alergi, mengandung heparin (zat anti
koagulan)
Agranulosit
4. Limfosit
Ciri-ciri : Berinti satu, tidak dapat bergerak bebas, berwarna biru pucat
Jumlah (sel/mm3) : 1.500 3.000
Tempat Pembentukan : Limfa dan tulang
Masa Hidup : Beberapa jam beberapa tahun
Fungsi : Mengaktifkan system kekebalan
5. Monosit
Ciri-ciri : Berinti satu berukuran besar, berbentuk bulat panjang, dapat
bergerak cepat, bersifat fagosit
Jumlah (sel/mm3) : 100 700
Tempat Pembentukan : Sumsum tulang
Masa Hidup : Beberapa Bulan
Fungsi : Fagositosit, berkembang menjadi makrofag.

2.2.6.3 Leukopoiesis
Leukopoiesis adalah proses pembentukan leukosit, yang dirangsang oleh
adanya colony stimulating factors atau faktor perangsang koloni.
Penstimulasi (perangsang) koloni ini dihasilkan oleh sel darah putih
(leukosit) dewasa. Perkembangan dari setiap sel darah putih dimulai dengan
terjadinya pembelahan sel batang temopoitik menjadi sel blas seperti
berikut ini.
-

Mieloblas yang akhirnya berkembang menjadi leukosit granular


(granulosit) yaitu eosinofil, neutrofil, dan basofil.
Monoblas berkembang menjadi monosit.
Limfoblas akan berkembang menjadi limfosit.

2.2.7 Hemostatis
Proses pencegahan hilangnya darah (jika pembuluh darah mengalami cedera, rusak
pecah)
Terjadi melalui empat cara:
A. Spasme vaskuler (reflek saraf, spasme miogenik, faktor humoral
vasokonstriktor tromboxan A2)
B. Pembentukan platelet plug
C. Koagulasi darah (zat aktifator)
D. Pembentukan jaringan fibrous (bekuan diisi oleh fibroblast membentuk
jaringan ikat)
2.2.8 Mekanisme Pembekuan Darah
1.Vaskontriksi
Jika pembuluh darah terpotong,trombosit pada sisi yang rusak melepas
serotonin dan tromboksin A2(prostaglandin) yang menyebabkan otot polos
dinding pembuluh darah berkonstriksi.Hal ini pada awalnya akan mengurangi
darah yang hilang.
2. Plug Trombosit
Trombosit membengkak,menjadi lengket, dan menempel pada serabut kolagen
dinding pembuluh darah yang rusak, membentuk plug trombosit.Jika kerusakan
pembuluh

darah

sedikit,maka

plug

trombosit

mampu

menghentikan

pendarahan.Jika kerusakannya besar,maka plug trombosit dapat mengurangi


pendarahan,sampai proses pembekuan terbentuk.

3.Pembentukan Bekuan Darah


Bekuan mulai terbentuk dalam waktu 15-30 detik bila trauma pembuluh
sangat hebat, dan dalam 1-2 menit bila traumanya kecil. Pembekuan darah
berlangsung melalui dua mekanisme yaitu mekanisme intrinsik dan mekanisme
ekstrinsik.
a. Mekanisme Ekstrinsik
b. Mekanisme Intrinsik

Melibatkan 13 faktor pembekuan yang hanya ditemukan dalam plasma


darah,dimana setiap faktor protein berada dalam kondisi tidak aktif,jika salah
satu diaktivasi, maka aktivitas enzimatiknya akan mengaktivasi faktor
selanjutnya dalam rangkaian, dengan demikian akan terjadi suatu rangkaian
reaksi ( casade of reaction ) untuk membentuk bekuan.
Ketiga belas faktor tersebut,yaitu.
I

Fibrinogen

: Protein plasma yang disintesis dalam hati,

II

diubah menjadi fibrin.


Protrombin

: Protein plasma yang disintesis dalam hati,

III

diubah menjadi trombin.


Tromboplastin

: Lipoprotein yang dilepas jaringan rusak,

IV

mengaktivasi faktor VII untuk pembentukan trombin.


Ion Kalsium
: Ion anorganik dalam plasma, didapat dari

makanan dan tulang, diperlukan dalam seluruh tahap pembekuan darah.


Proakselerin(fakor labil)
: Protein plasma yang disintesis dalam hati,
diperlukan untuk mekanisme ekstrinsik-intrinsik.
VI. Nomor tidak dipakai lagi

: Fungsinya dipercaya sama dengan fungsi

faktor V.
VII. Prokonvertin (sel akselerator konversi serum protrombin) : Protein plasma
yang disintesis dalam hati, diperlukan untuk mekanisme intrinsik.

VIII. Faktor antihemofilik

: Protein plasma (enzim) yang disintesis dalam

hati (memerlukan vitamin K) berfungsi dalam mekanisme ekstrinsik.


IX. Plasma tromboplastin(faktor Christmas ) : Protein plasma yang disintesis
dalam hati (memerlukan vitamin K)berfungsi dalam mekanisme intrinsik.
X.

Faktor Stuart-Prower

: Protein plasma yang disintesis dalam

hati (memerlukan vitamin K) berfungsi dalam mekanisme ekstrinsik dan


intrinsik.
XI. Antiseden tromboplastin plasma

: Protein plasma yang disintesis dalam

hati (memerlukan vitamin K) berfungsi dalam mekanisme intrinsik.


XII. Faktor Hageman

: Protein plasma yang disintesis dalam hati

berfungsi dalam mekanisme intrinsik.


XIII. Faktor penstabilan fibrin

: Protein yang ditemukan dalam plasma dan

trombosit,hubungan silang filamen-filamen fibrin.

2.3 sel dalam tubuh manusia


Sel merupakan kesatuan dasar sruktural dan fungsional makhluk hidup. Sebagai kesatuan
struktural berarti makhluk hidup terdiri atas sel-sel. Sel adalah kumpulan materi paling
sederhana yang dapat hidup dan merupakan unit penyusun semua makhluk hidup. Sel
mampu melakukan semua aktivitas kehidupan dan sebagian besar reaksi kimia untuk
mempertahankan kehidupan berlangsung di dalam sel.
2.3.1 Bagian-bagian Sel
Sel merupakan kesatuan structural dan fungsional penyusun makhluk hidup yang
dapat memperbanyak diri. Aktivitas yang ada dalam sel terjadi dalam organelorganel yang mendukung fungsi-fungsi tertentu. Berikut bagian bagian dari sel :
-

Dinding Sel
Dinding sel bersifat permeabel, berfungsi sebagai pelindung dan pemberi bentuk
tubuh. Sel-sel yang mempunyai dinding sel antara lain: bakteri, cendawan,
ganggang (protista), dan tumbuhan. Kelompok makhluk hidup tersebut
mempunyai sel dengan bentuk yang jelas dan kaku (rigid). Pada protozoa
(protista) dan hewan tidak mempunyai dinding sel, sehingga bentuk selnya
kurang jelas dan fleksibel, tidak kaku. Dinding sel terdiri dari Selulosa

(sebagian besar), hemiselulosa, pektin, lignin, kitin, garam karbonat dan silikat
dari Ca dan Mg. Pada bagian tertentu dari dinding sel tidak ikut mengalami
penebalan dan memiliki plasmodesmata disebut noktah (titik).

Membran Sel
Membran sel yang membatasi sel disebut sebagai membran plasma dan
berfungsi sebagai rintangan selektif yang memungkinkan aliran oksigen,
nutrien, dan limbah yang cukup untuk melayani seluruh volume sel. Membran
sel juga berperan dalam sintesis ATP, pensinyalan sel, dan adhesi sel.
Membran sel berupa lapisan sangat tipis yang terbentuk dari molekul lipid dan
protein. Membran sel bersifat dinamik dan kebanyakan molekulnya dapat
bergerak di sepanjang bidang membran. Molekul lipid membran tersusun dalam
dua lapis dengan tebal sekitar 5 nm yang menjadi penghalang bagi kebanyakan
molekul hidrofilik.
Molekul-molekul protein yang menembus lapisan ganda lipid tersebut berperan
dalam hampir semua fungsi lain membran, misalnya mengangkut molekul
tertentu melewati membran. Ada pula protein yang menjadi pengait struktural
ke sel lain, atau menjadi reseptor yang mendeteksi dan menyalurkan sinyal
kimiawi dalam lingkungan sel. Diperkirakan bahwa sekitar 30% protein yang
dapat disintesis sel hewan merupakan protein membran.
Salah satu fungsi dari membran sel adalah sebagai lalu lintas molekul dan ion
secara dua arah. Molekul yang dapat melewati membran sel antara lain ialah
molekul hidrofobik (CO2, O2), dan molekul polar yang sangat kecil (air,
etanol). Sementara itu, molekul lainnya seperti molekul polar dengan ukuran
besar (glukosa), ion, dan substansi hidrofilik membutuhkan mekanisme khusus
agar dapat masuk ke dalam sel.
Banyaknya molekul yang masuk dan keluar membran menyebabkan terciptanya
lalu lintas membran. Lalu lintas membran digolongkan menjadi dua cara, yaitu
dengan transpor pasif untuk molekul-molekul yang mampu melalui membran
tanpa mekanisme khusus dan transpor aktif untuk molekul yang membutuhkan
mekanisme khusus.
a)

Transpor Pasif
Transpor pasif merupakan suatu perpindahan molekul menuruni gradien
konsentrasinya. Transpor pasif ini bersifat spontan. Difusi, osmosis, dan
difusi terfasilitasi merupakan contoh dari transpor pasif. Difusi terjadi
akibat gerak termal yang meningkatkan entropi atau ketidakteraturan
sehingga menyebabkan campuran yang lebih acak. Difusi akan berlanjut
selama respirasi seluler yang mengkonsumsi O2 masuk. Osmosis

merupakan difusi pelarut melintasi membran selektif yang arah


perpindahannya ditentukan oleh beda konsentrasi zat terlarut total (dari
hipotonis ke hipertonis). Difusi terfasilitasi juga masih dianggap ke dalam
transpor pasif karena zat terlarut berpindah menurut gradien konsentrasinya.
Contoh molekul yang berpindah dengan transpor pasif ialah air dan
glukosa. Transpor pasif air dilakukan lipid bilayer dan transpor pasif
glukosa terfasilitasi transporter. Ion polar berdifusi dengan bantuan protein
transpor.
b)

Transpor aktif
Transpor aktif merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat tidak
spontan. Arah perpindahan dari transpor ini melawan gradien konsentrasi.
Transpor aktif membutuhkan bantuan dari beberapa protein. Contoh protein
yang terlibat dalam transpor aktif ialah channel protein dan carrier protein,
serta ionophore.
Yang termasuk transpor aktif ialah coupled carriers, ATP driven pumps, dan
light driven pumps. Dalam transpor menggunakan coupled carriers dikenal
dua istilah, yaitu simporter dan antiporter. Simporter ialah suatu protein
yang mentransportasikan kedua substrat searah, sedangkan antiporter
mentransfer kedua substrat dengan arah berlawanan. ATP driven pump
merupakan suatu siklus transpor Na+/K+ ATPase. Light driven pump
umumnya ditemukan pada sel bakteri. Mekanisme ini membutuhkan energi
cahaya dan contohnya terjadi pada Bakteriorhodopsin.

Inti Sel
Inti sel atau nukleus sel adalah organel yang ditemukan pada sel eukariotik.
Organel ini mengandung sebagian besar materi genetik sel dengan bentuk
molekul DNA linear panjang yang membentuk kromosom bersama dengan
beragam jenis protein seperti histon. Gen di dalam kromosom-kromosom inilah
yang membentuk genom inti sel.
Fungsi utama nukleus adalah untuk menjaga integritas gen-gen tersebut dan
mengontrol aktivitas sel dengan mengelola ekspresi gen. Selain itu, nukleus juga
berfungsi untuk mengorganisasikan gen saat terjadi pembelahan sel,
memproduksi mRNA untuk mengkodekan protein, sebagai tempat sintesis
ribosom, tempat terjadinya replikasi dan transkripsi dari DNA, serta mengatur
kapan dan di mana ekspresi gen harus dimulai, dijalankan,dandiakhiri.

Mitokondria
Mitokondria adalah tempat di mana fungsi respirasi pada makhluk hidup
berlangsung. Respirasi merupakan proses perombakan atau katabolisme untuk

menghasilkan energi atau tenaga bagi berlangsungnya proses hidup. Dengan


demikian, mitokondria adalah "pembangkit tenaga" bagi sel.
Mitokondria banyak terdapat pada sel yang memilki aktivitas metabolisme
tinggi dan memerlukan banyak ATP dalam jumlah banyak, misalnya sel otot
jantung. Jumlah dan bentuk mitokondria bisa berbeda-beda untuk setiap sel.
Mitokondria berbentuk elips dengan diameter 0,5 m dan panjang 0,5 1,0 m.
Struktur mitokondria terdiri dari empat bagian utama, yaitu membran luar,
membran dalam, ruang antar membran, dan matriks yang terletak di bagian
dalam membran.
Membran luar terdiri dari protein dan lipid dengan perbandingan yang sama
serta mengandung protein porin yang menyebabkan membran ini bersifat
permeabel terhadap molekul-molekul kecil yang berukuran 6000 Dalton. Dalam
hal ini, membran luar mitokondria menyerupai membran luar bakteri gramnegatif. Selain itu, membran luar juga mengandung enzim yang terlibat dalam
biosintesis lipid dan enzim yang berperan dalam proses transpor lipid ke matriks
untuk menjalani -oksidasi menghasilkan Asetil KoA.
Membran dalam yang kurang permeabel dibandingkan membran luar terdiri dari
20% lipid dan 80% protein. Membran ini merupakan tempat utama
pembentukan ATP. Luas permukaan ini meningkat sangat tinggi diakibatkan
banyaknya lipatan yang menonjol ke dalam matriks, disebut krista. Stuktur
krista ini meningkatkan luas permukaan membran dalam sehingga
meningkatkan kemampuannya dalam memproduksi ATP. Membran dalam
mengandung protein yang terlibat dalam reaksi fosforilasi oksidatif, ATP sintase
yang berfungsi membentuk ATP pada matriks mitokondria, serta protein
transpor yang mengatur keluar masuknya metabolit dari matriks melewati
membran dalam.
Ruang antar membran yang terletak diantara membran luar dan membran dalam
merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi yang penting bagi sel, seperti
siklus Krebs, reaksi oksidasi asam amino, dan reaksi -oksidasi asam lemak. Di
dalam matriks mitokondria juga terdapat materi genetik, yang dikenal dengan
DNA mitkondria (mtDNA), ribosom, ATP, ADP, fosfat inorganik serta ion-ion
seperti magnesium, kalsium dan kalium.
-

Retikulum Endoplasma
Retikulum Endoplasma adalah organel yang dapat ditemukan di seluruh sel
hewan eukariotik.Retikulum endoplasma memiliki struktur yang menyerupai
kantung berlapis-lapis. Kantung ini disebut cisternae. Fungsi retikulum
endoplasma bervariasi, tergantung pada jenisnya. Retikulum Endoplasma (RE)
merupakan labirin membran yang demikian banyak sehingga retikulum
endoplasma melipiti separuh lebih dari total membran dalam sel-sel eukariotik.

(kata endoplasmik berarti di dalam sitoplasma dan retikulum diturunkan dari


bahasa latin yang berarti jaringan).
Ada 3 jenis Retikulum Endoplasma yaitu :
a)
RE kasar Di permukaan RE kasar, terdapat bintik-bintik yang
merupakan ribosom. Ribosom ini berperan dalam sintesis protein. Maka,
fungsi utama RE kasar adalah sebagai tempat sintesis protein.
b)
RE halus Berbeda dari RE kasar, RE halus tidak memiliki bintik-bintik
ribosom di permukaannya. RE halus berfungsi dalam beberapa proses
metabolisme yaitu sintesis lipid, metabolisme karbohidrat dan konsentrasi
kalsium, detoksifikasi obat-obatan, dan tempat melekatnya reseptor pada
protein membran sel.
c)
RE sarkoplasmik RE sarkoplasmik adalah jenis khusus dari RE halus.
RE sarkoplasmik ini ditemukan pada otot licin dan otot lurik. Yang
membedakan RE sarkoplasmik dari RE halus adalah kandungan proteinnya.
RE halus mensintesis molekul, sementara RE sarkoplasmik menyimpan dan
memompa ion kalsium. RE sarkoplasmik berperan dalam pemicuan kontraksi
otot.
-

Badan Golgi
Badan Golgi (disebut juga aparatus Golgi, kompleks Golgi atau diktiosom)
adalah organel yang dikaitkan dengan fungsi ekskresi sel, dan struktur ini dapat
dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya biasa. Organel ini terdapat
hampir di semua sel eukariotik dan banyak dijumpai pada organ tubuh yang
melaksanakan fungsi ekskresi, misalnya ginjal. Setiap sel hewan memiliki 10
hingga 20 badan Golgi, sedangkan sel tumbuhan memiliki hingga ratusan badan
Golgi. Badan Golgi pada tumbuhan biasanya disebut diktiosom.

Badan Golgi ditemukan oleh seorang ahli histologi dan patologi berkebangsaan
Italia yang bernama Camillo Golgi. Beberapa fungsi badan golgi antara lain :
a)
Membentuk kantung (vesikula) untuk sekresi. Terjadi terutama pada
sel-sel kelenjar kantung kecil tersebut, berisi enzim dan bahan-bahan lain.
b)
Membentuk membran plasma. Kantung atau membran golgi sama
seperti membran plasma. Kantung yang dilepaskan dapat menjadi bagian dari
membran plasma.
c)

Membentuk dinding sel tumbuhan

d)
Membentuk akrosom pada spermatozoa yang berisi enzim untuk
memecah dinding sel telur dan pembentukan lisosom.

e)

Tempat untuk memodifikasi protein

f)Untuk menyortir dan memaket molekul-molekul untuk sekresi sel


g)
-

Untuk membentuk lisosom

Lisosom
Lisosom adalah organel sel berupa kantong terikat membran yang berisi enzim
hidrolitik yang berguna untuk mengontrol pencernaan intraseluler pada berbagai
keadaan. Lisosom ditemukan pada tahun 1950 oleh Christian de Duve dan
ditemukan pada semua sel eukariotik. Di dalamnya, organel ini memiliki 40
jenis enzim hidrolitik asam seperti protease, nuklease, glikosidase, lipase,
fosfolipase, fosfatase, ataupun sulfatase. Semua enzim tersebut aktif pada pH 5.
Fungsi utama lisosom adalah endositosis, fagositosis, dan autofagi.
Endositosis ialah pemasukan makromolekul dari luar sel ke dalam sel melalui
mekanisme endositosis, yang kemudian materi-materi ini akan dibawa ke
vesikel kecil dan tidak beraturan, yang disebut endosom awal. Beberapa materi
tersebut dipilah dan ada yang digunakan kembali (dibuang ke sitoplasma), yang
tidak dibawa ke endosom lanjut. Di endosom lanjut, materi tersebut bertemu
pertama kali dengan enzim hidrolitik. Di dalam endosom awal, pH sekitar 6.
Terjadi penurunan pH (5) pada endosom lanjut sehingga terjadi pematangan dan
membentuk lisosom.
Autofagi digunakan untuk pembuangan dan degradasi bagian sel sendiri, seperti
organel yang tidak berfungsi lagi. Mula-mula, bagian dari retikulum endoplasma
kasar menyelubungi organel dan membentuk autofagosom. Setelah itu,
autofagosom berfusi dengan enzim hidrolitik dari trans Golgi dan berkembang
menjadi lisosom (atau endosom lanjut). Proses ini berguna pada sel hati,
transformasi berudu menjadi katak, dan embrio manusia.
Fagositosis merupakan proses pemasukan partikel berukuran besar dan
mikroorganisme seperti bakteri dan virus ke dalam sel. Pertama, membran akan
membungkus partikel atau mikroorganisme dan membentuk fagosom.
Kemudian, fagosom akan berfusi dengan enzim hidrolitik dari trans Golgi dan
berkembang menjadi lisosom (endosom lanjut).

Ribosom
Ribosom merupakan tempat sel membuat protein. Sel dengan laju sintesis
protein yang tinggi memiliki banyak sekali ribosom, contohnya sel hati manusia
yang memiliki beberapa juta ribosom. Ribosom sendiri tersusun atas berbagai
jenis protein dan sejumlah molekul RNA.
Ribosom eukariota lebih besar daripada ribosom prokariota, namun keduanya
sangat mirip dalam hal struktur dan fungsi. Keduanya terdiri dari satu subunit

besar dan satu subunit kecil yang bergabung membentuk ribosom lengkap
dengan massa beberapa juta dalton. Pada eukariota, ribosom dapat ditemukan
bebas di sitosol atau terikat pada bagian luar retikulum endoplasma.
Sebagian besar protein yang diproduksi ribosom bebas akan berfungsi di dalam
sitosol, sementara ribosom terikat umumnya membuat protein yang ditujukan
untuk dimasukkan ke dalam membran, untuk dibungkus di dalam organel
tertentu seperti lisosom, atau untuk dikirim ke luar sel. Ribosom bebas dan
terikat memiliki struktur identik dan dapat saling bertukar tempat. Sel dapat
menyesuaikan jumlah relatif masing-masing ribosom begitu metabolismenya
berubah.
-

Sitoskeleton
Sitoskeleton atau kerangka sel adalah jaring berkas-berkas protein yang
menyusun sitoplasma eukariota. Jaring-jaring ini terdiri dari tiga tipe dasar,
yaitu mikrofilamen, mikrotubulus (jamak:mikrotubuli), dan intermediat filamen.
Ketiga filamen ini terhubung satu sama lain dan saling berkoordinasi. Dengan
adanya sitoskeleton, sel dapat memiliki bentuk yang kokoh, berubah bentuk,
mampu mengatur posisi organel, berenang, serta merayap di permukaan.

2.4 Tahap-Tahap Pembelahan Mitosis


Tahap-tahap pembelahan mitosis terdiri dari profase, metafese, anafase, telofase dan
interfase. antara lain sebagai berikut
a. Profase
Profase merupakan fase pertama pembelahan. Pada fase ini kromosom mulai terjadi
pemendekan, menebal, dan masing-masing saling berpasangan (2n) yang berdiri dari
dua benang. Pada fase ini, membran ini masih tampak.
-

Ciri-Ciri Tahap Profase


o Benang-benang kromonema menjadi pendek dan bertambah tebal
membentuk kromosom homolog dengan duplikatnya sehingga menjadikan
kromosom menjadi 2
o Nukleous dan membran inti menghilang
o Sentriol membelah 2 dan bergerak berlawanan kearah dua kutub yang
berlawanan pula

o Setiap sentriol menuju ke benang spinder (benang gelendong)


b. Metafase
Pada fase ini membran inti melebur. Kromosom berkumpul di bidang ekuator yang
ada di tengah sel. Kromosom memperbanyak diri maka setiap kromosom terdiri dari
dua kromatid. Pada saat ini dapat dikatakan bahwa sel memiliki 4n kromosom.
-

Ciri-Ciri Tahap Metafase


o Setiap kromosom homolog dengan duplikatnya sejajar di bidang
metafase/dataran metafase

c. Anafase
Pada fase anafase setiap kromosom memisahkan diri menjadi dua bagian yang sama,
masing-masingbergerak menuju ke arah kutub sel yang saling berlawanan, jadi 2n
kromosom bergerak ke kutup yang satu, dan 2n kromosom bergerak kekutub yang
lain.
-

Ciri-Ciri Tahap Anafase


o Setiap kromosom homolog memisahkan diri dublikatnya kearah dua kutup
berlawanan dengan gerakan kontraksi dari daya tarik benang spindel

d. Telofase
Kromosom sampai di kutub masing-masing kemudian terbentuk membran inti yang
mengelilingi kelompok kromosom. Setiap kedua inti yang baru terbentuk itu, muncul
membran pemisah. Kemudian terbentuklah membran sel yang memisahkan kedua sel
anak tersebut. Maka lengkaplah sudah proses pembelahan mitosis, dari satu sel
menjadi dua sel anak. Setiap sel anak memiliki 2n kromosom.
-

Ciri-Ciri Tahap Telofase


o Kromosom homolog dan kromosom dublikatnya saling menuju ke kutub
selnya masing-masing
o Mulai terlihat membran inti sel dan nukleolus
o Dibagian tengah sel mulai terbentuk dan adanya sekat pemisah
o Terbentuknya dua sel anak

2.5 Jaringan pada manusia


2.5.1 epitelium.

Jaringan yang disusun oleh lapisan sel yang melapisi permukaan organ seperti
permukaan kulit. Jaringan ini berfungsi untuk melindungi organ yang
dilapisinya, sebagai organ sekresi dan penyerapan.
Jaringan epitel terdiri dari 3 macam:
1. Eksotelium: epitel yang membungkus bagian luar tubuh
2. Endotelium: epitel yang melapisi organ dalam tubuh
3. Mesotelium: epitel yang membatasi rongga tubuh

Fungsi jaringan epitelium yakni:


a. Absorpsi, misalnya pada usus yang menyerap sari-sari makanan
b. Sekresi, contohnya testis yang mensekresikan sperma
c. Ekskresi, kulit yang mengeluarkan keringat
d. Transportasi, mengatur tekanan osmosis dalam tubuh
e. Proteksi, kulit melindungi jaringan tubuh di bawahnya
f. Penerima rangsang, kulit yang menanggapi rangsang dari luar
g. Pernapasan, kulit katak berfungsi sebagai alat pernapasan
h. Alat gerak, selaput kaki pada kulit katak membantu dalam pergerakan
i. Mengatur suhu tubuh, kulit mengatur suhu tubuh dengan mengeluarkan
keringat jika tubuh kepanasan
2.5.2 Jaringan pengikat.
Sesuai namanya, jaringan pengikat berfungsi untuk mengikat jaringan dan alat
tubuh. Contoh jaringan ini adalah jaringan darah.
2.5.3 Jaringan otot.
Jaringan otot terbagi atas tiga kategori yang berbeda yaitu otot polos yang dapat
ditemukan di organ tubuh bagian dalam, otot lurik yang dapat ditemukan pada
rangka tubuh, dan otot jantung yang dapat ditemukan di jantung.
2.5.6 Jaringan saraf.
adalah jaringan yang berfungsi untuk mengatur aktivitas otot dan organ serta
menerima dan meneruskan rangsangan.
2.5.7 Jaringan penyokong

adalah jaringan yang terdiri dari jaringan tulang rawan dan jaringan tulang yang
berfungsi untuk memberi bentuk tubuh,melindungi tubuh,dan menguatkan
bentuk tubuh

2.6 ADAPTASI SEL


Betuk reaksi sel jaringan organ / system tubuh terhadap jejas :
1. retrogresif, jika terjadi proses kemunduran (degenerasi/ kembali kearah yang kurang
kompleks).
2. Progresif, berkelanjutan berjaklan terus kearah yang lebih buruk untuk penyakit)
3. Adaptasi (penyesuaian) : atropi, hipertropi, hiperplasi, metaplasi

Sel-sel menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan mikronya.


1. Atropi
-

Suatu pengecilan ukuran sel bagian tubuh yang pernah berkembang sempurna
dengan ukuran normal.

2. Hipertropi
-

Yaitu peningkatan ukuran sel dan perubahan ini meningkatkan ukuran alat tubuh

3. Hiperplasia
-

Dapat disebabkan oleh adanya stimulus atau keadaan kekurangan secret atau
produksi sel terkait.

4. Metaplasia
- Ialah bentuk adaptasi terjadinya perubahan sel matur jenis tertentu menjadi sel
matur jenis lain :
o Misalnya sel epitel torak endoservik daerah perbatasan degan epitel
skuamosa, sel epitel bronchus perokok.
5. Displasia
- Sel dalam proses metaplasia berkepanjangan tanpa mereda dapat melngalami
ganguan polarisasi pertumbuhan sel reserve, sehingga timbul keadaan yg disebut
displasia.
- Ada 3 tahapan : ringan, sedang dan berat
6.

Degenarasi

Yaitu keadaan terjadinya perubahan biokimia intraseluler yang disertai perubahan


morfologik, akibat jejas nin fatal pada sel.

7. Infiltrasi
- Bentuk retrogresidgn penimbunan metabolit sistemik pada sel normal (tdk jika
melampaui batasmengalami jejas langsung seperti pd degenerasi) maka sel akan
pecah. Dan debris el akan ditanggulangi oleh system makrofag.

2.7 Struktur DNA


DNA disebut cetak biru kehidupan karena mengandung semua jenis instruksi untuk
membuat protein dalam sel. Ini adalah polimer yang sangat panjang dan bentuk dasar
DNA adalah seperti tangga bengkok. Oleh karena itu juga disebut sebagai heliks ganda
DNA. Tulang punggung molekul DNA adalah fosfat, gula deoksi ribosa dan basa
nitrogen. Informasi dalam DNA disimpan sebagai kode terdiri dari empat basa kimia:
adenin (A), guanine (G), sitosin (C), dan timin (T).

2.8 Jenis-Jenis RNA


RNA terdapat tiga tipe utama atau tiga jenis utama yaitu sebagai berikut..
1. Transfer RNA (tRNA)
RNA yang dibentuk dari dalam nukleus, tetapi menempatkan diri dalam sitoplasma.
tRNA merupakan RNA yang terpendek dan bertindak sebagai penerjemah kodon
dari mRNA. tRNA mempunyai proporsi nukleosida yang lebih relatif tinggi.
Transfer RNA (transfer-Ribonucleic acid) atau asam ribonukleat transfer adalah
molekul yang menginterpretasikan pesan genetik berupa serangkaian kodon yang
disepanjang molekul mRNA dengan cara mentransfer asam-asam amino ke ribosom
dalam proses translasi.
Tiap tRNA mengandung suatu sekuen dengan tiga rangkaian basa pendek. Seluruh
ujung 3' tRNA mengandung sekuen SSA yang berseberangan dengan sekuen
antikodon. Suatu amino tertentu akan melekat pada ujung 3 tRNA. Pelekatan ini
merupakan cara berfungsinya tRNA, yaitu dengan membawa asam amino spesifik
yang nantinya berguna dalam sintetis protein, yaitu pengurutan asam amino sesuai
dengan urutan kodon pada mRNA.

2. Ribosomal RNA (rRNA)


rRNA merupakan ribosom yang mengandung protein dengan massa yang hampir
mirip. Molekulnya berupa pita tunggal, tak bercabang dan fleksibel. rRNA terdiri
dari 80 persen total RNA yang dalam sel dan pada sel-sel tidak memiliki inti sejati
yang terdiri dari beberapa tipe rRNA yaitu 23S rRNA, 16S rRNA, dan 5S rRNA.
3. Mesengger RNA (mRNA)
mRNA merupakan polinukleotida yang berbentuk pita tunggal linier dan disintetis
oleh DNA di dalam nukleus. mRNA berupa rantai tunggal yang relatif panjang.
Panjang pendeknya mRNA berhubungan dari panjang pendeknya rantai polipeptida
yang disusun. Ururtan pada rantai asam amino yang menyusun rantai polipeptida
tersebut sesuai dengan urutan kodon yang ada dalam molekul mRNA yang
bersangkutan. mRNA bertindak sebagai pola cetakan dalam pembentukan
polipeptida. Setiap molekul membawa salinan urutan DNA, yang ditranslasikan
dalam sitoplasma menjadi satu rantai polipeptida atau lebih. Fungsi utama dari
mRNA adalah membawa kode-kode genetik dari DNA di inti sel menuju ke ribosom
di sitoplasma. mRNA dibentuk jika diperlukan dan jika tugasnya telah selesai lalu
dihancurkan dalam plasma.

DAFTAR PUSTAKA

A.J. Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H. Moss. 2005. Kapita Selekta : Hematologi. Edisi4. Jakarta :
EGC. Hlm 221-229.
Gandasoebrata R. Penuntun laboratorium klinik. Jakarta: Dian Rakyat; 2009. hal. 11-42.
Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta:
EGC.
Soenarto. Anemia Megaloblastik dalam Sudoyo, Aru W, et.al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Theml H, Diem H, Haferlach T. Color atlas of hematology; principal microscopic and clinical
diagnosis. 2nd ed. Stuttgart: Thieme; 2004.

Anda mungkin juga menyukai