Anda di halaman 1dari 31

KEPERAWATAN JIWA

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


(TAK)

Oleh :
Kelompok 3
D-IV Keperawatan Tingkat 2 Semester IV

1. Putu Jana Yanti Putri


2. Made Wahyu Riantini
3. I Gusti Ayu Ari Dewi

(P07120214028)
(P07120214024)
(P07120214037)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyelesaian makalah ini ada beberapa kesulitan yang penulis temukan.
Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan dan pengalaman penulis. Untuk itu,
pada kesempatan yang berbahagia ini perkenankan penulis mengucapkan terima
kasih kepada pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan anugrah-Nya kepada pihak
yang telah membantu penyelesaian makalah ini dan semoga makalah ini dapat
berguna untuk memberikan kontribusi dalam mata kuliah Keperawatan Jiwa. Di
samping itu penulis menyadari makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik
dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi kesempurnaannya.

Denpasar, 19 Maret 2016

Penulis,

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I - PENDAHULUAN
I.
II.
III.
IV.

Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
Manfaat

3
4
4
5

BAB II PEMBAHASAN
I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
VII.
VIII.
IX.
X.

Definisi
Tujuan TAK
Dampak terapeutik dalam pengelompokan
Terapis
Indikasi dan kontraindikasi
Komponen kelompok
Peran perawat dalam TAK
Proses TAK
Tahapan dalam TAK
Jenis-jenis terapi aktivitas kelompok

6
6
7
8
9
10
10
12
14
15

BAB III - PENUTUP


I.
Kesimpulan
II.
Saran
DAFTAR PUSTAKA

29
30
31

BAB I
PENDAHULUAN
I.

LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk social, yang terus menerus membutuhkan
adanya orang lain di sekitarnya. Salah satu kebutuhan manusia untuk
melakukan interaksi dengan sesame manusia. Interaksi ini dilakukan tidak
selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh individu. Sedingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap
kemampuan individu untuk interaksi dengan orang lain.
Kelompok adalah kumpulan individu yang memilih hubungan satu
dengan yang lain (Stuart, 2007). Anggota kelompok mungkin datang dari
berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya,
seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan ketidaksamaan,
kesukaan dan menarik (Stuart, 2007).
Terapi kelompok adalah suatu psikotherapi yang dilakukan oleh
sekelompok penderita bersama-sama dengan jalan diskusi satu sama lain
yang dipimpin, diarahkan oleh terapis atau petugas kesehatan yang telah
dilatih.
Terapi aktivitas kelompok itu sendiri mempermudah psikoterapi
dengan sejumlah klien dalam waktu yang sama. Manfaat terapi aktivitas
kelompok, agar klien dapat belajar kembali bagaimana cara bersosialisasi
dengan orang lain, sesuai dengan kebutuhannya memperkenalkan dirinya.
Menanyakan hal-hal yang sederhana dan memberikan respon terhadap
pertanyaan yang lain. Sehingga klien dapat berinteraksi dengan orang lain
dan dapat merasakan arti berhubungan dengan orang lain.
Pada klien dengan perilaku kekerasan selalu cenderung untuk
melakukan kerusakan atau mencederai diri, orang lain, atau lingkungan.
Dan perilaku kekerasan tidak jauh dari kemarahan. Kemarahan adaah
perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang
dirasakan sebagai ancaman. (Keliat, 2006)
Ekspresi marah yang segera karena suatu sebab adalah wajar dan
hal ini kadang menyulitkan karena secara cultural ekspresi marah yang

tidak diperbolehkan. Oleh karena itu, marah sering diekspresikan secara


tidak langsung.
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan
mempersulit

sendiri

dan

mengganggu

hubungan

interpersonal.

Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan tidak konstruktif pada


waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu mengetahui tentang
respon kemarahan seseorang dan fungsi positif marah.
II.

RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan terapi aktivitas kelompok (TAK) ?
2. Apa saja tujuan dari TAK ?
3. Bagaimana dampak terapeutik dalam TAK ?
4. Apa saja prinsip teoritis dalam TAK ?
5. Apa saja terapis dalam TAK ?
6. Apa saja indikasi dan kontraindikasi TAK ?
7. Apa saja kelompok komponen dalam TAK ?
8. Apa saja peran perawat dalam TAK ?
9. Bagaimana proses TAK ?
10. Apa saja tahapan dalam TAK ?
11. Apa saja jenis-jenis terapi aktivitas kelompok dalam TAK ?

III.

TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui terapi aktivitas kelompok (TAK)
2. Untuk mengetahui tujuan dari TAK
3. Untuk mengetahui dampak terapeutik dalam TAK
4. Untuk mengetahuiprinsip teoritis dalam TAK
5. Untuk mengetahui terapis dalam TAK ?
6. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi TAK
7. Untuk mengetahui kelompok komponen dalam TAK
8. Untuk mengetahui peran perawat dalam TAK
9. Untuk memahami proses TAK
10. Untuk mengetahui tahapan dalam TAK
11. Untuk mengetahuijenis-jenis terapi aktivitas kelompok dalam TAK

IV.

MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan tujuan diatas, maka penulisan makalah ini diharapkan dapat
bermanfaat, sebagai berikut:
1. Manfaat Umum
Memberikan sumbangan pemikiran untuk memperkaya wawasan dan
pengetahuan tentang materi.
2. Manfaat Khusus
a. Bagi pembaca

Makalah ini diharapkan dapat mempermudah pembaca dalam


memahami materi yang di sajikan. Selain itu pembaca makalah ini
diharapkan mampu menerima semua materi yang disampaikan.
b. Bagi penulis
Dapat memperluas kaidah-kaidah pengetahuan serta sumber ajar
yang berguna dalam proses pembelajaran khususnya pada materi .

BAB II
PEMBAHASAN
I.

DEFINISI
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu
dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama.
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan
sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain
yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas
kesehatan jiwa yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental
Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Yosep, 2007). Terapi kelompok
adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk
memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal.

II.

TUJUAN TAK
Tujuan terapi aktivitas kelompok secara rinci sebagai berikut:
A. Tujuan Umum
1. Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan yaitu memperoleh
pemahaman dan cara membedakan sesuatu yang nyata dan
khayalan.
2. Meningkatkan sosialisasi dengan memberikan kesempatan untuk
berkumpul,

berkomunikasi

dengan

orang

lain,

saling

memperhatikan memberikan tanggapan terhadap pandapat maupun


perasaan ortang lain.
3. Meningkatkan kesadaran hubungan antar reaksi emosional diri
sendiri

dengan

prilaku

defensif

yaitu

suatu

cara

untuk

menghindarkan diri dari rasa tidak enak karena merasa diri tidak
berharga atau ditolak.
4. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis
seperti fungsi kognitif dan afektif.
B. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan identifikasi diri, dimana setiap orang mempunyai
identifikasi diri tentang mengenal dirinya di dalam lingkungannya.
2. Penyaluran emosi, merupakan suatu kesempatan yang sangat
6

dibutuhkan oleh seseorang untuk menjaga kesehatan mentalnya. Di


dalam kelompok akan ada waktu bagi anggotanya untuk
menyalurkan emosinya untuk didengar dan dimengerti oleh
anggota kelompok lainnya.
3. Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk kehidupan
sehari-hari, terdapat kesempatan bagi anggota kelompok untuk
saling berkomunikasi yang memungkinkan peningkatan hubungan
sosial dalam kesehariannya.
III.

DAMPAK TERAPEUTIK DALAM KELOMPOK


Terjadinya interaksi yang diharapkan dalam aktivitas kelompok
dapat memberikan dampak yang bermanfaat bagi komponen yang terlibat.
Yalom (1985) dalam tulisannya mengenai terapi kelompok telah
melaporkan 11 kasus yang terlibat dalam efek terapeutik dari kelompok.
Faktor-faktor tersebut adalah :
A. Universalitas, klien mulai menyadari bahwa bukan ia sendiri yang
mempunyai masalah dan bahwa perjuangannya adalah dengan
membagi atau setidaknya dapat dimengerti oleh orang lain.
B. Menanamkan harapan, sebagian diperantarai dengan menemukan yang
lain yang telah dapat maju dengan masalahnya, dan dengan dukungan
emosional yang diberikan oleh kelompok lainnya.
C. Menanamkan harapan, dapat dialami karena anggota memberikan
dukungan satu sama lain dan menyumbangkan ide mereka, bukan
hanya menerima ide dari yang lainnya.Mungkin terdapat rekapitulasi
korektif dari keluarga primer yang untuk kebanyakan klien merupakan
problematic. Baik terapis maupun anggota lainnya dapat jadi resepien
reaksi tranferensi yang kemudian dapat dilakukan.
D. Pengembangan keterampilan sosial lebih jauh dan kemampuan untuk
menghubungkan dengan yang lainnya merupakan kemungkinan. Klien
dapat memperoleh umpan balik dan mempunyai kesempatan untuk
belajar dan melatih cara baru berinteraksi.
E. Pemasukan informasi, dapat dapat berkisar dari memberikan informasi

tentang ganguan seseorang terhadap umpan balik langsung tentang


perilaku orang dan pengaruhnya terhadap anggota kelompok lainnya.
F. Identifikasi, prilaku imitative dan modeling dapat dihasilkan dari
terapis atau anggota lainnya memberikan model peran yang baik.
G. Kekohesifan kelompok dan pemilikan dapat menjadi kekuatan dalam
kehidupan

seseorang.

Bila

terapi

kelompok

menimbulkan

berkembangnya rasa kesatuan dan persatuan memberi pengaruh kuat


dan memberi perasaan memiliki dan menerima yang dapat menjadi
kekuatan dalam kehidupan seseorang.
H. Pengalaman antar pribadi mencakup pentingnya belajar berhubungan
antar pribadi, bagaimana memperoleh hubungan yang lebih baik, dan
mempunyai pengalaman memperbaiki hubungan menjadi lebih baik.
I. Atarsis dan pembagian emosi yang kuat tidak hanya membantu
mengurangi ketegangan emosi tetapi juga menguatkan perasaan
kedekatan dalam kelompok.
J. Pembagian eksisitensial memberikan masukan untuk mengakui
keterbatasan seseorang, keterbatasan lainnya, tanggung jawab terhadap
diri seseorang.
IV.

TERAPIS
A. Terapis
Terapis adalah orang yang dipercaya untuk memberikan terapi kepada
klien yang mengalami gangguan jiwa. Adapun terapis antara lain :
1. Dokter
2. Psikiater
3. Psikolog
4. Perawat
5. Fisioterapis
6. Speech teraphis
7. Occupational teraphis
8. Sosial worker
B. Persyaratan dan kwalitas terapis

Persyaratan dan terapi aktivitas kelompok adalah :


1. Pengetahuan pokok tentang pikiran-pikiran dan tingkah laku
normal dan patologi dalam budaya setempat
2. Memiliki konsep teoritis yang padat dan logis yang cukup
sesuai untuk dipergunakan dalam memahami pikiran-pikiran
dan tingkah laku yang normal maupun patologis
3. Memiliki teknis yang bersifat terapeutik yang menyatu dengan
konsep-konsep yang dimiliki melalui pengalaman klinis dengan
pasien
4. Memiliki kecakapan untuk menggunakan dan mengontrol
institusi untuk membaca yang tersirat dan menggunakannya
secara empatis untuk memahami apa yang dimaksud dan
dirasakan pasien dibelakang kata-katanya
5. Memiliki kesadaran atas harapan-harapan sendiri, kecemasan
dan mekanisme pertahanan yang dimiliki dan pengaruhnya
terhadap teknik terapeutiknya
6. Harus mampu menerima pasien sebagai manusia utuh dengan
segala kekurangan dan kelebihannya
V.

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI


Adapun indikasi dan kontra indikasi terapi aktivitas kelompok adalah :
A. Semua klien terutama klien rehabilitasi perlu memperoleh terapi
aktifitas kelompok kecuali mereka yang : psikopat dan sosiopat, selalu
diam dan autistic, delusi tak terkontrol, mudah bosan.
B. Ada berbagai persyaratan bagi klien untuk bisa mengikuti terapi
aktifitas kelompok antara lain : sudah ada observasi dan diagnosis yang
jelas, sudah tidak terlalu gelisah, agresif dan inkoheren dan wahamnya
tidak terlalu berat, sehingga bisa kooperatif dan tidak mengganggu
terapi aktifitas kelompok.
C. Untuk pelaksanaan terapi aktifitas kelompok di rumah sakit jiwa di
upayakan pertimbangan tertentu seperti : tidak terlalu ketat dalam
tehnik terapi, diagnosis klien dapat bersifat heterogen, tingkat

kemampuan berpikir dan pemahaman relatif setara, sebisa mungkin


pengelompokan berdasarkan problem yang sama.
VI.

KOMPONEN KELOMPOK
Kelompok terdiri dari delapan aspek, sebagai berikut (Kelliat dan Akemat,
2005) :
A. Struktur kelompok.
Struktur

kelompok

menjelaskan

batasan,

komunikasi,

proses

pengambilan keputusan dan hubungan otoritas dalam kelompok.


Struktur kelompok menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pola
perilaku dan interaksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya
pemimpin dan anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin,
sedangkan keputusan diambil secara bersama.
B. Besar kelompok.
Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang
anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jika angota kelompok terlalu
besar akibbatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan
mengungkapkan perasaan, pendapat, dan pengalamannya. Jika terlalu
kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi.
C. Lamanya sesi.
Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi
kelompok yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang
tinggi. Banyaknya sesi bergantung pada tujuan kelompok, dapat satu
kali/dua kali perminggu, atau dapat direncanakan sesuai dengan
kebutuhan.
VII.

PERAN PERAWAT DALAM TAK


Peran perawat jiwa professional dalam pelaksanaan terapi aktivitas
kelompok adalah :
A. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok
Sebelum melaksanakan terapi aktivitas kelompok, perawat harus
terlebih dahulu, membuat proposal.

10

Proposal tersebut akan dijadikan panduan dalam pelaksanaan terapi


aktivitas kelompok, komponen yang dapat disusun meliputi : deskripsi,
karakteristik klien, masalah keperawatan, tujuan dan landasan teori,
persiapan alat, jumlah perawat, waktu pelaksanaan, kondisi ruangan
serta uraian tugas terapis.
B. Tugas sebagai leader dan coleader
Meliputi

tugas

menganalisa

dan

mengobservasi

pola-pola

komunikasi yang terjadi dalam kelompok, membantu anggota


kelompok untuk menyadari dinamisnya kelompok, menjadi motivator,
membantu kelompok menetapkan tujuan dan membuat peraturan serta
mengarahkan dan memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok.
C. Tugas sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok
sebagai anggota kelompok dengan tujuan memberi stimulus pada
anggota kelompok lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan.
D. Tugas sebagai observer
Tugas seorang observer meliputi : mencatat serta mengamati
respon penderita, mengamati jalannya proses terapi aktivitas dan
menangani peserta/anggota kelompok yang drop out.
E. Tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan terapi
Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan timbulnya sub
kelompok, kurangnya keterbukaan, resistensi baik individu atau
kelompok dan adanya anggota kelompok yang drop out.Cara
mengatasi masalah tersebut tergantung pada jenis kelompok terapis,
kontrak dan kerangka teori yang mendasari terapi aktivitas tersebut.
F. Program antisipasi masalah
Merupakan

intervensi

keperawatan

yang

dilakukan

untuk

mengantisipasi keadaan yang bersifat darurat (emergensi dalam terapi)


yang dapat mempengaruhi proses pelaksanaan terapi aktivitas
kelompok.
Dari rangkaian tugas diatas, peranan ahli terapi utamanya adalah
sebagai fasilitator. Idealnya anggota kelompok sendiri adalah sumber

11

primer penyembuhan dan perubahan.


Iklim yang ditimbulkan oleh kepribadian ahli terapi adalah agen
perubahan yang kuat. Ahli terapi lebih dari sekedar ahli yang menerapkan
tehnik; ahli terapi memberikan pengaruh pribadi yang menarik variable
tertentu seperti empati, kehangatan dan rasa hormat.
Peran perawat psikiatri dalam terapi aktivits kelompok adalah sebagai
leader/co leader, sebagai observer dan fasilitator serta mengevaluasi hasil
yang dicapai dalam kelompok. Untuk memperoleh kemampuan sebagai
leader/co leader, observer dan fasilitator dalam kegiatan terapi aktivitas
kelompok, perawat juga perlu mendapat latihan dan keahlian yang
professional.
VIII.

PROSES TAK
Proses terapi aktifitas kelompok pada dasarnya lebih kompleks dari
pada terapi individual, oleh karena itu untuk memimpinnya memerlukan
pengalaman dalam psikoterapi individual. Dalam kelompok terapis akan
kehilangan sebagian otoritasnya dan menyerahkan kepada kelompok.
Terapis sebaiknya mengawali dengan mengusahakan terciptanya
suasana yang tingkat kecemasannya sesuai, sehingga klien terdorong
untuik membuka diri dan tidak menimbulkan atau mengembalikan
mekanisme pertahanan diri. Setiap permulaan dari suatu terapi aktifitas
kelompok yang baru merupakan saat yang kritis karena prosedurnya
merupakan sesuatu yang belum pernah dialami oleh anggota kelompok
dan mereka dihadapkan dengan orang lain.
Setelah klien berkumpul, mereka duduk melingkar, terapis
memulai dengan memperkenalkan diri terlebih dahulu dan juga
memperkenalkan co-terapis dan kemudian mempersilakan anggota untuk
memperkenalkan diri secara bergilir, bila ada anggota yang tidak mampu
maka terapis memperkenalkannya. Terapis kemudian menjelaskan maksud
dan tujuan serta prosedur terapi kelompok dan juga masalah yang akan
dibicarakan dalam kelompok. Topik atau masalah dapat ditentukan oleh
terapis atau usul klien. Ditetapkan bahwa anggota bebas membicarakan

12

apa saja, bebas mengkritik siapa saja termasuk terapis. Terapis sebaiknya
bersifat moderat dan menghindarkan kata-kata yang dapat diartikan
sebagai perintah.
Dalam prosesnya kalau terjadi bloking, terapis dapat membiarkan
sementara. Bloking yang terlalu lama dapat menimbulkan kecemasan yang
meningkat oleh karenanya terapis perlu mencarikan jalan keluar. Dari
keadaan ini mungkin ada indikasi bahwa ada beberapa klien masih perlu
mengikuti terapi individual. Bisa juga terapis merangsang anggota yang
banyak bicara agar mengajak temannya yang kurang banyak bicara. Dapat
juga co-terapis membantu mengatasi kemacetan.
Kalau terjadi kekacauan, anggota yang menimbulkan terjadinya
kekacauan dikeluarkan dan terapi aktifitas kelompok berjalan terus dengan
memberikan penjelasan kepada semua anggota kelompok. Setiap komentar
atau permintaan yang datang dari anggota diperhatikan dengan sungguhsungguh dan di tanggapi dengan sungguh-sungguh. Terapis bukanlah guru,
penasehat atau bukan pula wasit. Terapis lebih banyak pasif atau
katalisator. Terapis hendaknya menyadari bahwa tidak menghadapi
individu dalam suatu kelompok tetapi menghadapi kelompok yang terdiri
dari individu-individu.
Diakhir terapi aktifitas kelompok, terapis menyimpulkan secara
singkat pembicaraan yang telah berlangsung / permasalahan dan solusi
yang mungkin dilakukan. Dilanjutkan kemudian dengan membuat
perjanjian pada anggota untuk pertemuan berikutnya.
IX.

TAHAPAN DALAM TAK


Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk
tumbuh dan berkembang. Kelompok akan berkembang melalui empat fase,
yaitu: Fase pra-kelompok; fase awal kelompok; fase kerja kelompok; fase
terminasi kelompok (Stuart, 2007).
A. Fase Prakelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, menentukan leader, jumlah
anggota, kriteria anggota, tempat dan waktu kegiatan, media yang

13

digunakan. Jumlah anggota kelompok yang ideal dengan cara


verbalisasi biasanya 7-8 orang, sedangkan jumlah minimum 4 dan
maksimum 10. Kriteria anggota yang memenuhi syarat untuk
mengikuti TAK adalah : sudah punya diagnosa yang jelas, tidak terlalu
gelisah, tidak agresif, waham tidak terlalu berat (Yosep, 2007).
B. Fase Awal Kelompok
Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru,
dan peran baru. Yalom (1995) membagi fase ini menjadi tiga fase,
yaitu orientasi, konflik, dan kohesif. Sementara Stuart (2007) juga
membaginya dalam tiga fase, yaitu forming, storming, dan norming.
1. Tahap orientasi
Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masingmasing, leader menunjukkan rencana terapi dan menyepakati
kontrak dengan anggota.
2. Tahap konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin perlu
memfasilitasi ungkapan perasaan, baik positif maupun negatif dan
membantu kelompok mengenali penyebab konflik. Serta mencegah
perilaku perilaku yang tidak produktif (Purwaningsih & Karlina,
2010).
3. Tahap kohesif
Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi
dan lebih intim satu sama lain (Keliat dan Akemat, 2005)
C. Fase Kerja Kelompok
Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok menjadi
stabil dan realistis (Keliat dan Akemat, 2005). Pada akhir fase ini,
anggota kelompok menyadari produktivitas dan kemampuan yang
bertambah disertai percaya diri dan kemandirian (Yosep, 2007).
D. Fase Terminasi
Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan
pengalaman kelompok akan digunakan secara individual pada
kehidupan sehari-hari. Terminasi dapat bersifat sementara (temporal)

14

atau akhir (Keliat dan Akemat, 2005).


X.

JENIS-JENIS TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


Terapi aktivitas kelompok (TAK) dibagi empat, yaitu terapi
aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok
stimulasi sensori, terapi aktivitas orientasi realita, dan terapi aktivitas
kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat, 2005).

A. TAK STIMULASI PERSEPSI


1. DEFINISI
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi
yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus terkait dengan
pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok
(Keliat dan Akemat, 2005).
Fokus terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah
membantu pasien yang mengalami kemunduran orientasi dengan
karakteristik: pasien dengan gangguan persepsi; halusinasi, menarik
diri dengan realitas, kurang inisiatif atau ide, kooperatif, sehat fisik,
dan dapat berkomunikasi verbal (Yosep, 2007).
2. TUJUAN TAK STIMULASI PERSEPSI
Adapun tujuan dari TAK stimulasi persepsi adalah pasien
mempunyai

kemampuan

untuk

menyelesaikan

masalah

yang

diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya. Sementara, tujuan


khususnya: pasien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan
kepadanya dengan tepat dan menyelesaikan masalah yang timbul dari
stimulus yang dialami.
3. AKTIVITAS TAK STIMULASI PERSEPSI : HALUSINASI
Aktivitas mempersepsikan stimulus tidak nyata dan respon yang
dialami dalam kehidupan, khususnya untuk pasien halusinasi. Aktivitas
dibagi dalam lima sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu :
a. Sesi pertama: Mengenal Halusinasi
Tujuan:
Pasien dapat mengenal halusinasi.

15

Pasien mengenal waktu terjadinya halusinasi.


Pasien mengenal situasi terjadinya halusinasi.
Pasien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi.
Langkah kegiatan
1) Persiapan
a) Memilih pasien sesuai dengan indikasi yaitu pasien
dengan perubahan sensori persepsi: halusinasi.
b) Membuat kontrak dengan pasien
c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi
a) Salam terapeutik

Salam dari terapis kepada pasien.

Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai


papan nama).

Menanyakan nama dan panggilan semua pasien (beri


papan nama).

b) Evaluasi/ validasi
Menanyakan perasaan pasien saat ini.
c) Kontrak

Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan


dilaksanakan, yaitu mengenal suara-suara yang
didengar.

Terapis menjelaskan aturan main berikut:


-

Jika ada pasien yang ingin meninggalkan


kelompok, harus minta izin kepada terapis.

Lama kegiatan 45 menit

Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal


sampai selesai.

3) Tahap kerja
a) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu
mengenal suara-suara yang didengar (halusinasi) tentang

16

isinya, waktu terjadinya, situasi terjadinya, dan perasaan


pasien pada saat terjadi.
b) Terapis meminta pasien menceritakan isi halusinasi, kapan
terjadinya, situasi yang membuat terjadi, dan perasaan
pasien saat terjadi halusinasi. Mulai dari pasien yang
sebelah kanan , secara berurutan sampai semua pasien
mendapat giliran. Hasilnya ditulis di whiteboard
c) Beri pujian pada pasien yang melakukan dengan baik.
d) Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan
pasien dari suara yang biasa didengar.
4) Tahap terminasi
a) Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan pasien setelah
mengikuti TAK.
Terapis memberikan pujian atas keberhasilan

kelompok.
b) Tindak lanjut
Terapis meminta pasien untuk melaporkan isi, waktu,
situasi, danperasaanya jika terjadi halusinasi.
c) Kontrak yang akan datang
Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara
mengontrol halusinasi
Menyepakati waktu dan tempat.
b. Sesi kedua: Mengontrol Halusinasi dengan Menghardik
Tujuan:
Pasien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan
untuk mengatasi halusinasi.
Pasien dapat memahami cara menghardik halusinasi.
Pasien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi.
Langkah kegiatan
1) Persiapan
a) Mengingatkan kontrak kepada pasien yang telah
mengikuti sesi 1.
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2) Orientasi
a) Salam terapeutik

Salam dari terapis kepada pasien.


17

Pasien dan terapis pakai papan nama.

b) Evaluasi/validasi

Terapis menanyakan persaan pasien saat ini.

Terapis menanyakan pengalaman halusinasi


yang terjadi: isi, waktu, situasi, dan perasaan.

c) Kontrak

Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan


latihan satu cara mengontrol halusinasi.

Menjelaskan aturan main (sama seperti pada


sesi1)

3) Tahap kerja
a) Terapis

meminta

dilakukan

pada

pasien menceritakan
saat

mengalami

apa yang

halusinasi,

dan

bagaimana hasilnya. Ulangi sampai semua pasien


mendapat giliran.
b) Berikan pujian setiap pasien selesai bercerita.
c) Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan
menghardik halusinasi saat halusinasi muncul.
d) Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi,
yaitu Pergi jangan ganggu saya, saya mau bercakapcakap dengan
e) Terapis meminta masing-masing pasien memperagakan
cara menghardik halusinasi dimulai dari pasien sebelah
kiri terapis, berurutan searah jarum jam sampai semua
peserta mendapat giliran.
f) Terapis memberikan pujian dan mengajak semua pasien
bertepuk

tangan

saat

setiap

pasien

selesai

memperagakan menghardik halusinasi.


4) Tahap terminasi
a) Evaluasi

Terapis menayakan perasaan pasien setelah


mengikuti TAK.
18

Terapis memberikan pujian atas keberhasilan


kelompok.

b) Tindak lanjut

Terapis menganjurkan pasien untuk menerapkan


cara yang telah dipelajari jika halusinasi muncul.

Memasukkan kegiatan menghardik dalam jadwal


kegiatan harian pasien.

c) Kontrak yang akan datang

Terapis membuat kesepakatan dengan pasien


untuk TAK yang berikutnya, yaitu belajar cara
mengontrol

halusinasi

dengan

melakukan

kegiatan.

Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat


TAK berikutnya.

c. Sesi ketiga: Mengontrol Halusinasi dengan Melakukan Kegiatan


Tujuan:
Pasien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan
untuk mencegah munculnya halusinasi.
Pasien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah
terjadinya halusinasi.
Langkah kegiatan
1) Persiapan
a) Mengingatkan

kontrak

dengan

pasien

yang

mengikuti Sesi 2.
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2) Orientasi
a) Salam terapeutik

Salam dari terapis kepada pasien.

Pasien dan terapis pakai papan nama.

b) Evaluasi/validasi

Terapis menanyakan keadaan pasien saat ini.

19

telah

Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi


yang sudah dipelajari.

Terapis

menanyakan

pengalaman

pasien

menerapkan cara menghardik halusinasi.


c) Kontrak

Terapis

menjelaskan

tujuan

kegiatan,

yaitu

mencegah terjadinya halusinasi dengan melakukan


kegiatan.

Menjelaskan aturan main (sama seperti sesi


sebelumnya).

3) Tahap kerja
a) Terapis menjelaskan cara kedua, yaitu melakukan kegiatan
sehari-hari. Memberi penjelasan bahwa dengan melakukan
kegiatan

yang

teratur

akan

mencegah

munculnya

halusinasi.
b) Terapis meminta tiap pasien menyampaikan kegiatan yang
biasa dilakukan setiap sehari-hari, daan tulis di whiteboard.
c) Terapis membagikan fomulir jadwal kegiatan harian.
Terapis menulis formulir yang sama di whiteboard.
d) Terapis membimbing satu persatu pasien untuk membuat
jadwal kegiatan harian, dari bangun pagi sampai tidur
malam.

Pasien

menggunakan

formulir,

terapis

menggunakan whiteboard.
e) Terapis melatih pasien memperagakan kegiatan yang telah
disusun.
f) Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada pasien
yang sudah selesai membuat jadwal dan memperagakan
kegiatan.
4) Tahap terminasi
a) Evaluasi

Terapis menanyakan perasaan pasien setelah selesai

20

menyusun jadwal kegiatan dan memperagakannya.

Terapis

memberikan

pujian

atas

kebehasilan

kelompok.
b) Tindak lanjut

Terapis menganjurkan pasien melaksanakan dua


cara mengontrolhalusinasi, yaitu menghardik dan
melakukan kegiatan.

c) Kontrak yang akan datang

Terapis membuat kesepakatan dengan pasien untuk


TAK berikutnya, yaitu mengontrol halusinasi
dengan cara bercakap-cakap.

Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat.

d. Sesi keempat: Mencegah Halusinasi dengan Bercakap-Cakap


Tujuan:
Pasien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan
orang lain untuk mencegah munculnya halusinsi.
Pasien dapat bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mencegah halusinasi.
Langkah kegiatan
1) Persiapan
a) Mengingatkan

kontrak

dengan

pasien

yang

mengikuti sesi 3.
b) Terapis membuat kontrak dengan pasien.
c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2) Orientasi
a) Salam terapeutik

Salam dari terapis kepada pasien.

Pasien dan terapis memakai papan nama.

b) Evaluasi/validasi

Menanyakan perasaan pasien saat ini.

21

telah

Menanyakan
menerapkan

pengalaman
dua

(mengahardik

cara

dan

pasien

setelah

telah

dipelajari

yang

menyibukkan

diri

dengan

kegiatan yang terarah) untuk mencegah halusinasi.


c) Kontrak

Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol


halusinasi dengan bercakap-cakap.

Terapis menjelaskan aturan main (sama dengan sesi


sebelumnya).

3) Tahap kerja
a) Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan
orang lain untuk mengontrol dan mencegah halusinasi.
b) Terapis meminta tiap pasien menyebutkan orang yang biasa
diajak bercakap-cakap.
c) Terapis

meminta

tiap

pasien

menyebutkan

pokok

pembicaraan yang biasa dan bisa dilakukan.


d) Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi
muncul Suster, ada suara di telinga, saya mau ngobrol saja
dengan suster atau Suster, tentang kapan saya boleh
pulang.
e) Terapis meminta pasien untuk memperagakan percakapan
dengan orang di sebelahnya.
f) Berikan pujian atas keberhasilan pasien.
g) Ulangi e s/d f sampai semua pasien mendapat giliran.
4) Tahap terminasi
a) Evaluasi

Terapis

menayakan

perasaan

pasien

setelah

mengikuti TAK.

Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi


yang sudah dilatih.

Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b) Tindak lanjut
22

Menganjurkan pasien untuk menggunakan tiga cara


mengontrol halusinasi,yaitu menghardik, melakukan
kegiatan harian, bercakap-cakap.

c) Kontrak yang akan datang

Terapis membuat kesepakatan dengan pasien untuk


TAK berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol
halusinasi dengan patuh minum obat.

Terapis menyepakati waktu dan tempat.

e. Sesi kelima: Mengontrol Halusinasi dengan Patuh Minum Obat


Tujuan:
Pasien mamahami pentingnya patuh minum obat.
Pasien memahami akibat tidak patuh minum obat.
Pasien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat.
Langkah kegiatan
1) Persiapan
a) Mengingatkan kontrak pada pasien yang telah mengikuti
sesi 4.
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2) Orientasi
a) Salam terapeutik

Salam dari terapis kepada pasien.

Terapis dan pasien memakai papan nama.

b) Evaluasi/validasi

Menanyakan perasaan pasien saat ini.

Terapis

menanyakan

pengalaman

pasien

mengontrol halusinasi setelah menggunakan tiga


cara

yang

telah

dipelajari

(menghardik,

menyibukkan diri dengan kegiatan, dan bercakapcakap).


c) Kontrak

23

Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol


halusinasi dengan patuh minum obat.

Menjelaskan aturan main (sama seperti sesi


sebelumnya).

3) Tahap kerja
a) Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu
mencegah kambuh karena obat memberi perasaan tenang,
memperlambat kambuh.
b) Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat,
yaitu penyebab kambuh.
c) Terapis meminta pasien menyampaikan obat yang dimakan
dan waktu memakannya. Buat daftar di whiteboard.
d) Menjelaskan lima benar minum obat yaitu benar obat,
benar waktu minum obat, benar orang yang minum
obat,benar cara minum obat, benar dosis obat.
e) Minta pasien menyebutkan lima benar cara minum obat,
secara bergiliran.
f) Berikan pujian pada pasien yang benar.
g) Mendiskusikan perasaan pasien sebelum minum obat (catat
di whiteboard).
h) Mendiskusikan perasaan pasien setelah teratur minum obat
(catat di whiteboard).
i) Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah
satu mencegah halusinasi/kambuh.
j) Meminta pasien menyebutkan kembali keuntungan patuh
minum obat dan kerugian tidak patuh minum obat.
k) Memberi pujian tiap kali pasien benar.
4) Tahap terminasi
a) Evaluasi

Terapis

menanyakan

perasaan

pasien

setelah

mengikuti TAK.

Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol

24

halusinasi yang sudah dipelajari.

Terapis membaerikan pujian atas keberhasilan


kelompok.

b) Tindak lanjut

Menganjurkan pasien untuk menggunakan empat


cara

mengontrolhalusinasi, yaitu menghardik,

melakukan

kegiatan

harian,

bercakap-cakap,

danpatuh minum obat.


c) Kontrak yang akan datang

Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi


untuk mengontrol halusinasi.

Buat kesepakatan baru untuk TAK yg lain sesuai


dengan indikasi pasien (Keliat dan Akemat, 2005).

B. TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI SENSORI


TAK stimulasi sensori adalah TAK yang diadakan dengan memberikan
stimulus tertentu kepada klien sehingga terjadi perubhan perilaku.
Bentuk stimulus :

Stimulus suara: musik

Stimulus visual: gambar

Stimulus gabungan visual dan suara: melihat televisi, video

Tujuan dari TAK stimulasi sensori bertujuan agar klien mengalami :

Peningkatan kepekaan terhadap stimulus.

Peningkatan kemampuan merasakan keindahan

Peningkatan apresiasi terhadap lingkungan

Jenis TAK yaitu :

TAK Stimulasi Suara

TAK Stimulasi Gambar

TAK Stimulasi Suara dan Gambar

25

C. TERAPI AKTIVITAS ORIENTASI REALITA


Terapi Aktivitas Kelompok Oientasi Realita (TAK): orientasi
realita adalah upaya untuk mengorientasikan keadaan nyata kepada klien,
yaitu diri sendiri, orang lain, lingkungan/ tempat, dan waktu.
Klien dengan gangguan jiwa psikotik, mengalami penurunan daya
nilai realitas (reality testing ability). Klien tidak lagi mengenali
tempat,waktu, dan orang-orang di sekitarnya. Hal ini dapat mengakibatkan
klien merasa asing dan menjadi pencetus terjadinya ansietas pada klien.
Untuk menanggulangi kendala ini, maka perlu ada aktivitas yang memberi
stimulus secara konsisten kepada klien tentang realitas di sekitarnya.
Stimulus tersebut meliputi stimulus tentang realitas lingkungan, yaitu diri
sendiri, orang lain, waktu, dan tempat.
Tujuan Umum adalah Klien mampu mengenali orang, tempat, dan
waktu sesuai dengan kenyataan, sedangkan tujuan khususnya adalah:

Klien mampu mengenal tempat ia berada dan pernah berada

Klien mengenal waktu dengan tepat.

Klien dapat mengenal diri sendiri dan orangorang di sekitarnya


dengan tepat.
Aktivitas yang dilakukan tiga sesi berupa aktivitas pengenalan

orang, tempat, dan waktu. Klien yang mempunyai indikasi disorientasi


realitas adalah klien halusinasi, dimensia, kebingungan, tidak kenal
dirinya, salah mngenal orang lain, tempat, dan waktu.
Tahapan kegiatan :

Sesi I

: Orientasi Orang

Sesi II

: Orientasi Tempat

Sesi III : Orientasi Waktu

D. TAK SOSIALISASI
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada
disekitar klien. Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan
kemampuan klien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan
dalam

lingkungan

social.

Sosialisasi
26

dimaksudkan

memfasilitasi

psikoterapis untuk :

Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal

Memberi tanggapan terhadap orang lain

Mengekspresikan ide dan tukar persepsi

Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan

Tujuan umum :
Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota
kelompok,

berkomunikasi,

saling

memperhatikan,

memberi

tanggapan terhadap orang lain, mengekpresikan ide serta menerima


stimulus eksternal.
Tujuan khusus :

Penderita mampu menyebutkan identitasnya

Menyebutkan identitas penderita lain

Berespon terhadap penderita lain

Mengikuti aturan main

Mengemukakan pendapat dan perasaannya

Karakteristik :
1. Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti
kegiatan ruangan
2. Penderita sering berada ditempat tidur
3. Penderita menarik diri, kontak sosial kurang
4. Penderita dengan harga diri rendah
5. Penderita gelisah, curiga, takut dan cemas
6. Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya,
jawaban sesuai pertanyaan
7. Sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi, sehat fisik

27

BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok
pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin
atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah
terlatih.Terapi aktivitas kelompok mempunyai manfaat secara umum dan
khusus. Secara umum dan khusus manfaat dari TAK dibagi menjadi 4 bagian.
Tujuan dari TAK pu juga dibagi menjadi secara umum dan juga secara
khusus. Dampak terapeutik dalam kelompok mempunyai beberapa faktor,
diantaranya adalah universalitas, menanamkan harapan, pengembangan
keterampilan

sosial,

pemasukan

informasi,

identifikasi,

kekohesifan

kelompok dan pemilikan, pengalaman antar pribadi, atarsi dan pembagian


emosi yang kuat serta pembagian eksisitensial. Prinsip teoritis dalam TAK
menggunakan beberapa model diantaranya model fokal konflik, model
komunikasi, model interpersonal dan model psikodrama.
Terapis adalah orang yang dipercaya untuk memberikan terapi kepada
klien yang mengalami gangguan jiwa. Adapun terapis antara lain : dokter,
psikiater, psikolog, perawat, fisioterapis, speech teraphis, occupational
teraphis dan sosial worker. Kelompok dalam TAK ini mempunyai beberapa
unsur yaitu struktur kelompok, besar kelompok dan juga lamanya sesi. Peran
perawat dalam TAK adalah mempersiapkan program terapi aktivitas
kelompok, tugas sebagai leader dan coleader, tugas sebagai fasilitator, tugas
sebagai observer, tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat
pelaksanaan terapi, program antisipasi masalah. Tahapan dalam TAK ada fase
prakelompok, fase awal kelompok, fase kerja kelompok, fase terminasi. jenisjenis terapi aktivitas kelompok ada TAK stimulasi persepsi, TAK stimulasi
sensori, TAK orientasi realita, TAK sosialisasi dan TAK menarik diri.

28

II. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang ada maka kami dapat memberikan saran
yang kiranya dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penulis sendiri yaitu
agar lebih memahami mengenai Keperawatan Jiwa terkhususnya pada Terapi
modalitas yang digunakan dimana dalam terapi ini kami mengangkat topik
TAK (Terapis Aktivitas Kelompok).

29

DAFTAR PUSTAKA
Keliat dan Akemat. (2005). Keperawatan Jiwa. Terapi Aktivitas Kelompok.
Jakarta : EGC
Purwaningsih,
Wahyu
&
Karlina
Jiwa.Jogjakarta:Nuha Medika.

Ina.2010.Asuhan

Keperawatan

Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan. Jakarta: EGC


Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Reflika Aditama.
Yalom, Irvin D. 1985. The Theory and Practice of Group Psychotherapy. Third
Edition. New York:Basic Books, Inc. Publishers.

30

Anda mungkin juga menyukai