Anda di halaman 1dari 10

b.

Saraf Ulnar
1. ARKADE STRUTHER
Terletak dimana saraf ulnar lewat melalui
septum
intermuskuler medial kekompartemen posterior. Ia adalah
septum fibrosa yang terletak 8 sm proksimal epikondil
medial. Arkade ini jarang sebagai tempat kompresi
primer. Menjadi penting setelah transposisi anterior
saraf karena tarikan proksimal menjerat saraf. Penting
untuk melepas 'band' saat mentransposisi saraf untuk
mencegah kompresi sekunder ini.
2. KANAL GUYON
Terdapat pada aspek medial dari pergelangan. Tepi
anteriornya adalah ligamen karpal voler, sedang tepi
posteriornya ligamen karpal transversa. Didalam kanal,
saraf ulnar berjalan bersama arteria dan vena ulnar dan
membagi menjadi cabang sensori dan motor. Lesi distal
hanya mengenai cabang motor, sedang lesi proksimal
mengenai baik cabang motor maupun sensori. Karena
cabang motor terletak dalam dan terikat saat melewati
sekitar kait tulang hamat, ia terancam lesi kompresif
(GJ Gumley, 1991). Lesi desak ruang seperti ganglia,
berakibat kompresi seperti pada cedera kerja kronik
pada pemakai sepeda dan orang yang menggunakan tangan
sebagai palu. Lesi desak ruang bisa dijumpai pada
pasien dengan fraktura tulang pisiform atau kait tulang
hamat.
Paresis motor sejati berakibat 'clawhand' sebagai
akibat kelemahan intrinsik dan separasi jari keempat
dan kelima (Tanda Wartenberg). Kompresi saraf campuran
menimbulkan parestesia dan kehilangan sensori serta
'clawhand' tipikal.
Temuan elektrodiagnostik tergantung apakah lesi
predominan aksonal atau demielinasi (JA Russel, 1991).
Pada lesi demielinasi, perlambatan latensi motor dan
sensori melintas pergelangan bisa diharapkan, terutama
bila
pemeriksaan sensori dilakukan dengan
teknik
palmar, dan konduksi motor dilakukan saat mencatat dari
otot interosseus dorsal pertama. Pada lesi aksonal,
amplituda motor dan sensori berkurang dan denervasi
ditemukan pada otot ulnar tangan. Pengurangan amplituda
cabang kutan dorsal saraf ulnar atau denervasi pada
otot
ulnar lengan bawah menunjukkan adanya
lesi
proksimal dari pergelangan.
Bila pasien tidak berreaksi atas pembidaian dan
obat anti inflamatori, kanal harus dieksplorasi. Harter
menganjurkan bahwa operasi diindikasikan lebih dini
dibanding pasien dengan kelainan saraf kompresi lain
karena terganggunya motor. Cabang permukaan maupun
dalam dari saraf didalam kanal harus dieksplorasi.
Semua massa seperti sista ganglion atau kait tulang
hamat yang bergeser harus dibuang.

3. SINDROMA TEROWONGAN KUBITAL


Karena pentingnya fungsi tangan pada kehidupan seharihari, saraf ulnar, yang memberikan inervasi motor
utama pada tangan, mungkin merupakam saraf perifer
somatik terpenting pada tubuh. Kelainan saraf ulnar
berakibat cacad bermakna akibat hilangnya fungsi tangan
akibat nyeri, baal dan kelemahan. Penyebab kelainan
saraf
ulnar
tersering adalah
jeratan,
jepitan,
regangan, atau gesekan pada atau sekitar siku.
Karena tumpang-tindihnya proses patologis yang
dapat menimbulkan kelainan saraf ulnar pada siku,
tinjauan atas penyebab dan tindakan yang dilaporkan
pada literatur dapat membingungkan dan menyesatkan.
Misalnya adalah berbagai istilah yang diberikan pada
beberapa dekade terakhir untuk menjelaskan fenomena
kelainan saraf ulnar pada siku. Proses penyakit ini
pernah dikatakan sebagai palsi ulnar lambat (tardy),
neuritis ulnar traumatika, neuritis kompresi saraf
ulnar,
sindroma
Feindel-Osborne,
serta
sindroma
terowongan kubital.
Beberapa istilah seperti palsi ulnar lambat tidak
memadai untuk menjelaskan kebanyakan kelainan saraf
ulnar. Istilah ini digunakan hanya untuk pasien dengan
perburukan fungsi saraf ulnar yang lambat dan kronik
dalam beberapa bulan atau tahun setelah cedera siku,
terutama bila bersamaan dengan fraktura suprakondiler
atau fraktura epikondil medial. Istilah yang disukai
saat ini adalah sindroma terowongan kubital. Istilah
ini terkadang terlalu menyederhanakan: kelainan saraf
ulnar pada siku mungkin akibat beberapa faktor selain
kompresi didalam terowongan kubital, seperti subluksasi
berulang saraf ulnar keluar alurnya, atau jeratan
proksimal atau distal terowongan kubital.
Istilah
sindroma
terowongan kubital, secara
luas,
yaitu
kelainan saraf fokal yang mengenai saraf ulnar dalam
lingkungan terowongan kubital.
Anatomi Bedah
Perjalanan Anatomik Saraf Ulnar
Saraf ulnar adalah saraf terbesar yang berasal dari
kord medial pleksus brakhial. Membawa serabut saraf
dari saraf servikal kedelapan dan torasik pertama.
Dilengan atas, berjalan medial dari arteria brakhial
hingga pertengahan lengan, dimana menembus
septum
intermuskuler dan berjalan menuju aspek dorsal dan
medial siku sepanjang kepala medial triseps. Setelah
melalui belakang epikondil medial humerus pada alur
antaranya dengan olekranon (dikenal sebagai terowongan
kubital), saraf ulnar memasuki lengan bawah antara dua
kepala otot fleksor karpi ulnaris.
Melintas alur ini, saraf berjalan kekompartemen
ekstensor lengan kekompartemen fleksor lengan bawah.

Lebih kedistal lengan bawah, saraf ulnar bergabung


dengan arteria ulnar dan muncul kearah permukaan tepat
lateral dari fleksor karpi ulnaris sebelum berjalan
melintas
pergelangan medial, superfisial
terhadap
ligamen karpal transversa (retinakulum fleksor) ke
tangan.
Inervasi Oleh Saraf Ulnar
Seperti saraf median, saraf ulnar tidak mempunyai
cabang di lengan, namun menginervasi lengan bawah dan
tangan. Tidak seperti saraf median, serabut motor saraf
ulnar terutama menginervasi tangan dibanding lengan
bawah.
Walau
saraf
ulnar memberi
sejumlah
cabang
artikuler kecil pada sendi siku, namun tidak sebelum ia
melalui antara kedua kepala fleksor karpi ulnaris
dimana ia mencatu inervasi motor dan sensori. Ketika
saraf
terletak superfisial setelah melalui
perut
fleksor karpi ulnaris, dimana ia memberi inervasi motor
padanya dan otot fleksor digitorum profundus,
ia
memberi cabang kutan palmar yang menembus fasia tepat
proksimal
pergelangan dan mencatu
kulit
eminens
hipotenar dan aspek median telapak. Cabang
kutan
dorsal saraf ulnar muncul 5 sm. proksimal pergelangan
dan membelok kedorsal, dimana ia memberikan serabut
sensori untuk setengah medial dorsum tangan dan jari
keempat dan kelima.
Kepentingan bedah atas cabang kutan saraf ulnar
adalah cabang kutan antebrakhial medial. Walau tidak
secara anatomis merupakan cabang saraf ulnar, ia cabang
dari kord medial pleksus brakhial pada daerah asal
saraf ulnar. Ia menembus fasia brakhial pada bagian
bawah lengan pada aspek medial. Cabang anterior yang
lebih besar saraf kutan ini memberikan serabut sensori
keaspek ventral dan medial lengan distal dan lengan
bawah proksimal, serta fossa kubital. Cabang ulnar yang
lebih kecil melalui ventral epikondil medial humerus
dan mencatu kulit pada aspek dorsomedian lengan bawah.
Putusnya satu atau lebih cabang saraf kutan anterior
median ini saat dekompresi atau transposisi saraf ulnar
pada siku dapat menyebabkan baal lengan bawah medial
atau nyeri karena pembentukan neuroma.
Setelah melalui telapak, saraf ulnar membagi diri
menjadi cabang superfisial dan cabang dalam. Cabang
superfisial membawa serabut sensori keaspek telapak
jari kelima dan setengah median jari keempat. Cabang
dalam (motor) berjalan dalam melalui otot eminens
hipotenar yang diinervasinya. Kompartemen hipotenar
terdiri tiga otot: abduktor digiti minimi, fleksor
digiti minimi brevis, dan opponens digiti minimi.
Selanjutnya arkusnya melintas telapak, mencatu inervasi
lumbrikales ketiga dan empat, semua otot interosseus,
dan adduktor pollisis.

Anatomi Terowongan Kubital


Ketika saraf ulnar melalui alur dibelakang epikondil
medial humerus dan melewati sendi siku, ia terletak
pada arkade fibrosa yang dibentuk oleh jaringan fasia
padat. Aponeurosis ini menjembatani secara transversal
alur dari perlekatan satu kepala fleksor karpi ulnaris
pada epikondil medial humerus untuk melekat pada kepala
lainnya pada aspek medial olekranon. Terowongan ini
dikenal sebagai 'terowongan kubital'.
Tepi paling proksimal arkade fibrosa ini, dikenal
sebagai band Osborne, sering menebal dan sering sebagai
tempat kompresi saraf dibawahnya. Selain saraf ulnar,
isi lain terowongan kubital adalah ligamen ulnohumeral
yang
menghubungkan sendi siku
[terutama
ligamen
kolateral ulnar (atau medial)] dan sejumlah kecil
jaringan fibrolemak.
Terowongan kubital secara anatomis dapat dibagi
tiga
bagian:
(1) pintu
masuk
terowongan
tepat
dibelakang epikondil medial, (2) daerah sekitar aponeurosis fasial yang menghubungkan kedua kepala fleksor
karpi ulnaris, dan (3) perut otot fleksor karpi ulnaris
sendiri.
Faktor Anatomis dan Fisiologis yang
Kelainan Saraf Ulnar pada Siku

Berkaitan

dengan

Sindroma
ini mungkin disebabkan
sejumlah
proses
patologis. Tidak semua proses patologis tersebut adalah
lesi kompresif atau proses jenis jeratan. Neuritis yang
berhubungan dengan gesekan mungkin berperan nyata pada
terjadinya sindroma ini. Ini mungkin terutama pada
dislokasi kronik dan berulang saraf dari alur ulnar.
Kompresi saraf ulnar didalam terowongan kubital
paling sering akibat konstriksi saraf oleh aponeurosis
diatasnya. Lebih jarang akibat agen kompresif seperti
inflamasi, sinovitis rematoid, lipoma dan tumor lain,
fragmen tulang, osteofit dari artikulasi ulnohumeral,
dan anomali jarang yang disebut otot epitrokhleoankoneus persisten. Jeratan diluar terowongan kubital
sudah
diketahui.
Setiap
daerah
seperti
septum
intermuskuler medial, arkade struther, kepala medial
triseps, dan alur antara dua perut otot fleksor karpi
ulnaris sudah diketahui sebagai tempat kompresi.
Etiologi sering lainnya adalah cedera berulang
atau tekanan pada saraf, seperti kebiasaan bersandar
pada meja dengan siku saat bekerja. Kegiatan seperti
menyekop, mengayun kapak atau cangkul, dan tidur dengan
lengan fleksi pada siku memacu timbulnya kelainan saraf
ulnar.
Kelainan
saraf mungkin karena perubahan
isi
terowongan kubital pada fleksi dan ekstensi. Pada
ekstensi, terowongan mempunyai isi terbesar, karena
longgarnya aponeurosis diatasnya dan ligamen kolateral
ulnar dibawahnya. Saat fleksi, dua titik perlekatan
aponeurosis pada epikondil dan olekranon menyebar,

menyebabkan atap fasial menjadi tegang. Hal yang serupa


terjadi pada ligamen kolateral ulnar sepanjang lantai
terowongan yang menjadi tegang. Pengurangan volume
terowongan kubital berakibat kompresi dan iskemia fokal
pada saraf. Fleksi siku dan peregangan berulang pada
saraf ulnar sekitar epikondil medial juga berperan pada
kerusakan saraf.
Proses kompresif kronis seperti yang dijumpai pada
fraktura siku yang malunion serta cubitus
valgus
mungkin menyebabkan palsi ulnar tardy. Sebaliknya,
kejadian akut tunggal dapat menyebabkan kelainan saraf
ulnar pada siku; benturan tajam pada siku, injeksi
steroid pada siku untuk bursitis atau epikondil medial,
dan terbaring untuk waktu tertentu pada permukaan keras
dengan siku tak terlindung (seperti pada kamar operasi
atau mabuk). 10-30 % kasus adalah idiopatik dan etiologi kelainan sarafnya tak dapat dijelaskan.
Seperti saraf median pada sindroma terowongan
karpal, saraf ulnar menjadi lebih terancam atas lesi
kompresif oleh proses metabolik yang menyebabkan demielinasi, edema endoneural/perineural, serta iskemia
saraf seperti terjadi pada DM, alkoholisme dan malnutrisi, defisiensi vitamin, atau sindroma paraneoplastik.
DIAGNOSIS KLINIS
Gejala dan temuan
Baal dan 'tingling' aspek ulnar tangan, kelemahan dan
kekakuan, atrofi tenar dan interossei dorsal pertama
adalah keluhan tersering. berbeda beda dengan sindroma
terowongan karpal, nyeri jarang sebagai komponen utama
dari kompleks gejala. Nyeri disebut sebagai
sensasi
sakit pada medial siku dan lengan bawah bersama dengan
disestetik tingling pada tangan. Nyeri perih jarang dan
harus mewaspadakan akan kelainan lain, seperti kelainan
akar servikal. Pasien mungkin mengeluhkan perburukan
mendadak setelah bekerja atau gerak fleksi-ekstensi
yang kuat dan berulang pada siku. Pasien yang tidur
dengan tangan dibawah kepala, menyebabkan 'hiperfleksi'
siku yang lama, mengalami gejala yang lebih jelas saat
bangun.
Gay dan Love menemukan atrofi otot intrinsik
tangan dan kelemahan pada 90 % pasien paralisis ulnar
tardy. Nyatanya atrofi yang nyata sering dikalahkan
oleh adanya perubahan sensori dan kelemahan subjektif.
Hipoestesia pada distribusi saraf ulnar pada tangan
dijumpai pada 75 % pasien. Setengahnya dijumpai dengan
pembesaran dan pembengkakan saraf ulnar yang teraba
dibelakang siku. Beberapa dengan nyeri sentuh saraf.
Perubahan
atrofik tangan bisa sangat
jelas.
Tonjolan hipotenar sering mendatar, terutama sepanjang
sisi medial tangan. Lebih mengesankan adalah depresi
antara jempol dan telunjuk pada aspek dorsal tangan,
menunjukkan atrofi otot interosseus dorsal pertama.

Tiga otot pada tonjolan hipotenar untuk abduksi,


adduksi, fleksi dan rotasi jari kelima. Yang paling
mudah untuk diperiksa adalah abduktor digiti minimi.
Kelemahan otot ini tampil sebagai kesulitan membuka
(abduksi) jari-jari. Termudah dilihat bila kelemahannya uni lateral, hingga bisa dibandingkan dengan tangan
lainnya. Kelemahan adduksi kelingking disebut sebagai
tanda Wartenberg, mungkin temuan motor yang paling
sensitif padaada sindroma terowongan kubital.
Karena kebanyakan otot yang diinervasi saraf ulnar
menyangkut
fleksi jari, kekuatan genggam
mungkin
indikator penting pada fungsi saraf ulnar. Adduktor
polisis dites dengan menjepit kertas antara jempol dan
telunjuk. Kelemahan berakibat kertas mudah ditarik.
Sebagian pasien mengkompensasinya dengan memfleksikan
sendi interfalang jempol dengan memakai fleksor polisis
longus, yang diinervasi cabang interosseus anterior
saraf median. Ini disebut tanda Froment, khas pada
kelainan saraf ulnar.
Kelemahan otot fleksor karpi ulnaris dan fleksor
digitorum profundus (yang diinervasi saraf ulnar tepat
didistal siku) jarang dilaporkan sebagai temuan klinis
pada sindroma terowongan kubital. Beberapa
secara
keliru menganggap karena saraf yang menginervasi otot
ini
berasal proksimal dari siku. Campbell
hanya
menemukan 10 % yang timbul pada atau proksimal dari
terowongan kubital. Disimpulkan bahwa utuhnya fleksor
karpi ulnaris tidak berhubungan dengan tingkat asal
percabangannya, namun lebih karena hubungannya dalam
topografi neural internal serta berat dan tingkat
kompresi. Yang lain memastikan mengapa otot ini bebas
dari kehilangan innervasi: serabut yang menginnervasi
terletak pada aspek dalam dari saraf dan terhindar dari
efek
kompresi oleh serabut yang
terletak
lebih
kepermukaan tangan.
Kelemahan tampaknya lebih sering dari pada yang
dilaporkan. Karena sulitnya melacak perubahan motor
yang halus, kelemahan mungkin tidak diperiksa atau
terabaikan. Walau tidak bisa secara tepat menaksir
fungsi otot fleksor karpi ulnaris, Craven dan Green
menemukan kelemahan fleksor digitorum profundus pada
66 % pasien. Sebagai tambahan, Campbell
menemukan
kelainan EMG berat fleksor karpi ulnaris pada hampir
setengah kasus kelainan ulnar.
Perkusi daerah diatas alur ulnar
menimbulkan
tingling dan baal pada medial lengan bawah dan tangan.
Fenomena ini serupa dengan tanda Tinel pada sindroma
terowongan karpal. 'Tinel' positif pada saraf ulnar
adalah temuan nonspesifik dan sering ditemukan pada
orang tanpa bukti lain adanya kelainan saraf ulnar.
Terkadang fleksi maksimal siku untuk 1-2 menit bisa
mengakserbasi
gejala. TesTes fleksi siku ini,
yang
kegunaannya belum terbukti, mungkin analog dengan tes
fleksi pergelangan Phalen pada jeratan saraf median.
Kubitus valgus, epikondilitis medial, sinovitis
rematoid, dan massa seperti umor atau fragmen tulang
bisa dijumpai. Kebanyakan dari temuan ini memerlukan

tindakan yang berbeda dari sindroma kubital idiopatik.


Ini terutama bila saraf ulnar mengalami subluksasi
keluar alurnya dan diatas epikondil medial dapat diraba.
Tes Diagnostik
Semua pasien diduga sindroma terowongan kubital harus
mendapatkan pemeriksaan EMG dan kecepatan konduksi
saraf (NCV), sinar-X siku dan tulang belakang servikal.
EMG digunakan untuk memastikan diagnosis dan untuk
menduga beratnya sindroma kubital. Juga berguna menilai
(1) kelainan saraf metabolik atau nutrisional, seperti
polineuropati diabetik dan (2) tempat jeratan kedua,
seperti gangguan akar C8 (hingga disebut 'double crush
syndrome'). Hasil tes elektrodiagnostik tidak boleh
digunakan sebagai alat diagnostik primer untuk mengindikasikan operasi.
Mungkin indikator elektrodiagnostik untuk kelainan
saraf ulnar pada siku yang paling spesifik dan masuk
akal adalah perlambatan kecepatan konduksi melintas
siku.
Walau nilai normal belum pasti,
kecepatan
konduksi (NCV) saraf ulnar umumnya 47-65 m/dt dengan
rata-rata 55 m/dt. Pengurangan kecepatan kurang dari
25 % mungkin tidak bermakna. Pengurangan kecepatan
lebih dari 33 % mungkin menunjukkan proses gangguan
saraf disiku.
Temuan
EMG
lain yang
menunjukkan
sindroma
terowongan kubital adalah berkurangnya jumlah potensial
aksi unit motor, fibrilasi dan gelombang positif, dan
pada kasus yang lebih berat, potensial reinnervasi
polifasik.
Indikator sensitif
perubahan
konduksi
lainnya adalah hilangnya potensial sensori evoked.
Posisi siku harus harus standar pada saat melakukan
pemeriksaan elektrodiagnostik. Variasi pembacaan NCV
bisa terjadi saat fleksi dan ekstensi, bahkan pada
orang normal.
Sinar-X
siku
memberikan
informasi
berguna
menyangkut etiologi yang membantu rencana pengelolaan.
Spur artritik, tumor tulang, fraktura, atau kubitus
valgus bisa ditemukan. Tampilan anteroposterior sedikit
oblik, disebut sebagai tampilan terowongan kubital,
paling bermanfaat.
Diagnosis Diferensial
Banyak proses patologis kord tulang belakang menyerupai
sindroma ini, semua mungkin tampil dengan tanda dan
gejala motor yang predominan. Bila pasien mengeluh
'tangan baal dan kaku', pikirkan lesi kord intrinsik
seperti tumor intrameduler, siringomielia, sklerosis
lateral amiotrofik, dan lesi kord ekstrinsik seperti
kelainan saraf spondilitik servikal. Penyebab nyeri dan
disfungsi tangan lainnya adalah (1) gangguan akar
servikal karena osteofit atau diskus yang mengalami
herniasi, (2) tumor Pancoast dan lesi lain pleksus

brakhial bawah dan medial, dan (3) kompresi saraf ulnar


ditempat lain, seperti pada terowongan Guyon. Sebagai
tambahan, berbagai gangguan saraf sistemik, seperti
defisiensi nutrisional atau DM, mungkin berdiri sendiri
atau
bersama dengan sindroma
terowongan
kubital
menyebabkan kelemahan, atrofi, nyeri dan baal pada
distal ekstremitas atas. Terkadang, pengaruh
usia
menyebabkan atrofi dan disfungsi tangan intrinsik.
TINGKATAN PENYAKIT
Kesulitan utama menilai dan membandingkan hasil terapi
sindroma terowongan kubital adalah tidak adanya sistem
penderajatan penyakit yang dipakai luas dan seragam
untuk mengkategorikan pasien prabedah berdasar berat
gejala dan pasca bedah untuk hasil operasi. Skema yang
paling sering digunakan adalah yang diajukan McGowan
pada 1950. Sistem penderajatan ini berdasar
pada
kelemahan otot. Derajat I memiliki 'lesi minimal dengan
tidak dijumpainya kelemahan otot tangan'. Lesi intermediet dikatakan derajat II. Derajat III adalah pasien
dengan 'lesi berat, dengan paralisis satu atau lebih
otot
intrinsik
ulnar'. Sayangnya
derajat
sulit
ditentukan dan mengabaikan gambaran penting seperti
nyeri dan baal.
Devon merancang sistem penderajatan yang lebih
mendalam dan mudah berdasar perubahan sensori dan motor
dan temuan fisik lain seperti tanda Tinel dan tes
fleksi siku. Ia membagi beratnya gejala
penyakit
prabedah sebagai ringan, sedang dan berat.
Walau
merupakan sistem yang baik untuk mengkategori dan
membandingkan pasien berdasar derajat defisit prabedah,
penggunaannya untuk mengklasifikasikan hasil
pasca
bedah adalah rumit dan sulit digunakan.
Metoda pembanding lain adalah menggunakan sistem
skor dengan nilai, dijelaskan Gabel dan Amadio. Nilai
diberikan berdasar beratnya tiga faktor: fungsi motor,
sensasi dan nyeri. Tidak ada nilai yang diberikan untuk
gejala paling berat; peninggian nilai diberikan untuk
gejala yang kurang berat. Hasil pasca bedah dapat juga
diderajatkan kedalam sempurna, baik, sedang dan buruk.
Tidak peduli cara penderajatan yang dipakai, sistem
yang standard dan seragam harus dipakai untuk menaksir
hasil tindakan.
PENGELOLAAN NONBEDAH
Dari riwayatnya, sindroma terowongan kubital dikira
hanya akan membaik denngan tindakan bedah. Gay dan Love
menyatakan 'perjalanan paralisis tardy saraf ulnar khas
dengan progresi 'ganas', dan tidak diketahui tindakan
konservatif yang memiliki manfaat permanen'. Laporan
tentang manfaat tindakan nonbedah yang
mengurangi
gejala pada kasus tertentu cukup meningkat. Pasien
harus mencegah kegiatan dan posisi yang menimbulkan (1)

friksi

akibat gerak siku berulang atau

(2) peregangan

Tabel

Tabel

Skala Nilai Prabedah dan Pasca Bedah Untuk


Klasifikasi Hasil Akhir
Jeratan Saraf Ulnar (Gabel dan Amadio)
Berdasar Skor Gabel dan Amadio
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------Nilai Motor
Sensori
Nyeri
Sempurna - Nilai 9
------------------------------------------------------------------3
Normal
Baal (-)
Nyeri (-)
Baik
- Nilai 2 setiap kategori dengan
(McGowan I)
peningkatan nilai 1 atau lebih
pada tiap kategori, atau
2
Lebih lemah dari
peningkatan nilai total 4 atau
sisi seberang
lebih
Sedang

Diskriminasi 2 titik

Nyeri

normal;

intermiten

parestesi intermiten

Nilai kurang dari 2 pada tiap


Atrofi nyata
Diskriminasi 2 titik
kategori, namun nilai total
(McGowan II)
> 6 mm;

menetap,

bertambah 1-3

baal menetap
Buruk

- Tidak ada perubahan atau


0
Paralisis intrinDiskriminasi 2 titik
nilai total berkurang
sik dengan defor> 10 mm;
------------------------------------------mitas 'claw'
anestesia
(McGowan III)

Nyeri
perlu obat
intermiten
Narkotik
terus
diperlukan

------------------------------------------------------------------atau
kompresi terhadap saraf karena fleksi
siku
berlebihan, mungkin diperlukan oleh beberapa pasien
dengan gejala awal. Handuk dengan tenunan
jarang
diselubungkan pada siku yang bersangkutan agar siku
tidak terhimpit oleh badan atau kepala. Pada beberapa
kasus, bidai siku dipasang dengan fleksi yang ringan
(sekitar 30o fleksi) hanya pada saat malam terbukti
bermanfaat. Dimond serta Lister menganjurkan bidai
sepanjang lengan. Sayangnya data-data
hasil terapi
konservatif sangat terbatas untuk dinilai.

PENGELOLAAN BEDAH
Paling sedikit ada lima cara operasi berbeda yang
dianjurkan untuk sindroma terowongan kubital. Masingmasing dengan keuntungan dan kerugiannya
sendiri.
Dikelompokkan kedalam kategori: (1) dekompresi, dan (2)
transposisi. Tindakan dekompresi ditujukan untuk proses
kompresi tanpa memindahkan saraf dari tempatnya pada
alur ulnar. Tindakan dekompresi adalah
dekompresi
sederhana dan epikondilektomi medial. Tindakan transposisi memindahkan saraf keanterior kelokasi yang lebih
terlindung. Selanjutnya bisa dibagi berdasar kemana
saraf ulnar akan diletakkan: subkutan, intramuskuler,
atau submuskuler. Cara lain yang dianjurkan Willis
adalah pembebasan terowongan kubital yang diperluas
dengan osteotomi parsial dari epikondil medial.

Anda mungkin juga menyukai