Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Tanah merupakan reseptor dari sejumlah besar bahan pencemar, tanah merupakan tempat

penampungan berbagai bahan kimia yang berasal dari rembesan penumpukan sampah (landfill),
Instalasi Pengolahan Air Limbah, dan sumber-sumber lainnya. Dalam beberapa kasus, lahan
pertanian yang terkontaminasi pestisida menyebabkan terjadinya penumpukkan bahan berbahaya
dan beracun di dalam tanah.
Tidak berbeda dengan udara dan air, tanah pun dapat mengalami penurunan kualitas.
Walaupun banyak jenis tanah mempunyai kemampuan mengasimilasi dan menetralisir bahan
pencemar, namun tanah juga dapat mengalami penurunan kualitasnya. Apabila mengalami
penurunan kualitasnya, tanah tidak dapat lagi memmberikan daya dukung bagi kehidupan
manusia secara optimal.
Penurunan kualitas tanah terutama disebabkan oleh kehadiran bahan-bahan pencemar di
tanah. Selain itu, kualitas tanah juga dapat menurun disebabkan oleh erosi. Erosi menyebabkan
tersingkapnya lapisan tanah yang lebih asam, terbentuknya lapisan dengan kandungan
allumunium yang lebih tinggi, menurunkan kandungan bahan organik, unsur-unsur hara menjadi
lebih rendah dan terbentuknya lapisan bawah yang lebih padat. Bila keadaan lebih parah lagi
akan terbentuk lahan kritis.
Dengan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan kualitas tanah, maka
diperlukan sebuah penelitian atau penyelidikan tentang kualitas tanah. Dimana penyelidikan
tanah dibutuhkan untuk data perancangan pondasi bangunan-bangunan, seperti : bangunan
gedung, dinding penahan tanah, bendungan, jalan, dll. Sedangkan fungsi dari pondasi sendiri
adalah menerima beban dari atas (upper structures), memikul, melimpahkan & meratakan ke
lapisan tanah di bawahnya.

1.2

Rumusan Masalah
1

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan, maka dibuat


perumusan masalah sebagai berikut :
A. Apa yang dimaksud pengujian Sondir atau CPT Test dan bagaimana
cara kerjanya?
B. Apa yang dimaksud Standard Penetration Test atau uji SPT dan
bagaimana cara kerjanya?
C. Apa yang dimaksud uji Pile Driving Test atau PDA Test dan
bagaimana cara kerjanya?
1.3

Tujuan Penelitian
A. Mendeskripsikan berbagai metode penyelidikan atau pengujian
tanah.
B. Menganalisis bagaimana cara kerja dari berbagai metode
penyelidikan tanah tersebut

1.4

Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Manfaat yang diperoleh oleh penyusun karya tulis ini adalah untuk
menambah wawasan mengenai berbagai metode penyelidikan atau
pengujian tanah yang sering diterapkan dalam dunia keteknikan ini
dan dengan ini diharap bisa menerapkannya kelak.

BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum
Tanah merupakan materi dasar yang menerima sepenuhnya penyaluran beban yang
ditimbulkan akibat konstruksi bangunan yang dibuat diatasnya. Tanah yang ada di
permukaan bumi mempunyai karakteristik dan sifat yang berbeda-beda, sehingga hal ini
merupakan suatu tantangan bagi perekayasa konstruksi untuk memaharni perilaku tanah
yang dihadapi dalam perencanaan konstruksi dengan jalan melakukan penyelidikan dan
penelitian terhadap sifat-sifat yang dimiliki tanah, yang tentunya hasilnya tidak mutlak
tepat dan benar akan tetapi paling tidak kita dapat melakukan pendekatan secara teknis
yang dapat dipertanggungjawabkan akurasinya dalam perencanaan konstruksi.
Dalam pengertian teknik secara umum tanah didefinisikan sebagai material yang
terdiri dan butiran-butiran mineral padat yang tidak tersegmentasi (terikat secara kimia)
antara satu dengan yang lainnya dan merupakan partikel padat hasil penguraian bahan
organik yang telah lapuk yang berangkai dengan zat cair dan gas sebagai pengisi ruangruang kosong antar partikel.
Daerah berpotensi longsor adalah daerah di mana kondisi terrain dan geologinya
tidak menguntungkan. Daerah ini sangat peka terhadap gangguan luar, baik yang bersifat
alami maupun aktivitas manusia yang merupakan faktor pemicu gerakan tanah.
2.2 Penyelidikan Tanah
Penyelidikan di lapangan adalah pokok untuk memutuskan apakah suatu usulan
pekerjaan rekayasa layak atau patut dan cukup secara ekonomis untuk direncanakan.
Penyelidikan lapangan sangat perlu untuk menganalisa keamanan atau kasus keruntuhan
pekerjaan pekerjaan yang ada, untuk memilih bahan bahan dan menentukan metoda konstruksi
untuk direncanakan yang kemudian dilaksanakan. Penyelidikan tanah dilakukan untuk
mengetahui parameter-parameter tanah yang dalam hal ini antara lain adalah kompisisi tanah
(soil properties), sifat sifat teknik tanah (soil engineering) serta kandungan mineralogi yang
dimiliki oleh tanah. Pengetahuan akan akan paremeter-parameter tanah tersebut sangat di
perlukan untuk perencaanan awal desain stabilisasi tanah.
BAB 3
3

PEMBAHASAN
3.1. Standart Penetration Test (SPT)
Salah satu persyaratan yang harus diketahui sebelum membangun sebuah bangunan
adalah mengetahui jenis tanah di lokasi dimana akan didirikan bangunan.Dengan mengetahui
jenis tanah tersebut, dapat dilakukan analisis stabilitas dan perhitungan desain fondasi dan dapat
diketahui respon seismic lokasi, untuk merancang bangunan tahan gempa. Salah satu cara untuk
mengetahui jenis tanah lokasi adalah dengan test penetrasi tanah (SPT: Standard Penetration
Test).

Gambar 1. Standart Penetration Test


Standard tentang Cara uji penetrasi lapangan dengan SPT di Indonesia adalah SNI
4153-2008, yang merupakan revisi dari SNI 03-4153-1996, yang mengacu pada ASTM D 158684 Standard penetration test and split barrel sampling of soils
Uji SPT terdiri atas uji pemukulan tabung belah dinding tebal ke dalam tanah, disertai
pengukuran jumlah pukulan untuk memasukkan tabung belah sedalam 300 mm vertikal. Dalam
sistem beban jatuh ini digunakan palu dengan berat 63,5 kg, yang dijatuhkan secara berulang
dengan tinggi jatuh 0,76 m. Pelaksanaan pengujian dibagi dalam tiga tahap, yaitu berturut-turut
setebal 150 mm untuk masing-masing tahap. Tahap pertama dicatat sebagai dudukan, sementara
jumlah pukulan untuk memasukkan tahap ke-dua dan ke-tiga dijumlahkan untuk memperoleh
nilai pukulan N atau perlawanan SPT (dinyatakan dalam pukulan/0,3 m).
Nilai N rata-rata akan menentukan jenis tanah, sbb:

Nilai N rata-rata ditentukan dengan rumus:

Sedangkan menurut teori Terzaghi dan Peck Hubungan nilai N dengan kerapatan
relatif adalah sebagai berikut:
Nilai N |
<4
4-10
10-30
30-50
>50

Kerapatan Relatif (Dr)


Sangat Tidak Padat
Tidak Padat
Kepadatan Sedang
Padat
Sangat Padat

Contoh Perhitungan SPT, dimana data uji SPT berupa Kedalaman (m) dan Ni (nilai SPT per
lapisan) adalah sbb:

3.2. Tes Sondir


Tes sondir merupakan salah satu tes dalam bidang teknik sipil yang berfungsi untuk
mengetahui letak kedalaman tanah keras, yang nantinya dapat diperkirakan seberapa kuat tanah
tersebut dalam menahan beban yang didirikan di atasnya. Tes ini biasa dilakukan sebelum
membangun pondasi tiang pancang, atau pondasi-pondasi dalam lainnya. Data yang didapatkan
dari tes ini nantinya berupa besaran gaya perlawanan dari tanah terhadap konus, serta hambatan
pelekat dari tanah yang dimaksud. Hambatan pelekat adalah perlawanan geser dari tanah tersebut
yang bekerja pada selubung bikonus alat sondir dalam gaya per satuan panjang.
Hasil dari tes sondir ini dipakai untuk:

Menentukan tipe atau jenis pondasi apa yang mau dipakai

Menghitung daya dukung tanah asli

Menentukan seberapa dalam pondasi harus diletakkan nantinya

Metode Sondir
Metoda sounding/sondir terdiri dari penekanan suatu tiang pancang untuk meneliti
penetrasi atau tahanan gesernya. Alat pancang dapat berupa suatu tiang bulat atau pipa bulat
tertutup dengan ujung yang berbentuk kerucut dan atau suatu tabung pengambil contoh tanah,
sehingga dapat diperkirakan (diestimasi) sifat-sifat fisis pada strata dan lokasi dengan variasi
tahanan pada waktu pemancangan alat pancang itu. Metoda ini berfungsi untuk eksplorasi dan
pengujian di lapangan. Uji ini dilakukan untuk mengetahui elevasi lapisan keras (Hard Layer)
dan homogenitas tanah dalam arah lateral. Hasil Cone Penetration Test disajikan dalam bentuk
diagram sondir yang mencatat nilai tahanan konus dan friksi selubung, kemudian digunakan
untuk menghitung daya dukung pondasi yang diletakkan pada tanah tersebut.
Di Indonesia alat sondir sebagai alat tes di lapangan yang sangat terkenal karena di
negara ini banyak dijumpai tanah lembek (misalnya lempung) hingga kedalaman yang cukup
besar sehingga mudah ditembus dengan alat sondir. Di dunia penggunaan Sondir ini semakin
populer terutama dalam menggantikan SPT untuk test yang dilakukan pada jenis tanah liat yang
lunak dan untuk tanah pasir halus sampai tanah pasir sedang/kasar. Pemeriksaan ini dimaksudkan
untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus (qc), hambatan lekat (fs) tanah dan friction ratio
(rf) untuk memperkirakan jenis tanah yang diselidiki.
Keuntungan dan Kerugian Alat Sondir

Keuntungan:

1. Cukup ekonomis.
2. Apabila contoh tanah pada boring tidak bisa diambil (tanah lunak / pasir).
6

3. Dapat digunakan manentukan daya dukung tanah dengan baik.


4. Adanya korelasi empirik semakin handal.
5. Dapat membantu menentukan posisi atau kedalaman pada pemboran.
6. Dalam prakteknya uji sondir sangat dianjurkan didampingi dengan uji lainnya baik uji
lapangan maupun uji laboratorium, sehingga hasil uji sondir bisa diverifikasi atau
dibandingkan dengan uji lainnya.
7. Dapat dengan cepat menentukan lekat lapisan tanah keras.
8. Dapat diperkirakan perbedaan lapisan
9. Dapat digunakan pada lapisan berbutir halus
1. Baik digunakan untuk menentukan letak muka air tanah.

Kerugian:

1. Jika terdapat batuan lepas biasa memberikan indikasi lapisan keras yang salah.
2. Jika alat tidak lurus dan tidak bekerja dengan baik maka hasil yang diperoleh bisa
merugikan.
3. Tidak dapat diketahui tanah secara langsung
Teori Sondir
Sondir merupakan salah satu pengujian tanah untuk mengetahui karakteristik tanah yang
dilakukan di lapangan atau pada lokasi yang akan dilakukan pembangunan konstruksi. Sondir
ada dua macam, yang pertama adalah sondir ringan dengan kapasitas 0-250 kg/cm dan yang
kedua adalah sondir berat dengan kapasitas 0-600 kg/cm. Jenis tanah yang cocok disondir
dengan alat ini adalah tanah yang tidak banyak mengandung batu.
PERHITUNGAN:
Hambatan Lekat (HL)
HL = (JP-PK) x A/B
Dimana :
JP = Jumlah Perlawanan Konus dan Hambatan Lekat (px2)
PK = Perlawanan Penetrasi Konus (px1)

A = Interval Pembacaan 20 cm
B = Faktor Alat = L Konus/L torak= 10 cm
Jumlah Hambatan Lekat
JHLi = Z HL
Dimana :
i = Kedalaman Lapisan Yang Ditinjau
Z= Zigma
Alat dan Bahan
Alat:
1. Mesin sondir
2. Satu set batang sondir lengkap dengan stang dalam yang panjangnya 1 meter
3. Manometer 2 buah

Kapasitas 0-50 kg/cm

Kapasitas 0-250 kg/cm


4. Satu buah Bikonus dan satu buah paten konus.
5. Pelat persegi 2 batang
6. Satu set (2) buah angker

Bahan :
1. Minyak Hidrlolik
2. Tanah
Langkah Kerja
1. Menentukan lokasi yang permukaannya datar
2. Memasang empat buah angker ke dalam tanah dengan memutarnya menggunkan kunci
pemutar angker (kunci T). kemudian memasang 2 pelat persegi yng memanjang di
8

saming angker. Jarak antar angker dan jarak kedua pelat disesuaikan dengan ukuran
mesin sondir.
3. Memasang mesin sondir tegak lurus dan perlengkapannya pada lokasi pengujian, yang
diperkuat dengan pelat besi pendek untuk menjepit mesin dan diperkuat dengan mor
pengunci angker yang dipasang ke dalam tanah.
4. Memasang Traker,tekan stang dalam. Pada penekanan pertama ujung konus akan
bergerak ke bawah sedalam 4 cm, kemudian manometer dibaca yang menyatakan
perlawanan ujung. Pada penekanan berikutnya konus dan mantelnya bergerak 4cm. Nilai
pada manometer yang terbaca adalah nilai tekanan ujung dan perlawanan lekat.
5. Menekan stang luar sampai kedalaman baru, penekanan stang dilakukan sampai setiap
kedalaman tambahan sebanyak 20 cm.
6. Melakukan hal yang sama dengan langkah kerja di atas sampai pembacaan manometer
tiga kali berturut-turut menunjukkan nilai 150 kg/cm2 dan jika penekanan mesin sondir
sudah mencapai maksimalnya atau dirasa telah mencapai tanah keras, maka pengujian ini
dapat dihentikan.

Gambar 2. Tes Sondir


9

3.3 Pile Driving Analyzer (PDA)


Tujuan pengujian tiang dengan Pile Driving Analyzer ( PDA ) adalah untuk mendapatkan data
tentang :
1. Daya dukung aksial tiang.
2. Keutuhan / integritas tiang.
3. Efisiensi energi yang ditransfer.
Jenis pondasi tiang yang dapat diuji dengan PDA tidak terbatas pada tiang pancang
saja. PDA juga dapat digunakan untuk tiang yang dicor di tempat seperti tiang bor, tiang franki
dan jenis fondasi tiang lainnya.
1. Daya Dukung Aksial Tiang
Penentuan daya dukung aksial tiang didasarkan pada karakteristik dari pantulan
gelombang yang diberikan oleh reaksi tanah ( lengketan dan tahanan ujung ). Korelasi yang baik
antara daya dukung tiang yang diberikan dari hasil PDA dengan cara statis yang konvensional
telah diakui, yang membawa pada pengakuan PDA sebagai metode yang sah dalam ASTM D4945-1996. Meski demikian, harus dicatat korelasi yang ditujukan dalam grafik didasar-kan pada
hasil pengujian jika daya dukung batas ( ultimate ) dicapai baik dengan PDA maupun dengan
pengujian statis yang konvensional.
2. Keutuhan Tiang
Kerusakan pada fondasi tiang dapat terjadi karena beberapa hal antara lain pada saat
pengangkatan tiang atau selama pemancangan tiang. Untuk tiang bor, pengecilan penampang dan
longsornya tanah adalah kerusakan yang paling umum dijumpai. Kerusakan ini dapat dideteksi
dengan PDA. Berdasarkan F ( gaya ) dan V ( kecepatan ) yang terekam dari gelombang
selama perambatannya sepanjang tiang, lokasi dari kerusakan dapat dideteksi dan luas
penampang sisa dari tiang dapat diperkirakan. Jika hanya keutuhan tiang saja yang dibutuhkan,
sebuah sub-sistem dari PDA yang disebut Pile Integrity Tester lebih ekonomis untuk
digunakan dari pada PDA.
3. Efisiensi Palu Pancang
PDA mengukur energi pemancangan actual yang ditranfer selama pengujian. Karena
berat palu pancang dan tinggi jatuh palu pancang dapat diketahui, maka efisiensi energi yang
ditransfer dapat dihitung.
10

Peralatan PDA Test


Peralatan untuk
dari :
1. Pile Driving
2. Dua (2) strain
3. Dua (2)
4. Kabel

pengujian PDA terdiri


Analyzer ( PDA ),
transducer.
accelerometer
Penghubung.

Gambar 3. Pile Driving Analyzer

Gambar 4.

Transducer dan
Accelerometer

11

Gambar 5.

Kabel Penghubung

Peralatan dapat dimasukkan dalam kotak perjalanan yang cukup kuat. Setiap set PDA
dan perlengkapannya membutuhkan satu atau dua kotak yaitu berukuran sekitar 600 mm x 500
mm x 400 mm: dengan berat sekitar 30 kg.
Prosedur Pengujian PDA Test
Pengujian dinamis tiang didasarkan pada analisis gelombang satu dimensi yang terjadi
ketika tiang dipukul oleh palu. Regangan dan percepatan selama pemancangan diukur
menggunakan strain transducer dan accelerometer. Dua buah strain transducer dan dua buah
accelerometer dipasang pada bagian atas dari tiang yang diuji ( kira-kira 1,5- x diameter dari
kepala tiang ). Pemasangan kedua instrument pada setiap pengukuran dimaksudkan untuk
menjamin hasil rekaman yang baik dan pengukuran tambahan jika salah satu instrument tidak
bekerja dengan baik. Pengukuran direkam oleh PDA dan dianalisis dengan Case Method
yang sudah umum dikenal,
Pengujian dinamis dilaksanakan untuk memperkirakan daya dukung aksial tiang. Karena
itu, pemasangan instrument dilakukan sedemikian rupa sehingga pengaruh lentur selama
pengujian dapat dihilangkan sebanyak mungkin. Untuk itu harus dilakukan adalah : 1. Strain
transducer harus dipasang pada garis netral dan accelerometer pada lokasi berlawanan secara
diametral. 2. Posisi dari palu pancang harus tegak lurus terhadap garis strain transducer.
Persiapan Pengujian PDA TEST
Persiapan pengujian terdiri dari :
1. Penggalian tanah permukaan sekeliling kepala tiang, apabila kepala tiang sama rata
permukaan tanah.
2. Pengeboran lubang kecil pada tiang untuk pemasangan strain transducer dan
accelerometer.
3. Pemasangan instrument.
Informasi yang diperlukan dalam PDA test.
1. Gambar yang menunjukan lokasi dan identifikasi tiang.
2. Tanggal pemancangan.
3. Panjang tiang dan luas penampang tiang.
4. Panjang tiang tertanam.
Pedoman Pengujian
12

Pengujian PDA dilaksanakan berdasarkan prosedur yang tercantum dalam ASTMD-49451996. Waktu Pengujian PDA test Pengujian PDA dapat dilakukan selama pemancangan untuk
memonitori perkembangan daya dukung tiang sejalan dengan tiang masuk makin dalam, kenerja
dari sistem pemancangan atau memonitor tegangan pada saat pemancangan yang ekstrim. Tetapi
umumnya PDA digunakan untuk menentukan daya dukung jangka panjang tiang fondasi. Untuk
tujuan ini, pengujian PDA sebaiknya dilakukan beberapa hari setelah pemancangan, setelah
gaya lengketan tanah mulai bekerja.

3.4. Pengujian Di Laboratorium


Sifat-sifat fisik tanah dapat dipelajari dari hasil uji laboratorium pada contoh-contoh
tanah yang diambil dari pengeboran. Hasil-hasil pengujian yang diperoleh dapat digunakan untuk
menghitung kapasitas dukung dan penurunan. Kecuali itu, data laboratorium dapat pula
memberikan informasi mengenai besarnya debit air yang mengalir ke dalam lubang galian
fondasi, perilaku tanah dalam mengalami tekanan, dan kemungkinan penanggulangan air pada
penggalian tanah fondasi.
Perlu diingat bahwa kondisi lapisan tanah di lapangan bervariasi. Karena itu, jumlah
contoh tanah yang terlalu sedikit akan memberikan analisis data yang hasilnya meragukan.
Secara umum, pengujian di laboratorium yang sering dilakukan untuk perancangan fondasi
adalah :

13

Gambar 6. Uji Triaksial


Pengujian Dari Pengamatan Langsung
Pengujian ini dilakukan untuk mencatat warna, bau, konsistensi dari contoh tanah
terganggu dan tak terganggu yang diperoleh dari lapangan.
Kadar Air
Pemeriksaan kadar air di lapangan dilakukan pada contoh tanah tak terganggu yang
dikirim ke laboratorium. Dengan membandingkan hasil-hasilnya dengan hasil yang diperoleh
dari uji batas plastis dan batas cair, dapat disusun program uji kuat geser tanah. Selain itu, karena
umumnya tanah lunak berkadar air tinggi, pemeriksaan kadar air berguna untuk meyakinkan
kondisi tanah lunak tersebut. Pemeriksaan kadar air, biasanya merupakan bagian dari uji kuat
geser tanah.
Analisis Butiran
Uji analisis ukuran butir tanah dilakukan untuk keperluan klasifikasi. pengujian
dilakukan melalui analisis saringan dan sedimentasi atau analisis hidrometer, untuk memperoleh
kurva gradasinya.
Batas Plastis Dan Batas Cair
Pengujian ini dilakukan pada tanah kohesif untuk maksud klasifikasi dan untuk estimasi
sifat-sifat teknisnya. Grafik plastisitas dari casagrande dapat digunakan untuk memperkirakan
kompresibilitas tanah-tanah lempung dan lanau. Dalam menggunakan grafik plastisitas, perlu
diketahui apakah tanah berupa tanah organik atau anorganik, yang biasanya dapat diketahui dari
warnanya yang gelap dan baunya seperti tanaman yang busuk bila tanahnya organik. Bila
terdapat keragu-raguan mengenai tanah organik ini, uji batas cair dilakukan pada contoh tanah
yang telah dipanaskan dalam oven. Jika setelah pengeringan, nilai batas cair tereduksi sampai
30% atau lebih, maka tanah adalah tanah organik.
Prosedur yang umum dipakai adalah dengan melakukan uji batas plastis dan batas cair
pada contoh tanah yang dipilih (yang jumlahnya tidak begitu banyak) dari tiap-tiap macam tanah
14

yang mewakili, yang diperoleh dari lubang bor. Dengan membandingkan hasil-hasilnya dan
mengeplot hasil-hasil tersebut ke dalam grafik plastisitas, variasi macam tanah dapat
diklasifikasikan. Dari sini, secara kasar dapat diketahui sifat kompresibilitanya, dan kemudian,
pada contoh-contoh tanah yang dipilih, dilakukan percobaan konsolidasi jika dibutuhkan.
Uji Triaksial
Dalam perancangan fondasi, uji triaksial terbatas hanya dilakukan pada tanah-tanah
lempung, lanau, dan batuan lunak. Umumnya, pengujian ini tidak dilakukan pada tanah pasir dan
kerikil, karena sulitnya memperoleh contoh tanah tak terganggu. Walaupun pengambilan contoh
tanah pasir sudah diusahakan sangat hati-hati, namun pada pelepasan contoh tanah dari dalam
tabung, tanah akan berubah atau terganggu dari kondisi aslinya.
Hal terbaik yang dapat dilakukan hanyalah dengan mengukur berat volumenya, yaitu
dengan cara menimbang contoh pasir dalam tabung lalu diukur berat volumenya. Kemudian,
pengujian geser dilakukan pada contoh tanah yang dibuat mempunyai berat volume yang sama.
Pada tanah pasir, lebih baik jika sudut gesek dalam ( secara empiris diukur dari uji lepangan,
seperti uji SPT atau uji penetrasi kerucut statis (sondir).
Kuat geser tanah lempung yang digunakan untuk hitungan kapasitas dukung tanah dapat
diperoleh dari pengujian triaksial tak terdrainasi (undrained)
Uji Tekan Bebas
Pengujian ini berguna untuk menentukan kuat geser tak terdrainasi pada tanah lempung
jenuh yang tidak mengandung butiran kasar, yang akan digunakan dalam hitungan kapasitas
dukung.
Uji Geser Kipas
Uji geser kipas lebih banyak dilakukan di lapangan daripada di laboratorium. Namun, uji
geser kipas di laboratorium sangat berguna bila tanah sangat sensitif dan lunak yang menyulitkan
dalam pemasangan contoh tanah pada waktu dilakukan uji tekan-bebas.
Uji Konsolidasi
Pengujian ini hanya dilakukan untuk jenis tanah berbutir halus seperti lempung dan lanau
dan digunakan untuk mengukur besarnya penurunan konsolidasi dan kecepatan penurunan.
Pengujian dilakukan pada alat oedometer atau konsolidometer. Dari nilai koefisien konsolidasi
(Cv) yang dihasilkan, dapat ditentukan kecepatan penurunan bangunannya. Data hubungan beban
dan penurunan diperoleh dari penggambaran grafik tekanan terhadap angka pori. Dari sini, dapat
diperoleh koefisien perubahan volume (mv) atau indeks pemampatan (Cc), yang selanjutnya
digunakan untuk menghitung estimasi penurunan akibat beban bangunan.
Uji konsolidasi bisa tidak dilakukan bila tanahnya berupa lempung terkonsolidasi sangat
berlebihan (heavily overconsolidated). Karena pada jenis tanah lempung tersebut, sepanjang
beban yang diterapkan tidak sangat berlebihan, penurunan yang terjadi sangat kecil sehingga
dapat diabaikan.
Uji Permeabilitas
15

Uji permeabilitas dilakukan pada contoh tanah tak terganggu. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui banyaknya air yang harus dipompa pada penggalian tanah fondasi.
Analisa Bahan Kimia
Analisa bahan kimia dilakukan untuk mengetahui kemungkinan kandungan bahan kimia
dari air tanah yang dapat merusak fondasi beton, turap baja, atau tiang pancang baja. Bila fondasi
berupa bahan baja, biasanya cukup dengan menentukan nilai pH dan kandungan klorida pada
tanah dan air tanahnya. Untuk fondasi beton, umumnya perlu ditentukan kandungan sulfatnya
dan bila tanah mengandung banyak bahan organik, disarankan untuk menambahkan uji pH dan
penentuan presentase kandungan bahan organiknya.

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam dunia
keteknikan pondasi dan mekanika tanah. Terdapat beberapa metode dalam
hal pengujian atau penyelidikan tanah, di antaranya Cone Penetration Test
(CPT) atau uji Sondir, Standard Penetration Test (SPT), dan PDA (Pile Driving
Analyzer) Test serta pengujian di laboratorium. Dari keempat uji tersebut
masing-masing mempunyai cara kerja yang berbeda-beda, dan juga masingmasing memiliki keuntungan dan kerugian tersendiri.

16

DAFTAR PUSTAKA
Olivari, Gilbert, Gambou, Bernard. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi. 1984.
Jakarta
Bowles, E, Joseph, Hainim, Johan. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. 1984.
Jakarta

17

Anda mungkin juga menyukai