Anda di halaman 1dari 7

3.

4 Perencanaan Bangunan Pengambilan dan Penguras


3.5.1 Desain Pintu Pengambilan
3.5.1.1 Kriteria Pintu Pengambilan
Pintu pengambilan adalah pintu untuk mengatur jumlah air yang masuk ke saluran irigasi sesuai
kebutuhan. Desain pintu pengambilan ini direncanakan berdasar atas kebutuhan air irigasi pada
daerah yang bersangkutan.
Pengambilan sebaiknya dibuat sedekat mungkin dengan pembilas dan as bendung. Lebih
disukai jika pengambilan ditempatkan di ujung tikungan luar sungai atau pada ruas luar guna
memperkecil masuknya sedimen. Desain pintu pengambilan dihitung dengan persamaan:
Q b a 2 g z
Dimana:
Q = Debit (m3/dt)
= koefisien debit,untuk bukaan di bawah permukaan air dengan kehilangan tinggi energi
kecil = 0,80
b = lebar bukaan (m)
a = tinggi bukaan (m)
z = kehilangan tinggi energi pada bukaan (m)

Elevasi ambang bangunan pengambilan (p) ditentukan dari tinggi dasar sungai.Ambang
direncanakan di atas dasar dengan ketentuan sebagai berikut:
a. 0,5 m jika sungai hanya mengangkut lanau.
b. 1,0 m jika sungai juga mengangkut pasir dan kerikil
c. 1,5 m jika sungai mengangkut batu-batu bongkah

Data data perencanaan:


Q intake = 2.200 m3/dt
z = 0.2 m
= 0.80
Tinggi bukaan pintu (a) = 0.75 m
3.5.1.2. Dimensi Pintu Pengambilan
Q = 1.2 x Q intake
= 1.2 x2.200
= 2.640 m3/dt
Q b a 2 g z

2.640 0.8 b 0.75 2 9.8 0.2


b = 2.221 m
Jadi lebar bukaan 2.221 m dengan tinggi bukaan 0.75 m
3.5.2. Desain Kantong lumpur
3.5.2.1 Kriteria Desain Kantong Lumpur
Untuk mencegah agar sedimen halus tidak terbawa mengendap di saluran jaringan irigasi, maka
di bagian awal saluran primer (hilir intake) direncanakan saluran yang berfungsi sebagai kantong
lumpur.
Kantong lumpur ini merupakan pembesaran potongan melintang saluran sampai panjang
tertentu untuk mengurangi kecepatan aliran dan memberi kesempatan kepada sedimen untuk
mengendap. Panjang kantong lumpur tergantung pada:
Sedimen yang harus diendapkan
Topografi site bendung
Periode pembilasan
Data-data teknis :
Q normal = 2.2 m3/dt
Diameter butir= 0.08 mm = 0.00008 m
Koefisien kekasaran Manning = 0.032
Lebar kantong lumpur (B) > lebar total intake
Kriteria perencanaan :
Kecepatan normal (Vn) harus > 0.3 m/dt, agar tidak mengakibatkan tumbuhnya tumbuhan
air.
Debit pembilas (Qs) = 1.68m3/dt
Untuk memperhitungkan periode pembilasan, maka volume sedimen yang diendapkan
diandaikan 0,4% dari volume air yang mengalir melalui kantong lumpur.
Untuk mencegah aliran agar tidak mengakibatkan meander di dalam kantong, maka L/B>8
Pengecekan terhadap berfungsinya kantong lumpur meliputi cek terhadap efisiensi
pembilasan.
3.5.2.1 Dimensi Kantong Lumpur
Ukuran dimensi partikel yang terangkut = 0.05 mm. Air yang dielakkan mengandung 0.4%
sedimen, waktu pembilasan 4 minggu sekali, maka:
V = 5. 10-4 . Qn . T ,dimana:
V = volume kantong lumpur (m3)
Qn = debit di intake = 1.395 m3/dt
T = jarak waktu pembilasan (dt)
V = 5 x 10 -4 x 2.20 x (2 x 7 x 24 x 3600)
= 1330.56 m3
Luas rata-rata Permukaan Kantong Lumpur
Dari grafik dengan do 0.05 mm dan suhu 200C (di Indonesia) didapat w = 0.002 m/dt.

Gambar 4.1. Hubungan Diameter Ayak dengan Kecepatan Endap


Maka L .B = Qn/w = 2.20 / 0.005 = 440
Karena (L . B)/B2 = 440/B2 . > 8
440 /B2 8
B2 = 53.659
B = 7.33 m
L.B = 440
L = 440/7.33= 60.067 m
Kontrol
L/B = 60.067 / 7.33 = 8.20 ... 8 (Kontrol )
Maka dapat diambil nilai rencana
L > 60.067 m
B < 7.33 m
Kemiringan Normal (Sn)
Vn diambil 0.35 m/dt untuk mencegah timbulnya vegetasi dan agar partikel-partikel yang
lebih besar tidak langsung mengedap di hilir pengambilan.
Harga kekasaran Strickler = 40
An = Qn/Vn = 2.20 / 0.35 = 6.286 m2
Harga Hn dapat dihitung:
Diambil nilai B = 6.467 m
Sehingga hn = An/B = 6.286 / 7.33 = 0.858 m
Lebar Dasar Saluran untuk Kemiringan 1:1
b = B 2 (m . hn)
= 7.33 2 (1 x 0.858)
= 6.467 m
Keliling Basah (Pn)

Pn = b + 2.hn. m 2 1

= 6.467 + 2 x 0.858 x 12 1
= 8.894 m
Jari-Jari Hidrolis (Rn)
Rn = An/Pn = 6.286 / 8.894 = 0.707 m
Slope untuk Kondisi Normal
V = k. Rn2/3 . Sn1/2
0.40 = 40 x 0.7072/3 x Sn1/2
Sn = 0.00012
Kemiringan Dasar Pembilas (Ss) Kondisi Kosong
Qs = 1.2 x Qn
= 1.2 x 2.20
= 2.64 m3/dt
Vs = 1.5 m/dt (KP 02)
As = Qs/Vs
= 2.64 / 1.5 = 1.76 m2
b = 6.467 m

As = b . hs hs = As / b
= 1.76 / 6.467 = 0.272 m
Rs = As / Ps
= 1.76 / (b + 2.hs)
= 1.76 / (6.467 + 2 . 0.272)
= 0.251 m
Vs = k. Rs2/3. Ss1/2
1.5 = 40 x0.2512/3x Ss1/2
Ss = 0.00888

Agar pembilasan dapat dilakukan dengan baik, maka kondisi aliran harus sub kritis,
yaitu Fr<1
Fr = Vs / g.hs

= 1.5 / 9.81x 0.2 72


= 0.918 < 1 ...(Kontrol)
Panjang Kantong Lumpur
V = 0.5 x b x L + 0.5 x (Ss Sn) x L2x b
1330.560 = 0.5 x 6.467 x L1 + 0.5 x (0.00888 0.00012) xL12 x 6.467
L1 = 167.051 m
L2 . b = Qn/w
= 2.20 /0.005 = 68.037 b = 6.467 m
Didapat L2 = 68.037 m
Jadi nilai L diambil harga rata-rata:
L = (L1 + L2)/2
= (167.051 + 68.037) / 2
= 117.544 m
Sehingga L/B = 169.22/ 9.24 = 18.32 >8 (Kontrol )
Pengecekan Efisiensi Pengendapan
Wo = (hn . Vn) / L
= (0.858 . 0.35) / 117.544
= 0.00256
W/Wo = 0.005 / 0.00256 = 1.957
W/Vo = 0.005 / 0.35 = 0.0143
Maka dari grafik Camp diperoleh efisiensi pengendapan 90%.

Gambar 4.2. Grafik Camp

Anda mungkin juga menyukai