Anda di halaman 1dari 8

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan
(darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan
pipa penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut. Dalam
keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan
pleura / lubrican.Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :
1. Diagnostik :
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat
ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam shoks.
2. Terapi :
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura. Mengembalikan
tekanan rongga pleura sehingga mechanis of breathing dapat kembali seperti yang
seharusnya.
3. Preventive :
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga mechanis
of breathing tetap baik.
Perubahan Tekanan Rongga Pleura

Tekanan

Istirahat

Inspirasi

Ekspirasi

Atmosfer

760

760

760

Intrapulmoner

760

757

763

Intrapleural

756

750

756

B. TUJUAN
1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
2. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps
4. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
5. Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan
tekanan negatif rongga tersebut

C. INDIKASI PEMASANGAN WSD


a. Pneumothoraks :
Spontan > 20% oleh karena rupture bleb
Luka tusuk tembus
Klem dada yang terlalu lama
Kerusakan selang dada pada sistem drainase
b. Hemothoraks :
Robekan pleura
Kelebihan antikoagulan
Pasca bedah thoraks
c. Hemopneumothorak
d. Thorakotomy :
Lobektomy
Pneumoktomy
e. Efusi pleura : Post operasi jantung
f. Emfiema :
Penyakit paru serius
Kondisi indflamsi
g. Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk
h. Flail Chest yang membutuhkan pemasangan ventilator
D. KONTRAINDIKASI PEMASANGAN WSD
a. Infeksi pada tempat pemasangan
b. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol
E. KOMPLIKASI
a. Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks, atrial aritmia
b. Komplikasi sekunder : infeksi, emfiema
c. Komplikasi lainnya : laserasi ( yang mencederai organ: hepar, lien), perdarahan,
empisema subkutis, tube terlepas, tube tersumbat
F. MACAM-MACAM
1. WSD dengan sistem satu botol
a. Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple
pneumothoraks
b. Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang selang yaitu 1
untuk ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam botol. Jenis ini mempunyai 2 fungsi,
sebagai penampung dan botol penampung
c. Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang terendam 2cm untuk
mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang menyebabkan kolaps paru
Note:
1. Apabila < 2 cm H2O, berarti no water seal. Hal ini sangat berbahaya karena
menyebabkan paru kolaps.
2. Apabila > 2 cm H2O, berarti memerlukan tekanan yang lebih tinggi dari paru
untuk mengeluarkan cairan atau udara.
3. Apabila tidak ada fluktuasi yang mengikuti respirasi apat disebabkan karena
adanya kinking, clotting atau perubahan posisi chest tube

4. Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi


udara dari rongga pleura keluar
5. Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi
6. Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan :
7. Inspirasi akan meningkat
8. Ekpirasi menurun
2. WSD dengan sistem 2 botol
a. Digunakan 2 botol ; 1 botol mengumpulkan cairan drainage dan botol ke-2 botol
water seal.
b. Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan hampa
udara, selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang
berisi water seal. Dapat dihubungkan dengan suction control
c. Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari rongga pleura
masuk ke water seal botol 2
d. Prinsip kerjasama dengan ystem 1 botol yaitu udara dan cairan mengalir dari
rongga pleura ke botol WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang masuk
ke WSD
e. Biasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks, hemopneumothoraks, efusi
peural
f. Keuntungannya adalah water seal tetappada satu level

3. WSD dengan sistem 3 botol


a. Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah hisapan
yang digunakan. Selain itu terpasang manometer untuk mengontrol tekanan
b. Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan
c. Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ke-3. Jumlah
hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang tertanam dalam air botol
d.
e.
f.
g.
h.

WSD
Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan
Botol ke-3 mempunyai 3 selang :
Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada botol ke dua
Tube pendek lain dihubungkan dengan suction
Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan terbuka ke
atmosfer

PROSEDUR PEMASANGAN WSD


A. TEMPAT PEMASANGAN WSD

1. Bagian apex paru (apical)


Anterolateral interkosta ke 1-2
Fungsi : untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura
2. Bagian basal
Postero lateral interkosta ke 8-9
Fungsi : untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga pleura
B. CARA PEMASANGAN WSD
a. Persiapan
1. Pengkajian
Memeriksa kembali instruksi dokter
Mengecek inform consent
Mengkaji status pasien; TTV, status pernafasan
2. Persiapan pasien
Siapkan pasien
Memberi penjelasan kepada pasien mencakup :
Tujuan tindakan
Posisi tubuh saat tindakan dan selama terpasang WSD. Posisi klien dapat

duduk atau berbaring


Upaya-upaya untuk mengurangi rangsangan nyeri seperti nafas dalam,

distraksi
Latihan rentang sendi (ROM) pada sendi bahu sisi yang terkena
3. Persiapan alat
Sistem drainage tertutup
Motor suction
Slang penghubung steril
Botol berwarna putih/bening dengan kapasitas 2 liter, gas, pisau
jaringan/silet, trokart, cairan antiseptic, benang catgut dan jarumnya, duk
bolong, sarung tangan , spuit 10cc dan 50cc, kassa, NACl 0,9%, konektor, set
balutan, obat anestesi (lidokain, xylokain), masker.
4. Pelaksanaan
Prosedur ini dilakukan oleh dokter. Perawat membantu agar prosedur dapat
dilaksanakan dengan baik , dan perawat memberi dukungan moril pada pasien.
a. Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di linea
aksilaris anterior dan media
b. Lakukan analgesia / anestesia pada tempat yang telah ditentukan
c. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai
muskulus interkostalis
Pada saat inspirasi:
1. Tekanan dalam paru-paru > kecil dibanding tekanan yang ada di dalam WSD
2.
Note:

Paru- paru mengembang

Apabila menggunakan WSD tipe satu botol, saat inspirasi cairan biasanya akan
tertarik ke atas, namun tidak sampai masuk kembali ke rongga pleura karena adanya
gaya gravitasi dan perbedaan sifat cairan yang lebih berat daripada udara.

Pada saat ekspirasi:


Tekanan dalam paru- paru > besar dibanding tekanan yang ada di dalam WSD
1. Masukkan Kelly klem melalui pleura parietalis kemudian disebarkan.
Masukkan jari melalui lubang tersebut. untuk memastikan sudah sampai
rongga pleura / menyentuh paru
2. Masukkan selang (chest tube) melalui lubang yang telah dibuat dengan
menggunakan Kelly forceps
3. Chest tube yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan di dinding dada
4. Chest tube disambung ke WSD yang telah disiapkan
5. Foto X-ray dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan
C. Tindakan setelah prosedur
1. Perhatikan undulasi pada selang WSD
Bila undulasi tidak ada, berbagai kondisi dapat terjadi antara lain :
a. Motor suction tidak berjalan
b. Slang tersumbat dan terlipat
c. Paru-paru telah mengembang
d. Yakinkan apa yang menjadi penyebab, segera periksa kondisi system drainage,
amati tanda-tanda kesulitan bernafas
e. Cek ruang control suction untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar
f. Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan batas yang telah
ditetapkan serta pastikan ujung pipa berada 2cm di bawah air
g. Catat jumlah cairan yg keluar dari botol WSD tiap jam untuk mengetahui
jumlah cairan yg keluar

h. Observasi pernafasan, nadi setiap 15 menit pada 1 jam pertama


i. Perhatikan balutan pada insisi, apakah ada perdarahan
j. Anjurkan pasien memilih posisi yg nyaman dengan memperhatikan jangan
sampai slang terlipat
k. Anjurkan pasien untuk memegang slang apabila akan merubah posisi
2. Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu
3. Ganti botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat jumlah cairan yang
dibuang
4. Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran
5. Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis, emphysema
6.
7.
8.
9.

subkutan
Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan ystem cara batuk efektif
Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh
Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD
Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan gerak

pada persendian bahu daerah pemasangan WSD


D. PERAWATAN WSD
1. Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.
Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband 2 hari sekali,
dan perlu diperhatikan agar kain kassa yang menutup bagian masuknya slang dan tube
tidak boleh dikotori waktu menyeka tubuh pasien.
2. Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang hebat akan
diberi analgetik oleh dokter.
3. Dalam perawatan yang harus diperhatikan :
a. Penetapan slang.
Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak
terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian masuknya
slang dapat dikurangi.
b. Pergantian posisi badan.
Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil
dibelakang, atau memberi tahanan pada slang, melakukan pernapasan perut,
merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan, atau menaruh bantal di bawah
lengan atas yang cedera.

c. Mendorong berkembangnya paru-paru.


Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.
Latihan napas dalam.
Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk waktu

slang diklem.
Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika
perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi.
Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga secara

bersamaan keadaan pernapasan.


a. Suction harus berjalan efektif :
Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan setiap

1 - 2 jam selama 24 jam setelah operasi.


Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna

muka, keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.


Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika
suction kurang baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2
terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring bagian operasi di bawah atau di
cari penyababnya misal : slang tersumbat oleh gangguan darah, slang
bengkok atau alat rusak, atau lubang slang tertutup oleh karena

perlekatanan di dinding paru-paru.


Perawatan slang dan botol WSD/ Bullow drainage.
1. Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang
keluar kalau ada dicatat.
2. Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan adanya
gelembung udara yang keluar dari bullow drainage.
3. Penggantian botol harus tertutup untuk mencegah udara masuk yaitu
mengklem slang pada dua tempat dengan kocher.
4. Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol
dan slang harus tetap steril.
5. Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-sendiri,

dengan memakai sarung tangan.


Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada, misal
: slang terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll WSD (Water Seal

Drainage)
E. INDIKASI PELEPASAN WSD
1. Produksi cairan <50 cc/hari

2. Bubling sudah tidak ditemukan


3. Pernafasan pasien normal
4. 1-3 hari post cardiac surgery
5. 2-6 hari post thoracic surgery
6. Pada thorax foto menunjukkan pengembangan paru yang adekuat atau tidak adanya
cairan atau udara pada rongga intra pleura

Anda mungkin juga menyukai