Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Seorang

calon

perawat

professional

harus

memahami

dan

bisa

mengaplikasikan prinsip prinsip legal dan etis dalam mengambil keputusan


sehubungan dengan tindakan keperawatan agar tujuan dari proses keperawatan
dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan hukum dan norma yang berlaku.
Dalam hal ini, perawat harus memahami isi dari prinsip prinsip legal dan etis.
Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standar dan prinsipprinsip yang menjadi penuntun dalam berprilaku serta membuat keputusan untuk
melindungi hak-hak manusia. Etika diperlukan oleh semua profesi termasuk juga
keperawatan yang mendasari prinsip-prinsip suatu profesi dan tercermin dalam
standar praktik profesional.
Saat ini aborsi menjadi salah satu masalah cukup serius, dilihat dari
tingginya tingkat angka aborsi dari tahun ke tahun. Membicarakan aborsi,
sebenarnya membicarakan perempuan. Karena itu persoalan aborsi juga
persoalan perempuan, perlu dielaborasi dan dicerahkan kepada pihak-pihak yang
mengambil satu sisi perdebatan, yakni cara pandang tradisional yang justru
mengesampingkan kepentingan perempuan sendiri.
Meninjau dari maraknya kasus aborsi yang berhubungan dengan
pengambilan keputusan dimana seringkali didapati terjadi dilema etik pada tim
medis khususnya perawat. Maka dari itu, dalam makalah ini, kami mengambil
salah satu contoh permasalahan etik mengenai kasus aborsi.

B.

Tujuan Pembahasan

Tujuan Umum
Dalam pembahasan makalah ini, bertujuan untuk membantu mengambil
keputusan dalam menyelesaikan masalah etik dengan kasus dilema aborsi pada
Ny. D yang tepat sesuai dengan prinsip dan nilai etik keperawatan.
Tujuan Khusus
C.

Melakukan pengkajian kasus aborsi pada Ny. D


Melakukan diagnosis kasus aborsi pada Ny. D
Melakukan planning kasus aborsi pada Ny. D
Melakukan implementasi kasus aborsi pada Ny. D
Melakukan evaluasi kasus aborsi pada Ny. D
Manfaat
Manfaat dari pembahasan makalah ini adalah agar proses dalam

pengambilan keputusan etik keperawatan dalam dilema aborsi dapat terlaksana


dengan baik sesuai dengan hukum dan norma yang berlaku.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A.

Definisi Aborsi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Aborsi adalah tindakan

untuk menggugurkan kandungan yang dilakukan dengan sengaja karena suatu alas
an dan bertentangan dengan undang-undang yang berlaku. Aborsi adalah tindakan
legal yang dilaksanakan dengan sepengetahuan pihak yang berwenang.
Dalam dunia kedokteran aborsi berarti pengeluaran hasil konsepsi
(pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup diluar kandungan
atau kehamilan yang berhenti sebelum usia kehamilan 20 minggu yang
mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir selamat sebelum 38 minggu
namun setelah 20 minggu, disebut kelahiran prematur.
Pada UU kesehatan, pengertian aborsi dibahas secara tersirat pada pasal 75
UU Kesehatan Nomor 23/2009 disebutkan bahwa dalam keadaan darurat sebagai
upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, dapat dilakukan
tindakan medis tertentu. Maksud dari tindakan medis tertentu, yaitu aborsi.
B.

Macam Aborsi

Klasifikasi aborsi berdasarkan dunia kedokteran dibagi menjadi 2, yaitu:


1.

Abortus Spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa


disengaja atau dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau
medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor imiah. Aborsi ini
dibedakan menjadi beberapa, yaitu:
a. Abortus imminens, pada kehamilan kurang dari 20 minggu terjadi
perdarahan dari uterus atau rahim, dimana janin masih didalam rahim,
serta leher rahim belum melebar (tanpa dilatasi serviks). Aborsi yang
masuk kedalam aborsi imminens adalah missed abortion, kematian
janin yang berusua sebelum 20 minggu, namun janin tersebut tidak

dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih, dan terpaksa harus


dikeluarkan.
b. Abortus insipiens, yaitu pada kehamilan kurang dari 20 minggu,terjadi
pendarahan,dimana janin masih didalam rahim, dan ikuti dengan
melebarnya leher rahim(dengan dilatasi serviks)
c. Abortus inkompletus, keluarnya sebagian organ janin yang berusia
sebelum 20 minggu, namun organ janin masih tertinggal didalam rahim
d. Abortus habitualis. Abortus habitualis termasuk abortus spontan namun
habit ( kebiasaan) yang terjadi berturut-turut tiga kali atau lebih.
e. Abortus kompletus, semua hasil konsepsi (pembuahan) sudah di
keluarkan
2.

Abortus Provokatus
Jenis abortus yang sengaja dibuat atau dilakukan, yakni dengan cara

menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar tubuh ibu atau kirakira sebelum berat janin mencapai setengah kilogram. Abortus provakatus dibagi
menjadi 2 jenis:
a.

Abortus provokatus medisinalis/artificialis/therapeuticus. Abortus yang


dilakukan dengan indikasi medis. Di Indonesia yang dimaksud dengan
indikasi medis adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Indikasi medis yang
dimaksud misalnya: calon ibu yang sedang hamil tapi punya penyakit yang
berbahaya seperti penyakit jantung, bila kehamilan diteruskan akan

b.

membahayakan nyawa ibu serta janin.


Abortus provokatus kriminalis, aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya
indikasi medik (ilegal). Dalam proses menggugurkan janin pun kurang
mempertimbangkan segala kemungkinan apa yang akan terjadi kepada calon
ibu yang melakukan tindakan aborsi ilegal. Biasanya pengguguran
dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau obat-obat tertentu. Contoh
aborsi yang masuk kedalam abortus provokatus adalah abortus septic,
tindakan menghentikan kehamilan karena tindakan abortus yang disengaja
(dilakukan dukun atau bukan ahli ) lalu menimbulkan infeksi.

C.

Faktor yang Memengaruhi Aborsi

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya aborsi adalah berikut:


1.

Faktor fetal
Penyebab yang sering terjadi yaitu abnormalitas kromosom pada janin.
Abortus terjadi karena faktor genetik. Hal ini karena ditemukannya
kromosom trisomi dengan trisomi 16. Pada trimester pertama merupakan
anomali kromosom dengan

dari jumlah tersebut adalah trisomi autosom

dan sebagian lagi merupakan triploid, tetraploid, atau monosomi 45x.


2.

Faktor maternal
a.

Faktor kesehatan ibu


Adanya penyakit ganas/ kronisyang melemahkan pada saluran
jalan rahim, diabetes mellitus. Dapat juga disebabkan karena Infeksi,
diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak jerman,
toksoplasma , herpes, klamidia.Telah berulang kali mengalami operasi
sesar. Dan adanya gangguan jiwa pada ibu disertai dengan
kecenderungan untuk bunuh diri.

b. Faktor ketidaksiapan sang ibu


Apabila seorang ibu tidak menginginkan anak karena mengganggu
karir atau sekolahnya, tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak,
dan tidak ingin memiliki anak tanpa ayah.
c. Faktor ketidaksengajaan atau alami
Contoh dari faktor ketidaksengajaan ini adalah ketika janin
meninggal dalam kandungan ataui terjadinya perdarahan secara terus
menerus pada sang ibu.
d. Faktor nutrisi
Malnutrisi

memiliki

kemungkinan

paling

besar

menjadi

predisposisi abortus.

e. Faktor kekebalan (imunologi), misalnya pada penyakit lupus, anti


phospholipid syndrome.
f. Radiasi
Radiasi ionisasi dikenal menyebabkan gangguan hasil reproduksi,
termasuk malformasi kongenital, restriksi pertumbuhan intrauterine,
dan kematian embrio. Sehingga untuk wanita hamil disarankan untuk
tidak terpapar lebih dari 5msv selama kehamilan.
D.

Dasar Hukum Kasus Aborsi


Kebijakan peraturan tentang standar aborsi seseorang telah diatur dalam

Undang-Undang yang berlaku dimasyarakat. Berikut merupakan pasal yang


mngatur Undang-Undang tersebut, yaitu:
-

Pasal 229
1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau
menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan
harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda
paling banyak tiga juta rupiah.
2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau
jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah
sepertiga.
3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani
pencarian maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.

Pasal 314
Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan akan melahirkan anak,
pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja
merampas nyawa anaknya, diancam, karena membunuh anak sendiri dengan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.

Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut
akan ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau

tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena


melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun.
-

Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi
orang lain yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau
pembunuhan dengan rencana.

Pasal 346
Seorang

wanita

yang

sengaja

menggugurkan

atau

mematikan

kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun.
-

Pasal 347 KUHP :


Ayat (1) : Sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita tanpa persetujuan, pidana penjara 12 tahun
Ayat (2) : Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, pidana
penjara 15 tahun

Pasal 348 KUHP :


Ayat (1) : Sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita dengan persetujuannya, pidana penjara 5 tahuN.
Ayat (2) : Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,

pidana 7 tahun.
Pasal 349 KUHP :
Apabila tindakan pengguguran kandungan sesuai pasal 346. 347 dan
348 dilakukan oleh dokter, bidan atau juru obat maka pidananya diperberat
dengan ditambah 1/3 dan dapat dicabut hak profesinya

Pasal 299 KUHP :


Ayat (1) : Sengaja mengobati seorang perempuan atau mengerjakan sesuatu
perbuatan terhadap seorang perempuan dengan memberitahukan atau
menimbulkan

pengharapan,

bahwa

oleh

karena

itu

dapat

gugur

kandungannya dihukum penjara selama-lamanya 4 (empat) tahun.


Ayat (2) : Kalau Si tersalah melakukan pekerjaan itu karena mengharapkan
keuntungan dan menjadi kebiasaan dan dilakukan oleh tabib, bidan atau
tukang pembuat obat maka hukumannya dapat ditambah 1/3nya.
ABORSI UU No.36/2009 TENTANG KESEHATAN
7

Pengecualian :
1. Berdasarkan Indikasi medis
2. Akibat perkosaan
E. Hukum Aborsi oleh institusi

Selain itu jika ditinjau dari segi agama (Islam), maka akan ditemukan
hukum-hukumnya beserta keringanannya sebagai berikut :
Menurut Haiah Kibarul Ulama (Komite Ulama-Ulama Besar) telah
menetapka 4 ketetapan fatwa terkait praktek aborsi yang banyak dilakukan pada
zaman ini (ketetapan no 140, tanggal 20/06/1407), berikut poin-poin tersebut:
1.

Tidak diperbolehkan menggugurkan kandungan pada pada tiap fasenya,

2.

kecuali dengan sebab yang syarI, dan dalam lingkup yang sangat sempit.
Jika kehamilan pada fase pertama yaitu umur 40 hari- dan alasan
menggugurkannya karena takut kerepotan dalam mengasuh anak, atau takut
tidak mampu membiayai kehidupan mereka dan pendidikan mereka, atau
takut akan masa depan mereka, atau dia merasa cukup dengan anak yang

3.

mereka punya saat ini, maka hal tersebut tidak dibolehkan.


Tidak diperbolehkan menggugurkan kandungan jika sudah menjadi Alaqah
(gumpalan darah) atau Mudhghah (gumpalan daging) sampai ada ketetapan
dari komite dokter yang terpercaya bahwa berlangsungnya janin dalam
kandungan dapat membahayakan sang ibu, ditakutkan akan membunuh sang
ibu jika janin tersebut dibiarkan dalam kandungan. Tentunya hal tersebut
dipilih setelah ditempuh usaha-usaha yang maksimal untuk menghilangkan

4.

bahaya tersebut.
Setelah masuk fase ketiga dan setelah lengkap umur janin 4 bulan
kehamilan, tidak diperbolehkan untuk menggugurkannya sampai ada
ketetapan dari komite dokter dari dokter-dokter spesialis yang berkompeten
dan dipercaya bahwa tinggalnya janin dalam perut ibunya dapat
menyebabkan kematian ibunya, tentunya hal tersebut setelah ditempuh
usaha-usaha yang maksimal untuk mempertahamkan kehidupan ibunya.
Adapun keringanan yang diberikan untuk melakukan praktek aborsi harus
berdasarkan syarat-syarat tersebut di atas, hal tersebut dimaksudkan untuk

menjegah yang paling besar dari dua kemudharatan, dan mengambil


mashlahat yang paling besar.

Demikianlah uraian dan fatwa para ulama terkait praktik hukum aborsi
dengan kondisi janin yang dapat membahayakan kehidupan ibunya.

BAB III
GAMBARAN KASUS
Ada seorang calon ibu bernama Ny. D berumur 34 tahun yang sedang
hamil

muda

tetapi

mempunyai

penyakit

jantung

kronik

yang

dapat

membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya ketika dia
datang memeriksakan dirinya pada seorang Dokter.
Dokter pun berpendapat kalau janin tersebut tetap dipertahankan menurut
dugaan kuat atau hampir bisa dipastikan nyawa ibu tidak akan selamat atau mati.
Dalam kondisi seperti ini, kehamilannya boleh dihentikan dengan cara
menggugurkan kandungannya. Di gugurkan jika janin tersebut belum berusia
enam bulan, tetapi kalau janin tersebut tetap dipertahankan dalam rahim
ibunya,maka nyawa ibu tersebut akan terancam. Di samping itu,jika janin tersebut
tidak digugurkan ibunya akan meninggal,janinnya pun sama padahal dengan janin
tersebut,nyawa ibunya akan tertolong.
Hal ini dilakukan untuk menyembuhkan dan menyelamatkan nyawa
ibunya.Sang calon ibu pun sangat takut dan bersedih dengan masalah yang dia
alami.Tetapi ini semua sudah atas pertimbangan medis yang matang dan tidak ada
jalan keluar lain lagi.
Secara

medis,

penghentian

kehamilan

tersebut

bertujuan

untuk

menyelamatkan nyawa ibu tersebut. Sementara menurut hukum agama sendiri,hal


ini sangat bertentangan. Menggugurkan kandungan sama dengan membunuh
jiwa.Secara umum pun pengguguran kandungan tersebut dinyatakan dalam
konteks pembunuhan atau penyerangan terhadap janin.

10

BAB IV
PENYELESAIAN MASALAH

Tahap-tahap etik keperawatan, yaitu:


1.

Pengkajian
- Biodata Pasien
Ny. D dengan usia 34 tahun.
- Fakta Medis
Ny. D berumur 34 tahun yang sedang hamil muda tetapi
mempunyai penyakit jantung kronik yang dapat membahayakan baik
calon ibu maupun janin yang dikandungnya dan dokter menyarankan
untuk menggugurkan kandungannya. Tetapi Ny. D merasa takut dan
bersedih atas masalah yang sedang dihadapi.
- Orang-orang yang terlibat
a. Pasien
Ny. D yang disarankan oleh dokter untuk melakukan aborsi karena
penyakit jantung koroner yang dideritanya dan pasien merasa takut
dan sedih atas saran dokter.
b. Suami pasien
Suami Ny. D juga bertanggung jawab membantu pasien untuk
membuat keputusan medis.
c. Dokter
Seorang tim medis yang berperan sebagai problem solver dengan
menyarankan pasien melakukan abortus dengan menimbang resiko
yang akan timbul jika dilakukan maupun tidak dilakukan.
d. Institusi
Institusi terkait misalnya rumah sakit yang membantu dan
melindungi petugas medis saat mengambil keputusan yang dihadapi
berkaitan dengan aturan yang berlaku dalam institusi tersebut.

2.

Diagnosa
Ny D, 34 tahun, sedang hamil muda tetapi mempunyai penyakit jantung
kronik yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang

11

dikandungnya. Dokter pun berpendapat kalau janin tersebut tetap


dipertahankan menurut dugaan kuat atau hampir bisa dipastikan nyawa ibu
tidak akan selamat atau mati. Secara medis, penghentian kehamilan tersebut
bertujuan untuk menyelamatkan nyawa ibu tersebut. Namun, Ny. D merasa
takut dan bersedih atas keputusan dokter. Sehingga, Ny D menjadi kesulitan
dalam mengmbil keputusan.
3.

Planning
a. Altenatif I
Dokter tidak melakukan tindakan aborsi dan tanpa persetujuan pasien
karena dokter berasumsi bahwa setiap makhluk hidup mempunyai hak untuk
hidup termasuk janin yang berada didalam kandungan.
Teori yang melandasi yaitu teori Teleologi, karena menekankan pada hasil

akhir tindakan .
Nilai-nilai yang melandasi:
Nilai yang mendukung
- Human dignity setiap orang mempunyai hak hidup sejak dalam
-

kandungan (janin)
Truth kesetiaan pada realita atau sadar akan kenyataannya bahwa
Ny. D hamil dan dikaruniai seorang anak yang telah dipercayai oleh

Allah SWT.
Justice mentaati aturan dan hukum yang berlaku yang mengatur
tentang tindak aborsi. Contohnya:
o Pasal 347 KUHP :
Ayat (1) : Sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuan, pidana penjara 12 tahun
Ayat (2) : Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
pidana penjara 15 tahun

Nilai yang tidak mendukung:


-

Altruism kesejahteraan pasien tidak diutamakan, karena dapat


membuat keluarga dan pasien mengalami tekanan batin dalam

menghadapi kehamilan.
Aestetik kepuasaan paien tidak terjamin karena adanya ancaman

kematian pada si ibu.


Freedom tidak adanya kapasitas klien untuk memilih yang terbaik
bagi dirinya
12

Prinsip-prinsip yang melandasi:


Prinsip yang mendukung
- Avoiding Killing Dokter menjaga kehidupan janin yang dikandung
-

oleh Ny. D
Beneficience Melakukan tindakan untuk kebaikan dan memberi
kesempatan bagi si bayi untuk tetap hidup

Prinsip yang tidak mendukung


-

Non Maleficience Dokter merugikan si Ibu karena nyawa ibu

dipertaruhkan selama proses kehamilan.


Veracity Dokter tidak jujur dalam menyampaikan setiap tindakan

yang akan dilakukan dan tidak dilakukan terhadap paien.


Autonomy Pasien tidak mendapatkan hak untuk dapat memilih apa
yang terbaik bagi dirinya.

b. Alternatif II
Dokter melakukan tindak aborsi dengan pertimbangan menyelamatkan
sang ibu dan tanpa persetujuan pasien karena ditakutkan pasien jika tahu akan
mengalami syok.
Teori yang melandasi yaitu teori Teleologis, karena menekankan pada hasil

akhir tindakan.
Nilai-nilai yang melandasi
Nilai yang mendukung:
- Altruism kesejahteraan

klien

terjamin

karena

nyawanya

terselamatkan walaupun harus mengaborsi bayinya.


- Justice mentaati aturan dan hukum yang berlaku yang mengatur
tentang tindak aborsi. Contohnya:
Pasal 75 UU Kesehatan nomor 23/2009 disebutkan bahwa dalam
keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil
atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu
Dari pandangan agama yang dianut oleh klien, Menurut Haiah Kibarul
Ulama (Komite Ulama-Ulama Besar) telah menetapka 4 ketetapan
fatwa terkait praktek aborsi yang banyak dilakukan pada zaman ini
(ketetapan no 140, tanggal 20/06/1407), salah satunya adalah:
a. Tidak diperbolehkan menggugurkan kandungan jika sudah menjadi
Alaqah (gumpalan darah) atau Mudhghah (gumpalan daging)

13

sampai ada ketetapan dari komite dokter yang terpercaya bahwa


berlangsungnya janin dalam kandungan dapat membahayakan sang
ibu, ditakutkan akan membunuh sang ibu jika janin tersebut
dibiarkan dalam kandungan. Tentunya hal tersebut dipilih setelah
ditempuh usaha-usaha yang maksimal untuk menghilangkan
bahaya tersebut.
b. Setelah masuk fase ketiga dan setelah lengkap umur janin 4 bulan
kehamilan, tidak diperbolehkan untuk menggugurkannya sampai
ada ketetapan dari komite dokter dari dokter-dokter spesialis yang
berkompeten dan dipercaya bahwa tinggalnya janin dalam perut
ibunya dapat menyebabkan kematian ibunya, tentunya hal tersebut
setelah

ditempuh

usaha-usaha

yang

maksimal

untuk

mempertahamkan kehidupan ibunya. Adapun keringanan yang


diberikan untuk melakukan praktek aborsi harus berdasarkan
syarat-syarat tersebut di atas, hal tersebut dimaksudkan untuk
menjegah yang paling besar dari dua kemudharatan, dan
mengambil mashlahat yang paling besar.
Nilai yang tidak mendukung
- Aestetik Kurangnya tim medis dalam memberi pelayanan. Karena
tidak adanya persetujuan dari pasien maupun keluarga pasien.
- Autonomy Pasien tidak mendapatkan hak untuk dapat memilih apa
yang terbaik bagi dirinya.
- Freedom Pasien tidak dapat memilih mana yang terbaik bagi dirinya,
dilakukan aborsi atau tidak dilakukan tindak aborsi.

14

Prinsip-prinsip yang melandasi


Prinsip yang mendukung
- Beneficience Melakukan tindakan untuk kebaikan yang dapat
menyelamatkan nyawa pasien, karena apabila tidak dilakukan
kemungkinan akan kehilangan dua nyawa
- Confidentiality Menjaga kerahasian untuk dilakukannya aborsi,
karena ditakutkan pasien jika tahu akan dilakukan tindak aborsi akan
mengalami syok.
Prinsip yang tidak mendukung
- Autonomy pasien tidak mendapat kesempatan untuk bisa memilih
-

yang terbaik bagi dirinya


Justice Dokter tidak adil karena, tidak melakukan tindakan tanpa
diketahui oleh pihak yang terlibat dan dapat dikenai hukum:
Pasal 347 KUHP :
Ayat (1) : Sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita tanpa persetujuan, pidana penjara 12 tahun.
Ayat (2) : Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
pidana penjara 15 tahun
Pasal 349 KUHP :
Apabila tindakan pengguguran kandungan sesuai pasal 346. 347 dan
348 dilakukan oleh dokter, bidan atau juru obat maka pidananya

diperberat dengan ditambah 1/3 dan dapat dicabut hak profesinya


Veracity dokter tidak jujur dalam menyampaikan kebenaran atas

segala tindakan yang akan dilakukan kepada klien.


Non Maleficience Merugikan bagi klien, karena klien tidak akan

tahu bahwa jika nantinya bayinya akan diaborsi dan tanpa seijin klien.
Avoiding Killing dokter tidak menghargai kehidupan klien dan
bayinya. Karena, mengambil nyawa si bayi.

15

c.

Alternatif III
Dokter melakukan tindakan aborsi untuk menyelamatkan sang ibu dan

mendapat persetujuan dengan pertimbangan jika tidak dilakukan abortus maka


resiko menjadi 2x lebih besar dengan mempertaruhkan nyawa ibu dan janin
yang dikandung.
Teori deontology adalah teori yang membahas tentang tugas hak dan

kewajiban, aturan dan prinsip yang harus dilakukan.


Nilai-nilai yang melandasi:
Nilai yang mendukung
- Aesthethic Kepuasan pelayanan, karena Ny. D nyawanya
terselamatkan.
- Altruism Kesejahteraan pada orang lain. Setiap pasien berhak
memiliki kesejahteran untuk hidup atau bertindak.
- Freedom Klien diberi kesempatan untuk dapat memilih yang terbaik
bagi
-

dirinya

sekalipun

keputusannya

adalah

menggugurkan

kandungannya.
Justice sekalipun aturan dan hukum tidak mengijinkan untuk
dilakukan aborsi namun, terdapat pengecualian pada beberapa kasus
seperti:
Pasal 75 UU Kesehatan nomor 23/2009 disebutkan bahwa dalam
keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil
atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu
ABORSI UU No.36/2009 TENTANG KESEHATAN
Pengecualian :
a. Berdasarkan Indikasi medis
b. Akibat perkosaan
Dari pandangan agama yang dianut oleh klien, Menurut Haiah Kibarul
Ulama (Komite Ulama-Ulama Besar) telah menetapka 4 ketetapan
fatwa terkait praktek aborsi yang banyak dilakukan pada zaman ini
(ketetapan no 140, tanggal 20/06/1407), salah satunya adalah:
a. Tidak diperbolehkan menggugurkan kandungan jika sudah menjadi
Alaqah (gumpalan darah) atau Mudhghah (gumpalan daging)
sampai ada ketetapan dari komite dokter yang terpercaya bahwa
berlangsungnya janin dalam kandungan dapat membahayakan sang

16

ibu, ditakutkan akan membunuh sang ibu jika janin tersebut


dibiarkan dalam kandungan. Tentunya hal tersebut dipilih setelah
ditempuh usaha-usaha yang maksimal untuk menghilangkan bahaya
tersebut.
b. Setelah masuk fase ketiga dan setelah lengkap umur janin 4 bulan
kehamilan, tidak diperbolehkan untuk menggugurkannya sampai ada
ketetapan dari komite dokter dari dokter-dokter spesialis yang
berkompeten dan dipercaya bahwa tinggalnya janin dalam perut
ibunya dapat menyebabkan kematian ibunya, tentunya hal tersebut
setelah

ditempuh

usaha-usaha

yang

maksimal

untuk

mempertahamkan kehidupan ibunya. Adapun keringanan yang


diberikan untuk melakukan praktek aborsi harus berdasarkan syaratsyarat tersebut di atas, hal tersebut dimaksudkan untuk menjegah
yang paling besar dari dua kemudharatan, dan mengambil mashlahat
yang paling besar.
Nilai yang tidak mendukung
- Human dignity setiap orang mempunyai hak hidup, namun hal ini
harus dipertimbangkan pada setiap nyawa yang beresiko meninggal.
Jika keduanya tidak dapat diselamatkan, maka salah satu harus
diselamatkan mengingat penyakit yang diderita bukan penyakit yang
mudah untuk diobati dan disembuhkan.
Prinsip-prinsip yang melandasi
Prinsip yang mendukung
- Autonomy Pasien berhak untuk memilih sesuai dengan yang
diinginkannya setelah mengetahui segala konsekuensi atas keputusan
yang diambil. Dan setelah mengisi inform consent
- Justice sama halnya dengan justice pada nilai-nilai yag
mendukung. Pada kasus tertentu seperti pada Ny. D tindakan aborsi
diijinkan.
- Beneficience Walaupun dilakukan aborsi, kasus dilakukannya
aborsi

tetap

memiliki

sisi

kebaikan

yaitu

dengan

lebih

17

menyelamatkan nyawa si ibu daripada mepertaruhkan kedua nyawa


yang sama-sama berisiko 2x lebih besar.
Prinsip yang tidak mendukung
- Avoiding killing dengan melakukan tindakan aborsi, baik ibu
maupun perawat secara tidak langsung merenggut hak janin untuk
hidup. Tetapi tindakan ini dapat menyelamatkan nyawa si ibu.
- Non maleficience tindak aborsi berisiko terhadap si ibu dan bayi.
Namun, pada kasus ini dilakukannya aborsi bertujuan untuk lebih
menyelamatkan nyawa si ibu.
4.

Implementasi
Keputusan yang diambil alternatif III yaitu melakukan aborsi setelah

melalui persetujuan pasien dan suami.


Dengan alasan dokter melakukan tindakan aborsi demi kebaikan pasien
dengan meminimalisir semua kemungkinan terburuk yang bisa terjadi dan juga
telah mendapat persetujuan dari Ny. D.
Alternatif III juga telah memenuhi standart hukum, aturan yang berlaku,
serta nilai dan prinsip . Dari pihak keluarga juga tidak akan bisa membuat gugatan
dikarenakan telah dilakukan inform consent yang juga keluarga telah mengetahui
segala konsekuensi yang ada pada setiap keputusan.
Dan untuk implementasinya, dapat dilakukan:
a.

Memberitahukan kepada pasien dan keluarga khusunya suami mengenai sisi

b.

baik dan sisi buruk setiap keputusan yang akan diambil oleh keluarga.
Memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga khusunya suami untuk

c.

memilih keputusan yang akan diambil.


Keputusan pasien dan keluarga khusunya suami adalah untuk melakukan
aborsi yang didokumentasikan dengan dilakukan inform consent untuk

d.

menghindari terjadinya gugatan hukum.


Mempersiapkan untuk dilakukannya aborsi.

5.

Evaluasi
Keputusan yang dapat diambil adalah melakukan tindakan yang telah

melalui persetujuan dari keluarga dan klien.Melakukan tindakan aborsi karena

18

berdasarkan prinsip human dignity dan prinsip justice yang berdasarkan pada
UUD pasal 346 dan 349 yang mengatur tentang apabila melakukan tindak aborsi
dapat dikenai hukum pidana yang berlaku. Dan juga sesuai dengan nilai etik yaitu
avoiding killing, beneficience, dan non malefficience.
Kriteria keberhasilan:
- Pasien dan suami memahami konsekuensi yang akan terjadi apabila dilakukan

aborsi.
- Pasien dan suami memutuskan untuk dilakukan aborsi
- Pasien, suami, dan keluarga pasien tidak akan menuntut dan melayangkan
gugatan hukum apabila terjadi sesuatu kepada Ny. D.

19

BAB V
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Meski pengguguran kandungan (aborsi) dilarang oleh hukum, tetapi

kenyataannya masih terdapat banyak perempuan yang melakukan aborsi.


Masalahnya tiap perempuan mempunyai alasan tersendiri untuk melakukan aborsi
dan hukumpun meskipun terlihat kurang menfasilitasi untuk alasan terterntu tapi
bila ditelusuri lebih lanjut maka akan ada hukum yang mendukung tindakan
tersebut.
B.

Saran
Dengan demikian dapat dijadikan referensi oleh petugas medis khususnya

perawat dalam pegambilan keputusan yang berdasarkan prinsip, nilai etik


keperawatan, serta hukum dan norma yang berlaku.

20

Anda mungkin juga menyukai