Anda di halaman 1dari 9

SAKSI

Oleh: Yung Darius


Adegan 1.
PENDETA MUNCUL DI POJOK KANAN BAWAH. IA TENGAH MEMBACA ALKITAB
YANG TERBUKA DI TANGANNYA.
001. Pendeta

: Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu,
dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan
Samaria dan sampai ke ujung bumi. Sesudah Ia mengatakan demikian,
terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutupNya dari
pandangan mereka.
Hmmm.... Yesus sudah pergi, Ia sudah naik ke surga, ke Rumah Bapa.. untuk
menyediakan tempat bagi kita... supaya di mana Yesus berada, kita juga akan
berada.. demikian janjiNya ketika Ia masih di dunia... lalu.. kini dia sudah
pergi... kapan Ia baru akan kembali menjemput kita? Engkau tidak perlu
mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut
kuasaNya. Demikian kata Yesus sesaat sebelum Ia naik ke surga... dalam
hari-hari penantian.. tugas kita adalah menjadi saksi! Ya, menjadi saksi!!

PENDETA MENUTUP ALKITAB DAN BERJALAN KELUAR. SEMENTARA ITU DI


PANGGUNG ATAS, SEORANG LAKI-LAKI MUNCUL. IA MELAKUKAN GERAKAN
MELURUSKAN OTOT-OTOT SEPERTI ORANG YANG BARU BANGUN DARI TIDUR.
002. A Seng

: Hmmm... sepi sekali... pasti Giok Lan dan Iing sudah ke gereja... Semalam
aku memang sudah bilang sama Giok Lan, kalau hari ini aku tidak bisa ke
gereja.. banyak sekali pekerjaan kantor yang harus aku selesaikan... inilah
akibatnya, kalau perusahaan terpaksa mengurangi karyawan sebagai dampak
krisis ekonomi yang berkepanjangan. Sialnya aku jadi kelimpahan pekerjaan
dua orang... tapi... yaa... kalau dipikir-pikir... masih untung juga aku.. nggak
temasuk yang di-phk... tapi... akibatnya... yaa.. terpaksalah aku harus sering
bawa pulang pekerjaan dari kantor dan.. apa boleh buatlah... terpaksa aku
harus sering madol dari gereja... yaa.. sekali-sekali tak apalah... ini kan
penting... dari pada nanti aku ikut-ikut di phk.. bagaimana? Lagipula istriku
Giok Lan dan anakku Iing kan sudah cukup mewakili aku... Heehhh...
kadang-kadang aku suka heran dengan sepupuku si Kim Liang... dia itu
bukan kristen... tapi krismon-krismon gini hidupnya tambah makmur...

003. Suara

: (NARASI) Kamu heran apa iri Aseng...??

004. A Seng

: Hei..!! Suara siapa itu?

005. Suara

: Kamu ini gimana Seng? Masa sama suara hati sendiri saja tidak kenal?

006. A Seng

: Hah? Suara hati?

007. Suara

: Ya.. suara hati kamu!! Kenapa....?? Sepertinya kamu sedang memikirkan


sesuatu. Kamu kepingin seperti Kim Liang...

008. A Seng

: Yaa.. siapa sih yang nggak kepengen?

009. Suara

: Hmmm... itu kan soal gampang....

010. A Seng

: Gampang gimana?? Aku sudah banting tulang siang malam, hasilnya ya ginigini aja...

011. Suara

: Makanya... sekali-sekali coba kamu ikut sama Kim Liang... jangan gereja
melulu... gereja melulu... hari Minggu itu kan hari libur... hari bersantai...
gereja itu sekali-sekali saja... kalau ada waktu sisa....

012. A Seng

: Kamu...

013. Suara

: Ya sudah, terserah kamu saja... kamu kan tuan... sedang aku... aku cuma
suara hati... (TERDENGAR KETUKAN DI PINTU) Ah... ada tamu
rupanya... sudah ya.. aku mau mundur dulu... semoga kamu berhasil hari
ini....

A SENG BERJALAN KE PINTU DAN MEMBUKA.


014. A Seng

: (KAGET) Ah.. Kim Liang... tumben.. pagi-pagi ada di sini?

015. Kim Liang : Iya... kebetulan.. kamu lagi ada di rumah.. aku perlu bantuanmu!
016. A Seng

: Apa? Bantuanku? Seorang Kim Liang minta bantuanku? Apa aku nggak
salah dengar?

017. Kim Liang : Betul! Sekali ini aku betul-betul memerlukan bantuan kamu Seng...
018. A Seng

: Bantuan apa yang bisa diberikan oleh seorang sepupu miskin seperti aku
hah? Kamu ini ada-ada saja Kim Liang....

019. Kim Liang : Kamu salah Seng... aku bukan mau minta bantuan uang... kalau itu sih, aku
nggak kekurangan.. tapi aku mau minta bantuan tenaga...
020. A Seng

: Hmm.. tenaga? Ayolah... ngomong yang jelas Kim Liang, jangan berbelitbelit gitu....

021. Kim Liang : Oke... kita lagi kurang kaki... ada satu teman tiba-tiba sakit dan harus masuk
rumah sakit... aku rasa kamu cocok untuk menggantikannya...
022. A Seng

: Maksud kamu?

023. Kim Liang : Ah... masa kamu sudah lupa sih... dulu kan kamu bandar buntut tikus... raja...

024. A Seng

: Bukan itu... maksudku... kamu mau ajak aku berjudi lagi?

025. Kim Liang : Sekali ini saja... menggantikan teman..


026. A Seng

: Nggak.. nggak... aku nggak mau terlibat lagi... aku sudah ke gereja...

027. Kim Liang : Sekali ini saja Seng...


028. Suara

: Makanya... sekali-sekali coba kamu ikut sama Kim Liang... jangan gereja
melulu... gereja melulu... hari Minggu itu kan hari libur... hari bersantai...
gereja itu sekali-sekali saja... kalau ada waktu sisa....

029. A Seng

: (BERPIKIR SEJENAK) Betul... hanya sekali ini saja?

030. Kim Liang : Betul... sekali ini saja... hanya menggantikan teman saja kok...
031. A Seng

: Okelah kalau begitu... tapi... jangan bilang-bilang sama Giok Lan atau Iing
yaa...

032. Kim Liang : Jangan kuatir... istri dan anakmu pasti nggak akan tahu...
033. A Seng

: Sebentar ya.. aku ganti baju dulu....

A SENG KELUAR. KIM LIANG TERSENYUM KEGIRANGAN SAMBIL MEMUKULKAN


TANGANNYA SATU KE YANG LAIN. SEBENTAR KEMUDIAN A SENG MASUK LAGI.
LALU KIM LIANG DAN A SENG KELUAR.
Adegan 2.
PENDETA MUNCUL DI TEMPAT SEPERTI PADA ADEGAN 1. IA MEMBAWA
ALKITAB YANG TERBUKA DI TANGANNYA.
034. Pendeta

: Jangan pernah membuka hati kita kepada iblis, sekecil apapun celahnya.
Ingatlah akan pesan Yesus sesaat sebelum Ia ditangkap di taman Getsemani.
Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam
pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah....

PENDETA MENUTUP ALKITAB DAN BERJALAN KELUAR. SEMENTARA A SENG


DAN KIM LIANG MASUK DI PANGGUNG ATAS. MEREKA TAMPAK GEMBIRA.
035. Kim Liang : Waahh... nggak sangka... ternyata kamu masih sehebat dulu Seng...
036. A Seng

: Ah, kamu terlalu memuji Kim Liang... hanya kebetulan saja... aku lagi
beruntung hari ini... kamu sendiri aku lihat menang besar tadi...

037. Kim Liang : Haha.. kalau aku sih selalu beruntung... kan kamu juga yang ajari dulu...

038. A Seng

: Masa sih... hati-hati... orang itu ada hari apesnya loh...

039. Kim Liang : Jangan kuatir... aku selalu berhati-hati kok... kalau nggak.. mana bisa aku
terus bertambah kaya seperti sekarang... hahaha.... gimana.. minggu depan
mau ikut lagi nggak??
040. A Seng

: (BERPIKIR SEJENAK) Boleh juga.....

041. Kim Liang : Waahh... ketagihan rupanya kamu... selamat... atas kembalinya King
Gamblerrrr... hahahaha....
042. A Seng

: Huss!! Jangan keras-keras... nanti kedengaran istriku bisa berabe...

043. Kim Liang : Okelah... aku pulang dulu ya.. minggu depan aku jemput... minggu depan ada
kakap...
044. A Seng

: Kalau bisa setelah aku pulang gereja saja... biar Giok Lan nggak curiga...

045. Kim Liang : Kesiangan... kakapnya keburu kabur... oke.. sampai minggu depan...
KIM LIANG KELUAR. A SENG MENGELUARKAN SEJUMLAH UANG DAN
MENGHITUNG-HITUNGNYA
SAMBIL
TERSENYUM
SENANG.
TIBA-TIBA
TERDENGAR KETUKAN DI PINTU. A SENG CEPAT-CEPAT MEMASUKKAN UANG
KE SAKUNYA DAN BERJALAN KE PINTU, MEMBUKANYA DAN A SENG AGAK
TERKEJUT.
046. A Seng

: Eh, boksu... ayo silakan masuk...

047. Pendeta

: Terima kasih...

048. A Seng

: (AGAK SALAH TINGKAH) Duduk boksu... sebentar saya ambilkan


minum...

049. Pendeta

: Tidak usah... tidak usah... saya tidak lama... hanya mampir sebentar... saya
cuma ingin ngobrol-ngobrol sebentar dengan saudara A Seng... Oya, istri dan
anakmu belum pulang?

050. A Seng

: Katanya mau mampir dulu di tempat saudara... Ada apa boksu, kelihatan ada
yang penting....

051. Pendeta

: Akhir-akhir ini, saya jarang melihat saudara A Seng di kebaktian... tadi saya
ketemu dengan istri dan anak kamu... mereka bilang, kamu lagi sibuk sekali
dengan pekerjaan kantor...

052. A Seng

: Iyaa.. biasalah... banyak yang kena phk... jadinya saya harus mengambil alih
pekerjaan beberapa orang yang di-phk...

053. Pendeta

: Hmmm... tapi ada baiknya saudara A Seng atur sedemikian rupa... supaya ada
waktu untuk berbakti kepada Tuhan di hari minggu...

054. A Seng

: Iyaa.. saya sudah berusaha.. tapi makin lama pekerjaannya makin numpuk...

055. Pendeta

: Yaaa.. kata orang pekerjaan sih nggak ada habis-habisnya kalau mau
dituruti... dan saya pikir kalau pekerjaan kita tidak ada habis-habisnya..
mestinya kita bersyukur pada Tuhan... artinya kita masih dibutuhkan... kalau
pekerjaan kita habis... bisa-bisa kita di-phk... betul tidak saudara A Seng?

056. A Seng

: Ya.. ya... saya paham boksu...

057. Pendeta

: Nah... salah satu wujud pengucapan syukur kita ya dengan datang berbakti
kepada Tuhan setiap minggu secara teratur... Tuhan sendiri berkata,
janganlah engkau menjauhkan diri dari persekutuan seperti yang dilakukan
oleh beberapa orang bebal... nah, saya berharap saudara A Seng sebagai
seorang kristen dapat mengatur waktu dengan baik... Ingat, Tuhan telah
memberikan kita 6 hari waktu untuk bekerja dan hari ke tujuh yaitu hari
minggu adalah hari perhentian... supaya kita datang menyembah dan berbakti
kepada Tuhan pada hari itu....

058. A Seng

: Baik boksu.. saya akan perhatikan itu...

059. Pendeta

: Baiklah kalau begitu... saya tidak bisa lama-lama.. masih harus mampir di
beberapa jemaat yang sakit... mari kita berdoa....

MEREKA BERDOA.
060. A Seng

: Terima kasih boksu....

061. Pendeta

: Sampaikan salam saya kepada istri dan anakmu. Oya.. jangan lupa datang
berbakti minggu depan..

062. A Seng

: Minggu depan? Saya.. saya...

063. Pendeta

: Ada apa?

064. A Seng

: Ah tidak.. tidak... saya akan usahakan bisa datang...

065. Pendeta

: Terima kasih. Selamat siang... Tuhan berkati....

066. A Seng

: Terima kasih boksu...

PENDETA KELUAR. A SENG MENUTUP PINTU DAN BERJALAN KE KURSI. IA


MENGHEMPASKAN DIRI DI KURSI DAN MENARIK NAPAS LEGA.
067. A Seng

: Haaaahhh... hampir saja...

068. Suara

: Jangan kuatir A Seng... si tua itu tidak akan tahu apa yang kamu perbuat...
lagi pula apa pedulinya dia... ini kan kehidupan kamu... kamu yang berhak
menentukan segalanya... kapan kamu mau ke gereja.. mau kerja.. mau judi...
mau jual buntut tikus....

069. A Seng

: Tapi... bagaimana kalau sampai istriku tahu... bagaimana?? Tidak mungkin


setiap minggu aku beralasan banyak pekerjaan kantor...

070. Suara

: Hahaha... jangan kuatir... minggu depan kamu tidak perlu repot-repot


memikirkan alasan...

071. A Seng

: Maksudmu?

072. Suara

: Ah... kamu lupa romannya...

073. A Seng

: Lupa apaan? Apanya yang lupa...?

074. Suara

: Minggu depan... istrimu Giok Lan pasti juga tidak akan ke gereja...

075. A Seng

: Tidak akan ke gereja... ?? Kenapa? Apa maksudmu??

TIBA-TIBA SELEMBAR KARTU UNDANGAN BERWARNA MERAH MELAYANG KE


ARAH A SENG. A SENG MENGAMBILNYA. MATANYA TERBELALAK MEMBACA
UNDANGAN ITU.
076. Suara

: Ha.. ha.. ha.. ha.. ha.... (FADE-OUT).

077. A Seng

: Ah... sungguh beruntung aku... ini seperti kata pribahasa, pucuk dicinta ulam
tiba... ya.. ya.. Giok Lan pasti lebih memilih ke undangan ii-nya... dari pada
ke gereja... seperti biasanya... dan aku... ha.. ha.. ha.. (MENJENTIKKAN
JARINYA DENGAN PUAS).

A SENG BERJALAN KELUAR SAMBIL TERTAWA-TAWA SENANG.


Adegan 3.
PENDETA MUNCUL DI TEMPAT SEPERTI PADA ADEGAN-ADEGAN SEBELUMNYA.
SAMBIL MEMBACA ALKITAB YANG TERBUKA DI TANGANNYA.
078. Pendeta

: Lihat.. sekali engkau membuka diri pada dosa.. maka dosa demi dosa akan
datang dengan lancar... seperti air bah, ia takkan terbendung oleh kita...
apalagi jika kita semakin jauh dari Tuhan... sebab Tuhan adalah pokok
anggur yang benar dan kita adalah ranting-rantingnya... sekali ranting terlepas
dari pokoknya, maka ia akan menjadi kering dan dibuang orang ke dalam
pembakaran... Hanya Tuhan yang sanggup menolong kita keluar dari
kubangan dosa-dosa kita....

PENDETA MENUTUP ALKITAB DAN BERJALAN KELUAR. DI PANGGUNG ATAS


MUNCUL IING DAN GIOK LAN.
079. Giok Lan : Nggak bisa... Iing! Mama harus bilang apa sama ipohmu itu? Kalau sampai
kamu nggak datang di pestanya. Sekali-sekali nggak ke gereja kan nggak apaapa!
080. Iing

: Tapi iing musti nyanyi di paduan suara Ma...

081. Giok Lan : Kan masih ada yang lain... kan bukan cuma kamu anggota paduan suaranya...
kan masih ada Mei Lan... Ella... Siao Cu... dan yang lain-lainnya...
082. Iing

: Aduuuhh.... mama ini gimana sih... kalau kurang ya bisa pincang suaranya...

083. Giok Lan : Sudah.. sudah... pokoknya kamu harus datang ke pesta ipohmu itu.. papa juga
ikut... pekerjaan kantornya saja ditinggal dulu... biasanya pekerjaan kantor
nomor satu buat papamu... sekali ini, kan pesta ipohmu itu lebih penting...
084. Iing

: Nggak... nggak... pokoknya Iing ke gereja dulu... nanti pulang gereja baru
Iing ke pesta Ipoh... kan masih keburu ini.. pestanya kan sampai sore... telat
dikit kan nggak apa-apa...

085. Giok Lan : Tapi kita kan saudara dekat Iing.. masa saudara datangnya telat.. apa kata
orang-orang nanti... saudara kok seperti tamu!
086. Iing

: Ih.. peduli amat kata orang.. pokoknya Iing mau ke gereja dulu!

087. Giok Lan : Ya terserah kamulah... kamu memang kepala batu.. nggak bisa dibilangin...
gereja kan ada setiap minggu... pesta ipohmu kan nggak setahun sekali...
udah.. mama mau ke pasar dulu...
GIOK LAN KELUAR. IING BERDIRI DENGAN MUKA CEMBERUT. LALU KELUAR. A
SENG MASUK, SEPERTI ORANG BARU BANGUN TIDUR. TERDENGAR PINTU
DIKETUK GENCAR. A SENG TERKAGET DAN CEPAT MEMBUKA PINTU. SEORANG
PEMUDA MENEROBOS MASUK.
088. Jeffry

: Cek... ncek... (NAPASNYA TERENGAH-ENGAH).

089. A Seng

: Ada apa Jeffry.. ada apa? Kenapa kamu seperti orang yang dikejar-kejar
setan?

090. Jeffry

: Papa... cek... papa...

091. A Seng

: Ada apa dengan papamu? Coba tenang dulu Jeffry.. bicara yang jelas.. ada
apa dengan papamu?

092. Jeffry

: Papa lagi gawat di rumah sakit...

093. A Seng

: Hah..??!! Apa yang terjadi Jeffry??

094. Jeffry

: Tadi papa jatuh di kamar mandi... terus pingsan... menurut dokter papa kena
serangan jantung.. keadaannya kritis...

095. A Seng

: Oke.. oke... ncek ikut kamu sekarang juga... tenang dulu yaa... ncek ganti
baju dulu...

A SENG KELUAR. JEFFRY TAMPAK GELISAH. SEBENTAR KEMUDIAN A SENG


MASUK. LALU A SENG DAN JEFFRY KELUAR.
Adegan 4.
A SENG MASUK DENGAN LUNGLAI. IA SEPERTI ORANG YANG PATAH
SEMANGAT. IA TERDUDUK LUNGLAI DI KURSI. WAJAHNYA SEDIH.
096. A Seng

: Kim Liang... Kim Liang... kenapa kamu harus pergi begitu cepat... Aku sama
sekali tidak menyangka, minggu lalu menjadi pertemuan kita yang terakhir....
Aku menyesal sekarang, mengapa aku membiarkan diriku jatuh...
seandainya.... seandainya saja... aku tahu kamu akan pergi begitu cepat....
seharusnya aku membawamu kepada Tuhan... seharusnya bukan aku yang
terbawa oleh kamu... tetapi akulah yang seharusnya membawa kamu... Aku
telah gagal menjadi saksi!! Aku tidak menyaksikan kebenaran Tuhan, bahkan
kepada sepupuku sendiri, yang aku kenal sejak kecil... Aku telah gagal
Tuhan... aku menyesal... tetapi penyesalan yang terlambat....

DIAM-DIAM TANPA DIKETAHUI A SENG, PENDETA MASUK MELALUI PINTU


YANG TERBUKA DAN MENGHAMPIRI A SENG.
097. Pendeta

: Tidak ada kata terlambat saudara A Seng. Penyesalan kamu pasti didengar
Tuhan. Ia tidak akan tinggal diam. Kamu tentu tahu, bagaimana Tuhan telah
memulihkan Petrus karena penyesalannya yang sungguh-sungguh. Mulai
sekarang hiduplah kudus di hadapanNya dan jadilah saksi Kristus. Agar
melalui kehidupanmu dan keluargamu, banyak orang memperoleh
keselamatan kekal. Apa yang terjadi dengan sepupumu, bukan sepenuhnya
menjadi kesalahanmu. Tetapi, Tuhan tentu mempunyai rencana yang indah
bagi kehidupanmu dan keluargamu melalui peristiwa yang menyakitkan ini.
Mulai sekarang kembalilah dan hiduplah sebagai saksiNya!

098. A Seng

: Terima kasih boksu.

099. Pendeta

: (KEPADA PENONTON) Saudara-saudara yang terkasih di dalam Kristus


Yesus. Tuhan Yesus telah naik ke surga. Dia telah kembali ke Rumah Bapa.
Kita tidak tahu, kapan Kristus akan kembali. Firman Tuhan berkata, tidak
seorangpun yang tahu, Anak juga tidak, hanya Bapa yang tahu. Jadi hanya
Tuhan saja yang tahu, kapan Kristus akan datang kembali. Dalam masa
penantian ini, sebagai anak-anak Tuhan, hiduplah kudus dan jadilah
8

saksiNya, agar banyak orang dalam hidup kita, ii, ncek, ncim, itio, ipoh,
ikong, dan lain-lainnya dapat memperoleh hidup yang kekal. Amin.
TERDENGAR MUSIK PENUTUP FADE-IN. PENDETA DAN A SENG MEMBERI
HORMAT KE PENONTON. LALU KELUAR.

SELESAI
Cileduk, 6 Mei 2002
Yung Darius.
deyung@merapi.net
www.yungdarius.com
www.palka.or.id

Anda mungkin juga menyukai