Indeks Standar Pencemar Udara adalah angka yang tidak mempunyai
satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu tertentu yang didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan makhluk hidup lainnya. ISPU ini diatur di dalam PP No. 41 tahun 1999. Indeks kualitas udara didefinisikan sebagai gambaran atau nilai hasil transformasi parameter-parameter (indikator) individual polusi udara yang saling berhubungan, seperti konsentrasi SO2, NOx, SPM, Ox, CO menjadi satu nilai atau satu set nilai sehingga mudah dimengerti bagi masyarakat awam. Secara umum parameter-parameter yang dipergunakan dalam perhitungan indeks kualitas udara adalah SPM (Suspended Particulate Matter) atau TSP (Total Suspended Particulate), SO2 (Sulfur dioxide), CO (Carbon monoxide), Ox (dalam hal ini ozon), hidrokarbon dan visibilitas atau jarak pandang juga dapat diambil sebagai pertimbangan dalam penentuan indeks kualitas udara. Proses pengerjaan dibagi menjadi 4 tahap diantaranya tahap persiapan, tahap penentuan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara ambien, tahap uji (pengerjaan), dan tahap pelaporan. Pedoman teknis pemantauan kualitas udara ambien diatur dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 12 tahun 2010. Pemantauan kualitas udara secara nasional dilakukan oleh Kementrian Negara Lingkungan Hidup dengan menggunakan peralatan air quality monitoring station (AQMS) yang ditempatkan diseluruh kota besar di Indonesia yaitu: Jakarta, Semarang, Surabaya, Bandung, Medan, Denpasar, Pontianak, Palangkaraya, Pekanbaru dan Jambi. Sistem pemantauan tersebut memantau konsentrasi CO, SO2, NOx, O3, dan PM10. Data yang diperoleh digunakan untuk menghitung indeks standar pencemaran udara (ISPU) dan tampilan pada papan display ISPU yang tersebar dibeberapa lokasi di kota-kota tersebut diatas.
52
Di era globalisasi seperti saat ini, beberapa negara yang sedang
berkembang termasuk Indonesia telah mengalami isi kualitas lingkungan hidup yang sampai saat ini selalu menjadi suatu permasalahan nasional yang perlu dicari jalan pemecahannya. Indonesia telah mengalami krisis udara bersih yang mana banyak ditemukannya pencemaran udara dikota-kota besar yang ada di Indonesia. Kontribusi Indonesia bagi pemanasan global berada di peringkat tiga penyumbang gas emisi gas buang CO2, setelah Amerika dan RRC. Penyumbang terbesar emisi gas buang CO2 adalah pembakaran hutan. Pencemaran udara terjadi karena emisi yang masuk ke udara ambien melebihi daya dukung lingkungan. Lingkungan tidak mampu menetralisir pencemaran yang terjadi. Kesadaran diri pribadi dalam menyikapi dan merespon akan pentingnya kebersihan lingkungan dalam kehidupan kita didunia sangatlah diperlukan dalam mengatasi kerusakan lingkungan. Selain diri pribadi, pemerintah juga turut andil dalam memperhatikan lingkungan dengan cara menetapkan kebijakan pengendalian pencemaran udara yang meliputi kebijakan teknis dan operasional. Selain itu pemilik pabrik juga semestinya dapat menjaga kelestarian lingkungan dan memperhatikan prosedur operasional dengan mengupayakan pembuangan limbah tanpa mengakibatkan pencemaran khususnya pencemaran udara.