Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KELOMPOK

Project Based Learning SISTEM


INTEGUMEN
Herpes

KELOMPOK 1
PSIK 2012 REGULER 1
Ketua Kelompok :
Bayu Aprilia Yogi P.

(125070200111009)

Anggota :
Ulfia Fitriani N
Alma Aidha Fitria
Dini Anjani
Septiana Hannani A.P
Siti Nur Aliyatul Azizah
Ruli Kusumaningtyas
Titik Dyah Selvia
Candra Restu Mentari
Yulia Kurniawati
Dwi Retno Selvitriana
Mike Istianawati
Veni Istiani
KLASIFIKASI

(115070207111021)
(125070200111001)
(125070200111005)
(125070200111007)
(125070200111011)
(125070201111017)
(125070201111019)
(125070201111021)
(125070201111023)
(125070201111027)
(125070201111033)
(125070200111033)

Herpes dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu herpes zoster yang


disebabkan oleh Virus Varisela Zoster dan herpes simplex yang
disebabkan oleh Herpes simplex virus. Herpes simplex
sendiri
dibedakan menjadi 2 menurut virus yg menyerang, yaitu herpes
simplex yang disebabkan virus HSV-1 dan oleh virus HSV-2.

DEFINISI
-

Herpes
Setiap penyakit kulit yg meradang yg ditandai oleh
pembentukan vesikel yg mengelompok dan disebabkan oleh
virus herpes. (Kamus Kedokteran Dorland ed.25)

Herpes zoster :
-

Penyakit yang disebabkan oleh Virus Varisela Zoster (VVZ) yang


menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini disebabkan oleh
reaktifasi

virus

varisela

setelah

infeksi

primer

(Arif

Mansjoer,2007).
-

Dr. Erdina H.D Pusponegoro : Penyakit kulit yang menimbulkan


nyeri dari dasar eritema di kulit.

Herpes simplex :
-

Infeksi akut yang disebabkan HSV 1 dan 2 ditandai dengan


vesikel kecil berisi cairan yang menyerang kulit atau mukosa
yang disertai dasar eritematosa dan meninggi dapat berupa
infeksi primer/rekuren akibat reaktifasi infeksi laten. (Kamus
Kedokteran Dorland)

EPIDEMIOLOGI
HERPES ZOSTER
-

Herpes zoster muncul sepanjang tahun karena tidak dipengaruhi


musim dan terjadi merata di seluruh dunia.

Sejak lahir 9 tahun = 0,74/1000

10-19 tahun = 1,38/1000

20-29 tahun = 2,58/1000


o

Di Amerika

>50 tahun = 66%

<20 tahun <10%

<15 tahhun =10%

Pada anak yang immunocompromise dan menderita penyakit


keganasan 3% (Dr. Romana Dumasari Lubis, SpKK).

HERPES SIMPLEX
-

Di AS 20% org dewasa diperkirakan ada 1 juta infeksi setiap


wktu, 80% orang dengan HIV terinfeksi herpes genitalis dan
lebih umum pada wanita. 1 dari 4 wanita dan 1 dari 5 pria
terinfeksi herpes simplex tipe 2.

Penyebaran herpes di indonesia diperkirakan meningkat seiring


peningkatan kasus HIV-AIDS. Kasus yang sering muncul adalah
herpes simplex yang penularanya terutama dari hubungan
dengan lawan jenis. (Kemenkes RI)

PATOFISIOLOGI

Agen inflamasi dan mediator

Faktor Resiko Herpes Zoster

Menurut Short, MP, 2005 faktor resiko dari herpes zoster adalah
agen-agen atau kondisi yang dapat menurunkan pertahanan tubuh
seperti pada:
-

Perawatan khemoterapi, perawatan dengan obat-obatan


sitostatik/imunsupresif/kortikosteroid.

Adanya suatu keganasan

Usia lanjut

Radiasi dan trauma lokal

Faktor resiko lain adalah:


-

Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini
akibat daya tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita
herpes zoster makin tinggi pula resiko terserang nyeri.

2O orang yang mengalami penurunan kekebalan


(immunocompromised) seperti HIV dan leukemia. Adanya lesi
pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari
immunocompromised.

Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.

Orang dengan terapi organ mayor seperti transplantasi sumsum


tulang

Faktor resiko Herpes Simpleks


-

Herpes Virus Hominis (HVH)

Herpes Simpleks Virus (HSV)

Varicella Zoster Virus (VZV)

Epstein Bar Virus (IBV)

Citamoga Lavirus (CMV)

Hubungan seks

Keadaan yang menimbulkan immunocompromised

MANIFESTASI KLINIS
Herpes Zoster

Gejala prodromal herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan


parestesi pada dermatom yang terkena. Gejala ini terjadi beberapa
hari menjelang timbulnya erupsi dan bervariasi mulai dari perasaan
kesemutan, sensasi seperti terbakar hingga perasaan sakit seperti
tertusuk. Nyeri ini dapat menetap atau bersifat hilang timbul dan
biasanya diikuti oleh adanya nyeri tekan dan hiperestesi kulit pada
dermatom yang terkena. Nyeri ini menyerupai nyeri yang terjadi pada
peradangan pleura, infak miokard, ulkus duodenum, kolesistitis, kolik
bilier atau kolik renal, apendiksitis, prolaps diskus intervertebralis,
sehingga menyebabkan terjadinya suatu kesalahan diagnosis dan
penanganan.
Dibedakan menjadi 3 yaitu fase erupsi, akut, kronik.
1. Fase pre erupsi
-

Rasa sakit dalam dematoma

Timbulnya lesi dalam jangka waktu 48-72 jam

2. Fase akut erupsi


- Lesi dari makula eritematosa, dan papula yang berkembang
menjadi vesikel
- Lesi baru terbentuk pada hari ke 3 dan 5
- Lesi-lesi bergabung menjadi bula
- Lesi

pecah menjadi

borok kemudian

menjadi kerak atau

mengering, saat pecah ada rasa nyeri


3. Fase kronis
-

Nyeri berlangsung selama 30 hari atau lebih

Lesi menjadi berkerak

Nyerinya terasa terbakar.

Herpes Simplex
a.

Herpes Simplex Genetalis : Derajat keparahannya dilihat


dari

gambaran

klinis

dari

frekuensi

dan

kakambuhannya.

Dibedakan menjadi 2, yaitu episode primer I infeksi dan episode


non primer I.
b.

Herpes Simplex Orofasial dibedakan menjadi 2 yaitu


primer dan rekuren.

c.

Infeksi primer pada HSV yaitu mereka yang tanpa adanya


kekebalan baik terhadap HSV-1 atau HSV-2 dan sering subklinis.
Namun bila lesi klinis berkembang, biasanya lebih parah, dan
lebih sering dengan tanda dan gejala sistemik, dan mereka
memiliki tingkat komplikasi yang lebih tinggi dari infeksi rekuren.
Infeksi genital primer lebih sering bergejala dibandingkan dengan
oral. Pada infeksi primer, gejala biasanya terjadi dalam waktu 3
sampai 7 hari setelah terpapar dengan masa inkubasi selama 2
sampai 20 hari. Gejala prodromal seperti limfadenopati, malaise,
anoreksia dan demam, serta nyeri setempat, pembengkakan dan
rasa terbakar sering terjadi sebelum timbulnya lesi mukokutan.
Awalnya nyeri, kadang-kadang terpusat, vesikel pada dasar
eritematous kemudian muncul, diikuti dengan adanya pustul dan
ulserasi. Beberapa vesikel berkelompok dan tersebar. Terbentuk
krusta dan gejala resolusi muncul dalam waktu 2 sampai 6
minggu. Gejala prodromal serupa dapat mendahului lesi rekuren,
tetapi yang terakhir sering mengalami penurunan dalam jumlah,
tingkat keparahan dan durasi dibandingkan dengan infeksi primer.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Herpes Zoster
-

Tzanck smear
o

Mengidentifikasi

virus

herpes

tetapi

tidak

dapat

membedakan herpes zoster dan herpes simplex


-

Isolasi virus dengan kultur jaringan

Identifikasi morfologi dengan mikroskop elektron

Pemeriksaan anti gen dengan immunofluororescent DVA (Direct


Fluorescent Antigen)

Serologi dengan mengukur immunoglobulin spesifik

Biopsi kulit

Deteksi antibodi terhadap infeksi virus

Deteksi DNA HSV dengan Polymerase Chain Reaction)

Herpes SImplex
Herpes Simpleks (Morgan dan Hamilton, :221-222)
1. Kultur

a. Uji yang paling akurat memerlukan waktu 3-7 hari sebelum


hasil diketahui.
b. Kultur dapat diperoleh melalui langkah-langkah berikut:
1) Bila vesikel tertutup lapisan:
- Kerok lapisan dengan jarum steril.
- Absorbsi cairan dengan lidi kapas steril
- Inokulasikan medium.
2) Bila vesikel mengalami ulserasi, lakukan apusan pada
vesikel dengan kapas aplikator yang belum dibasahi pada
medium pengangkut.
3) Bila tidak ada lesi, namun menginginkan pengujian
mengenai penyabaran virus, lakukan langkah berikut:
- Lakukan apusan pada saluran serviks dan sisi lesi
sebelumnya.
- Inokulasikan medium.
4) Seluruh apusan yang diperoleh saat pengumpulan tunggal
dapat dimasukkan ke dalam vial tunggal, kecuali apusan
ini untuk melokalisasi tempat penyebaran virus.

2. Titer antibodi darah


a. Titer harus diperoleh saat 7-14 hari setelah timbulnya tanda
infeksi pertama, dan mencapai peningkatan maksimum
sebesar empat kali lipat atau lebih dalam beberapa minggu.
b. Setelah masa itu, kadar titer menurun sampai nilai dasar dan
menetap seumur hidup.
c. Bila pasien mengalami infeksi rekuren
- Antibodi berada dalam darah bila dilakukan pengambilan
-

sampel, saat lesi muncul.


Titer darah tidak meningkat empat kali lipat, seperti
pada infeksi primer.

PENATALAKSANAAN
Herpes Simplex
Pada lesi yang dini dapat digunakan obat topikal berupa
salep/krim yang mengandung preparat idoksuridin (stoxil, viruguent,
virunguent-P) atau preparat asiklovir (zovirax). Pengobatan oral
preparat asiklovir dengan dosis 5x200mg per hari selama 5 hari
mempersingkat kelangsungan penyakit dan memperpanjang masa
rekuren. Pemberian parenteral asiklovir atau preparat adenine

arabinosid (vitarabin) dengan tujuan penyakit yang lebih berat atau


terjadi komplikasi pada organ dalam (Handoko, 2010).
Untuk terapi sistemik digunakan asiklovir, valasiklovir, atau
famsiklovir. Jika pasien mengalami rekuren enam kali dalam setahun,
pertimbangkan untuk menggunakan asiklovir 400 mg atau
valasiklovir 1000 mg oral setiap hari selama satu tahun. Untuk obat
oles digunakan lotion zinc oxide atau calamine. Pada wanita hamil
diberi vaksin HSV sedangkan pada bayi yang terinfeksi HSV
disuntikkan asiklovir intra vena (Sterry, 2006).

Herpes Zoster
Pada anak imunokompeten, biasanya tidak diperlukan
pengobatan yang spesifik dan pengobatan yang diberikan bersifat
simtomatis yaitu :

Lesi masih berbentuk vesikel, dapat diberikan bedak agar tidak

mudah pecah
Vesikel yang sudah pecah atau sudah berbentuk krusta dapat
diberikan salep antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi

sekunder
Dapat diberikan antipiretik dan analgetik, tetapi tidak boleh di
golongan salisilat (aspirin) untuk menghindari terjadinya

sindroma Reye
Kuku jari tangan harus dipotong untuk mencegah terjadinya
infeksi sekunder akibat garukan

Obat antivirus
Pemberian antivirus dapat mengurangi lama sakit, keparahan

dan waktu penyembuhan akan lebih singkat


Pemberian antivirus sebaiknya dalam jangka waktu kurang dari

48-72 jam setelah erupsi di kulit muncul


Golongan antivirus yang dapat diberikan yaitu asiklovir,

valasklovir dan farmasiklovir


Dosis anti virus (oral) untuk pengobatan varicella dan herpes
zoster :
Neonatus : asiklovir 500 mg/m2 IV setiap 8 jam selama 10 hari
Anak (2-12 tahun) : asiklovir 4 x 20 mg/kg BB/hari/oraL selama
5 hari
Pubertas dan dewasa :
- asiklovir 5 x 800 mg/hari/oral selama 7 hari
- valasiklovir 3 x 1 gr/hari/oral selama 7 hari

- farmasiklovir 3 x 500 mg/hari/oral selama 7 hari

Daftar Pustaka
www.kalbe.co.id/files/cdk/files/29_171Herpes
zoster.pdf/29_171herpeszoster.pdf.)
www.nlm.nih.gov/medlineplus/herpessimplex.html
Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Penyakit Virus.
Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ke-3. Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius. 2000, 128-9.
Mansjoer, Arief dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Edisi 3.
Jakarta: Media Aesculapius
Straus S, et all. Varicella and Herpes Zoster. In: Freedberg I, Eisen A,
Wolff K, Austen F, Goldsmith L, Katz S (eds). Fitzpatricks
Dermatology In General Medicine. 6th ed New York: McGraw-Hill
Professional; 2003. P. 221.
Lubis, Ramona Dumasari. 2008. Varicella dan Herpes Zoster. Repository
USU. Online,
(http://www.repository.usu.ac.id/varicelladanherpeszoster.pdf0.
diakses tanggal 01 Juni 2013.
Morgan, Geri dan Carole Hamilton. 2009. Obstetri dan Ginekologi
Panduan Praktik, Ed. 6. Jakarta: EGC.
(lichenstein R. Pediatrics, chicken pox or varicella, oktober 21, 2002
metha P N. Varicella, 1 july 2003. http://www.emedicine.com
sugito T L. Infeksi Virus varicella-zoster pada anak dan bayi. Dalam :
Boediardja S A editor. Infeksi kulit pada bayi dan anak, fakultas
kedokteran Universitas indonesia, jakarta, 2003)

Anda mungkin juga menyukai

  • PNC
    PNC
    Dokumen25 halaman
    PNC
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • Keluarga Dengan Anak Balita
    Keluarga Dengan Anak Balita
    Dokumen8 halaman
    Keluarga Dengan Anak Balita
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • Patofis Asma
    Patofis Asma
    Dokumen2 halaman
    Patofis Asma
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • Isolation Room
    Isolation Room
    Dokumen8 halaman
    Isolation Room
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • Mobilisasi Dini
    Mobilisasi Dini
    Dokumen12 halaman
    Mobilisasi Dini
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • Form Mcu Awal
    Form Mcu Awal
    Dokumen2 halaman
    Form Mcu Awal
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • Patofis Diare Fix
    Patofis Diare Fix
    Dokumen2 halaman
    Patofis Diare Fix
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • PATOFISIOLOGI
    PATOFISIOLOGI
    Dokumen1 halaman
    PATOFISIOLOGI
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • Patofisiologi Sepsis
    Patofisiologi Sepsis
    Dokumen2 halaman
    Patofisiologi Sepsis
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • Lampiran Kuesioner Manajemen
    Lampiran Kuesioner Manajemen
    Dokumen13 halaman
    Lampiran Kuesioner Manajemen
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • LP Vulnus Apertum
    LP Vulnus Apertum
    Dokumen15 halaman
    LP Vulnus Apertum
    Dwi Retno Selvitriana
    100% (1)
  • SAP Keracunan
    SAP Keracunan
    Dokumen8 halaman
    SAP Keracunan
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • SKALA Triase Australasia
    SKALA Triase Australasia
    Dokumen25 halaman
    SKALA Triase Australasia
    Ketut Aryawan
    100% (4)
  • Kulit Histologi
    Kulit Histologi
    Dokumen10 halaman
    Kulit Histologi
    Laksmi Puspitasari
    Belum ada peringkat
  • Asidosis Metabolik
    Asidosis Metabolik
    Dokumen3 halaman
    Asidosis Metabolik
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • Karsinoma Sel Basal
    Karsinoma Sel Basal
    Dokumen17 halaman
    Karsinoma Sel Basal
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • LP Diabetic Foot
    LP Diabetic Foot
    Dokumen24 halaman
    LP Diabetic Foot
    Dwi Retno Selvitriana
    75% (4)
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • LP Dispepsia
    LP Dispepsia
    Dokumen10 halaman
    LP Dispepsia
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • Basalioma Refrat
    Basalioma Refrat
    Dokumen18 halaman
    Basalioma Refrat
    OviAmoi
    Belum ada peringkat
  • Pyeloneprhitis
    Pyeloneprhitis
    Dokumen6 halaman
    Pyeloneprhitis
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • Pyeloneprhitis
    Pyeloneprhitis
    Dokumen6 halaman
    Pyeloneprhitis
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • LP Stemi Pci
    LP Stemi Pci
    Dokumen49 halaman
    LP Stemi Pci
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • LP Dispepsia
    LP Dispepsia
    Dokumen10 halaman
    LP Dispepsia
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • Pathway Adhf
    Pathway Adhf
    Dokumen2 halaman
    Pathway Adhf
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • BRONKIOLITIS
    BRONKIOLITIS
    Dokumen10 halaman
    BRONKIOLITIS
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • GMO
    GMO
    Dokumen25 halaman
    GMO
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • LP Hisprung
    LP Hisprung
    Dokumen23 halaman
    LP Hisprung
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • BRONKIOLITIS
    BRONKIOLITIS
    Dokumen10 halaman
    BRONKIOLITIS
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat