Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Selama sekresi hormone paratiroid (PTH), kelenjar paratiroid bertanggung
jawab

mempertahankan

kadar

kalsium

ekstraseluler. Hipoparatiroid

adalah

gabungan gejala dari produksi hormon paratiroid yang tidak adekuat. Keadaan ini
jarang sekali ditemukan dan umumnya sering sering disebabkan oleh kerusakan
atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid atau tiroid, dan
yang lebih jarang lagi ialah tidak adanya kelenjar paratiroid (secara congenital).
Kadang-kadang penyebab spesifik tidak dapat diketahui.
Etiologi yang paling umum pada masa dewasa adalah pasca bedah. Patologi
tiroid dan paratiroid menyebabkan operasi lebih sering terjadi pada wanita. Usia
rata-rata untuk diagnosis kedua penyakit tiroid dan penyakit paratiroid adalah pada
dekade kelima, meskipun kondisi terjadi dengan keteraturan sejak kecil hingga usia
lanjut dan tidak ada perbedaan antara pria dan wanita.
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memahami konsep
umum dari trigger yang diberikan (Hipoparatiroid).
1.2.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah, sebagai berikut:
1. Memahami definisi hipoparatiroid.
2. Memahami klasifikasi dari Hipoparatiroid.
3. Memahami epidemiologi dari Hipoparatiroid.
4. Memahami faktor risiko dari Hipoparatiroid.
5. Memahami etiologi dari hipoparatiroid.
6. Memahami patofisiologi dari Hipoparatiroid.
7. Memahami manifestasi klinis dari Hipoparatiroid.
8. Memahami pemeriksaan diagnostik dari Hipoparatiroid.
9. Memahami penatalaksanaan secara medis dari Hipoparatiroid.
10. Memahami komplikasi dari hipoparatiroid.
11. Memahami pencegahan dari hipoparatiroid.
12. Memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan Hipoparatiroid.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Hipoparatiroidisme adalah suatu ketidakseimbangan metabolisme kalsium
dan fosfat yang terjadi karena produksi hormon paratiroid yang kurang sehingga
menyebabkan hipokalsemia. (Kowalak, 2011).
Hipoparatyroidisme adalah hiposekresi kelenjar paratyroid yang menimbulkan
syndroma berlawanan dengan hiperparatyroid, konsentrasi kalsium rendah tetapi
phosfatnya tinggi dan bisa menimbulkan tetani akibat dari pengangkatan atau
kerusakan kelenjar paratyroid (Tjahjono, 1996).
Hipoparatiroid (Hipoparatiroidisme) adalah gabungan gejala dari produksi
hormon paratiroid yang tidak adekuat. Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan
umumnya sering sering disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan kelenjar
paratiroid pada saat operasi paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah
tidak adanya kelenjar paratiroid (secara congenital). Kadang-kadang penyebab
spesifik tidak dapat diketahui.
2.2 KLASIFIKASI
a.

Hipoparatiroid neonatal
Hipoparatiroid neonatal dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

sedang menderita hiperparatiroid. Aktivitas paratiroid fetus sewaktu dalam uterus


ditekan oleh maternal hiperkalsemia.
b.

Simpel idiopatik hipoparatiroid


Gangguan ini dapat ditemukan pada anak-anak atau orang dewasa.

Terjadinya sebagai akibat pengaruh autoimun yang ada hubungannya dengan


antibodi terhadap paratiroid, ovarium, jaringan lambung dan adrenal. Timbulnya
gangguan ini dapat disebabkan karena menderita hipoadrenalisme, hipotiroidisme,

diabetes mellitus, anemia pernisiosa, kegagalan ovarium primer, hepatitis, alopesia


dan kandidiasis.
c.

Hipoparatiroid pascabedah
Kelainan ini terjadi sebagai akibat operasi kelenjar tiroid, atau paratiroid atau

sesudah operasi radikal karsinoma faring atau esofagus. Kerusakan yang terjadi
sewaktu operasi tiroid, biasanya sebagai akibat putusnya aliran darah untuk kelenjar
paratiroidisme karena pengikatan arteri tiroid inferior. Hipoparatiroid yang terjadi
bersifat sementara atau permanen. Karena itu kadar kalsium serum harus diperiksa
sesudah melakukan operasi-operasi tersebut, tiga bulan kemudian dan sewaktuwaktu bila ada kelainan klinis walaupun tak khas yang menjurus pada diagnosis
hipoparatiroid.
2.3 EPIDEMIOLOGI
Etiologi yang paling umum pada masa dewasa adalah pasca bedah. Patologi
tiroid dan paratiroid menyebabkan operasi lebih sering terjadi pada wanita. Usia
rata-rata untuk diagnosis kedua penyakit tiroid dan penyakit paratiroid adalah pada
dekade kelima, meskipun kondisi terjadi dengan keteraturan sejak kecil hingga usia
lanjut dan tidak ada perbedaan antara pria dan wanita.
Etiologi lain untuk hipoparatiroidisme jauh kurang umum, dan epidemiologi
yang bervariasi. Neonatus dapat hadir dengan hipoparatiroidisme karena penekanan
oleh hiperkalsemia ibu atau onset tertunda sekresi PTH. Banyak sindrom kongenital
hadir baik neonatal atau pada anak usia dini terkait-gen X, semua yang langka dan
pola

warisan

mereka

tidak

berdampak

pada

epidemiologi

keseluruhan

hipoparatiroidisme. Etiologi lain yang jarang menyebabkan diperoleh bentuk


hipoparatiroidisme yang mungkin hadir di masa dewasa, dan epidemiologi mereka
mengikuti pola untuk setiap gangguan yang mendasari (misalnya, kanker metastatik,
hemokromatosis, HIV) (bestpractice.bmj.com).
2.4 FAKTOR RISIKO
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko terkena hipoparatiroidisme
meliputi:
1. Operasi leher baru-baru ini, terutama jika tiroid terlibat
2. Riwayat keluarga hipoparatiroidisme

3.
4.
5.
6.

Kongenital
Dampak dari perawatan kanker
Autoimun
Wanita mempunyai risiko untuk terkena hipoparatiroidisme lebih besar
daripada laki-laki.
Mempunyai autoimun atau endokrin kondisi tertentu, seperti penyakit Addison

(suatu kondisi yang ditandai oleh defisit dalam produksi hormon oleh kelenjar
adrenal).
2.5 ETIOLOGI
Jarang sekali terjadi hipoparatiroidisme primer, dan jika ada biasanya terdapat
pada anak-anak dibawah umur 16 tahun. Ada tiga kategori dari hipoparatiroidisme:
1) Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua penyebab utama:
a. Post operasi pengangkatan kelenjar partiroid dan total tiroidektomi.
b. Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat kongenital atau didapat
(acquired).
2) Hipomagnesemia.
3) Sekresi hormon paratiroid yang tidak aktif.
4) Resistensi terhadap hormon paratiroid (pseudohipoparatiroidisme) (Ganong,
1998).
Menurut Smeltzer dan Suzanne, penyebab hipoparatiroid paling sering terjadi
adalah sekresi hormon paratiroid yang kurang adekuat. Penyebab paling umum dari
hipoparatiroidisme adalah luka pada kelenjar-kelenjar paratiroid hilangnya jaringan
paratiroid. Terdapat tiga penyebab yang paling utama dari pasien dengan
hipoparatiroid, yaitu :
a. Kekurangan sekresi hormon paratiroid (PTH) (> 99% dari semua kasus).
Lebih dari 99% dari semua pasien dengan hipoparatiroid disebabkan
karena sekresi hormon paratiroid yang kurang adekuat. Pasien yang
menderita hipoparatiroid dengan kondisi ini hanya memiliki jaringan paratiroid
yang terlalu sedikit (atau tidak lengkap), sehingga hormon paratiroid
dihasilkan tidak memadai. Ini hampir atau selalu karena komplikasi operasi
tiroid atau paratiroid (tiroidektomi, paratiroidektomi, atau diseksi radikal leher).
Hipoparatiroidisme yang terjadi selama operasi leher mungkin bersifat
sementara atau permanen tergantung pada tingkat cedera kelenjar paratiroid.
Ada dua penyebab utama kekurangan hormone paratiroid :
Post operasi pengangkatan kelenjar paratiroid dan total tiroidektomi.
Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat konginetal atau didapat (acquired).
b. Ketidakmampuan untuk membuat bentuk aktif dari hormon paratiroid.

Kekurangan

sekresi

PTH

tanpa

alasan

yang

pasti

disebut

hipoparatiroidisme idiopatik. Penyakit ini jarang dan dapat dikarenakan


bawaan atau diperoleh. Ini adalah bentuk penyakit yang sangat jarang
ditemui. Hipoparatiroidisme dengan onset selama beberapa bulan pertama
kehidupan dapat permanen atau sementara, penyebabnya karena ibu telah
hiperparatiroidisme.
Penyebab terbesar Hipoparatiroidisme bawaan terjadi pada bayi yang
lahir dari ibu yang telah hiperparatiroidisme selama kehamilan. kalsium serum
pada janin akan persis sama seperti pada ibu, dan jika kalsium terlalu tinggi
selama kehamilan, biasanya membuat sel-sel paratiroid pada bayi akan arti
kalsium tinggi dan memutuskan untuk tidak tumbuh dan berkembang biak.
Dengan demikian, bayi-bayi dapat lahir dengan kelenjar paratiroid sangat
yang kecil atau mereka dapat lahir.
c. Ketidakmampuan ginjal & tulang untuk merespon hormon paratiroid yang
diproduksi oleh kelenjar paratiroid normal.
Seperti semua pasien dengan Hipoparatiroidisme, penyakit ini ditandai
dengan hypocalcemia dan hyperphosphatemia tetapi mereka memproduksi
hormon paratiroid dengan normal. Masalah terjadi pada tulang dan ginjal
yang tidak merespon hormon paratiroid. Bahkan jika hormon paratiroid normal
diberikan melalui pembuluh darah, tubuh tidak menanggapi. (Smeltzer,
Suzzanne, 2001)
2.6 PATOFISIOLOGI (terlampir)

2.7 MANIFESTASI KLINIS


1. Hipoparatiroidisme yang ringan dapat asimtomatik kendati biasanya menyebabkan
hipokalsemia dan kadar fosfat serum yang tinggi yang mengenai sistem saraf
pusat dan sistem lain.
2. Hipoparatiroidisme kronis :

Iritabilitas neuromuskuler, peningkatan

refleks

tendon

dalam,

tanda

Chvostek (spasme nervus fasialis yang hiperiritabel ketika saraf tersebut

diketuk), disfagia, sindrome otak organik, psikosis, defisiensi mental pada


anak-anak dan tetani.

Sulit berjalan dan tendensi terjatuh atau roboh (tetani kronis)


3. Hipoparatiroidisme akut meliputi :

Rasa kesemutan pada ujung-ujung jari tangan, disekitar mutut dan kadangkadang pada kaki (gejala pertama); ketegangan serta spasme otot yang
menjalar serta bertambah parah dan akibatnya aduksi ibu jari tangan,
pergelangan tangan, serta sendi siku, rasa nyeri yang bervariasi menurut
derajat ketegangan otot tetapi jarang mengenai wajah, tungkai dan kaki

(overt tetany yang akut)


Laringospasme, stridor, sianosis dan serangan kejang/bangkitan (kelainan
SSP) semakin parah pada hiperventilasi, kehamilan, infeksi, penghentian
terapi hormon tiroid atau pemberian diuretik dan sebelum menstruasi (tetani

akut).
Nyeri abdomen, malabsorbsi intestinal disertai steatore; rambut kering dan
kusam; kerontokan rambut spontan; kuku jari tangan rapuh; dan memiliki
garis tonjolan (krista) atau terlepas, kulit kering dan bersisik, dermatitis
eksfoliatif, infeksi kandida, katarak dan email gigi yang lemah sehingga gigi
mudah berubah warna, pecah dan keropos (efek hipokalsemia)

2.8 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Tetanus laten ditunjukan oleh tanda trousseau atau tanda Chvostek yang
positif. Tanda trousseau dianggap positif apabila terjadi spasme karpopedal yang
ditimbulkan akibat penyumabtan aliran darah ke lengan selama 3 menit dengan
manset tensimeter. Tanda Chvostek menujukkan hasil positif apabila pengetukan
yang dilakukan secara tiba-tiba didaerah nervous fasialis tepat di kelenjar parotis
dan disebelah anterior telinga menyebabkan spasme atau gerakan kedutan pada
mulut, hidung dan mata.
Diagnosa sering sulit ditegakkan karena gejala yang tidak jelas seperti rasa
nyeri dan pegal-pegal, oleh sebab itu pemeriksaan laboratorium akan membantu.
Biasanya hasil laboratorium yang ditunjukkan, yaitu:
1. Kalsium serum rendah. Tetanus terjadi pada kadar kalsium serum yang
berkisar dari 5-6 mg/dl (1,2 - 1,5mmol/L) atau lebih rendah lagi.
2. Fosfat anorganik dalam serum tinggi
3. Fosfatase alkali normal atau rendah

4. Foto Rontgen:
a) Sering terdapat kalsifikasi yang bilateral pada ganglion basalis di
tengkorak
b) Kadang-kadang terdapat pula kalsifikasi di serebellum dan pleksus
koroid
5. Density dari tulang bisa bertambah
6. EKG: biasanya QT-interval lebih panjang
2.9 PENATALAKSANAAN
Terapi bagi penderita hipoparatiroidisme kronis ditentukan sesudah kadar
kalsium serum diketahui. Diet tinggi kalsium rendah fosfor diresepkan. Meskipun
susu, produk susu dan kuning telur merupakan makanan tinggi kalsium, jenis
makanan ini harus dibatasi karena kandungan fosfor yang tinggi. Bayam juga perlu
dihindari karena mengandung oksalat yang akan membentuk garam kalsium yang
tidak laut. Tablet oral garam kalsium seperti kalsium glukonat, dapat diberikan
sebagai suplemen dalam diet. Gel alumunium karbonat (Gelusil, Amphojel) diberikan
sesudah makan untuk mengikat fosfat dan meningkatkan eksresinya lewat traktus
gastrointestinal. (Rafani 2010).
2.10 KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin dapat ditimbulkan akibat hipoparatiroidisme yang
terkait dengan kekurangan kalsium dalam tubuh, antara lain sebagai berikut.
1. Komplikasi reversibel

Tetani. Kejang dari tangan dan jari yang dapat berlangsung lama dan
menyakitkan. Tetani juga dapat mencakup ketidaknyamanan otot dan
berkedut atau kejang otot-otot wajah, tenggorokan atau lengan. Ketika
kejang ini terjadi di tenggorokan, hal tersebut dapat mengganggu

2.

pernapasan dan dapat menjadi keadaan yang darurat.


Parestesia. Ditandai dengan gejala sensorik aneh, sensasi kesemutan
atau perasaan seperti tertusuk jarum di bibir, lidah, jari dan kaki.
Kehilangan kesadaran dengan kejang (grand mal seizure).
Malformasi gigi, mempengaruhi enamel dan akar gigi.
Gangguan fungsi ginjal.
Aritmia jantung dan pingsan, bahkan gagal jantung.
Komplikasi irreversibel

Diagnosis yang akurat dan pengobatan yang efektif dapat mencegah


komplikasi ini terkait dengan hipoparatiroidisme, tetapi setelah ini, mereka tidak
akan meningkatkan dengan kalsium dan vitamin D pengobatan

Pertumbuhan terhambat (perawakan pendek)

Perkembangan yang lambat mental (atau retardasi mental) pada anak

anak
Endapan kalsium pada otak, yang dapat menyebabkan masalah
keseimbangan dan kejang
Katarak (mayoclinic.org)
Hipoparatiroidisme dapat terjadi bersama-sama dengan kondisi autoimun

lain seperti penyakit Addison dan anemia pernisiosa.


Penggantian kalsium yang berlebihan dapat menyebabkan komplikasi,
seperti batu ginjal (http://www.nhs.uk/)
2.11 PENCEGAHAN

Vitamin D, yang dapat membantu tubuh anda menyerap kalsium dan


mengurangi fosfor. Jenis vitamin D yang disebut ergocalciferol atau calcitriol
paling sering direkomendasikan karena mereka memiliki durasi yang lebih
lama atau lebih kuat daripada bentuk-bentuk lain dari vitamin ini. Seringkali,
dosis yang dibutuhkan untuk asupan vitamin D jauh lebih tinggi daripada

dosis suplemen vitamin harian lainnya.


Langkah-langkah diet
Dokter mungkin menyarankan agar anda berkonsultasi dengan ahli gizi. Ahli

1.

gizi tersebut mungkin menganjurkan diet yang:


Kaya kalsium. Teramsuk produk susu, sayuran berdaun hijau, brokoli, kale,

2.

jus jeruk yang telah diperkaya (fortifikasi) dan sereal sarapan.


Mengurangi makanan yang kaya fosfor. Ini berarti menghindari minuman
ringan berkarbonasi, yang mengandung fosfor dalam bentuk asam fosfat.
Telur dan daging juga cenderung memiliki kandungan fosfor yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Burner and Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 Edisi 8.
Jakarta : EGC.
Ganong. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Kowalak, P. Jennifer. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta : media Aeculapilus.
Mayo Foundation for Medical Education and Research. 2014. Diseases and
Conditions:

Hyperparathyroidism.

Online.

Available

from:

http://www.mayoclinic.org/diseasesconditions/hyperparathyroidism/basics/risk-factors/con-20022086.
[Accessed, 23 September 2014].
Ragg, Mark. 2000. Kesehatan Praktis Memahami Masalah Tiroid. Jakarta: Arcah
Rafani.

2010.

Hiperparatiroidisme

dan

Hipoparatiroidisme.

(4rafani.files.com/.../hiperparatiroidisme-dan-hipoparatiroidis).

Online
Diakses

tanggal 21 September 2014.


Smeltzer, Suzzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Ed.8. Jakarta : EGC.
Sudoyo, Aru. W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 3 ed.4. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/132/basics/epidemiology.html
http://www.nhs.uk/conditions/hypoparathyroidismhyperparathyroidism/Pages/Introdu
ction.aspx
http://www.mayoclinic.org/diseasesconditions/hypoparathyroidism/basics/complicatio
ns/con-20030780

PENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN

1. Riwayat penyakit, tanyakan kepada klien:


a. Sejak kapan klien menderita penyakit
b. Apakah ada anggota keluarga yang berpenyakit sama
c. Apakah klien pernah mengalami tindakan operasi khususnya pengangkatan
kelenjar paratiroid atau kelenjar tiroid
d. Apakah ada riwayat penyinaran radiologi daerah leher
2. Keluhan utama
a. Kelainan bentuk tulang
b. Perdarahan yang sulit berhenti
c. Kejang kejang, kesemutan dan lemah
3. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem integrumen
1. Rambut jarang dan tipis; pertumbuhan kuku buruk, deformitas dan mudah
patah; kulit kering dan kasar
2. Kulit kering dan kuku keras atau rapuh
b. Sistem muskuluskeletal
1. Kelainan bentuk tulang
2. Tetani (kejang otot)
3. Tanda Chvosteks atau Trousseaus
4. keadaan tetanus laten terdapat gejala patirasa, kesemutan dan keram
pada eksrmitas dengan keluhan perasaan kaku pada kedua belah tangan
serta kaki
5. Kesemutan di bibir, jari-jari tangan, an jdari-jari kaki
6. Kejang dan nyeri otot di muka, tangan dan kaki
c. Sistem persyarafan
1. Katarak-katarak di mata-mata
2. Kehilangan memori (daya ingat)
3. Sakit kepala
d. Sistem pernapasan: tanda-tanda mencakup bronkospasme, spasme laring,
suara serak
e. Sistem gastrointestinal: mual dan muntah
f. Sistem endokrin: Delirium
g. Sistem kardiovaskuler
1. aritma jantung
2. Perubahan pada EKG
3. Hipotensi
4. Pemeriksaan penunjang

a. Laboratorium
1. Kalsium serum rendah
2. Fosfat anorganik dalam serum tinggi
3. Fosfatase alkali normal atau rendah
b. Diagnostik
1. Foto Rontgen:
2. Sering terdapat kalsifikasi yang bilateral pada ganglion basalis di
tengkorak
3. Kadang-kadang terdapat pula kalsifikasi di serebellum dan pleksus koroid
4. Density dari tulang bisa bertambah
5. EKG: biasanya QT-interval lebih panjang

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

No
.
1.

Tanggal Muncul

Diagnosa Keperawatan

TTD

Ketidakefektifan pola napas berhubungan


dengan gangguan muskuloskeletal ditandai

2.

oleh

perubahan

kedalaman

pernapasan,

penurunan ventilasi semenit, dan dispnea.


Ketidakseimbangan
kebutuhan
biologis
dengan

nutrisi

berhubungan

penyakit

kurang
dengan

hipoparatiroid

ketidakmampuan

dari
factor

ditandai
memakan

makanan.
3.

Intoleran

aktifitas

berhubungan

dengan

kelemahan umum ditandai dengan respon


tekanan darah abnormal terhadap aktivitas,
perubahan EKG yang mencerminkan aritmia

Anda mungkin juga menyukai

  • SKALA Triase Australasia
    SKALA Triase Australasia
    Dokumen25 halaman
    SKALA Triase Australasia
    Ketut Aryawan
    100% (4)
  • Form Mcu Awal
    Form Mcu Awal
    Dokumen2 halaman
    Form Mcu Awal
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • Patofis Asma
    Patofis Asma
    Dokumen2 halaman
    Patofis Asma
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • PNC
    PNC
    Dokumen25 halaman
    PNC
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • Mobilisasi Dini
    Mobilisasi Dini
    Dokumen12 halaman
    Mobilisasi Dini
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • Patofis Diare Fix
    Patofis Diare Fix
    Dokumen2 halaman
    Patofis Diare Fix
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • Isolation Room
    Isolation Room
    Dokumen8 halaman
    Isolation Room
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • Keluarga Dengan Anak Balita
    Keluarga Dengan Anak Balita
    Dokumen8 halaman
    Keluarga Dengan Anak Balita
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • PATOFISIOLOGI
    PATOFISIOLOGI
    Dokumen1 halaman
    PATOFISIOLOGI
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • SAP Keracunan
    SAP Keracunan
    Dokumen8 halaman
    SAP Keracunan
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • Patofisiologi Sepsis
    Patofisiologi Sepsis
    Dokumen2 halaman
    Patofisiologi Sepsis
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • LP Vulnus Apertum
    LP Vulnus Apertum
    Dokumen15 halaman
    LP Vulnus Apertum
    Dwi Retno Selvitriana
    100% (1)
  • Karsinoma Sel Basal
    Karsinoma Sel Basal
    Dokumen17 halaman
    Karsinoma Sel Basal
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • Lampiran Kuesioner Manajemen
    Lampiran Kuesioner Manajemen
    Dokumen13 halaman
    Lampiran Kuesioner Manajemen
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • Pyeloneprhitis
    Pyeloneprhitis
    Dokumen6 halaman
    Pyeloneprhitis
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • Asidosis Metabolik
    Asidosis Metabolik
    Dokumen3 halaman
    Asidosis Metabolik
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • LP Diabetic Foot
    LP Diabetic Foot
    Dokumen24 halaman
    LP Diabetic Foot
    Dwi Retno Selvitriana
    75% (4)
  • Kulit Histologi
    Kulit Histologi
    Dokumen10 halaman
    Kulit Histologi
    Laksmi Puspitasari
    Belum ada peringkat
  • Basalioma Refrat
    Basalioma Refrat
    Dokumen18 halaman
    Basalioma Refrat
    OviAmoi
    Belum ada peringkat
  • LP Stemi Pci
    LP Stemi Pci
    Dokumen49 halaman
    LP Stemi Pci
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • LP Dispepsia
    LP Dispepsia
    Dokumen10 halaman
    LP Dispepsia
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • Pyeloneprhitis
    Pyeloneprhitis
    Dokumen6 halaman
    Pyeloneprhitis
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • LP Dispepsia
    LP Dispepsia
    Dokumen10 halaman
    LP Dispepsia
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • GMO
    GMO
    Dokumen25 halaman
    GMO
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kelompok 1-Herpes
    Laporan Kelompok 1-Herpes
    Dokumen10 halaman
    Laporan Kelompok 1-Herpes
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • LP Hisprung
    LP Hisprung
    Dokumen23 halaman
    LP Hisprung
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • Pathway Adhf
    Pathway Adhf
    Dokumen2 halaman
    Pathway Adhf
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • BRONKIOLITIS
    BRONKIOLITIS
    Dokumen10 halaman
    BRONKIOLITIS
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat
  • BRONKIOLITIS
    BRONKIOLITIS
    Dokumen10 halaman
    BRONKIOLITIS
    Dwi Retno Selvitriana
    Belum ada peringkat