POSTPARTUM
A. PENGERTIAN
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu
kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota
keluarga baru. Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Ambarwati, 2008).
Periode postnatal mengacu pada waktu setelah melahirkan, dimana
beradaptasi fisiologi bayi dan risiko terhadap ibu perdarahan postpartum dan
morbiditas yang signifikan lainnya yang tertinggi. Periode postnatal meliputi 24 jam
pertama sejak lahir. Biasanya, pada akhir periode ini dikaitkan dengan pelaksanaan
intervensi seperti promosi kontrasepsi dan imunisasi bayi, meskipun beberapa
metode kontrasepsi, seperti metode amenorea laktasi, IUD, vasektomi dan sterilisasi
perempuan, harus didiskusikan bahkan sebelum melahirkan, dan beberapa
imunisasi, seperti yang terhadap hepatitis B dan tuberkulosis (BCG), dapat diberikan
saat lahir (Hacker, 2009).
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan
terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam
pertama. Masa neonatus merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi, 2/3 kematian
bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bbl terjadi dalam
waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan dan asuhan pada ibu dan bayi pada
masa nifas dapat mencegah kematian dini (Ambarwati, 2008).
Asuhan keperawatan pada masa postpartum dibagi atas tiga periode, yaitu
(Mitayani, 2009):
1. Immediate postpartum, adalah masa 24 jam postpartum
2. Early postpartum, adalah masa pada minggu pertama postpartum
3. Late Postpartum, adalah masa pada minggu kedua sampai dengan minggu
keenam postpartum
Setelah Lembek
Sepusat 1000 gr 12,5 cm
plasenta lahir
8 minggu Normal 30 gr
(Hanifa, 2007).
2) Involusi tempat plasenta
Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh
darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta
tidak meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan
pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium
ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka
(Hanifa, 2007).
3) Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar,
tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang
banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas (Hanifa, 2007).
4) Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari,
pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena hiperplasi
ini dan karena karena retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh.
Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai
ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae mulai nampak
kembali (Hanifa, 2007).
b. After pains/ Rasa sakit (meriang atau mules-mules)
disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 4 hari pasca persalinan.
Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu
mengganggu analgesik (Hanifa, 2007).
c. Lochea
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa
nifas. Lochea bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi.
Lochea ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak
busuk.Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya
yaitu lochea rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks
kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari
pertama sampai hari ketiga (Hanifa, 2007; Hacker, 2009).
1) Lochea rubra (cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik
caseosa, lanugo, mekonium. Selama 2 hari pasca persalinan.
2) Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 37 pasca persalinan.
3) Lochea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 24 pasca
persalinan.
4) Lochea alba
Cairan putih setelah 2 minggu.
5) Lochea purulenta
Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.
6) Lacheostatis
Lochea tidak lancar keluarnya.
d. Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama,
biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis
yang meregang pada waktu partus setelah bayi lahir berangsur angsur
mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang menjadi
retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan
kembali sebaiknya dengan latihan-latihan pasca persalinan (Hanifa, 2007).
e. Sistem Kardiovaskular
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi
penambahan aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah
uterus. Penurunan dari estrogen mengakibatkan diuresis yang menyebabkan
volume plasma menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi
pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien
mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi
retensi cairan sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama
kehamilan (Hanifa, 2007).
f. Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume darah
dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi
pada hari pertama post partum (Suhermi, 2007).
g. Sistem Hormonal
1) Oxitoxin
Oxitoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot
uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin
menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk
kestabilan kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta
dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui
bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini
membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah
placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen, progesteron dan hormon laktogen
placenta menurun cepat, keadaan ini menyebabkan perubahan fisiologis
pada ibu nifas (Hanifa, 2007).
2) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula
hipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang
produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan
pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui
kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post partum dan
penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise anterior
untuk bereaksi pada ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen
dan progesteron dalam kadar normal, perkembangan normal folikel de
graaf, ovulasi dan menstruasi ((Hanifa, 2007; Mitayani, 2009).
3) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu.
Air susu ibu ini merupakan makanan pokok, makanan yang terbaik dan
bersifat alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja
melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang
pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang
pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini mengerem LTH. Setelah
plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi (Hanifa,
2007).
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang
pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan
oleh rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini menuju
ke hypofise dan menghasilkan oxitocin yang menyebabkan buah dada
mengeluarkan air susunya (Suherni, 2007).
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini
menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat,
keluarlah cairan puting dari puting susu.Air susu ibu kurang lebih
mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula 6,5-8 %, garam 0,1 0,2 %
(Hacker, 2009).
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan.
Banyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta
makanan yang dikonsumsi ibu (Hanifa, 2007).
h. Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:
Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal
Tanda- Tekanan darah < 140 / 90 mmHg, Tekanan darah > 140 / 90
tanda vital mungkin bisa naik dari tingkat disaat mmHg
persalinan 1 3 hari post partum.
Suhu tubuh < 38 0 C
Denyut nadi: 60-100 X / menit Suhu > 380 C
Denyut nadi: > 100 X / menit
(Ambarwati, 2008).
Vital Sign sebelum kelahiran bayi :
Suhu :
saat partus lebih 37,20C
sesudah partus naik 0,50C
12 jam pertama suhu kembali normal
Nadi :
60 80 x/mnt
Segera setelah partus bradikardi
Tekanan darah :TD meningkat karena upaya keletihan dan persalinan, hal ini
akan normal kembali dalam waktu 1 jam (Bahiyatun, 2009).
Vital sign setelah kelahiran anak :
1) Temperatur : Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 38 0C
(100,40F) disebabkan oleh efek dehidrasi dari persalinan.
2) Kerja otot yang berlebihan selama kala II dan fluktuasi hormon setelah
24 jam wanita keluar dari febris.
3) Nadi : Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiacc output. Nadi
naik pada jam pertama. Dalam 8 10 minggu setelah kelahiran anak,
harus turun ke rata-rata sebelum hamil.
4) Pernapasan : Pernapasan akan jatuh ke keadaan normal wanita
sebelum persalinan.
5) Tekanan darah : Tekanan darah berubah rendah semua, ortistatik
hipotensi adalah indikasi merasa pusing atau pusingtiba-tiba setelah
terbangun, dapat terjadi 48 jam pertama (Bahiyatun, 2009).
Penyimpangan dari kondisi dan penyebab masalah :
1) Diagnosa sepsis puerpuralis adalah jika kenaikan pada maternal suhu
menjadi 380C
2) Kecepatan rata-rata nadi adalah satu yang bertambah mungkin indikasi
hipovolemik akibat perdarahan.
3) Hipoventilasi mungkin mengikuti keadaan luar biasanya karena
tingginya sub arachnoid (spinal) blok.
4) Tekanan darah rendah mungkin karena refleksi dari hipovolemik
sekunder dari perdarahan (Suhermi, 2007).
2. Perubahan Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu:
1. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan. Dalam masa ini
terjadi interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini
dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-
hal yang romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan
menciptakan hubungan yang baru.
2. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk
menguasai keterampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu
berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air
kecil atau buang air besar.
3. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil
tanggung jawab terhadap bayi (Nirwana, 2011).
Baby Blues Syndrome
Pasca melahirkan adalah periode dimana ibu menjalani hari yang
melelahkan. Kelelahan ini terkait dengan keadaan sang bayi maupun perubahan
kondisi fisik dan psikis ibu, dan hal ini dapat memicu perasaan tertekan (stres).
Banyak ibu baru melahirkan mengalami depresi pasca persalinan atau lebih
dikenal sebagai baby blues syndrome (Murtiningsih, 2012).
Baby blues syndrome atau sering disebut juga dengan istilah maternity
blues atau post partum blues adalah gangguan emosi ringan yang biasanya
terjadi dalam kurun waktu 2 minggu atau 14 hari setelah ibu melahirkan. Banyak
faktor yang bisa menyebabkan baby blue syndrome, yaitu : dari ibu, bayi yang di
lahirkan dan lingkungan sekitar. Ketidakseimbangan hormonal, hormon thyroid,
perubahan gaya hidup juga dilaporkan sebagai faktor yang menyebabkan baby
blue syndrome (Nirwana, 2011).
Baby blues ditandai perasaan sedih, seperti menangis, perasaan kesepian
atu menolak bayi, cemas, bingung, lelah, merasa gagal dan tidak bisa tidur. Baby
blues relatif ringan dan biasanya berlangsung 2 minggu. Perbedaan dengan
syndrome of postpartum distress adalah pada frekuensi, intensitas dan lamanya
durasi gejala. Dalam postpartum depression, gejala yang lebih sering, lebih intens
dan lebih lama (Murtiningsih, 2012).
Seseorang terdiagnosis Baby Blues Syndrome apabila terlihat secara
psikologis kejiwaannya seperti di bawah ini.
a. Dipenuhi oleh perasaan kesedihan dan depresi disertai dengan menangis
tanpa sebab
b. Mudah kesal, gampang tersinggung dan tidak sabaran
c. Tidak memiliki tenaga atau sedikit saja
d. Cemas, merasa bersalah dan tidak berharga
e. Menjadi tidak tertarik dengan bayi anda atau menjadi terlalu memperhatikan
dan kuatir terhadap bayinya
f. Tidak percaya diri
g. Sulit beristirahat dengan tenang bias juga tidur lebih lama
h. Peningkatan berat badan yang disertai dengan makan berlebihan
i. Penurunan berat badan yang disertai tidak mau makan
j. Perasaan takut untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya (Murtiningsih, 2012).
Jika pasien mengalaminya lebih dari 2 minggu, bisa jadi pasien mengalami
Post partum Depression. Apabila gejala diatas tidak disadari dan lama kelamaan
tekanan atau stres yang dirasakan semakin kuat atau semakin besar maka
penderita akan mengalami depresi pasca melahirkan yang berat (Nirwana, 2011).
Berikut adalah perbedaan gejala klinis dari Baby blue syndrome,
Postpartum Deppression dan Postpartum Psychotic
Tabel 1.1 Perbedaan Gejala Kinis dari Baby Blue Syndrome, Postpartum Deppression dan
Postpartum Psychotic
Baby Blue Syndrome Postpartum Deppression Postpartum Psychotic
Terjadi pada 30-75% ibu Terjadi pada 10-15% ibu Terjadi pada 0,1-0,2%
melahirkan melahirkan ibu melahirkan
Gangguan suasana hati Gangguan suasana hati Depresi dengan
& pikiran (Mood) & pikiran, dengan gangguan mood
Munculnya rasa sedih perasaan tertekan yang Khayalan yang kacau
Murung, gelisah, tidak merata (bayi cacat/ meninggal,
nyaman Mudah/sering menangis mengingkari kelahiran,
Kebingungan yang Hampir selalu sulit tidur menganggap dirinya
subjektif belum menikah,
Terjadi antara 3-6 bulan
Menjadi mudah/ sering perawan, terus
setelah melahirkan,
menangis menerus meragukan
biasanya 12 minggu
Kadang sulit tidur keyakinan diri, mudah
Berlangsung selama
terpengaruh,
Terjadi 3-5 hari setelah beberapa bulan, bila
memberontak)
melahirkan tidak mendapatkan
Mengeluh letih, tidak
Berlangsung selama perawatan bisa
bisa tidur, gelisah,
beberapa hari sampai mencapai beberapa
menangis, emosi tidak
beberapa minggu tahun
terkendali, curiga,
Tanpa pemicu khusus Pemicu utama terjadi bila
bingung, bukan dirinya
Tidak dipengaruhi tidak mendapatkan
sendiri, kata-kata
kondisi sosial budaya dukungan dari suami
menyakitkan, obsesi
dan tingkat ekonomi dan/atau anggota
pada kesehatan bayi.
Bisa terjadi pada orang keluarga
Mengeluh tidak bisa
yang tidak pernah dan Sangat dipengaruhi
berdiri, tidak bisa
berasal dari anggota kondisi sosial budaya
berjalan/bergerak
keluarganya yang tidak dan tingkat ekonomi
Terjadi beberapa hari,
pernah mengalami Sangat erat
rata-rata 2-3 minggu
penyimpangan mood hubungannya dengan
setelah kelahiran,
Tidak berpikir ingin pengalaman
hampir selalu dalam
bunuh diri penyimpangan mood
kurun 8 minggu
Jarang ada yang berpikir yang pernah/sedang
50% berasal dari
ingin menyakiti sang dialami. Bisa terjadi pada
keluarga yang pernah
bayi ibu yang anggota
mengalami
keluarga lainnya pernah
Hampir tidak pernah
penyimpangan mood
mengalami
merasa bersalah dan
Ingin bunuh diri atau
penyimpangan mood.
tidak berdaya.
membunuh sang bayi.
Kadang berpikir ingin
Bisa kembali normal
Bisa merasa ada suara-
bunuh diri.
dengan sendirinya bila suara yang
Sering berpikir ingin
dukungan dan bantuan menyuruhnya bunuh diri
anggota keluarga lain menyakiti sang bayi
atau membunuh sang
bisa membuat sang ibu Sering merasa
bayi
baru tersebut tenang berlebihan merasa
Dari populasi penderita,
bersalah dan tidak
berdaya 5% bunuh diri, 4 %
Perlu mendapatkan membunuh bayinya,
bantuan dan treatment 67% mengalami
kejadian kedua kali
penyimpangan
emosional (affective
disorder) sepanjang
tahun
Proses kelahiran
menjadi salah satu
ketegangan yang
berkembang menjadi
penyimpangan mood
yang hebat
Harus mendapatkan
bantuan, pengawasan
dan treatment
(Nirwana, 2011).
Tabel 1.2 Perbedaan antara Baby Blues Syndrome dengan Post Partum Depression
Karakteristik Baby Blues Syndrome Post Patum Depression
Insiden 30-75% pada ibu yang 10-15% pada ibu yang melahirkan
melahirkan
Onset 3-5 hari setelah melahirkan 3-6 bulan setelah melahirkan
Durasi Hari sampai minggu Minggu sampai bulanan jika tidak
mendapat perawatan
Stressor yang Tidak ada hubungan Ada terutama kurang nya dukungan
berhubungan
Pengaruh Sosial dan Tidak ada hubungan Ada hubungan yang kuat
Budaya
Riwayat Keluarga Tidak ada hubungan Ada hubungan yang kuat
Mood Disorder
Rasa Sedih ya ya
Mood Lability ya Sering pada awalnya kemudian
depresi secara bertahap
Anhedonia Tidak Sering
Gangguan tidur Kadang-kadang Sering
Keinginan untuk Tidak ada Kadang-kadang
bunuh diri
Keinginan untuk Jarang Sering
menyakiti bayi
Adanya Perasaan Tidak ada dan jika ada Sering dan biasanya berat
bersalah dan biasanya ringan
ketidakmampuan
(Murtiningsih, 2012).
F. SIBLING RIVALRY
1. Pengertian
Sibling rivalry adalah kompetisi antara saudara kandung untuk mendapatkan
cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu kedua orang tuanya, atau untuk
mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih. Sibling rivalry atau
perselisihan yang terjadi pada anak-anak tersebut adalah hal yang biasa bagi
anak-anak usia antara 5-11 tahun. Bahkan kurang dari 5 tahun pun sudah
sangat mudah terjadi sibling rivalry (Nirwana, 2011).
2. Penyebab
Menurut Hanifa (2007), banyak faktor yang menyebabkan sibling rivalry, antara
lain:
a. Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka, sehingga
ingin menunjukkan pada saudara mereka.
b. Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau
mendengarkan dari orang tua mereka.
c. Anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam oleh
kedatangan anggota keluarga baru/ bayi.
d. Tahap perkembangan anak baik fisik maupun emosi yang dapat
mempengaruhi proses kedewasaan dan perhatian terhadap satu sama lain.
e. Anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga memulai
pertengkaran.
f. Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian atau
memulai permainan dengan saudara mereka.
g. Dinamika keluarga dalam memainkan peran.
h. Pemikiran orang tua tentang agresi dan pertengkaran anak yang berlebihan
dalam keluarga adalah normal.
i. Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama dengan anggota
keluarga.
j. Orang tua mengalami stres dalam menjalani kehidupannya.
k. Anak-anak mengalami stres dalam kehidupannya.
l. Cara orang tua memperlakukan anak dan menangani konflik yang terjadi
pada mereka (Hanifa, 2007).
3. Cara Mengatasi Sibling Rivalry
Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua untuk mengatasi sibling rivalry,
sehingga anak dapat bergaul dengan baik, antara lain:
a. Tidak membandingkan antara anak satu sama lain.
b. Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka sendiri.
e. Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika konflik biasa
terjadi.
j. Orang tua tidak perlu langsung campur tangan kecuali saat tanda-tanda
akan kekerasan fisik.
G.
ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM FISIOLOGIS
Pengkajian
- Biodata Klien
Biodata klien berisi tentang: Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama,
Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku,
Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
- Alasan masuk
Alasan yang membuat pasien datang dan ingin berobat, pada mastitis ibu ingin
memreriksakan payudaranya
- Keluhan Utama
Untuk mengetahui apa yang dirasakan pasien tersebut bisa memperberat keadaan
klien atau tidak
- Riwayat kesehatan sekarang dan lalu
- Riwayat Kesehatan Keluarga
- Riwayat perkawinan
Status perkawinan yang kurang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga
akan mempengaruhi proses nifas
- Riwayat KB
Untuk mengetahui jenis KB yang pernah digunakan, dan lamanya berapa tahun
- Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui tanggal haid normal terakhir, uraian haid normal terakhir, dan
pengalaman haid sebelumnya
- Riwayat kehamilan
Berapa kali ibu hamil, apa pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu,
penolong persalinan keadaan nifas lalu
- Riwayat persalinan
Ada kelainan atau tidak
- Riwayat nifas
Apakah pernah terdapat kelainan atau pada payudara berupa kaku payudara atau
puting susu lecet atau kemerahan, bila iya terjadi pada hari keberapa
- Pola Nutrisi dan cairan
sKaji tentang nafsu makan, jenisnya, ada pantangan atau tidak, bagi ibu nifas
minum 3 liter/hari, 2 liter didapat dari air minum, dan 1 liter didapat dari kuah sayur
dan buah
- Pola Eliminasi
BAB harus ada dalam 3 hari post partum
- Pola Istirahat
Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
- Personal hygiene
Untuk mencegah adanya infeksi
- Pola psikologis
Untuk mengetahui respon ibu terhadap bayinya
- Penggunaan obat-obatan/ rokok
Apakah ibu pernah mengkonsumsi rokok dan obat-obatan seama hamil
- Pemeriksaan Fisik
TTV
Kepala
Wajah
Keadaan wajah pucat atau tidak, ada oedema/tidak dn eksema grividarum
Mata
Konjunctiva pucat/tidak, sklera kuning/tidak
Hidung
Telinga
Payudara
Nyeri teka memerah atau tidak,
Abdomen
Ada bekas luka /tidak, terdapat strie atau linia nigra atu tidak
Vulva
Untuk mengetahui apakah ada luka perineum dan lochea sesuai dengan hari nifas
Anus
Ekstremitas
Ada oedema atau tidak
Lochea
Warna dan baunya
- Pemeriksaan Laboratorium
- Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10 g%
dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit.
- Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan integritas jaringan b.d. episiotomi, laserasi.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d. episiotomi.
3. Resiko tinggi infeksi b.d. gangguan integritas kulit.
4. Gangguan pola tidur b.d. ketidaknyamanan fisik, kebutuhan minum
anak.
5. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
peningkatan kebutuhan untuk menyusui.
6. Resiko tinggi gangguan eliminasi urine: retensi urine b.d. edema
pemeal, trauma perineal.
7. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d.
kehilangan darah, penurunan intake oral.
8. Cemas b.d. kurangnya pengetahuan tentang perawatan bayi/ibu,
kondisi bayi/ibu.
9. Resiko tinggi perubahan ikatan/peran b.d. konflik tentang bayinya.
Rencana Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d. episiotomi, laserasi.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri berkurang.
KH :
- Klien menyatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3-4.
- Klien tampak rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien bisa tidur nyaman.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal: Suhu 36-37 C, N 60-100 x/menit, R 16-24
x/menit, TD 120/80 mmHg.
Intervensi
- Tentukan adanya lokasi dan sifat serta skala nyeri.
- Inspeksi perbaikan perineum, dan episiotomi.
- Perhatikan adanya tanda REEDA.
- Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi (teknik napas panjang dan dalam,
mengalihkan perhatian).
- Monitor tanda-tanda vital.