Anda di halaman 1dari 80

HIDROLISIS ENZIMATIS TANDAN KOSONG KELAPA

SAWIT

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Guna Memperoleh Gelar Diploma Tiga (D-3)
Politeknik Negeri Ujung Pandang

Oleh:

Ahmad Kiswanto
331 11 017

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2014

ABSTRAK

Ahmad Kiswanto, Hidrolisis Tandan Kosong Kelapa Sawit Menggunakan


Enzim Selulase. (Pembimbing: Hb. Slamet Yulistiono Dip.Ing, M.T dan Joice
Manga, S.T., M.T).
Buah kelapa sawit selama ini banyak digunakan hanya sebagai bahan baku
untuk pembuatan minyak goreng, sedangkan tandan kosongnya hanya dianggap
sebagai limbah yang belum dimanfaatkan secara optimal. Tandan kosong kelapa
sawit (TKKS) diketahui memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi (45,95%)
dan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan penghasil etanol. Berdasarkan
pertimbangan ini tandan kosong kelapa sawit dapat diolah menjadi bioetanol dari
proses hidrolisis enzim selulase sebagai sumber energi terbaharukan. Penelitian
ini secara umum bertujuan mengetahui efektifitas hidrolisis tandan kosong kelapa
sawit antara penggunan ekstrak kasar enzim selulase dan fermentasi langsung dari
mikroba trichoderma reesei terhadap jumlah glukosa yang dihasilkan berdasarkan
variasi waktu serta mengetahui jumlah glukosa maksimum hasil dari hidrolisis .
Penelitian ini melalui beberapa tahap yaitu: delignifikasi, peremajaan
mikroba trichoderma reesei. Produksi ekstrak kasar enzim selulosa dengan
menambahkan 10 ml inokulum pada media cair dan diinkubasi selama 96 jam .
Hidrolisis TKKS dengan menggunakan katalis ekstrak kasar enzim selulase
dilakukan pada pH awal 6 , suhu awal 35 oC dan waktu 24, 72, 120, 168, 216, 288,
dan 360 jam. Fermentasi langsung dari trichoderma reesei dilakukan pada pH
awal 6 , suhu awal 35 oC dan waktu 24, 72, 120, 168, 216, 288, dan 360 jam .
Parameter uji glukosa dengan metode Luff schroll .
Hasil penelitian menunjukkan hidrolisis menggunakan ekstrak kasar
enzim selulase diperoleh kadar glukosa optimum 2,05% b/v dengan waktu
hidrolisis selama 216 jam. Fermentasi langsung dengan mikroba trichoderma
reesei diperoleh kadar glukosa optimum 0,87% selama 216 jam .
Kata kunci : enzim selulase, trichoderma reesei, hidrolisis, glukosa

ABSTRACT
Ahmad Kiswanto, hydrolysis of oil palm empty bunches Using cellulase
enzymes . ( Supervisor: Hb . Slamet Yulistiono Dip.Ing , MT and Joice Manga , ST
, MT ) .
Oil palm fruit has been widely used only as a raw material for the
manufacture of cooking oil , while the empty bunches are only considered as
waste that has not been used optimally . Oil palm empty fruit bunches ( TKKS )
are known to have a fairly high cellulose content ( 45.95 % ) and can be used as
one of the producers of ethanol . Based on these considerations oil palm empty
fruit bunches can be processed into bioethanol from cellulase enzyme hydrolysis
as a source of renewable energy . This study aims to determine the effectiveness
of the general hydrolysis of oil palm empty fruit bunches between the use of the
crude extract of cellulase enzymes and microbial fermentation of trichoderma
reesei directly to the amount of glucose produced by variations in time and find
out the maximum amount of glucose results from hydrolysis .
This research through several phases: delignification , rejuvenation
microbial trichoderma reesei . Production of cellulose enzyme crude extract by
adding 10 ml of inoculum in liquid media and incubated for 96 hours . TKKS
hydrolysis using cellulase enzyme catalyst crude extract performed at initial pH
6 , the initial temperature of 35 C and 24 , 72 , 120 , 168 , 216 , 288 , and 360
hours . Direct Fermentation of trichoderma reesei performed at initial pH 6 , the
initial temperature of 35 C and 24 , 72 , 120 , 168 , 216 , 288 , and 360 hours .
Glucose test parameters to the method of Luff Schroll .
The results showed hydrolysis using cellulase enzyme crude extract
obtained optimum glucose concentration of 2.05 % w / v with a time of hydrolysis
for 216 hours . Direct microbial fermentation with trichoderma reesei obtained
optimum glucose levels of 0.87 % for 216 hours .
Keywords : cellulase enzymes , trichoderma reesei , hydrolysis , glucose

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah
yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul
Hidrolisis Enzimatis Tandan Kososng Kelapa Sawit tepat pada waktunya .
Sebagai manusia biasa, penulis sangat menyadari bahwa Tugas Akhir yang
sederhana ini masih banyak terdapat kekeliruan dan masih memerlukan perbaikan
secarah menyeluruh , hal ini tidak lain disebabkan karena keterbasan ilmu dan
kemampuan yang dimiliki oleh penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir, oleh
karena itu berbagai masukan dan saran yang sifatnya membangun sangatlah
diharapkan demi sempurnyanya Tugas Akhir ini .
Penulis menyadari bahwa dalam proses awal hingga selesainya Tugas
Akhir ini, banyak sekali pihak yang terlibat dan berperan serta untuk mewujudkan
selesainya tugas akhir ini, karena itu pada tempatnya penulis ingin menyampaikan
rasa hormat dan ucapan terimah kasih yang setimggi-tingginya kepada mereka
yang secara moril maupun materil telah banyak membantu penulis untuk
merampungkan Tugas Akhir ini hingga selesai .
Pertama tama ucapan terimah kasih saya haturkan secara khusus kepada
orang tua yang dengan sabar membesarkan dan memberikan bantuan baik secara
moral dan moril, juga kepada seluruh saudara penulis atas semangat dan dorongan
yang tak henti hentinya diberikan kepada penulis .

Selanjutnya ucapan terimah kasih haturkan kepada Bapak Dr.Ir Hamsah


Yusuf, M.Sc selaku Direktur Politeknik dan bapak Drs. Abdul Azis, M.T selaku
Ketua Jurusan Teknik Kimia .
Selanjutnya ucapan terimah kasih kepada kedua pembimbing penulis
Bapak Hb, Slamet Yulistiono.Dip.Ing.M.T, selaku pembimbing 1 dan Ibu Joice
manga S.T.,M.T selaku pembimbing II yang mana keduanya dengan penuh
kesabaran memberikan bimbingan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini .
Juga kepada teman-teman penulis yang banyak memberikan dorongan dan
ikut membantu penulis selama penelitian ini . semoga Tugas Akhir ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua .
Akhirnya, semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan perlindungan
kepada kita semua, Wassalamu Alaikum Wr.Wb.

Makassar, November 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
HALAMAN PENERIMAAN PANITIA UJIAN SIDANG................................ iii
ABSTRAK.......................................................................................................... iv
ABSTRACT ....................................................................................................... v
KATA PENGANTAR.......................................................................................... vi
DAFTAR ISI....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................

C. Tujuan Penelitian..............................................................................

D. Manfaat Penelitian............................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tandan kosong kelapa sawit.............................................................

B. Selulosa............................................................................................

C. Hemiselulosa....................................................................................

D. Lignin ..............................................................................................

E. Pretreatment lignoselulosa...............................................................

F. Glukosa............................................................................................ 10
G. Trichoderma reesei........................................................................... 12
H. Enzim selulase.................................................................................. 13
I. Hidrolisis ......................................................................................... 14
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu............................................................................ 17

B. Alat dan Bahan................................................................................. 17


1. Alat ............................................................................................. 17
2. Bahan .......................................................................................... 17
C. Prosedur Penelitian........................................................................... 18
1. Bahan baku ................................................................................. 18
a. penyiapan bahan baku.............................................................. 18
b. Analisa kandungan selulosa dan lignin.................................... 18
c. proses delignifikasi.................................................................. 19
2. pembuatan enzim selulase kasar.................................................. 19
a. peremajaan mikroba trichoderma reesei.................................. 19
1. pembuatan media.................................................................. 19
2. pengembangbiakan mikroba................................................. 20
b.tahap produksi enzim................................................................ 20
1. penyiapan inokulum............................................................. 20
2. produksi enzim selulase kasar.............................................. 20
3. pengambilan enzim............................................................... 21
3. proses Hidrolisis........................................................................... 21
a. hidrolisis TKKS menggunakan enzim selulase....................... 21
b. hidrolisis TKKS menggunakan trichoderma reesei................. 22
4. Uji glukosa................................................................................... 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil................................................................................................. 23
B. Pembahasan...................................................................................... 24
1. Produksi enzim selulase kasar..................................................... 24
2. Kandungan lign dan selulosa....................................................... 25

10

3. Konsentrasi gula pereduksi hasil hidrolisis menggunakan ekstrak


kasar enzim selulase dan fermentasi langsung dengan mikroba
trichoderma reesei....................................................................... 26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...................................................................................... 28
B. Saran................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 29
LAMPIRAN........................................................................................................ 30

DAFTAR TABEL

Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.

Tabel 5.

Halaman
Komposisi Tandan Kosong Sawit......................................................... 5
Kandungan lignin dan selulosa............................................................. 23
Kandungan Gula Pereduksi Hasil Hidrolisis dengan Enzim Selulase. . 23
Kandungan Gula Pereduksi Hasil fermentasi langsung dengan
Mikroba
Trichooderma
reesei
.............................................................................................................
.............................................................................................................
24
Hubungan waktu hidrolisis dengan ekstrak kasar enzim selulase dan
fermentasi langsung dengan mikroba Trichoderma reesei

11

.............................................................................................................
.............................................................................................................
24

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Tandan
Kosong
Kelapa
Sawit
..........................................................................................................
..........................................................................................................
4
Gambar 2. Struktur
Selulosa

12

..........................................................................................................
..........................................................................................................
6
..........................................................................................................
Gambar 3. Skematis
Tujuan
Pretreatment
..........................................................................................................
..........................................................................................................
9
Gambar 4. Gula
penyusun
hemiselulosa
..........................................................................................................
..........................................................................................................
11
Gambar
5.
Trichoderma
reesei
..........................................................................................................
..........................................................................................................
12
Gambar
6.
Grafik
..........................................................................................................
..........................................................................................................
27

13

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran

I
II
III
IV
V

Halaman
: Prosedur Analisis....................................................................... 32
: Diagram Alir Proses.................................................................. 33
: Pengolahan Data........................................................................ 35
: Tabel Metode Luff-Scrhool....................................................... 60
: Gambar...................................................................................... 61

14

15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Semakin menipisnya persediaan minyak dunia menyebabkan kelangkaan
bahan bakar berupa bensin dan minyak tanah. Hal ini berimbas pada semakin
melambungnya harga kedua bahan bakar tersebut. Pemerintah pun telah
melakukan berbagai macam upaya salah satunya dengan menggalakkan
penggunaan bahan bakar nabati berupa bioetanol dari singkong untuk mengatasi
kelangkaan bensin. Saat ini, banyak dikembangkan bahan bakar nabati berupa
bioetanol yang berasal dari singkong. Namun seiring berjalannya waktu ternyata
solusi tersebut menimbulkan masalah.
Bioetanol mengundang pro dan kontra karena bioetanol tersebut berbahan
baku bahan pangan (singkong) dikhawatirkan akan terjadi persaingan antara
kebutuhan bahan bakar dan bahan pangan. Maka dari itu perlu dikembangkan
bahan bakar alternatif sumber bioetanol dari bahan non-pangan agar
kepentingannya tidak bertolak belakang dengan kebutuhan pangan. Selain bahan
berpati, bahan lain yang juga tepat untuk pembuatan bioetanol adalah bahan
berselulosa. Contoh bahan berselulosa adalah jerami, tongkol jagung, rumput
-rumputan, ampas tebu dan tandan kosong kelapa sawit.
Penelitian ini menggunakan biomassa lignoselulosa yaitu Tandan Kosong
Kelapa Sawit (TKKS) karena tidak berkompetensi dengan pangan maupun pakan,

tersedia melimpah, murah dan terbarukan. TKKS tersedia cukup melimpah dan
selama ini kurang dimanfaatkan secara optimal. Selain jumlah yang melimpah
juga karena kandungan selulosa tandan kelapa sawit yang cukup tinggi yaitu
sebesar 45 % (Aryafatta, 2008).
Aplikasi hidrolisis menggunakan enzim secara sederhana dilakukan
dengan mengganti tahap hidrolisis asam dengan tahap hidrolisis enzim selulosa.
Hidrolisis enzimatik memiliki beberapa keuntungan dibandingkan hidrolisis asam,
antara lain: tidak terjadi degradasi gula hasil hidrolisis, kondisi proses yang lebih
rendah (suhu rendah), berpotensi memberikan hasil yang tinggi dan biaya
pemeliharaan peralatan relatif rendah karena tidak ada bahan yang korosif. (Isroi,
2008).
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Apakah enzim selulase kasar dapat diperoleh dari mikroba Trichoderma
reesei ?
2. Bagaimana hasil hidrolisis TKKS menggunakan ekstrak kasar enzim selulase
dan fermentasi langsung dengan mikroba trichoderma reesei pada variasi
waktu ( 24, 72, 120, 168, 216, 288, 360 jam ) ?
3. Berapakah kandungan glukosa hasil dari hidrolisis ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai setelah melakukan percobaan ini adalah:
1. Menghasilkan ekstrak kasar enzim selulase dari mikroba trichoderma reesei
2. Mengetahui jumlah glukosa maksimum hasil dari hidrolisis .
3. Mengetahui efektifitas hidrolisis TKKS antara penggunaan ekstrak kasar
enzim selulase dan fermentasi langsung dengan mikroba trichoderma reesei
terhadap jumlah glukosa yang di hasilkan berdasarkan variasi waktu .
D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:


1. Memberikan informasi mengenai enzim selulase yang dihasilkan oleh
mikroba trichoderma reesei .
2. Memberikan inforamasi mengenai jumlah glukosa maksimum hasil dari
hidrolisis .
3. Memberikan informasi mengenai perbandingan hasil hidrolisis antara
penggunaan enzim selulase kasar dengan mikroba trichoderma reesei
terhadap jumlah glukosa yang di hasilkan berdasarkan variasi waktu .
4. Sebagai referensi dan informasi untuk penelitian selanjutnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tandan Kosong Kelapa Sawit

Tandan kelapa sawit merupakan bagian dari pohon kelapa sawit yang
berfungsi sebagai tempat untuk buah kelapa sawit. Setiap tandan mengandung,
6270% buah dan sisanya adalah tandan kosong yang belum termanfaatkan secara
optimal (Aryafatta, 2008). Tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah utama
dari industri pengolahan kelapa sawit. Basis satu ton tandan buah segar akan
dihasilkan minyak sawit kasar sebanyak 0,21 ton (21%), minyak inti sawit
sebanyak 0,05 ton (0,5%) dan sisanya merupakan limbah dalam bentuk tandan
kosong sebanyak 0,135 ton (13,5%), serat 0,23 ton (23%), dan cangkang biji
sebanyak 0,055 ton (5,5%). (Darnoko, 1992).

Gambar 1. Tandan kosong kelapa sawit , (Darnoko, 1992)


Tandan kosong kelapa sawit merupakan biomassa yang mengandung
lignoselulosa yang belum termanfaatkan secara optimal. Selama ini pemanfaatan
tandan kosong hanya sebagai bahan bakar, kompos dan juga sebagai pengeras
jalan di perkebunan kelapa sawit. Padahal tandan kosong kelapa sawit berpotensi
untuk dikembangkan menjadi barang yang lebih berguna, salah satunya menjadi
bahan baku bioetanol. Hal ini karena tandan kosong kelapa sawit banyak
mengandung selulosa yang dapat dihidrolisis menjadi glukosa kemudian
difermentasi menjadi bioetanol. Kandungan selulosa yang cukup tinggi yaitu

sebesar 45% menjadikan kelapa sawit sebagai prioritas untuk dimanfaatkan


sebagai bahan baku pembuatan bioetanol (Aryafatta, 2008). Pada tabel 1 dapat
dilihat kandungan selulosa dalam tandan kosong sawit yaitu sebesar 45,95%
(Aryafatta, 2008). Jika per ton tandan buah sawit menghasilkan 22-25% TKKS
maka potensi ketersediaan limbah lignoselulosa sangat tinggi sehingga peluang
pemanfaatannya semakin luas, yang tersusun sebagian besar atas selulosa,
hemiselulosa, dan lignin seperti terlihat pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel. 1 Komposisi tandan kosong sawit


Komposisi TKS

Basis Kering (%)

Selulosa

45,95

Hemiselulosa

22,84

Lignin

16,49

Abu

1,23

N
Minyak

0,53
2,41

Sumber : Aryafatta, 2008

B. Selulosa
Selulosa adalah polimer glukosa yang tidak bercabang. Bentuk polimer ini
memungkinkan selulosa saling menumpuk/terikat menjadi bentuk serat yang
sangat kuat. Panjang molekul selulosa ditentukan oleh jumlah unit glucan di

dalam polimer, disebut dengan derajat polimerisasi. Derajat polimerase selulosa


tergantung pada jenis tanaman dan umumnya dalam kisaran 200027000 unit
glucan. Polimer selulosa terdiri dari rantai glukosa tidak bercabang dengan ikatan
-1,4 glikoersida. Disakarida yang diisolasi dari hidrolisis sebagian selulosa
adalah selobiosa. Selulosa tidak mengalami mutarotasi, dan selulosa dapat
dihidrolisis menjadi glukosa dengan menggunakan asam atau enzim. Selanjutnya
glukosa yang dihasilkan dapat difermentasikan menjadi bioetanol. (Isroi, 2008).

Gambar. 2 Struktur selulosa (Isroi, 2008)

Adapun cara menghitung kadar selulosa menurut (Isroi, 2008) :

(c d )
100%
a
Kadar selulosa =

.......... 1

C. Hemiselulosa

Hemiselulosa mirip dengan selulosa yang merupakan polimer gula.


Namun, berbeda dengan selulosa yang hanya tersusun dari glukosa, hemiselulosa

tersusun dari bermacam-macam jenis gula. Monomer gula penyusun hemiselulosa


terdiri dari monomer gula berkarbon 5 (C-5) dan 6 (C-6) misalnya: xylosa,
mannose, glukosa, galaktosa, arabinosa, dan sejumlah kecil rhamnosa, asam
glukoroat, asam metal glukoronat, dan asam galaturonat. Xylosa adalah salah satu
gula C-5 dan merupakan gula terbanyak kedua di biosfer setelah glukosa.
Kandungan hemiselulosa di dalam biomassa lignoselulosa berkisar antara 11%
hingga 37% (berat kering biomassa). Hemiselulosa lebih mudah dihidrolisis
daripada selulosa, tetapi gula C-5 lebih sulit difermentasi menjadi etanol daripada
gula C-6 (Isroi, 2008)
Hemiselulosa umumnya dikelompokkan berdasarkan residu gula utama
yang menyusun rangkanya, seperti: xylan, mannan, galactan, dan glucan, dengan
xylan dan mannan adalah gugus utama dari hemiselulosa. Hemiselulosa umumnya
dilaporkan berasosiasi secara kimia atau terikat silang dengan polisakarida,
protein, atau lignin. Xylan kemungkinan sebagai wilayah ikatan utama antara
lignin dan karbohirat lain. Hemiselulosa lebih mudah larut daripada selulosa, dan
dapat diisolasi dari kayu dengan ekstraksi.
Hemiselulosa berfungsi sebagai pendukung dinding sel dan berlaku
sebagai perekat antar sel tunggal yang terdapat didalam batang pisang dan
tanaman lainnya. Hemiselulosa memiliki sifat non-kristalin dan bukan serat,
mudah mengembang, larut dalam air, sangat hidrofolik, serta mudah larut dalam
alkali. Kandungan hemiselulosa yang tinggi memberikan kontribusi pada ikatan

antar serat, karena hemiselulosa bertindak sebagai perekat dalam setiap serat

(b c)
100%
a
tunggal.
Kadar Hemiselulosa =

........... 2

D. Lignin
Lignin adalah suatu polimer yang komplek dengan bobot molekul tinggi
yang tersusun atas unit-unit fenilpropana. Lignin termasuk ke dalam kelompok
bahan yang polimerisasinya merupakan polimerisasi cara ekor yaitu pertambahan
polimer terjadi karena satu monomer bergabung dengan polimer yang sedang
tumbuh. Polimer lignin merupakan polimer bercabang dan membentuk struktur
tiga dimensi. Lignin sulit didegradasi karena mempunyai struktur yang kompleks
dan heterogen yang berikatan dengan selulosa dan hemiselulosa dalam jaringan
tanaman. Lebih dari 30 persen tanaman tersusun atas lignin yang memberikan
bentuk yang kokoh dan memberikan proteksi terhadap serangga dan patogen.
(Isroi, 2008)
Adapun cara menghitung kadar lignin menurut (Isroi, 2008) :
( d e)
100%
a
Kadar lignin

..... 3

E. Pretreatment Lignoselulosa
Untuk pengembangan teknologi biokonversi dalam skala komersial,
pretreatment biomassa lignoselulosa harus dilakukan untuk mendapatkan hasil
yang tinggi. Tujuan dari pretreatment adalah untuk membuka struktur
lignoselulosa agar selulosa menjadi lebih mudah diakses oleh enzim yang
memecah

polymer

polisakarida

menjadi

monomer

gula.

Kalau

tidak

dipretreatment terlebih dahulu, lignoselulosa sulit untuk dihidrolisis karena lignin


sangat kuat melindungi selulosa sehingga sangat sulit melakukan hidrolisis
sebelum memecah pelindung lignin. Gula yang diperoleh tanpa pretreatment
kurang dari 20%, sedangkan dengan pretreatment dapat meningkat menjadi 90%
dari hasil teoritis (Isroi, 2008). Tujuan pretreatment secara skematis ditunjukkan
pada Gambar 3.

Gambar 3. Skematis tujuan pretreatment (Isroi, 2008)

Pretreatment kimia untuk tandan kosong kelapa sawit menggunakan bahan


kimia yang berbeda seperti asam, alkali dan pengoksidasian yaitu peroksida dan
ozon. Diantara metode ini, pretreatment asam encer menggunakan H2SO4 adalah
metode yang paling banyak digunakan. Tergantung pada jenis bahan kimia yang
digunakan, pretreatment bisa memiliki dampak yang berbeda pada komponen
struktural lignoselulosa. Alkaline pretreatment, ozonolysis, peroksida dan oksidasi
pretreatments lebih bisa efektif dalam penghapusan lignin sedangkan pretreatment
asam encer lebih efisien dalam solubilisasi hemiselulosa (Wahyunityas dkk,
2013). Contoh dari Alkaline pretreatment adalah Ca(OH)2. Kondisi optimal untuk
pre-treatment dengan menggunakan Ca(OH)2 adalah 0,075 gram Ca(OH)2/gram
massa kering biomassa, 5 gram air/ gram massa kering biomassa, dan
pemanasanpada temperature 120oC selama 4 jam (Aryafatta, 2008).

F. Glukosa
Glukosa suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat
terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan.
Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi.
Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa, banyak digunakan terutama
pada industri pangan.(Isroi, 2008).
Adapun cara menghitung kadar glukosa menurut (Isroi, 2008) :

% gula reduksi

mg gula x fp
x100%
VolumeSamp
el
=

....... 4

Glukosa (C6H12O6), memiliki berat molekul (180.18) adalah heksosa


monosakarida yang mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan

10

aldehida (mengandung gugus -CHO). Lima karbon dan satu oksigennya


membentuk cincin yang disebut "cincin piranosa", bentuk paling stabil untuk
aldosa berkabon enam. Dalam cincin ini, tiap karbon terikat pada gugus
samping hidroksil dan hidrogen kecuali atom kelimanya, yang terikat pada
atom karbon keenam di luar cincin, membentuk suatu gugus CH2OH. Struktur
cincin ini berada dalam kesetimbangan dengan bentuk yang lebih reaktif, yang
proporsinya 0.0026% pada pH 7.(Kristina, 2012)
Glukosa merupakan sumber tenaga yang terdapat di mana-mana dalam
biologi. Banyak alasan untuk kita kaji mengapa glukosa, dan bukan
monosakarida lain seperti fruktosa, yang begitu banyak digunakan. Glukosa
dapat dibentuk dari formaldehida pada keadaan abiotik, sehingga akan mudah
tersedia bagi sistem biokimia primitif. Hal yang lebih penting bagi organisme
tingkat atas adalah kecenderungan glukosa, dibandingkan dengan gula heksosa
lainnya, yang tidak mudah bereaksi secara nonspesifik dengan gugus amino
suatu protein. Reaksi ini (glikosilasi) mereduksi atau bahkan merusak fungsi
berbagai enzim. (Musyidin,D. 2007)

11

Gambar. 4 Beberapa gula penyusun hemiselulosa (Musyidin,D. 2007)


G. Trichoderma reesei
Klasifikasi
Kingdom

Fungi

Division

Ascomycota

Class

Sordariomycetes

Order

Hypocreales

Family

Hypocreaceae

Genus

Trichoderma

Spesies

Trichoderma reesei

Gambar 5. Trichoderma reesei (Indyah, 2005)

Menurut Wahyunityas, (2013) Trichoderma reesei merupakan kelompok


jamur tanah sebagai penghasil selulase yang paling efisien . Keuntungan jamur
tersebut sebagai sumber selulase adalah menghasilkan selulase lengkap dengan
semua komponen-komponen yang dibutuhkan untuk hidrolisis total selulosa
kristal dan protein selulosa yang dihasilkan cukup tinggi. Trichoderma reesei
merupakan jamur mesofilik dan berfilamen. Jamur tersebut merupakan anamorp
dari jamur Hypocrea jecorina. Trichoderma reesei memiliki kapasitas yang besar
sebagai penghasil enzim cellulolytic (selulosa dan hemiselulosa). Mikrobial
selulosa yang dimiliki dapat diaplikasikan dalam bidang industry untuk mengubah
selulosa dari gabungan komponen biomassa tanaman menjadi glukosa.

12

H. Enzim selulase
Selulase merupakan salah satu enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme.
Enzim selulase memegang peranan penting dalam proses biokonversi limbahlimbah organik berselulosa menjadi glukosa, protein sel tunggal, makanan ternak,
etanol dan lain-lain (Indyah, 2005). Selulase adalah enzim yang dapat
menghidrolisis ikatan (1-4) pada selulosa. Hidrolisis enzimatik yang sempurna
memerlukan aksi sinergis dari tiga tipe enzim ini, yaitu (Wahyunityas, 2013):
1. Endo-1.4- -D-glucanase (endoselulase, carboxymethylcellulase atau
CMCase) yang mengurai polimer selulosa secara random pada ikatan
internal -1,4-glikosida untuk menghasilkan oligodekstrin dengan panjang
rantai yang bervariasi.
2. Exo-1,4--D-glucanase (cellobiohydrolase), yang mengurai selulosa dari
ujung pereduksi dan non-pereduksi untuk menghasilkan selulosa dan atau
glukosa.
3. -glucosidase (cellobiase), yang mengurai selobiosa untuk menghasilkan
glukosa.
Seperti yang diuraikan di atas, selulosa dapat dihidrolisis menjadi glukosa
dengan menggunakan asam atau enzim. Hidrolisis menggunakan asam biasanya
dilakukan pada temperatur tinggi. Proses ini relative mahal karena membutuhkan
energi yang cukup tinggi. Baru pada tahun 1980-an mulai dikembangkan
hidrolisis selulosa dengan menggunakan enzim selulase (Darnoko, 1992).

13

Enzim selulase dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti tanaman,


insekta, dan mikroorganisme. Mikroorganisme penghasil selulase secara
ekstraseluler tersebar pada jamur dan bakteri (Chesson,A. 1981). Selulase
diproduksi oleh fungi, bakteri, tumbuhan, dan ruminansia. Produksi komersial
selulase pada umumnya menggunakan fungi atau bakteri yang telah diisolasi.
Meskipun banyak mikroorganisme yang dapat mendegradasi selulosa, namun
hanya beberapa mikroorganisme yang dapat memproduksi selulase dalam jumlah
yang signifikan yang mampu menghidrolisa Kristal selulosa secara invitro. Fungi
adalah mikroorganisme utama yang dapat memproduksi selulase, meskipun
beberapa bakteri dan actinomycetes telah dilaporkan juga menghasilkan aktivitas
selulase. Fungi berfilamen seperti Tricoderma dan Aspergillus adalah penghasil
selulase dan crude enzyme secara komersial. Fungi-fungi tersebut sangat efisien
dalam memproduksi selulase (Wahyunityas, 2005).
I. Hidrolisis
Hidrolisis merupakan proses pemecahan polisakarida di dalam biomassa
lignoselulosa, yaitu selulosa dan hemiselulosa menjadi monomer gula
penyusunnya. Pada hidrolisis sempurna selulosa akan menghasilkan glukosa,
sedangkan hemiselulosa menghasilkan beberapa monomer gula pentose (C5) dan
heksosa (C6).
Hidrolisis dapat dilakukan secara kimia (asam) atau enzimatik.

Pada

metode hidrolisis asam, biomassa lignoselulosa dihidrolisa dengan asam pada


suhu dan tekanan tertentu selama waktu tertentu, dan menghasilkan monomer gula
dari polimer selulosa dan hemiselulosa. Hidrolisis selulosa menjadi glukosa dapat

14

dilakukan menggunakan cara kimiawi dan hayati. Hidrolisis dengan cara kimiawi
menggunakan asam kuat, sedangkan dengan cara hayati menggunakan enzim
murni atau mikroorganisme penghasil enzim selulase.
Kendala yang dihadapi yaitu rendahnya laju hidrolisis karena adanya
kandungan lignin dalam bahan lignoselulosa. Oleh karena itu dilakukan proses
delignifikasi sebelum dihidrolisis. Beberapa asam yang umum digunakan untuk
hidrolisis asam antara lain adalah asam sulfat (H2SO4), asam perklorat dan HCl.
Asam sulfat merupakan asam yang paling banyak diteliti dan dimanfaatkan untuk
hidrolisis asam. Hidrolisis asam dapat dikelompokkan menjadi hidrolisis asam
pekat dan hidrolisis asam encer (Isroi, 2008).
Aplikasi hidrolisis menggunakan enzim secara sederhana dilakukan
dengan mengganti tahap hidrolisis asam dengan tahap hidrolisis enzim selulosa.
Hidrolisis enzimatik memiliki beberapa keuntungan dibandingkan hidrolisis asam,
antara lain: tidak terjadi degradasi gula hasil hidrolisis, kondisi proses yang lebih
rendah (suhu rendah), berpotensi memberikan hasil yang tinggi dan biaya
pemeliharaan peralatan relatif rendah karena tidak ada bahan yang korosif.
Beberapa kelemahan dari hidrolisis enzimatik antara lain adalah membutuhkan
waktu yang lebih lama, dan kerja enzim dihambat oleh produk. Di sisi lain harga
enzim saat ini lebih mahal daripada asam sulfat, namun demikian pengembangan
terus dilakukan untuk menurunkan biaya dan meningkatkan efisiensi hidrolisis
maupun fermentasi (Isroi, 2008).
Pemanfaatan
mikroorganisme

limbah

dapat

berlignoselulosa

menghasilkan

enzim

dengan

menggunakan

ekstraseluler

yang

jasa

mampu

15

mendegradasi bahan berlignoselulosa menjadi fraksi penyusunnya. Enzim selulase


adalah enzim yang bisa mengurai selulosa menjadi glukosa, setelah diurai bisa
difermentasikan menjadi etanol. Enzim selulase yang dapat merombak bahan
berlignoselulosa berupa jerami atau serat.
Produksi komersial selulase pada umumnya menggunakan fungi atau
bakteri yang telah diisolasi. Meskipun banyak mikroorganisme yang dapat
mendegradasi selulosa, hanya beberapa mikroorganisme yang memproduksi
selulase dalam jumlah yang signifikan yang mampu menghidrolisa kristal
selulosa. Fungi adalah mikroorganisme utama yang dapat memproduksi selulase,
meskipun beberapa bakteri dan actinomycetes telah dilaporkan juga menghasilkan
aktivitas selulase. Fungi berfilamen seperti Tricoderma reseii dan Aspergillus
niger adalah penghasil enzim selulase secara komersial Fungi-fungi tersebut
sangat efisien dalam memproduksi enzim selulase (Natsir, 2005).

BAB III

16

METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat penelitian
Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan dari bulan Juli 2014 sampai
bulan September 2014 dan dilaksanakan di laboratorium Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Ujung Pandang.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Gelas kimia, hot plate, tabung reaksi, rak tabung, spatula, kain kasa,
pengaduk kaca, timbangan analitik, autoclave, pisau, benang godam, aluminium
foil, kapas , rak tabung, hot plat , jarum ose, korek api, plastik, gunting, spiritus,
enkas, alat refluks, labu leher satu, pendingin, mantel, gelas kimia, erlenmeyer,
alat penyemprot alkohol, pH meter , alat shekker, crusher , buret , pipet ukur ,
bola isap , pipiet tetes , panci, kapak, toples, dan kertas timbang .

2. Bahan
Tandan kosong kelapa soawit, aquadest, H2SO4 1 N, H2SO4 72%, NaOH
3%, Urea, (NH4)2SO4, KH2PO4, MgSO4, CaCl.H2O, PDA ( Potato Dextrose
agar ), HCL 0,1 M, NaOH 0,1 M, larutan Luff, KI, H 2SO4 4N, Na2S2O3 0,1 N,
larutan Kanji 1 % .

17

Mikroorganisme yang digunakan Trichoderma reesei yang diperoleh dari


Institut Pertanian Bogor.
C. Prosedur Penelitian

1. Bahan baku
a. Penyiapan bahan baku penelitian
Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yang dipakai direbus lalu dibersihkan
dengan air, dipotong kecil-kecil dan dijemur dibawah sinar matahari sampai
kering dan di crusher . Serbuk TKKS kemudian disimpan dalam wadah
berpenutup rapat. Serbuk TKKS ini dibuat secukupnya sekaligus sebagai
persediaan bahan baku.

b. Analisa kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin dengan metode


Chesson
Tandan kosong kelapa sawit sebanyak 1 gram (berat a) ditambahkan 150
ml aquadest dan direfluks pada suhu 100oC selama satu jam. Disaring dan residu
dicuci dengan air panas sebanyak 300 ml, kemudian dikeringkan dalam oven dan
ditimbang hingga berat konstan (berat b). Residu ditambahkan 150 ml H 2SO4 1N,
kemudian direfluks selama 1 jam pada suhu 100oC, hasilnya disaring dan padatan
dicuci dengan aquadest sampai netral, dan dikeringkan hingga beratnya constant
(berat c). Ditambahkan 100 ml H2SO4 72% dan dibiarkan selama 4 jam pada suhu
kamar. Ditambahkan 150 ml H2SO4 1 N dan direfluks pada selama 1 jam. Disaring
dan kemudian padatan dicuci dengan aquadest sampai netral, kemudian

18

dipanaskan didalam oven sampai diperoleh berat konstan (berat d). Selanjutnya
diabukan didalam furnace dan didinginkan didalam eksikator dan ditimbang
(berat e). Dilakukan pula hal sama untuk tandan kelapa sawit tanpa perebusan.
Perhitungan kadar selulosa, hemiselulosa dan lignin dilakukan dengan
menggunakan persamaan 1, 2 dan 3.
c. Proses delignifikasi
Serabut Tandan Kosong Kelapa Sawit sebanyak 1 kg, direndam dengan
menggunakan NaOH 3% sampai sampel terendam sambil diaduk dan didiamkan
selama 3 hari, disaring dan dicuci sampai airnya jernih dengan menggunakan air.
Proses delignifikasi ini bertujuan untuk memecah ikatan antara lignin dan
selulosa.
2. Pembuatan enzim selulase kasar
a. Peremajaan mikroba Trichoderma reesei
1. Pembuatan Media
PDA ( Potato Dextro Agar ) sebanyak 2 gram dilarutkan dengan aquadest
sebanyak 50 ml . Media PDA yang sudah larut dimasukkan kedalam tabung reaksi
yang sudah disterilkan sebanyak 2 ml kemudian ditutup dengan menggunakan
kain kasa , alumunium foil, dan diselotip . Media PDA dalam tabung reaksi
kemudian disterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121 0C selama 15
menit . Selanjutnya media PDA yang telah steril dimiringkan dan ditunggu hingga
benar-benar beku .

19

2. Pengembangbiakan mikroba
Pengembangbiakan mikroba dilakukan pada media Potato Dextrose Agar
(PDA) miring secara zig zag dengan bantuan kawat ose dan api bunsen (secara
aseptik) di dalam ruangan steril. Biakan mikrofungi diinkubasi pada suhu ruang di
dalam Inkubator selama 7 hari , kemudian hasil biakan mikroba disimpan dalam
lemari pendingin.

b. Tahap produksi enzim


1. Penyiapan inokulum
Media cair sebanyak 50 ml yang terdiri dari dari sukrosa 12,5%,
(NH4)2SO4 0,25 %, KH2PO4 0,2 % dengan pH 3 dimasukkan kedalam
Erlenmeyer , selanjutnya biakan Trichoderma reesei dari media PDA diambil
dengan menggunakan ose lalu dicelupkan beberapa saat pada media cair hingga
tampak keruh . Media cair kemudian ditutup dengan kapas dan diletakkan pada
rotary shaker selama 48 jam dengan kecepatan 130 rpm .
2. Produksi enzim selulase kasar
TKKS sebanyak 20 gram dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml dan
menambahkan nutrisi urea 0,03 gr, MgSO4.7H2O, 0,005 gr, KH2PO4 0,0023 gr .
Selanjutnya 80 ml aquadest ditambahkan dalam media tersebut dan pH diatur
hingga pH 5 lalu media disterilkan di dalam autoclave pada suhu 120 C selama
15 menit. Media yang telah disterilkan kemudian didinginkan. Suspensi spora

20

Trichoderma reesei ditambahkan sebanyak 10 ml pada media tersebut.


Selanjutnya media diinkubasi pada suhu 30 0C dengan waktu fermentasi 96 jam.

3. Pengambilan enzim
Hasil fermentasi diekstrak dengan aquadest sebanyak 100 ml lalu di
letakkan pada rotari shaker 150 rpm selama 1 jam , selanjutnya cairan hasil
fermentasi dipisahkan dengan menggunakan kertas saring. Enzim yang diperoleh
kemudian disimpan di lemari pendingin dan siap digunakan.
4. Proses hidrolisis
a. Tahap hidrolisis TKKS menggunakan enzim selulase dari trichoderma
reesei
Enzim selulase dari T.reesei sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer yang telah berisi 20 g TKKS dan ditambahkan aquades hingga
volumenya 150 mL, kemudian diaduk dengan kecepatan 160 rpm, diukur pH
awal. Diatur pH dengan penambahan 0,1 M HCl atau 0,1 M NaOH hingga
diperoleh pH 6 kemudian dipanaskan pada suhu 35 0C. Setelah itu dianalisa kadar
glukosa pada waktu tertentu 24 , 72, 120, 168, 216, 288, dan 360 jam (Anwar,
dkk.. 2011).

21

b. Tahap hidrolisis TKKS menggunakan mikroba trichoderma reesei


Starter T.reesei sebanyak 1 ml dimasukkan kedalam ke dalam Erlenmeyer
yang telah berisi 5 g TKKS dan ditambahkan akuades hingga volumenya 150 mL,
kemudian diaduk dengan kecepatan 160 rpm, diukur pH awal. Diatur pH dengan
penambahan 0,1 M HCl atau 0,1 M NaOH hingga diperoleh pH 6 kemudian
dipanaskan pada suhu 350C. Setelah itu dianalisa kadar glukosa pada waktu
tertentu 24 , 72, 120, 168, 216, 288, dan 360 jam (Anwar, dkk.. 2011).
4. Uji glukosa

a. Analisa kadar glukosa ( metode luff Schrool)

Substrak sebanyak 10 ml dimasukkan kedalam labu takar 100 ml kemudian


dihimpitkan dengan aquadest hingga tanda batas , lalu diambil 25 ml dimasukkan
kedalam Erlenmeyer dan ditambahkan 25 ml larutan luff dan 15 ml aquadest .
Erlenmeyer kemudian ditutup dengan aluminium foil lalu dididihkan selama 10
menit . setelah didinginkan ditambahkan KI dan 25 ml larutan H 2SO4 4N dan
dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N dan digunakan indicator kanji 1%.
Menghitung persamaan %gula reduksi menggunakan persamaan 3.

22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
Hasil/data-data yang diperoleh dari penelitian ini dapat dilihat pada tabeltabel dibawah ini.
Tabel 2. Kandungan lignin dan selulosa
Serabut
No Kosong
Sawit

Tandan Komposisi menurut hasil


Komposisi
menurut
Kelapa penelitian (%)
Aryafatta, 2008 (%)
simplo
duplo

Selulosa

40,02

42,5

45,95

Hemiselulosa

10,3

9,9

22,84

Lignin

4,07

3,9

16,49

Tabel 3. Kandungan gula pereduksi hasil hidrolisis dengan enzim selulase


Sampel

Waktu ( jam )

% gula reduksi

24

0,47

72

0,49

120

0,86

168

1,41

216

2,05

288

0,85

360

0,74

Tabel.4 Kandungan gula pereduksi hasil fermentasi langsung dengan trichoderma


reesei

23

sampel

Waktu ( jam )

% gula reduksi

1
2
3

24
72
120

0,48
0,50
0,56

168

0,71

216

0,87

288

0,52

360

0,47

Tabel 5. Hubungan waktu hidrolisis dengan ekstrak kasar enzim selulase dan
fermentasi langsung dangan mikroba trichoderma reesei
No.

1
2
3
4
5
6
7

Waktu

% Gula Pereduksi

( jam )

Ekstrak enzim selulase

tricoodherma reesei

24
72
120
168
216
288
360

0,47
0,49
0,86
1,41
2,05
0,85
0,74

0,48
0,50
0,56
0,71
0,87
0,52
0,47

B. Pembahasan

1. Produksi ekstrak enzim selulase kasar


Produksi enzim selulase merupakan tahap dimana enzim dihasilkan dari
proses fermentasi tandan kosong kelapa sawit akibat dari metabolisme
Trichoderma reesei. Proses fermentasi meliputi pemberian larutan nutrisi dan
sterilisasi media fermentasi.
Pertumbuhan jamur pada media fermentasi dipegaruhi oleh nutrisi yang

24

ada didalam substrat maupun yang diberikan ke substrat. TKKS sebanyak 20


gram dengan menambahkan Larutan nutrisi yang digunakan urea 0,03 gram,
(NH4)2SO4, KH2PO4 0,0023 gram, MgSO4.7H2O 0,005 gram dan 80 ml
aquadest sehingga menghasilkan enzim selulase kasar sebanyak 55 ml dengan
Sumber nutrisi yang diperlukan oleh jamur terdiri dari unsur C, N dan
mineral dengan perbandingan penelitian yang telah dilakukan Sofyan A,. 2012
yang menghasilkan enzim selulase kasar sebanyak 62 ml. Hasil yang kami peroleh
lebih kecil dibandingkan dengan penelitian sebelumnya hal ini disebabkan faktor
kondisi lingkungan suhu yang digunakan 30o C (suhu kamar).
Urea CO(NH2)2, dan amonium sulfat (NH4)2SO4 merupakan sumber
nitrogen nitrogen yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhan dan
sekresi enzim. Sedangkan Magnesium, dan kalsium diperlukan sebagai
pengendapan senyawa-senyawa kimia yang dapat menganggu pertumbuhan
jamur Trihoderma reesei.
2. Kandungan lignin dan selulosa pada Delignifikasi
Delignifikasi bertujuan memecah ikatan antara lignin dan selulosa yang
terdapat pada tandan kosong kelapa sawit. Hasil analisisnya menggunakan metode
chesson seperti yang terlihat pada tabel 2.
Dari data tabel tersebut dapat terlihat bahwa persentase kandungan lignin
dan selulosa pada serabut TKKS yaitu serat TKKS sebelum delignifikasi sebesar

25

26,57% untuk lignin dan 36,6% untuk selulosa, sedangkan pada serabut TKKS
setelah delignifikasi didapatkan kandungan lignin sebesar 4,42% dan kandungan
selulosa sebesar 61,4%. Setelah pengujian didapatkan serabut TKKS dengan
proses delignifikasi memiliki kandungan selulosa yang tinggi dengan kadar lignin
yang lebih rendah dibandingkan serabut TKKS sebelum delignifikasi.
Hal ini disebabkan karena pada proses delignifikasi kandungan lignin telah
terurai oleh NaOH dan selulosa mengalami peningkatan karena lignin yang
menjadi perekat pada selulosa terurai. Keberadaan lignin akan mengurangi laju
hidrolisa karena terjadi adsorbsi selulosa terhadap lignin.
3. Konsentrasi gula pereduksi hasil hidrolisis menggunakan ekstrak kasar
enzim selulase dan fermentasi langsung dengan mikroba trichoderma
reesei
Salah satu tahap proses penting dalam menghasilkan etanol dari TKKS adalah
hidrolisis. Melalui proses hidrolisis, selulosa pada tandan kosong kelapa sawit
akan dirombak menjadi glukosa, sedangkan hemiselulosa akan diuraikan menjadi
monomer penyusunnya yaitu gula pentosa dan heksosa. Penggunaan Enzim
selulase pada proses hidrolisis, dapat memecahkan ikatan lignin yang bersamaan
dengan perombakan selulosa dan hemiselulosa menjadi monomernya.
Untuk data pengujian gula pereduksi dengan hidrolisis enzim selulase
dapat dilihat pada tabel 3. Dari tabel tersebut terlihat bahwa persen gula pereduksi
dengan variasi waktu 24 jam adalah 0,47% ; 72 jam adalah 0,49% ; 120 jam
adalah 0,86% ; 168 jam adalah 1,41% dan 240 jam adalah 2,05% sedangkan

26

untuk pengujia gula pereduksi dengan hidrolisis mikroba Trichoderma reesei


dapat dilihat pada tabel. 4. Dari tabel tersebut terlihat bahwa pada kandungan gula
pereduksi dengan waktu 24 jam adalah 0,48% ; 72 jam adalah 0,50% ; 120 jam
adalah 0,56% ; 168 jam adalah 0,71% dan 216 jam adalah 0,87%
2.5
2
1.5
% gula reduksi

0.5

ekstrak kasar
enzim
selulase
Fermentasi
dengan
trchoderma
reesei

0
waktu

Gambar.5 Hubungan enzim selulase dengan Trichoderma reesei pada %


gula reduksi
Peningkatan kadar glukosa sebesar 2,05% b/v yang didapat pada
waktu hidrolisis selama 216 jam. Kenaikan kadar glukosa seiring dengan
lamanya waktu hidrolisis enzim selulase ini dikarenakan banyaknya kadar
enzim selulase mengakibatkan

sisi aktif enzim untuk memecah rantai

27

selulosa menjadi glukosa semakin meningkat sehingga aktfitas enzim


pun meningkat.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Mikroba trichoderma reesei dapat memproduksi enzim selulase kasar
dengan penambahan nutrisi sehingga menghasilkan 55 ml
2. Proses hidrolisis yang terbaik dapat dilakukan dengan katalis enzim
selulase dari pada mikroba trichoderma reesei dengan kandungan glukosa
yang di hasilkan oleh enzim selulase adalah 2,05% b/v
3. Waktu hidrolisis yang terbaik untuk enzim selulase yaitu pada waktu 9
hari.
4. Efektifitas hidrolisis TKKS lebih baik menggunakan enzim selulase pada
waktu 216 jam adalah 2,05% b/v dibandingkan dengan menggunakan
mikroba trichoderma reesei pada waktu 216 jam adalah 0,87% b/v
B. Saran
1.
Disarankan menggunakan enzim selulase murni untuk penelitian
selanjutnya sehingga menghasilkan kandungan glukosa yang lebih tinggi
2.

dibandingkan menggunakan enzim selulase kasar.


Disarankan untuk melanjutkan penelitian ini sampai menghasilkan
bioetanol dari tandan kosong kelapa sawit.
DAFTAR PUSTAKA

28

Anwar, N., Arief W., dan Sugeng W.2010. Optimasi Produksi Enzim Selulase
untuk Hidrolisis Jerami Padi. (Online) www.digilib.its.ac.id/public/ITSResearch-11652-195209161980031002-paper4.pdf
Aryafatta. 2008. Mengolah Limbah Sawit Menjadi Bioetanol. (Online)
http://www.aryafatta.com/2008/06/01/mengolah-limbah-sawit-jadibioetanol/ diakses tanggal 10 April 2014.
Chesson, A. 1981. Effects of sodium hydroxide on cereal straws in relation to the
enhanced degradation of structural polysaccharides by rumen
microorganisms. (online) http://isroi.com/2009/12/10/analisis-kandunganselulosa-dan-lignin-dengan-metode-chesson-datta-1981/diakses tanggal 17
juli 2014.
Darnoko, 1992.Potensi Pemanfaatan Limbah Lignoselulosa Kelapa Sawit Melalui
Biokonversi. Berita Penelitian Perkebunan, 2 (2): 85 87. (Online)
http://repository.ipb.ac.iddiakses tanggal 23 juni 2014.
Indyah,
2005,
Teknologi
Proses
Produksi
Bio-Ethanol,
(Online)
http://indyah.wordpress.com diakses tanggal 5 Agustus 2014
Ikhsan, D., dkk. 2007. Pengembangan Bioreaktor Hidrolisis Enzimatis Untuk
Produksi Bioetanol Dari Biomassa Jerami Padi (Online)
http://www.balibangjateng.go.id/kegiatan/rud/.../1 bioetanol jerami pdf
diakses tanggal 16 September 2014)
Isroi, 2008, Karakteristik lignoselulosa sebagai bahan baku bioetanol ,
(Online), http://isro.wordpress,com diakses tanggal 9 Mei 2014.
Kristina,. dkk 2012 . Alkaline Pretreatment dan Proses Simultan SakarifikasiFermentasi untuk Produksi Etanol Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit.
Musyidin, D. 2007. Ubi Kayu dan Bahan Bakar Terbarukan. PAU Bioteknologi
IPB.Bogor.
Natsir, M., Sartini, 2005.Dasar-dasar Bioteknologi Farmasi. Universitas
Hasanuddin. Makassar.

Sofyan A. dkk, 2012 . Pengaruh Volume Enzim Dan Waktu Fermentasi Terhadap
Kadar Etanol Bahan Baku Tandan Kososng Kelapa Sawit Dengan
Pretreatmen Alkali (Online) www.digilib.its.ac.id/public/ITS-Research-

29

11652-195209161980031002-paper4.pdf diakses pada tanggal 13 Mei


2014
Wahyunityas., dkk 2013. Studi Pembuatan Enzim Selulase Dari Mikrofungsi
Trichoderma reesei Dengan Subtrat Jerami Padi sebagai Katalis
Hidrolisis Enzimatik Pada Produksi Bioetanol. Institut Teknologi Sepuluh
November, Makara, Sains, 14(2): 113-116.

30

31

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS


A. Analisis Kadar Gula Reduksi (Metode Luff Schoorl)
1. Substrak dipipet sebanyak 10 ml kedalam labu takar kemudian
dihimpitkan dengan aquadest hingga tanda batas lalu dipipet sebanyak 25
ml ke dalam erlenmeyer.
2. Ditambahkan 25 ml larutan Luff school dan 15 ml aquadest.
3. Erlenmeyer ditutup dengan aluminium foil kemudian dididihkan selama 10
menit.
4. Setelah dingin ditambahkan 2 gram KI dan ditambahkan 25 ml larutan
H2SO4 4 N.
5. Dititrasi dengan larutan natrium Tiosulfat 0,1N dan digunakan kanji 3%
sebagai indikator. Untuk memperjelas perubahan warna pada saat tirasi
sebaiknya kanji ditambahkan pada saat tirasi hampir berakhir. Dicatat
volume penitar yang digunakan (a ml).
6. Dilakukan hal yang sama untuk blanko menggunakan aquadest (b ml).
B. Menentukan Kenormalan Larutan Na2S2O3
1. Ditimbang 0,5 gram K2Cr2O7 kemudian dilarutka ke dalam labu takar 100
ml hingga mencapai tanda batas.
2. Dipipet 25 ml ke dalam erlenmeyer kemudian ditambahkan 25 ml
aquadest, 2 gram KI, 25 ml HCl 1:3.

32

3. Dititrasi dengan larutan Natrium Tiosulfat 0,1 N dan digunakan kanji 3%


sebagai indikator hingga berubaha warna menjadi hijau bening. Dicatat
volume penitar yang digunakan.
LAMPIRAN 2. DIAGRAM ALIR PROSES
A. Penyiapan Bahan Baku

33

TKKS

Perubusan
T=30 C

Air

t= 30 menit

Pemotongan

Pengeringan
Uji Kadar Lignin
dan selulosa
Delignifikasi
t= 72 jam

NaOH 3%

Pencucian
pH=7

Pengeringan
Uji Kadar Lignin
dan selulosa
Penghancuran

Serbuk TKKS

B. Pengembangbiakan Mikroba

34

Trichoderma
Reesei

PDA
Aquadest

Media tumbuh
sterilisasi
T = 121 oC
t = 15 menit

Pengembiakan
Mikroba
t = 7 hari

Bibit Mikroba
Trichoderma reesei

C. Produksi ekstrak kasar enzim selulase

Trichoderma
Reesei

Starter / Inokulum
pH = 3
t = 48 jam
v = 130 rpm

Produksi Enzim
T = 30oC
t = 96 jam

Pengambilan Enzim
v = 150 rpm
t = 1 jam

Sterilisasi
(NH 4)2SO4
KH2PO4
Aquadest

Media Sterilisasi
T = 120 oC
t = 15 menit
pH = 5

Serbuk TKKS
Urea
MgSO4 .7H2 O
KH2PO4

Aquadest

Penyaringan

Enzim Selulase
Kasar

D. Hidrolisis TKKS

35

SerbukTKKS

Trichoderma
Reesei

Hidrolisis
T = 35oC
pH = 6
t = (24,72,120,168
& 240 ) jam

Hidrolisis
T = 35oC
pH = 6
t = (24,72,120,168
& 240 ) jam

Enzim
Selulase

Hidrolisat

Analisa Glukosa

LAMPIRAN 3. PENGOLAHAN DATA

A. Analisis Produksi Enzim selulase kasar dari trichoderma reesei


Berat TKKS
Berat Urea
Berat MgSO4.7H2O
Berat KH2PO4
Aquadest
Ph
t (waktu)

= 20,0013 gram
= 0,0301 gram
= 0,0053 gram
= 0,0023 gram
= 80 ml
=5
= 10 menit

B. Analisis Kandungan Selulosa Dan Lignin Dengan Metode Chesson.


1.

Sebelum delignifikasi
Diketahui:
Berat (a) gram

= 1,0012 gram

II

= 1,0003 gram

36

Berat (b) gram

= 0,8517 gram

II

= 0,8218 gram

Berat Kertas saring Kosong I = 0,2212 gram


II = 0,2170 gram
Berat kertas saring + Isi

I = 0,8621 gram
II = 0,7981gram

Berat (c) gram I = (Berat Kertas saring + Isi) Berat Kertas Saring Kosong
= (0,8621 0,2212) gram
= 0,6409 gram
II

=(Berat Kertas Saring + Isi) Berat Kertas Saring Kosong


= (0,7981 0,2170) gram
= 0,5811 gram

Berat Kertas saring Kosong I = 0,2204 gram


II = 0,2139 gram
Berat Kertas saring + Isi

I = 0,4946 gram
II = 0,3966 gram

37

Berat (d) gram I = (Berat Kertas Saring + Isi) Berat Kertas saring Kosong
= (0,4946 0,2204) gram
= 0,2742 gram
II = (Berat Kertas Saring + Isi) Berat Kertas saring Kosong
= (0,3966 0,2139) gram
= 0,1827 gram
Berat Cawan Kosong

I = 23,4297 gram
II = 23,7543 gram

Berat Cawan Kosong + Isi I = 23,4379 gram


II = 23,7610 gram
Berat (e) gram I = (Berat Cawan Kosong + Isi) Berat Cawan Kosong
= (23,4379 23,4297) gram
= 0,0082 gram

II = (Berat Cawan Kosong + Isi) Berat Cawan Kosong


= (23,7610 23,7543) gram
= 0,0067 gram

38

Ditanyakan: Kadar Selulosa = ?


Kadar Hemiselulosa = .......?
Kadar Lignin

= ?

Penyelesaian:
(c d )
100%
a
Kadar Selulosa =

(0,6409 0,2742) gram


100%
1
,
0012
gram
=
= 36,6 %

II

(0,5811 0,1827) gram


100%
1
,
0003
gram
=
= 39,8%

(b c)
100%
a
Kadar Hemiselulosa I =

(0,8517 0,6409) gram


100%
1,0012 gram
=
= 21,05 %

(b c)
100%
a
II =

(0,8218 0,5811) gram


100%
1
,
0003
gram
=

39

= 24 %

( d e)
100%
a
=
Kadar Lignin

(0,2742 0,0082) gram


100%
1
,
0012
gram
=
= 26,57 %

II

(0,1827 0,0067) gram


100%
1
,
0003
gram
=
= 17,59%

2.

Setelah Delignifikasi
Berat (a) gram

I = 1,0009 gram
II = 1,0003 gram

Berat (b) gram

I = 0,8726 gram
II = 0,8423 gram

Berat Kertasa saring Kosong I = 0,6582 gram


II = 0,7371 gram

Berat kertas saring + Isi

I = 1,4301 gram
II = 1,4743 gram

Berat (c) gram I= (Berat Kertas saring + Isi) Berat Kertas Saring Kosong

40

= (1,4301 0,6582) gram


= 0,7719 gram
II = (Berat Kertas saring + Isi) Berat Kertas Saring Kosong
= (1,4743 0,7371) gram
= 0,7372 gram
Berat Kertas saring Kosong

I = 0,4587 gram
II = 0,4953 gram

Berat Kertas saring + Isi

I = 0,8011 gram
II = 0,8064 gram

Berat (d) gram I= (Berat Kertas Saring + Isi) Berat Kertas saring Kosong
= (0,8011 0,4587) gram
= 0,3424 gram

II = (Berat Kertas Saring + Isi) Berat Kertas saring Kosong


= (0,8064 0,4953) gram
= 0,3111 gram

41

Berat Cawan Kosong

I = 18,4378 gram
II = 18,3302 gram

Berat Cawan Kosong + Isi

I = 18,6583 gram
II = 18,5501 gram

Berat (e) gram I= (Berat Cawan Kosong + Isi) Berat Cawan Kosong
= (18,6583 18,4378) gram
= 0,2196 gram
II = (Berat Cawan Kosong + Isi) Berat Cawan Kosong
= (18,5501 18,3302) gram
= 0,2199 gram
Ditanyakan: Kadar Selulosa = ?
Kadar Hemiselulosa = ......?
Kadar Lignin = ?
Penyelesaian:

(c d )
100%
a
Selulosa I =
Kadar

42

(0,7719 0,3424) gram


100%
1,0009 gram
=
= 42,9 %
(c d )
100%
a
II =

(0,7372 0,3111) gram


100%
1
,
0003
gram
=
= 42,6 %
(b c)
100%
a
Kadar Hemiselulosa I =

(0,8726 0,7719) gram


100%
1
,
0009
gram
=
= 10,06 %

(b c)
100%
a
II =

(0,8423 0,7372) gram


100%
1,0003 gram
=
= 10,51 %

43

( d e)
100%
a
I =
Kadar Lignin

(0,2638 0,2196) gram


100%
1,0009 gram
=
= 4,42 %
( d e)
100%
a
II =

(0,2676 0,2199) gram


100%
1
,
0003
gram
=
= 4,77 %
C. Analisa kadar Gula Reduksi menggunakan metode luff schrool
1. Enzim Selulase
a. Hidrolisis Enzim Selulase ( T=35 oC ; pH=6 ; Waktu = 24 jam &

fp

= 10 )
V. penitrasi rata-rata
= 15 ml
V. blanko
= 19,5 ml
Konsentrasi Na2S2O3 standarisasi = 0,1065 N
(V. Blanko - V.Penitras i) x N. Tio Sulfat
0,1N
ml Natrium Tiosulfat 0,1 N: =

(19,5 - 15) ml x 0,1065 N


0,1N
=

44

= 4,7925 ml

mg gula menurut table luff schoorl


4,7925 ml

= mg

4 ml

= 9,7 mg

(0,7925 ) + 9,7

= x mg

(0,7925 2,5) + 9,7

= x mg
X

= 11,68125 mg
= 0,01168125 gram

% gula reduksi

Mg gula x fp
x100%
VolumeSamp
el
=
11,68125 mg x 10
x100%
25ml
=
0,01168125 gram x 10
x100%
25ml
=
= 0,47 % b/v

b. Hidrolisis Enzim Selulase ( T=35 oC ; pH=6 ; Waktu = 72 jam &


fp = 10 )
V. penitrasi rata-rata
= 15,6 ml
V. blanko
= 20,3 ml
Konsentrasi Na2S2O3 standarisasi = 0,1065 N

45

(V. Blanko - V.Penitras i) x N. Tio Sulfat


0,1N
ml Natrium Tiosulfat 0,1 N: =
(19,5 - 14,8) ml x 0,1065 N
0,1N
=
= 5,0055 ml
mg gula menurut table luff schoorl
5,0055 ml

= mg

5 ml

= 12,2 mg

(0,0055 ) + 12,2

= x mg

(0,0055 2,5) + 12,2

= x mg

= 12,21375 mg
= 0,01221375 gram

% gula reduksi

Mg gula x fp
x100%
VolumeSamp
el
=
12,21375 mg x 10
x100%
25ml
=
0,0122375 gram x 10
x100%
25ml
=
= 0,49 % b/v

46

c. Hidrolisis Enzim Selulase ( T=35 oC ; pH=6 ; Waktu = 120 jam & fp


= 10 )
V. penitrasi rata-rata
= 12,3 ml
V. blanko
= 20,4 ml
Konsentrasi Na2S2O3 standarisasi = 0,1065 N
(V. Blanko - V.Penitras i) x N. Tio Sulfat
0,1N
ml Natrium Tiosulfat 0,1 N: =

(19,5 - 11,4) ml x 0,1065 N


0,1N
=
= 8,6265 ml
mg gula menurut table luff schoorl
8,6265 ml

= mg

8 ml

= 19,8 mg

(0,6265 ) + 19,8

= x mg

(0,6265 2,6) + 19,8

= x mg

= 21,4289 mg
= 0,0214289 gram

47

% gula reduksi

Mg gula x fp
x100%
= VolumeSamp el
21,4289 mg x 10
x100%
25ml
=
0,0214289 gram x 10
x100%
25ml
=
= 0,86 % b/v

d. Hidrolisis Enzim Selulase ( T=35 oC ; pH=6 ; Waktu = 168 jam &

fp =

10 )
V. penitrasi rata-rata
= 8,8 ml
V. blanko
= 21,8 ml
Konsentrasi Na2S2O3 standarisasi = 0,1065 N
(V. Blanko - V.Penitras i) x N. Tio Sulfat
0,1N
ml Natrium Tiosulfat 0,1 N: =

(21,8 - 8,8) ml x 0,1065 N


0,1N
=
= 13,845 ml
mg gula menurut table luff schoorl
13,845 ml

= mg

13 ml

= 33 mg

(0,845 ) + 33

= x mg

(0,845 2,7) + 33

= x mg
X

= 35,2815 mg

48

= 0,0352815 gram

% gula reduksi

Mg gula x fp
x100%
VolumeSamp
el
=
35,2815 mg x 10
x100%
25ml
=
0,0352815 gram x 10
x100%
25ml
=
= 1,41% b/v

e. Hidrolisis Enzim Selulase ( T=35 oC ; pH=6 ; Waktu = 216 jam &

fp =

10 )
V. penitrasi rata-rata
= 5,6 ml
V. blanko
= 24 ml
Konsentrasi Na2S2O3 standarisasi = 0,1065 N
(V. Blanko - V.Penitras i) x N. Tio Sulfat
0,1N
ml Natrium Tiosulfat 0,1 N: =

(24 - 5,6) ml x 0,1065 N


0,1N
=
= 19,596 ml
mg gula menurut table luff schoorl
19,596 ml

= mg

19 ml

= 50 mg

(0,596 ) + 50

= x mg

(0,596 2,1) + 50

= x mg

49

= 51, 2516 mg
= 0,0512516 gram

% gula reduksi

Mg gula x fp
x100%
VolumeSamp
el
=
51,2516 mg x 10
x100%
25ml
=
0,0512516gram x 10
x100%
25ml
=
= 2,05 % b/v.

f. Hidrolisis Enzim Selulase ( T=35 oC ; pH=6 ; Waktu = 288 jam & fp = 10


)
V. penitrasi rata-rata
= 12 ml
V. blanko
= 20 ml
Konsentrasi Na2S2O3 standarisasi = 0,1065 N
(V. Blanko - V.Penitras i) x N. Tio Sulfat
0,1N
ml Natrium Tiosulfat 0,1 N: =

(20 - 12) ml x 0,1065 N


0,1N
=
= 8,52 ml
mg gula menurut table luff schoorl
8,52 ml

= mg

8 ml

= 19,8 mg

(0,52 ) + 19,8

= x mg

50

(0,52 2,6) + 19,8

= x mg
X

= 21,152 mg
= 0,021152 gram

% gula reduksi

Mg gula x fp
x100%
= VolumeSamp el
21,152 mg x 10
x100%
25ml
=
0,021152gr am x 10
x100%
25ml
=
= 0,85 % b/v.

g. Hidrolisis Enzim Selulase ( T=35 oC ; pH=6 ; Waktu = 360 jam & fp = 10


)
V. penitrasi rata-rata
= 13,5 ml
V. blanko
= 20,5 ml
Konsentrasi Na2S2O3 standarisasi = 0,1065 N
(V. Blanko - V.Penitras i) x N. Tio Sulfat
0,1N
ml Natrium Tiosulfat 0,1 N: =

(20,5 - 13,5) ml x 0,1065 N


0,1N
=
= 7,455 ml
mg gula menurut table luff schoorl
7,455 ml

= mg

7 ml

= 17,2 mg

51

(0,455 ) + 17,2

= x mg

(0,455 2,6) + 17,2

= x mg
X

= 18,383 mg
= 0,018383 gram

% gula reduksi

Mg gula x fp
x100%
VolumeSamp
el
=
18,383 mg x 10
x100%
25ml
=
0,018383gr am x 10
x100%
25ml
=
= 0,74 % b/v.

Tabel 6. Kandungan gula reduksi sampel hasil variasi waktu menggunakan Enzim
Selulase
Sampe
l

Waktu

Vol. peniter (ml)

( jam )
Simplo

Duplo

Rata-rata
vol. penitar
(ml)

Vol.
blangko

% Gula
pereduksi

24

15

15

15

19,5

0,47

72

15,2

16

15,6

20,3

0,49

120

12

12,6

12,3

20,4

0,86

168

8,6

8,8

21,8

1,41

240

5,2

5,6

24

2,05

288

12

12

12

20

0,85

360

13

14

13,5

20,5

0,74

52

2. Mikroba Trichoderma reesei


a. Hidrolisis Trichoderma reesei ( T=35 oC ; pH=6 ; Waktu = 24 jam &
fp = 10 )
V. penitrasi rata-rata
= 15,2 ml
V. blanko
= 19,8 ml
Konsentrasi Na2S2O3 standarisasi = 0,1065 N

(V. Blanko - V.Penitras i) x N. Tio Sulfat


0,1N
ml Natrium Tiosulfat 0,1 N: =
(19,8 - 15,2) ml x 0,1065 N
0,1N
=
= 4,899 ml
mg gula menurut table luff schoorl
4,899 ml

= mg

4 ml

= 9,7 mg

(0,899 ) + 9,7

= x mg

(0,899 2,5) + 9,7

= x mg
X

= 11,9475 mg
= 0,0119475 gram

% gula reduksi

Mg gula x fp
x100%
= VolumeSamp el

53

11,9475 mg x 10
x100%
25ml
=
0,0119475 gram x 10
x100%
25ml
=
= 0,48 % b/v
b. Hidrolisis Trichoderma reesei ( T=35 oC ; pH=6 ; Waktu = 72 jam & fp =
10 )
V. penitrasi rata-rata
= 15,2 ml
V. blanko
= 20 ml
Konsentrasi Na2S2O3 standarisasi = 0,1065 N
(V. Blanko - V.Penitras i) x N. Tio Sulfat
0,1N
ml Natrium Tiosulfat 0,1 N: =

(20 - 15,2) ml x 0,1065 N


0,1N
=
= 5,112 ml
mg gula menurut table luff schoorl
5,112 ml

= mg

5 ml

= 12,2 mg

(0,112 ) + 12,2

= x mg

(0,112 2,5) + 12,2

= x mg
X

= 12,48 mg
= 0,01248 gram

54

% gula reduksi

Mg gula x fp
x100%
= VolumeSamp el
12,48 mg x 10
x100%
25ml
=
0,01248 gram x 10
x100%
25ml
=
= 0,5 % b/v

c. Hidrolisis Trichoderma reesei ( T=35 oC ; pH=6 ; Waktu =120 jam & fp =


10 )
V. penitrasi rata-rata
= 15 ml
V. blanko
= 20,4 ml
Konsentrasi Na2S2O3 standarisasi = 0,1065 N
(V. Blanko - V.Penitras i) x N. Tio Sulfat
0,1N
ml Natrium Tiosulfat 0,1 N: =

(20,4 - 15) ml x 0,1065 N


0,1N
=
= 5,751 ml
mg gula menurut table luff schoorl
5,751 ml

= mg

5 ml

= 12,2 mg

(0,751 ) + 12,2

= x mg

(0,751 2,5) + 12,2

= x mg
X

= 14,0775 mg

55

= 0,0140775 gram

% gula reduksi

Mg gula x fp
x100%
VolumeSamp
el
=
14,0775 mg x 10
x100%
25ml
=
0,0140775 gram x 10
x100%
25ml
=
= 0,56 % b/v

d. Hidrolisis Trichoderma reesei ( T=35 oC ; pH=6 ; Waktu =168 jam &


fp = 10 )
V. penitrasi rata-rata
= 13,7 ml
V. blanko
= 20,5 ml
Konsentrasi Na2S2O3 standarisasi = 0,1065 N
(V. Blanko - V.Penitras i) x N. Tio Sulfat
0,1N
ml Natrium Tiosulfat 0,1 N: =

(20,5 - 13,7) ml x 0,1065 N


0,1N
=
= 7,242 ml
mg gula menurut table luff schoorl
7,242 ml

= mg

7 ml

= 17,2 mg

(0,242 ) + 17,2

= x mg

(0,242 2,6) + 17,2

= x mg

56

= 17,8292 mg
= 0,0278292 gram

% gula reduksi

Mg gula x fp
x100%
VolumeSamp
el
=
17,8292 mg x 10
x100%
25ml
=
0,0178292 gram x 10
x100%
25ml
=
= 0,71 % b/v

e. Hidrolisis Trichoderma reesei ( T=35 oC ; pH=6 ; Waktu =216 jam & fp =


10 )
V. penitrasi rata-rata
= 13,8 ml
V. blanko
= 22 ml
Konsentrasi Na2S2O3 standarisasi = 0,1065 N
(V. Blanko - V.Penitras i) x N. Tio Sulfat
0,1N
ml Natrium Tiosulfat 0,1 N: =

(22 - 13,8) ml x 0,1065 N


0,1N
=
= 8,733 ml
mg gula menurut table luff schoorl
8,733 ml

= mg

8 ml

= 19,8 mg

(0,733 ) + 19,8

= x mg

57

(0,733 2,6) + 19,8

= x mg
X

= 21,7058 mg
= 0,0217058 gram

% gula reduksi

Mg gula x fp
x100%
= VolumeSamp el
21,7058 mg x 10
x100%
25ml
=
0,0217058 gram x 10
x100%
25ml
=
= 0,87 % b/v.

f. Hidrolisis Trichoderma reesei ( T=35 oC ; pH=6 ; Waktu =288 jam & fp =


10 )
V. penitrasi rata-rata
= 15 ml
V. blanko
= 20 ml
Konsentrasi Na2S2O3 standarisasi = 0,1065 N
(V. Blanko - V.Penitras i) x N. Tio Sulfat
0,1N
ml Natrium Tiosulfat 0,1 N: =

(20 - 15) ml x 0,1065 N


0,1N
=
= 5,325 ml
mg gula menurut table luff schoorl
5,325 ml

= mg

5 ml

= 12,2 mg

58

(0,325 ) + 12,2

= x mg

(0,325 2,6) + 12,2

= x mg
X

= 13,045 mg
= 0,0134045 gram

% gula reduksi

Mg gula x fp
x100%
VolumeSamp
el
=
13,045 mg x 10
x100%
25ml
=
0,0134045 gram x 10
x100%
25ml
=
= 0,52 % b/v.

g. Hidrolisis Trichoderma reesei ( T=35 oC ; pH=6 ; Waktu =360 jam & fp =


10 )
V. penitrasi rata-rata
= 15 ml
V. blanko
= 19,5 ml
Konsentrasi Na2S2O3 standarisasi = 0,1065 N
(V. Blanko - V.Penitras i) x N. Tio Sulfat
0,1N
ml Natrium Tiosulfat 0,1 N: =

(19,5 - 15) ml x 0,1065 N


0,1N
=
= 4,7925 ml
mg gula menurut table luff schoorl
4,7925 ml

= mg

59

4 ml

= 9,7 mg

(0,7925 ) + 9,7

= x mg

(0,7925 2,5) + 9,7

= x mg
X

= 11,68125 mg
= 0,01168125 gram

% gula reduksi

Mg gula x fp
x100%
VolumeSamp
el
=
11,68125 mg x 10
x100%
25ml
=
0,01168125 gram x 10
x100%
25ml
=
= 0,47 % b/v.

Tabel 7. Kandungan gula reduksi sampel hasil variasi waktu menggunakan


Trichoderma reesei
Sampe
l

Waktu

Vol. peniter (ml)

( jam )
Simplo

Duplo

Rata-rata
vol. penitar
(ml)

Vol.
blangko

% Gula
pereduksi

24

15

15,4

15,2

19,8

0,48

72

15,2

15,2

15,2

20

0,50

120

15

15

15

20,4

0,56

168

13

14,4

13,7

20,5

0,71

216

13,4

14,2

13,8

22

0,87

288

15

15

15

20

0,52

360

15

15

15

19,5

0,47

60

LAMPIRAN 4. TABEL METODE LUFF SCHOORL


Penentuan Glukosa, Fruktosa, dan Gula Invert dalam suatu bahan dengan
metode Luff Schoorl.
ml Na2S2O3 0,1 N

Glukosa, Fruktosa, Gula invert mg

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

2,4
4,8
7,2
9,7
12,2
14,7
17,2
19,8
22,4
25,0
27,6
30,3
33,0
35,7
38,5
41,3
44,2
47,1
50,0
53,0
56,0

C5H12O6

2,2
2,4
2,5
2,5
2,5
2,5
2,6
2,6
2,6
2,6
2,7
2,7
2,7
2,8
2,8
2,9
2,9
2,9
3,0
3,0
3,1

61

22
23
24
Sumber: Sudarmadji (1976)

59,1
62,0
-

3,2
-

LAMPIRAN 5. GAMBAR

Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)

TKKS setelah pemotongan

62

Serabut TKKS

Uji kada lignin

Serbuk TKKS

Pembutan Media

63

Permajaan Mikroba

Mikroba Trichoderma reesei

Hidrolisis TKKS

Penyaringan Hasil Hidrlisis

64

Pengujian kadar glukosa sebelum titrasi

Pengujian kadar gula setelah titrasi

65

Anda mungkin juga menyukai