Anda di halaman 1dari 20

Diagnosis dan Penatalaksanaan pada Kasus Gangguan Psikiatri

Wiranti Fani Putri


Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna utara no.6 Jakarta
Telephone: (021 5694-2061)
wiranti.2013fk391@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Pendahuluan
Isi
Anamnesis
Pada anamnesis kasus psikiatri perlu memperhatikan sikap dalam menyatakan
pertanyaan pada pasien. Mula mula biarkan pasien mengekspresikan hal diminatinya dan
memberikan alasan kedatanganya meminta pertolongan. Bersikaplah suportif, penuh
perhatian dan tidak menghakimi, dan menyemangati dan coba untuk mendapatkan empatik
terhadap penderitaannya. Bantulah pasien menghalau kecemasannya, jika ada. Bersikaplah
sabar, bersahabat, dan mau menerima jika pasien diam saja. Jika pasien berbicara tidak
karuan mungkin anda sudah harus menggunakan struktur pada awal wawancara. Jika
paranoid, majulah perlahan lahan. (David AT. Buku saku paikiatri. Ed ke-6. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.h.4-14.)
Anamnesis dimulai dengan menanyakan identitas nama, umur, tanggal lahir, statu
perkawinan, dan anak, suku, agama, pekerjaan, pendidikan, dan lain -lain. Apa masalah
pasien? Jika gejalanya sudah lama kenapa sekarang membutuhkan bantuan medis, misalnya
keinginan pribadi, keinginan bunuh diri, atau ditemukan berkeliaran dalam keadaan bingung.
Lalu tanyakan apa gejala dirasakan misalnya rasa rendah diri, mendengarkan suara suara,
ketakutan bingung, atau ingin mati. Eksplorasi gejala utama secara rinci dan temukan semua
efek fisik, psikologis, dan sosial yang terkait. Terapi apa yang pernah dicoba selama ini, dan
bagaimana efeknya? Adakah hal yang dipercaya pasien sebagai pemicu, memperberat atau

[Type text]

Page 1

mengubah penyakit? Kapan gejala dimulai? (Gleadle J. At a galance anamnesis dan


pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.h.48-51, 36-41.)
Dapatkan ringkasan kronologis dari semua gangguan mental dan terapi yang pernah
dijalani pasien, termasuk perawatan dirumah sakit, kontak sebelumnya dengan dokter umum,
psikiater, psikolog, konselor, dan lain lain. Mengenai terapi tanyakan dosis, durasi,
keampuhan, efek samping, dan ketergantungan pasien terhadap terapi sebelumnya. (Gleadle
J. At a galance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2007.h.48-51, 36-41.)
Jangan lupa tanyakan riwayat pribadi pasien sebagai tinjauan atas tahapan dalam
kehidupan pasien. Tanyakan kelahiran, perkembangan, masa kanak, pendidikan kualifikasi
termasuk hubungan dengan teman sebaya dan guru. Semua pekerjaan yang pernah dilakukan
dan alasan memilih atau meninggalkan pekerjaan tersebut, hubungan dengan anak, orang tua,
pernikahan, dan peran pasien di keluarga. Pengaruh dari budaya dan agama, setiap riwayat
fisik, emosional, seksual, penganiayaan, atau trauma. (Gleadle J. At a galance anamnesis
dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.h.48-51, 36-41.) (David AT.
Buku saku paikiatri. Ed ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.h.4-14.)
Kepribadian pasien sebelum sakit termasuk karakter

yaitu mood, stabilitas mood,

sosiabilitas, motivasi. Lalu minat atau hobi pasien, beserta keyakinan agama, moral, dan
pandangan politik. Tanyakan perencanaan hidup pasien dan hubungan yang dimiliki. Riwayat
penggunaan alkohol, rokok, dan obat obatan lain misalnya marijuana, kokain, opium, obat
sedatif hipnotik, stimulan, pelarut, dan halusinogen. Kapan pertama kali menggunakan,
jumlah yang dikonsumsi, dan cara penggunaannya. Lalu buatlah silsilah keluarga
mencangkup penyakit medis umum, dan psikiatrik yang dialami keluarga dekat, seperti
perubahan mood, psikosis, bunuh diri, dan penyalahgunaan obat tertentu. (Gleadle J. At a
galance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.h.48-51,
36-41.) (David AT. Buku saku paikiatri. Ed ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2004.h.4-14.)
Pemeriksaan status mental
Pemeriksaaan status mental adalah pencatatan sistematik kualitas fungsi mental pada
saat wawancara. Pemeriksaan status mental membentu diagnosis saat ini maupun rencana

[Type text]

Page 2

penatalaksanaannya dan berfungsi sebagai referensi di masa yang mendatang. (David AT.
Buku saku paikiatri. Ed ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.h.4-14.)
Penampilan, kesan keseluruhan pasien menarik, tidak menarik, postur tubuh, pakaianm
sisiran rambut, marah, bingung, ketakutan, tidak nyaman, apatis, sikap rendah diri,
tidakberharga, feminin, maskulin, dan lain lain. Perilaku umum, sikap tubuhm perlawanan,
reatardasi psikomotor, kakuan, suka mencomot sesuatu, canggung, meremas remas tangan,
dan sebagainya. Sikap pasien pada pemeriksa apakah kooperatif, bermusuhan, defensif,
merayu, suka mengelak, mencari muka, dan lain lain. Pasien psikotik dapat berpenampilan
berantakan dan aneh dengan posisi janggal terutama ketatonik dan menyeringai. Beberapa
pasien skizofrenia dapat terlihat seperti menatap da yang lain tampat pandangananya kosong.
Pasien paranoid dapat tampak bermusuhan dan curiga, pasien ambang terlihat bermusuhan da
marah, sementara pasien histrionik sering bersifat merayu di dalam sikap dan pakaian. Pasien
depresi bisa hampir hampir tidak berbicara dan memperlihatakan retardasi psikomotor.
Kegelisahan dapat menunjukan adanya ansietas, menarik, maniak, dan lain lain. (David AT.
Buku saku paikiatri. Ed ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.h.4-14.)
Kesadaran pasien apakah hiperalaert atau letargik seperti melamun atau pikirannya
mengembara. Menguji apakah pasien dapat memusatkan perhatiannya atau konsentrasi
dengan cara mengulangi angka yang telah kita ucapkan sebelumnya. Tes konsentrasi dengan
cara tes huruf acak, lalu mintalah pasien menunjuk huruf yang disebutkan. (David AT. Buku
saku paikiatri. Ed ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.h.4-14.)
Dengarkan pembicaraan pasien. Apakah keras, cepat, lambat, diberi tekanan, diam saja,
dan sebagainya? Apakah pasien berbicara spontan? Dengan kosakata yang baik? Apakah
pasien mengalami gangguan artikulasi. Pasien manik sering berbicara keras dan cepat, pasien
depresi berbicara pelan dan lambat. Pembicaraan yang aneh biasanya menunjukan keadaan
psikotik atau organik. Untuk memilihat orientasi pasien bisa tanyakan tentang seseorang,
tempat, waktu, dan situasi. Orientasi waktu biasanya yang pertama tama hilang. Disorientasi
berat menunjukan gangguan organik. Disorientasi ringan dapat mencerminkan adanya stres
sementara. (David AT. Buku saku paikiatri. Ed ke-6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2004.h.4-14.)
Suasana hati atau mood adalah suatu keadaan emosi yang menetap untuk jangka waktu
tertentu misal depresi, euforik, elevasi, cemas, marah atau iritabel. Afek adalah keadaan
[Type text]

Page 3

emosi pasien saat ini yang dapat diamati oleh pewawancara. Afek abnormal umunya meliputi
datar, tumpul, terbatas, dan tidak serasi.bedakan mood depresi dengan apatis yang disebabkan
gangguan organik. (David AT. Buku saku paikiatri. Ed ke-6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2004.h.4-14.)
Pewanwancara harus memperhatikan apakah pasien menunjukan sirkumstansial yaitu
untuk sampai ketujuan pembicaraan harus berputar putar dengan pernak pernik yang tidak
relevan. Lompat gagasan (flight ideas) melompat secara cepat dari satu ide ke ide lainnya,
tetapi hubungannya masih dapat dimengerti. Perilaku mengelak, asosiasi melonggar
(tangensial/devailment) seperti pikiran pikiran ynag tidak berhubungan, dan pasien tidak
menyadarinya, preseverasi atau pengulangan pikiran atau bagian kalimaat yang sama yang
tidak perlu, atau bloking yaitu pembicaraan atau alur pikiran yang terputus dan ditemukan
kembali beberapa saat atau menit kemudian. Gangguan dalam proses pikir umunya
dihubungkan dengan skizofrenia atau gangguan afektif. Tiada satupun yang patognomonik,
tetapi kelainan yang berat menunjukan adanya proses psikotik. (David AT. Buku saku
paikiatri. Ed ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.h.4-14.)
Periksa adanya preokupasi abnormal dan obsesi, kecurigaan yang berlebihan, fobia,
ritual, gejala hipokondrik, pengalaman deja vu, depresoanalisasi, atau waham yaitu keyakinan
kokoh yang salah. Untuk waham dapatditanyakan apakah anda memiliki ide ide yang tidak
orang lain miliki atau adakah hal hal yang banyak anda pikirkan? (David AT. Buku saku
paikiatri. Ed ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.h.4-14.)
Waham biasanya menunjukan gangguan psikotik fungsional (umunya skizoferenia),
tetapi waham bisa juga ada pada kondisi lain misal waham yang sitemis pada delirium.
Obsesi dapat terjadi pada psikosis, juga khas untuk gangguan obsesif kompulsif. Fobia
menunjukan gangguan gangguan fobik. (David AT. Buku saku paikiatri. Ed ke-6.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.h.4-14.)
Periksalah, presepsi pasien apakah terdapat mispresepsi, ilusi, atau halusinasi yaitu
presepsi sensosrik semata perhatikan apakah itu auditorik, visual, taktil, dan lain lain.
Tanyakan apakah pernah memiliki pengalaman mendengar nama anda dipanggil ketika
sedang berjalan sendirian atau pengalaman mistik dan psikik lainnya? (David AT. Buku saku
paikiatri. Ed ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.h.4-14.)

[Type text]

Page 4

Ilusi paling sering dijumpai pada delirium, tetapi dapat juga terjadi pada psikosis lain.
Halusinasi terjadi pada berbagai kondisi, tetapi yang paling umum pada gangguan psikotik.
Pada skizofrenia biasanya dijumpai halusinasi auditorik, sedangkan halusinasi visual lebih
umum dijumpai pada kondisi organik. Halusinasi taktil sering terdapat pada keadaan putus
zat alkohol dan hipnotik sedatif. (David AT. Buku saku paikiatri. Ed ke-6. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.h.4-14.)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus selalu dilakukan terutama untuk mengevaluasi kondisi medis
umum terutama neurologis pasien. Dengan pemeriksaan sistem saraf kita dapat
mengungkapkan dan menjelaskan defisit fungsi dan kemungkinan lokasi anatomisnya jika
terdapat lesi, mengingat kemungkinan gangguan psikiatri terjadi karena kelainan organik.
(Gleadle J. At a galance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2007.h.48-51, 36-7.)
Untuk menentukan tingkat kesadaran pasien dapat ditentukan melalui Skor Koma
Galsgow. Lalu perhatikan cara berjalan pasien. Minta pasien untuk berjalan, lalu lakukan
pemeriksaan tanda Romberg. Pemeriksaan ekstremitas atas dimulai dengan inspeksi mencari
pengecilan otot yang jelas, tremor, fasikulasi, deformitas, dan perubahan pada kulit. Periksa
simpangan piramidalis dengan kedua lengan terentang, posisi supinasi, dan mata tertutup.
Periksa tonus di pergelangan tangan dan siku, periksan kekuatan , bandingkan kedua lengan.
Periksa abduksi bahu, fleksi dan ekstensi siku, ekstensi pergelangan tangan, genggaman,
abduksi dan aduksi jari tangan, dan abduksi ibu jari tangan. Menggunakan skala MRC:
(Gleadle J. At a galance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2007.h.48-51, 36-7.)

(0) Lumpuh sempurna

(1) Masih terlihat kontraksi

(2) Gerak aktif tanpa gravitasi

(3) Bergerak melawan gravitasi

(4) Bergerak melawan tahanan

[Type text]

Page 5

(5) Kekuatan normal


Periksa kordinasi dengan tes telunjuk hidung, gerak cepat jari jari, gerak cepat

bergantian, jika ada keluhan disebut disdiadokokinesis pada gangguan cerebellum, lalu
lakukan tes cubit dan bermain piano. Periksa refleks dengan kekuatan biseps, triseps, dan
supinator. Periksa senssasi melalui tes raba halus, tusuk jarm, rasa getar, rasa posisi sendi, dan
reaksi panas atau dingin. (Gleadle J. At a galance anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.h.48-51, 36-7.)
Dilanjutkan dengan pemeriksaan ekstremitas bawah. Dimulai dengan inspeksi, lalu
periksa tonus pada lutut, dengan tes mengangkat tungkai lurus lurus (straight leg raises,
SLR) mencari adanya kemungkinan penekanan nervus iskiadikus. Periksa kekuatan,
bandingkan kedua sisi. Periksa fleksi, ekstensi, abduksi, dan aduksi panggul, ekstensi dan
fleksi lutut, plantar fleksi, dorsofleksi, inversi, eversi, dan dorsofleksi ibu jari kaki. Periksa
kordinasi dengan tes tumit jari kaki. Periksa refleks pada lutut, pergelanga kaki, dan telapak
kaki. Periksa sensasi dengan tes raba halus, tusuk jarum, rasa getar, rasa posisi sendi, dan
reaksi panas atau dingin. (Gleadle J. At a galance anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.h.48-51, 36-7.)
Pemeriksaan saraf kranial, untuk saraf olfaktorius (I) periksa sensasi penghidu di kedua
lubang hidung. Untuk saraf optikus (II) dilakukan pemeriksaan ketajamanan penglihatan,
periksa lapang pandang, cari bintik buta. Lalu periksa pupil dan reaksi cahaya langsung dan
tidak langsung (konsensuil) dan akomodasi. Periksa dengan oftalmoskop. (Gleadle J. At a
galance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.h.48-51,
36-7.)
Untuk pemeriksaan saraf okulomotorius (III), troklearis (IV), dan abdusens (VI) cari
adanya ptosis, gerak bola mata dan cari nistagmus, dan tanyakan penglihatan ganda. Periksa
sensasi pada wajah, kekuatan otot mengunyah, reflek kornea, dan ketuk rahang untuk menilai
saraf trigeminus (V). Periksa otot ekspresi wajah seperti angkat alis, tutup mata , dan
tunjukan gigi untuk saraf fasialis (VII). (Gleadle J. At a galance anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.h.48-51, 36-7.)
Penilaian pendengaran melalui tes Rinne dan tes Weber, lalu tes keseimbangan untuk
menilai saraf vestibulokoklearis (VIII). Periksa gerak palatum, refleks muntah, dan batuk
untuk menilai saraf vagus (IX) dan glosofaringeus (X). Saraf aksesorius (XI) dinila
[Type text]

Page 6

memeriksa kekuatan otot sternomastoideus dan mengangkat bahu. Periksa lidah untuk
mencari pengecilan otot, fasikulasi, dan uji kekuatan untuk periksa saraf hipoglosus (XII).
(Gleadle J. At a galance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2007.h.48-51, 36-7.)
Pada tes fungsi mental luhur dilakukan dengan menilai kemampuan bicara, periksa
ingatan, dan kemampuan pemahaman. Selanjutnya pertimbangkan kemungkinan defisit
lokalis pada tempat berikut: (Gleadle J. At a galance anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.h.48-51, 36-7.)

Serebelum
Periksa cara jalan, kordinasi telunjuk hidung, nistagmus, dan disdiadokokinesis.

Ekstrapiramidalis
Periksa cara berjalan, tonus, cari adanya tremor, bradikinesia, dan gerak distonik.

Temporal
Periksa ingatan dan pemahaman bahasa.

Parietal
Periksa pengenalan benda, tugas tugas seperti berpakaian, menggunakan sikat gigi,
menulis, membaca, dan aritmatika.

Oksipitalis
Periksa ketajaman penglihatan dan lapan pandang.

Frontal
Periksa fungsi mental luhur, sensasi penghidu, afek, refleks primitif (menggenggam,
mencucu, dan lainnya)
Periksa adakah tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial yaitu, penurunan

kesadaran, tanda lokal palsu seperti kelumpuhan nervus III dan IV, edema papil, hipertensi,

[Type text]

Page 7

dan bradikardi. (Gleadle J. At a galance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta:


Penerbit Erlangga; 2007.h.48-51, 36-7.)
Pemeriksan Penunjang
Pemeriksaan urin
Untuk menentukan pemakaian narkoba pada seorang individu, pemeriksaan narkoba
seringkali dilakukan menggunakan berbagai spesimen biologis seperti darah, urine, cairan
oral, keringat ataupun rambut. Urine merupakan spesimen yang paling sering digunakan
untuk pemeriksaan narkoba rutin karena ketersediaannya dalam jumlah besar dan memiliki
kadar obat dalam jumlah besar sehingga lebih mudah mendeteksi obat dibandingkan pada
spesimen lain. Teknologi yang digunakan pada pemeriksaan narkoba pada urin sudah
berkembang baik. Kelebihan lain spesimen urin adalah pengambilannya yang tidak invasif
dan dapat dilakukan oleh petugas yang bukan medis. Urine merupakan matriks yang stabil
dan dapat disimpan beku tanpa merusak integritasnya. Obat-obatan dalam urine biasanya
dapat dideteksi sesudah 1-3hari. Kelemahan pemeriksaan urine adalah mudahnya dilakukan
pemalsuan dengan cara substitusi dengan bahan lain maupun diencerkan sehingga
mengacaukan hasil pemeriksaan. (Indrati AR. Pemeriksaan laboratorium patologi klinik
narkoba urinary drugs testing. Des 31 2015. Dari: www.unpad.ac.id )
Pemeriksaan narkoba seringkali dibagi menjadi pemeriksaan skrining dan
konfirmatori. Pemeriksaan skrining merupakan pemeriksaan awal pada obat pada golongan
yang besar atau metobolitnya dengan hasil presumptif positif atau negatif. Secara umum
pemeriksaan skrining merupakan pemeriksaan yang cepat, sensitif, tidak mahal dengan
tingkat presisi dan akurasi yang masih dapat diterima, walaupun kurang spesifik dan dapat
menyebabkan hasil positif palsu karena terjadinya reaksi silang dengan substansi lain dengan
struktur kimia yang mirip. Pada pemeriksaan skrining, metode yang sering digunakan adalah
immunoassay dengan prinsip pemeriksaan adalah reaksi antigen dan antibodi secara
kompetisi. Pemeriksaan skrining dapat dilakukan di luar laboratorium dengan metode onsite
strip test maupun di dalam laboratorium dengan metode ELISA (enzyme linked
immunosorbent assay). (Indrati AR. Pemeriksaan laboratorium patologi klinik narkoba
urinary drugs testing. Des 31 2015. Dari: www.unpad.ac.id )
Pemeriksaan konfirmasi digunakan pada spesimen dengan hasil positif pada
pemeriksaan skrinig. Pemeriksaan konfirmasi menggunakan metode yang sangat spesifik
[Type text]

Page 8

untuk menghindari terjadinya hasil positif palsu. Metoda konfirmasi yang sering digunakan
adalah gas chromatography / mass spectrometry (GC/MS) atau liquid chromatography/ mass
spectrometry (LC/MS) yang dapat mengidentifikasi jenis obat secara spesifik dan tidak dapat
bereaksi silang dengan substansi lain. Kekurangan metode konfirmasi adalah waktu
pengerjaannya yang lama, membutuhkan ketrampilan tinggi serta biaya pemeriksaan yang
tinggi. (Indrati AR. Pemeriksaan laboratorium patologi klinik narkoba urinary drugs
testing. Des 31 2015. Dari: www.unpad.ac.id )
Panel pemeriksaan narkoba tergantung jenis narkoba yang banyak digunakan, tetapi
biasanya meliputi 5 macam obat yaitu amfetamin, kanabinoid, kokain opiat dan PCP. Obat
lain yang sering disalah gunakan seperti benzodiazepin sering pula diperiksakan. Waktu
deteksi obat dalam urine tergantung berbagai kondisi termasuk waktu paruh obat.Pada tabel
berikut disampaikan durasi deteksi obat dalam urine: (Indrati AR. Pemeriksaan
laboratorium patologi klinik narkoba urinary drugs testing. Des 31 2015. Dari:
www.unpad.ac.id )
Tabel 1. Durasi deteksi obat dalam urin.
Obat
Amfetamin metamfetamin
Barbiturat
Benzodiazepin
Kanabinoid
Kokain
Methadon
Opiat

Durasi deteksi dalam urine


1-2 hari
1-3 hari
Sampai 21 hari
Sampai 60 hari
1-3 hari
1-3 hari
1-3 hari

Pada pemeriksaan dengan metode immunoassay dapat menyebabkan positif palsu


karena reaksi silang dengan substansi lain. Berbagai substansi yang dapat menyebabkan
reaksi silang pada pemeriksaan skrining disampaikan pada tabel berikut: (Indrati AR.
Pemeriksaan laboratorium patologi klinik narkoba urinary drugs testing. Des 31
2015. Dari: www.unpad.ac.id )
Tabel 2. Obat obat yang dapat beraksi silang pada pemeriksaan urin.
Jenis obat
Opiat
Phencyclidine

Faktor pengganggu
Quinolon (levofloxacin, ofloxacin)
Antidepresan venlafaxine, dextromethorphan,

Methadon

dyphenhydramin, ibuprofen
Antipsikotik atipik quetiapin

[Type text]

Page 9

Amfetamin

Pil

diet

(clobenzorex),

metamphetamin
Benzodiazepin
THC

(otc

promethazin,
nasal

i-

inhaler)

pseudoephedrin, ranitidin, thioridazin


Oxaprozin, sertraline (zoloft)
Antiretroviral efaviren, proton inhibitor
(pantoprazole)

CT scan
Ct scan dapat membantu menentukan ukuran dan lokasi abnormalitas tumor terlihat
dengan adanya pola densitas yang khas dengan gejala klinis seperti stroke. ( Weinwe
HL, Levitt LP. Buku saku neurologi. Jakarta: EGC:2001.h. 32-5.)
Elektroensefalografi
Elektroensefalografi (EEG) dapat membantu menentukan lokasi gangguan fungsi
kortikal, dan kadang kadang pada lesi talamus. Biasanya abnormal pada pada stroke
pembuluh darah besar atau emboli. ( Weinwe HL, Levitt LP. Buku saku neurologi.
Jakarta: EGC:2001.h. 32-5.)
Diagnosis kerja
Manik
Manik menyebabkan kegelisahan mental disertai peningkatan mood, bicar cepat dan
tidak terkendali, disertai adanya flight of ideas yaitu tidak pernah bertahan pada sau toik pada
waktu yang lama, percaya diri berlebihan, disertai waham tentang intelektualitas, kemampuan
fisik, finansial atau seksual,atau perasaan mahakuat. Penderita secara fisik tidak mudah lelah
dan mungkin tidak makan atau tidur. Hipomanik, suatu bentuk manik yang ringan, terdiri dari
euforia ringan, akivitas yang berlebih, dan disinhibisi. Manik dapat timbul bergantian dengan
depresi disebut bipolar. Manik berat diterapi dengan obat penenang mayor,dan serangan
serangan selanjutnya bisa dicegah dengan lithium, yang berfungsi untuk menstabilkan mood.
(Davey P. At a glance medicine. Jakarta; Erlangga: 2006.h.418-9.)
Waham
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta dan
keyakinan tersebut mungkin aneh misal Mata saya adalah komputer yang bisa mengatur
[Type text]

Page 10

dunia. atau tidak aneh tetapi hanya saja tidak mungkin misal FBI mengikuti saya. Dan
tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti bukti yang jelas untuk
mengkoreksinya. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk
waham spesifik sering ditemukan pada skizofrenia. Semakin akut psikosis semakin sering
ditemui waham disorganisasi dan waham tidak sistematis. (David AT. Buku saku paikiatri.
Ed ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.h.4-14.)
Diagnosis Banding
Gangguan Mental Organik
Gangguan mental organik merupakan gangguan mental yang berkaitan dengan
penyakit/gangguan sistemik ataau otak yang dapat didiagnosis tersendiri. Termasuk gangguan
mental somatik, dimana pengaruh terhadap otak merupakan akibat sekunder dari
penyakit/gangguan sistemik diluar otak. (Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa. Jakarta:
FK Unika Atma Jaya; 2001.h.11-3, 19-87.)
Gambaran utama berupa gangguan kognitif, sensorium, dan sindrom dengan
manifestasi pada presepsi, isi pikiran, dan suasana perasaan serta emosi. Gangguan kognitif
terjadi pada daya ingat (memory), daya pikir (intellect), daya belajar (learning). Pada
gangguan sensorium bisa terjadi gangguan kesadaran (consciousness) dan perhatian
(attention). (Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa. Jakarta: FK Unika Atma Jaya;
2001.h.11-3, 19-87.)
Demensia merupakan suatu sindrom akibat penyakit/gangguan otak yang biasanya
kronik progresif, dimana terdapat gangguan fungsi luhur kortikal yang multipel, termasuk
didalamnya daya ingat, daya pikir, orientasi, daya tangkap, berhitung, kemampuan belajar,
berbahasa, dan daya nilai tanpa disertai gangguan kesadaran. Umumnya diawali dengan
kemerosotan dalam pengendalian emosi, perilaku sosial, atau motivasi. (Maslim R.
Diagnosis gangguan jiwa. Jakarta: FK Unika Atma Jaya; 2001.h.11-3, 19-87.)
Pada delirium terjadi gangguan kesadaran dan perhatian. Dari taraf kesadaran
berkabut hingga koma,disertai menurunnya kemmpuan untuk mengarahkan, memusatkan,
mempertahankan, dan mengalihkan perhatian. kemmapuan kognitif, psikomotor, siklus
bangun tidur, dan emosional juga terganggu. Onset biasanya cepat, perjalanan penyakitnya
hilang timbul sepanjang hari. (Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa. Jakarta: FK Unika
[Type text]

Page 11

Atma Jaya; 2001.h.11-3, 19-87.)


Selain delirium dan demensia terdapat gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan
disfungsi otak dan penyakit fisik bila diketahui memang berhubungan dengan salah satu
sindrom mental yang ada. Ada hubungan waktu dalam minggu atau bulan antara
perkembangan penyakit yang mendasari dengan timbulnya sindrom mental, lalu kesembuhan
dari gangguan mental setelah perbaikan atau dihilangkan penyebab yang mendasarinya.
Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternatif dari sindrom mental ini seperti
pengaruh kuat dari riwayat keluarga atau pengaruh stress sebagai pencetus. (Maslim R.
Diagnosis gangguan jiwa. Jakarta: FK Unika Atma Jaya; 2001.h.11-3, 19-87.)
Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat
Gangguan yang bersifat luas dan berbeda keparahannya dari intoksikasi tanpa
komplikasi dan penggunaan yang merugikan sampai gangguan psikotik yang jelas dan
demensia, tetapi semua itu diakibatkan oleh karena penggunaan satu atau lebih zat psikoaktif
dengan atau tanpa resep dokter. Identifikasi dari zat psikoaktif yang digunakan dapat
berdasarkan data laporan individu, analisis subjek, dari spesimen urin, darah, dan sebagainya,
atau berdasarkan bukti lainnya seperti ditemukan sampel obat pada pasien dan laporan pihak
ketiga. (Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa. Jakarta: FK Unika Atma Jaya; 2001.h.113, 19-87.)
Intoksikasi akut sering dikaitkan dengan tingkat dosis zat yang digunakan, individu
dengan kondisi organik tertentu yang mendasari seperti insifisiensi ginjal atau hati yang
dalam dosis kecil dapat menyebabkan efek intoksikasi berat yang tidak proporsional.
Intoksikasi akut merupakan suatu kondisi peralihan yang timbul akibat penggunaan alkohol
atau zat psikoaktif lainnya sehingga terjadi gangguan kesadaran, kognitif,presepsi, afek atau
prilaku, atau fungsi dan respons psikofisiologis lainnya. Intensitas intoksikasi akan berkurang
seiring berjalannya waktu dan pada akhirnya efeknya menghilang bila tidak terjadi
penggunaan zat lagi. (Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa. Jakarta: FK Unika Atma
Jaya; 2001.h.11-3, 19-87.)
Penggunaan zat psikoaktif yang merusak kesehatan, yan dapat berupa fisik seperti
kasus hepatitis karena menggunakan obat melalui suntikan diri sendiri atau mental misalnya
episode gangguan depresi sekunder karena konsumsi berat alkohol. Pada sindrom
ketergantungan ditemukan gejala seperti adanya keinginan kuat yang memaksa (kompulsi)
[Type text]

Page 12

untuk menggunakan obat psikoaktif, kesulitan mengendalikan perilaku penggunaan obat


termasuk sejak mulai usaha penghentian, atau tingkat sedang menggunakan. Ada bukti
terhadap toleransi, berupa peningkatan dosis psikoaktif yang diperlukan untuk memperoleh
efek yang sama yang biasanya diperoleh dengan dosis yang lebih rendah. (Maslim R.
Diagnosis gangguan jiwa. Jakarta: FK Unika Atma Jaya; 2001.h.11-3, 19-87.)
Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian mencangkup bebrbagai kondisi klinis yang bermakna dan pola
prilaku yang cenderung menetap, dan merupakan ekspresi dari pola hidup yang khas dari
seseorang dan cara cara berhubungan dengan diri sendiri maupun orang lain. Beberapa dari
kondisi dan pola perilaku itu berkembang sejak dini dari masa pertumbuhan dan
perkembangan dirinya sebagai hasil interaksi faktor faktor konstitusi dan pengalaman hidup,
sedangkan yang lainnya didapat (acquired) pada masa kehidupan selanjutnya. (Maslim R.
Diagnosis gangguan jiwa. Jakarta: FK Unika Atma Jaya; 2001.h.11-3, 19-87.)
Narsistik merupakan suatu gangguan yang memiliki ciri perasaan yang berlebihan
akan kepentingan diri sendiri self absorption. Pasien dengan gangguan paranoid memiliki
kepekaan yang berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan. Memilki kecuriga dan tidak
percaya yang berlebihan tanpa dasar, serta perasaan irasional mendapat ancamanan dari orang
lain. Pada gangguan skizoid hanya sedikit aktivitas yang memberikan kebahagian, emosi
dingin, afek mendatar atau tak peduli, dan lebih memilih sendirian. ( Wade C, Travis C.
Psikologi. Jakarta: Erlangga; 2008.h.344.) (Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa.
Jakarta: FK Unika Atma Jaya; 2001.h.11-3, 19-87.)
Gangguan kepribadian dissosial sering menjadi perhatian karena adanya perbedaan
yang besar antara perilaku dan norma sosial yang berlaku. Orang tersebut bersikap tidak
peduli dengan perasaan orang lain, norma, peraturan, kewajiban sosial, dan tidak bertanggung
jawab. Cenderung menyalahkan orang lain untuk tidak mampu mengalami rasa salah. ( Wade
C, Travis C. Psikologi. Jakarta: Erlangga; 2008.h.344.) (Maslim R. Diagnosis gangguan
jiwa. Jakarta: FK Unika Atma Jaya; 2001.h.11-3, 19-87.)
Pada pasien dengan gangguan histrionik memiliki ciri ciri ekspresi emosi yang
dibuat buat (self dramatization), seperti bersandiwara (theatrically), yang dibesar besarkan
(exaggerated). Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi orang lain atau oleh keadaan. Keadaan
afektif yang dangkal dan labil, dengan teru menerus mencari kegairahan (excitement), dan
[Type text]

Page 13

penghargaan (appreciation) dari orang lain, dan aktivitas dimana pasien menjadi pusat
perhatian. Berpenampilan atau perilaku merangsang (seductive) yang tidak memadai dan
terlalu peduli dengan daya tarik fisik. (Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa. Jakarta: FK
Unika Atma Jaya; 2001.h.11-3, 19-87.)
Gangguan kepribadian anankastik memiliki ciri perasaan ragu ragu dan hati hati
yang berlebihan, perfeksionisme, kaku, dan keras kepala. Pada kepribadian cemas terdapat
perasaan tegang dan takut yang menetap. Pasien memiliki keengganan untuk terlibat dengan
orang kecuali yakin akan disukai, dan membatasi gaya hidup karena alasan keamanan fisik.
Gangguan kepribadia dependen berusaha mendorong atau membiarkan orang lain untuk
mengambil sebagian besar keputusan penting untuk dirinya, dan meletakan kebutuhan sendiri
lebih rendah dari kebutuhan orang lain. Pasien enggan mengajukan permintaan yang layak
kepada orang dimana tempat dia bergantung. (Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa.
Jakarta: FK Unika Atma Jaya; 2001.h.11-3, 19-87.)
Klasifikasi dan urutan hierarki blok diagnosis gangguan jiwa berdasarkan PPDGJ-III:
(Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa. Jakarta: FK Unika Atma Jaya; 2001.h.11-3, 1987.)
F.0. Gangguan mental organik termasuk gangguan mental simtomatik
F.00 F. 03.

Demensia

F.04 F.07, F. 09 Sindrom amnestik & gangguan mental organik


F.1. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkhohol dan zat psikoaktif lainnya.
F.10.

Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkhohol

F.11, F.12, F.14.

Gangguan mental & perilaku akibat penggunaan opioida


/kanabinoida/kokain

F.13, F.15,F.16.

Gangguan mental & perilaku akibat penggunaan sedativa atau


hipnotika/stimulansia lain/hallusinogenika

F.17, F.18, F.19.

Gangguan Mental & perilaku akibat penggunaan tembakau/pelarut


yang mudah menguap/ zat multiple & Zat psikoaktif lainnya

F.2. Skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham.


F.20, F.21, F.23.

Skizofrenia, gangguan skizitipal, psikotik akut dan sementara

F.22, F.24

Gangguan waham menetap, gangguan waham terinduksi

F.25.

Gangguan skizoafektif

[Type text]

Page 14

F.28, F.29

Gangguan psikoaktif non-organik lainnya atau YTT

F.3. Gangguan suasana perasaan (mood / afektif)


F.30, F.31.

Episode manik, gangguan afektif bipolar

F.32 F.39.

Episode depressif, gangguan depressi berulang, gangguan suasana


perasaan (mood/afekti) menetap/lainnya/YTT

F. 4. Gangguan neurotik, Gangguan somatoform, dan gangguan terkait stress


F. 40, F.41.

Gangguan ansietas, fobik atau lainnya

F. 42.

Gangguan obsesif kompulsif

F. 43, F.45, F.48

Reaksi terhadap stres berat, & gangguan penyesuaian, gangguan


somatoform,gangguan neurotik lainnya.

F. 44.

Gangguan dissosiatif (konversi)

F. 5. Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik
F.50 F.55, F.59 Gangguan makan, gangguan tidur, disfungsi seksual, atau
gangguan perilaku lainnya
F. 6. Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa
F. 60 F.69

Gangguan kepribadian, gangguan kebiasaan dan impuls, gangguan


identitas & preferensi seksual

F. 7. Retardasi mental
F. 70 F.79.

Retardasi mental

F. 8. Gangguan perkembangan psikologis


F.80 F.89

Gangguan perkembangan psikologis

F. 9. Gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada masa anak dan remaja
F. 90 F.98

Gangguan

hiperkinetik,

gangguan

tingkah

laku,

gangguan

emosional atau gangguan fungsi sosial khas, gangguan tic, atau


gangguan perilaku & emosional lainnya. (Maslim R. Diagnosis
gangguan jiwa. Jakarta: FK Unika Atma Jaya; 2001.h.11-3,
19-87.)
Etiologi

[Type text]

Page 15

Kondisi medis umum yang dapat menyebabkan manik:

Tumor = Otak

Infeksi = Ensefalitis, influenza, sifilis

Lain lain = penyakit Wilson, trauma kepala, epilepsi psikomotor, hipertiroid

Masalah psikososial dan lingkungan yang menjadi penyebabkan gangguan mental:

Masalah dengan Primary support group (keluarga)

Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial


Masalah pendidikan
Masalah pekerjaan
Masalah perumahan
Masalah ekonomi
Masalah akses ke pelayanan kesehatan
Masalah berkaitan interaksi dengan hukum/kriminal

Masalah psikososial & lingkungan lain (Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa.


Jakarta: FK Unika Atma Jaya; 2001.h.11-3, 19-87.)

Epidemologi
Waham memiliki angka insiden lebih tinggi pada kelompok pengungsi, kelompok
minoritas, da orang orang, dan orang orang dengan gangguan pendengaran. Ada
kecenderunga hubungan dengan keluarganya yang ditandai dengan kekacauan, tidak
berperasaan, dan dingin. Mekanisme pertahanan spesifik yan digunakan oleh pasien biasanya
penyangkalan, proyeksi, dan regresi. (David AT. Buku saku paikiatri. Ed ke-6. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.h.4-14.)
Perjalanan Penyakit
Manifestasi Klinis
Manik

Afek yang euforia atau iritable.

Pengucapaan yang bertekanan.

[Type text]

Page 16

Harga diri yang membesar sering mengarah pada waham kebesaran.


Gelisah aktivitas meningkat, berkurangnya keingginan tidur.
Aktivitas yang merusak diri sendiri, misalnya berfoya foya, hiperseksual,
penanaman modal proyek yang bodoh, mengemudi sembrono, semuanya tidak sesuai

dengan tingkah laku sebelumnya.


Pada gangguan berat, waham bizzare, halusinasi dan inkoheren.

Hal penting untuk diingat adalah pasien manik sangat bersifat humor, sedangkan
pasien skizofrenik biasanya tidak. (Eliastam M, Sternbach GL, Bresler MJ.
Penuntun kedaruratan medis. Jakarta: EGC; 1998.h.436.)

Waham

delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh sesuatu kekuatan

tertentu dari luar


delusion of influence = waham tentang dipengaruhi oleh suatu kekuatan dari luar
delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
sesuatu kekuatan tertentu dari luar

delusional of perception = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna


sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat (Maslim R.
Diagnosis gangguan jiwa. Jakarta: FK Unika Atma Jaya; 2001.h.11-3, 19-87.)

Penatalaksanan
Pasien secara otomatis harus dirawat dirumah sakit, jika kondisinya mengancam jiwa.
Risiko ini dimasukan kedalam tiga kategori:

Risiko bunuh diri


Faktor yang berkaitan dengan risiko tinggi:
Rencana terperinci atau usaha yang baru dilakukan
Percobaan serius sebelunya
Usia lanjut, hidup sendiri, tidak bekerja, tidak punya uang, atau sumber lainnya.
Penyakit depresi berat, skizofrenia, alkoholisme kronis atau delirium

[Type text]

Page 17

Imobilisasi dan perasaan kesulitan hidup tanpa penyelesaian persisten sesudah


wawancara, tidak ada respons terhadap nasehat yang membantu, intervensi, dan
rujukan. (Eliastam M, Sternbach GL, Bresler MJ. Penuntun kedaruratan
medis. Jakarta: EGC; 1998.h.436.)

Risiko pembunuhan
Faktor yang berkaitan dengan risiko tinggi:
Rencana dan persiapan yang konkrit
Riwayat kekerasan pada waktu lampau merupakan peramal terbaik.
Waham penganiayaan, dengan korban potensial yang terlihat sebagai penganiaya
utama.
Intoksikasi atau pemakaian kronis dari obat obat yang dapat menstimulasi atau
menimbulkan tingkah laku kekerasan
Seorang korban yang provokatif
Depresi pasca persalinan, yang berkaitan dengan resiko mencederai neonatus.
Faktor yang berkaitan dengan kehilangan kontrol(Eliastam M, Sternbach GL,
Bresler MJ. Penuntun kedaruratan medis. Jakarta: EGC; 1998.h.436.)

Kecacatan mental berat


Keadaan dimana terdapat gangguan dalam mengambil keputusan atau tidak bisa
menyediakan keperluan dasarnya seperti makanan, pakaian, dan tempat perlindungan.
Banyak pasien dengan psikosis fungsional atau gangguan mental organik
menderita cacat berat, tatapi banyak juga tidak dan berfungsi cukup baik
Sebaliknya orang tanpa penyakit psikiatri yang sedang dalam keadaan stress berat
kadang kadang menderita reaksi panik akut yang melumpuhkannya seperti
psikosis. (Eliastam M, Sternbach GL, Bresler MJ. Penuntun kedaruratan
medis. Jakarta: EGC; 1998.h.436.)

[Type text]

Page 18

Bila hipomanik, gunakan terapi berobat jalan dan bekerja sama dengan keluarga.
Pertimbangkann antipsikotik dosis rendah, jangka pendek tetapi andalkan litium atau
antikovulsan jangka panjang. Bila manik lebih baik dirawat. Perhatikan kondisi pasien,
apakah pasien mengalami kurang tidur secara serius. (David AT. Buku saku paikiatri. Ed
ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.h.4-14.)
Pada keadaan manik obati dengan antipsikotik segera. Setelahnya berikan litium
karbonat, bila gagal pertimbangkan karbamazepin, asam valproat, atau salah satu
antikovulsan lain. Bila dengan obat tidak berhasil, ECT merupakan terapi yang efektif untuk
mania. (David AT. Buku saku paikiatri. Ed ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2004.h.4-14.)
Terapi suportif dengan berbicara dengan pasien, ajukan pertanyaan yang faktual yang
penting. Mencoba identifikasi ketakutan atau perhatian pasien saat ini,tetapi jangan terlibat
dengan diskusi panjang tentang waham dan halusinasi yang kompleks. Istirahatlah disela
sela wawancara, jangan memaksa pasien berespon setiap pertanyaan anda, tetapi tataplah
mengontrol arah pembicaraan. Hendaklah sesedikit mungkin ikut campur dengan kekebasan
pasien untuk memilih. Bantu pasien melihat dunia dari prespektif anda secara berangsur
angsur. Kebanyakan pasien dengan gangguan waham cukup sensitif terhadap kritik, sehingga
hubungan seperti ini sangat sulit dikembangkan dan dipertahankan. (David AT. Buku saku
paikiatri. Ed ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.h.4-14.)
Prognosis
Episode manik biasanya menyelesaikan dalam waktu dengan atau tanpa pengobatan,
tetapi episode tunggal sangat langka. Yang juga jarang adalah individu yang mengalami
hanya episode manik dari waktu ke waktu. Istilah "bipolar" dibenarkan karena sebagian besar
orang yang mengalami episode manik juga mengalami fase depresi. Bahkan, pasien yang
paling bipolar memiliki morbiditas lebih dari depresi daripada dari mania. Penelitian tidak
menunjukkan hasil berbeda berdasarkan usia atau seks. Pasien yang beralih langsung dari
satu tiang (mania atau depresi) ke yang lain juga cenderung memiliki lebih lama dan lebih
sering episode dibandingkan pasien yang mengalami episode diskrit mania atau depresi.
(Coryell W. The recognition and management of mania: prognosis. Des 31 2015. Dari:
www.medscape.org )
Komplikasi
[Type text]

Page 19

Pasien dengan waham mungkin bisa melakukan pekerjaannya dengan baik diluar
wahamnnya, ia cenderung mengalami isolasi sosial baik karena keiinginan sendiri atau akibat
ketidakramahan mereka. Bunuh diri merupaka risiko utama pada gangguan psikiatri
pelanggaran hukum, dan penyalahgunaan obat serta alkohol dapat terjadi pada periode manik.
(David AT. Buku saku paikiatri. Ed ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004.h.4-14.)
Kesimpulan
Daftar Pustaka

[Type text]

Page 20

Anda mungkin juga menyukai