Anda di halaman 1dari 2

Proses ini ditinjau dari dua sudut :

I. Sudut Sosiologis
Penekanan terjadinya sanksi yang semakin kuat menjadikan Cara (usage) secara
bertahap dikeraskan oleh masyarakat menjadi adat istiadat yang kemudian
berproses pula menjadi Hukum adat.
Tahap I

Usage/cara

: suatu bentuk perbuatan yang tidak kuat sanksinya


yaitu hanya berupa cemoohon orang (sanksinya

LEMAH)
Tahap II Folkways
AGAK KUAT)

: Kebiasaan/perbuatan yang diulang-ulang (sanksinya

Tahap III Mores


: Tata kelakuan/kebiasaan yang telah diterima sebagai
norma/kaedah pengatur (sanksinya KUAT)
Tahap IV Customs

: Adat istiadat/kebiasaan yang terintegrasikan


dengan kuat didalam masyarakat, penyimpangan terhadap
hal ini mendapatkan sanksi yang KUAT SEKALI.

Namun demikian tidaklah semua adat istiadat adalah Hukum Adat.


1.

Hukum Adat

Adat istiadat dalam arti luas


2.

Hukum Adat adat istiadat

dalam arti sempit


ad. 1. Bila dilanggar mempunyai akibat hukum/sanksi
2. Tidak ada sanksi yang dapat dipaksakan (Folkways-Mores)
Notes: Pada setiap masyarakat adat dalam adat istiadatnya perbedaan antara
kaedah hukum, kaedah kesopanan dan kaedah kesusilaan TIDAK JELAS karena
semuanya memang harus dipatuhi.
Sedangkan menurut ilmu hukum Barat (PIH) kaedah hukum dapat
dikenakan sanksi yang dapat dipaksakan, sedangkan kaerdah kesopanan tidak
mendapat sanksi yang bisa dipaksakan dan terpisah pula dengan kaedah
kesusilaan.
II.

Sudut Yuridis

Dijelaskan dimana adat-istiadat/Customs menjadi hukum adat

Ter Haar Bzn


Sebelum ditetapkan oleh kepala adat, maka adat istiadat tersebut tidak/belum
mempunyai sanksi, jadi ia bukan merupakan hukum adat.
- Baslissingenler.

Van Volenhoven
Apabila adat itu telah diikuti dan patut serta mengikat penduduk dan perasaan
umum harus diturut terhadap pelanggarannya dapat dipaksakan dengan dengan
sanksi, maka adat istiadat itu telah menjadi hukum adat.

Hazairinisme
Beliau mengatakan bahwa hukum (adat) adalah keseluruhan dari kaedah
kesusilaan. Hubungan antara hukum dan kesusilaan demikian eratnya, bahkan
menyatu. Sehingga tidak dapat ditarik batas pemisah yang jelas antara
Kesusilaan dan Hukum Hukum = Kesusilaan Hukum dikatakan sempurna jika
selaras dengan kesusilaan. Kesusilaan dapat menjadi hukum dan hukum pastilah
kesusilaan.

Namun demikian penilaian terhadap tindakan tadi hanya dari sudut manusia
saja, sedangkan ukuran dalam Islam adalah langsung penilaian dari YANG MAHA
KUASA. Dan kelima-limanya merupakan hukum, bukan hanya WAJIB dan
HARAMnya saja yang disebut hukum.

Anda mungkin juga menyukai