Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

SOSIOLOGI
PENGANGGURAN

Nama : M.Imam Fauzi


NPM : 010115285
KELAS : G-H

UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah
Sosiologi yang berjudul PENGANGGURAN.

Penyusunan makalah ini di buat dalam rangka memenuhi salah satu tugas dalam
mempelajari mata kuliah Sosiologi.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna baik
materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya dengan
sebaik-baiknya. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk menyempurnakan makalah selanjutnya.

Akhirnya penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................

A. Latar Belakang ..........................................................................

B. Rumusan Masalah.....................................................................

C. Tujuan........................................................................................

D. Manfaat .....................................................................................

BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................

A. Pengertian Pengangguran ........................................................

B. Sebab-sebab terjadinya Pengangguran ...................................

BAB III PEMBAHASAN .......................................................................... 11


A. Jenis-jenis pengangguran ........................................................ 11
B. Dampak terjadinya pengangguran ........................................... 12
C. Upaya untuk mengatasi pengangguran .................................. 16
BAB IV PENUTUP................................................................................... 20
A. Simpulan .................................................................................. 20
B. Saran ....................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 21

iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Let us take care of employment, employment will take care of growth. (Mahbub
Ul-Hag,1970)
Lebih dari 30 tahun lalu, Mahbub Ul-Haq, seorang ekonom kenamaan dari
India,mengingatkan pentingnya fokus pada ketenagakerjaan pada setiap
persoalan.
Ketenagakerjaan menyangkut banyak aspek yang tidak melulu ekonomi,
tetapi juga sosial, politik, dan kebahagiaan individu secara umum. Peringatan
Mahbub ini kembali bergaung saat ini ketika krisis mendera di banyak negara,
termasuk Indonesia. Krisis ekonomi yang berdampak rata pada hampir semua
sektor mengharuskan pengambil kebijakan untuk memilih prioritas kebijakan
mengingat terbatasnya sumber daya. Prioritas yang tepat bagi Mahbub, yang
juga saya amini, adalah pengatasan masalah pengangguran.
Dari literatur empiris, dampak krisis pada pengangguran di negara
berkembang biasanya tidak separah seperti di negara maju di mana terdapat
berbagai asuransi sosial dan perlindungan pekerja. Sebaliknya, kejatuhan nilai
output akibat krisis cenderung lebih dalam di negara berkembang ketimbang
negara maju.
Kejatuhan nilai output lebih dari 13% pada krisis 1997/1998 di Indonesia,
misalnya, hanya diiringi kenaikan tingkat pengangguran terbuka sekitar 0,5%.

Dengan kata lain, hukum Okun (Arthur Okun, 1962) yang menyatakan bahwa
setiap peningkatan pengangguran akan diiringi oleh penurunan tingkat output
berlipat ganda lebih menemukan aplikasinya di negara berkembang ketimbang
negara maju.
Dari krisis 1997/1998, ada beberapa alasan untuk hal ini. Pertama, adanya
fenomena labour hoarding di mana pengusaha cenderung menahan pekerja
yang dimiliki meski ada kejatuhan permintaan. Rasio produktivitas akan menurun
yang membuat output tertekan,sementara jumlah pekerja konstan.Satu hal yang
disebabkan sulitnya mencari pekerja dengan skill dan keterampilan spesifik
(Manning,2000).
Kedua,negara berkembang seperti Indonesia memiliki katup pengaman
berupa sektor informal yang lebih luas ketimbang negara maju. Apa yang
terobservasi sekadar perpindahan pekerja dari sektor formal ke sektor informal,
bukannya peningkatan angka pengangguran.
Ketiga,pendapatan relatif pekerja di negara berkembang jauh lebih rendah
ketimbang pekerja di negara maju.Pekerja di negara berkembang juga biasanya
tidak memiliki banyak tabungan sehingga tidak bekerja bukanlah satu pilihan
untuk mempertahankan keberlangsungan hidup.
Keempat, terkait dengan hal teknis statistik, pekerja yang terkena PHK
akan berhenti mencari kerja dan memilih untuk melakukan hal lain seperti
kembali bersekolah atau sekadar mengurus rumah tangga. Dengan kata lain,
mereka berhenti menjadi angkatan kerja dan tidak terhitung secara statistik
sebagai pengangguran.

Akan tetapi, kecenderungan ini agaknya tidak akan berlanjut. Berbagai


estimasi,termasuk dari ILO dan INDEF,menunjukkan akan terdapat peningkatan
jumlah penganggur antara 650.000 sampai dengan 1 juta orang pada 2009. Ini
belum termasuk tambahan jumlah penganggur dari pekerja Indonesia di luar
negeri yang menurut estimasi Migrant Care berkisar 500.000 sampai dengan 1
juta orang.
Dengan kata lain, merujuk pada angka angkatan kerja pada 2008, akan
terdapat peningkatan angka pengangguran antara 12% pada 2009. Data-data
awal juga mengindikasikan keseriusan persoalan yang ada. Badan Litbang
Depnakertrans, misalnya, menunjukkan sudah terdapat sekitar 90.000 orang
yang akan atau sudah terkena PHK hingga akhir Januari 2009 pada sektor
formal. Ledakan pengangguran pada sektor formal dipastikan akan berdampak
pada sektor informal serta mengikis pendapatan riil pekerja.
Mereka yang diberhentikan pada sektor formal akan pindah bekerja pada
sektor informal dan mengakibatkan penurunan produktivitas yang menekan
tingkat upah. Kondisi ini akan mengamplifikasi gejala informalisasi pasar kerja
yang sudah terjadi selama lima tahun terakhir.Pada saat ini, sekitar dua pertiga
dari pekerja bekerja di sektor informal yang umumnya minim perlindungan dan
memiliki produktivitas rendah

Melemahnya permintaan akibat krisis global akan meningkatkan rasio


pekerja informal. Informalisasi pasar kerja juga akan mempertimpang distribusi
pendapatan domestik. Padahal, angka ketimpangan yang diukur oleh koefisien
Gini sesungguhnya sudah memprihatinkan karena tertinggi selama hampir 30
tahun terakhir.
Untuk mengatasi dampak krisis global kali ini diperlukan dua strategi
sekaligus. Dalam jangka pendek, satu strategi diperlukan untuk membantu yang
mereka terkena atau bakal terkena PHK di sektor formal.Implementasi dari
strategi ini bisa dilakukan dengan memperluas Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) atau Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang saat ini hanya
diperuntukkan bagi masyarakat miskin dan hampir miskin. PNPM, misalnya,
menyediakan latihan kerja bagi para penganggur untuk memperoleh
keterampilan/skill baru yang memfasilitasi transisi mereka yang terkena PHK
pindah bekerja ke sektor lain.
Demikian pula,program food for work atau cash for work harus juga
menyentuh mereka yang terkena PHK. Pada saat sama, KUR bisa digunakan
sebagai modal mereka yang terkena PHK untuk memulai usaha kecil. Perluasan
PNPM dan KUR dalam jangka pendek selain meringankan beban masyarakat
kecil, juga akan menopang daya beli dan konsumsi nasional sehingga tingkat
pertumbuhan nasional domestik juga akan turut tertopang. Pada saat sama,
strategi lain yang lebih bersifat jangka menengah dan panjang diperlukan untuk

membenahi sektor ketenagakerjaan formal. Pekerjaan rumah yang lama


terbengkelai adalah peninjauan ulang berbagai peraturan yang melingkupi
pasar kerja. Berbagai kekakuan pasar kerja dan birokrasi penetapan upah yang
bersumber dari berbagai peraturan ini harus disederhanaka

Hal lain yang bersifat jangka panjang adalah pemberantasan ekonomi


biaya tinggi yang masih merupakan hantu penanaman modal yang membatasi
ruang berkembang bagi sektor formal ketenagakerjaan dalam negeri.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Faktor apa yang mempangaruhi terjadinya pengangguran ?
2. Apa penyebab terjadinya pengangguran di Indonesia ?
3. Bagaimana mengatasi terjadinya pengangguran ?
C. Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah di atas maka tujuan masalah yang akan capai adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian pengangguran dari berbagai pakar
2. Untuk mengetahui dampak dari pengangguran bagi perekonomian di
Indonesia.
3. Untuk mencari solusi bagaimana mengatasi pengangguran di Indonesia.
D. Manfaat
Setelah mempelajari makalah ini maka dapat diperoleh beberapa manfaat
sebagai berikut :
1. Mencari solusi bagaimana mengantisipasi terjadinya pengangguran besarbesaran di Indonesia.
2. Mengetahui dampak terjadinya pengangguran yang terjadi pada di Indonesia.
3. Mengambil tindakan secepat mungkin untuk menghindari penambahan
pengangguran yang terjadi saat ini.
4. Mengantisipasi diri jangan sampai turut menjadi pengangguran.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Pengangguran
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak
bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama
seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang
layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau
para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang
mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam
perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan
pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan
timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan
jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam
persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi
pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran
dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat
7

menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.


Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan
politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan
pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti
Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang
semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih
banyak orang. Menurut Sakernas (Survey Keadaan Angkatan Kerja Nasional),
pengangguran didefinisikan sebagai berikut:
mereka yang sedang mencari pekerjaan dan saat itu tidak bekerja;
mereka yang mempersiapkan usaha yaitu suatu kegiatan yang
dilakukan seseorang dalam rangka mempersiapkan suatu usaha/pekerjaan yang
baru;
mereka yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin
mendapatkan pekerjaan, disebut dengan penganggur putus asa; dan
mereka yang sudah mempunyai pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja.

B. Sebab-sebab terjadinya pengangguran


Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengganguran adalah sebagai
berikut:
1. Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja
Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar
daripada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang
terjadi.
2. Struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang
3. Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik
tidak seimbang
Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada
angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum
tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang
tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja
yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.
4. Meningkatnya peranan dan aspirasi Angkatan Kerja Wanita dalam seluruh
struktur Angkatan Kerja Indonesia
5. Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang

6. Pembangunan gedung kurang


7. Banyaknya penduduk luar yang datang
8. Tidak punya modal
9. Sikap yang malas
10. Keterbatasan fisik
Pengangguran dapat dibagi-bagi menurut lama waktu kerja dan sebabsebabnya. Kita dapat mengelompokkan pengangguran berdasarkan sudut
pandang kita. Berikut ini diuraikan jenis-jenis pengangguran.

Menurut lama waktu bekerja, pengangguran dibedakan menjadi sebagai


berikut.
Pengangguran terselubung (Disguised unemployment)
Pengangguran terselubung merupakan tenaga kerja yang tidak bekerja
secara optimal karena sesuatu alasan tertentu, misalnya:
- Kurang terampil dalam pekerjaannya karena pendidikannya rendah.
- Baru mulai bekerja atau kurang pengalaman dalam bekerja.
- keterpaksa yang membuat orang bekerja tidak sesuai dengan bakat dan
keterampilannya.

Pengangguran terbuka (Open unemployment)


Pengangguran terbuka adalah tenaga kerja yang sungguh sungguh tidak
mempunyai pekerjaan. Penyebabnya antara lain:
- Tidak tersedianya lapangan kerja.

10

- Lapangan kerja yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya.


- Tidak berusaha mencari pekerjaan secara keras karena memang malas.

Setengah menganggur (Under unemployment)


Setengah pengangguran dapat dikelompokkan menjadi setengah
pengangguran kentara (visible underemployment) yakni mereka yang bekerja
kurang dari jam normal (kurang dari 35 jam/minggu). Petani-petani di
Indonesia banyak yang termasuk sebagai setengah pengangguran kentara
karena petani yang hanya memiliki lahan yang sempit biasanya bekerja
kurang dari 35 jam/minggu dan setengah pengangguran tidak kentara
(invisible underemployment) atau pengangguran terselubung (disguised
unemployment) yaitu mereka yang produktivitas kerja rendah dan
pendapatannya rendah.

11

BAB III
PEMBAHASAN

A. Jenis-jenis Pengangguran
1. Pengangguran Friksional / Frictional Unemployment
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya
sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi
geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan.
2. Pengangguran Struktural / Structural Unemployment
Pengangguran struktural adalah keadaan di mana penganggur
yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang
ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian
suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia
yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.

12

3. Pengangguran Musiman / Seasonal Unemployment


Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena
adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan
seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim
tanam, tukan jualan duren yang menanti musim durian.
4. Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur
akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja
lebih rendah daripada penawaran kerja.
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja
tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu
menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam
perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan
pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan
timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.

13

Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan


jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam
persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus
mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya
tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang
berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk
terhadap penganggur dan keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan
kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan
dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP
dan pendapatan per kapita suatu negara.
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran
terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga
kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
B. Dampak Pengangguran bagi Perekonomian
Untuk mengetahui dampak pengganguran terhadap per-ekonomian kita perlu
mengelompokkan pengaruh pengganguran terhadap dua aspek ekonomi , yaitu:
1. Dampak Pengangguran terhadap Perekonomian suatu Negara

14

Tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya


adalah meningkatkan kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi
agar stabil dan dalam keadaan naik terus.
Jika tingkat pengangguran di suatu negara relatif tinggi, hal tersebut
akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah
dicita-citakan.

Hal ini terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap


kegiatan perekonomian, seperti yang dijelaskan di bawah ini:

Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat


memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya. Hal ini terjadi
karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional riil
(nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada pendapatan
potensial (pendapatan yang seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran
yang dicapai oleh masyarakat pun akan lebih rendah.

Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang berasal


dari sector pajak berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran yang
tinggi akan menyebabkan kegiatan perekonomian me-nurun sehingga
pendapatan masyarakat pun akan menurun. Dengan demikian, pajak
yang harus dibayar dari masyarakat pun akan menurun. Jika penerimaan

15

pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi pemerintah juga akan


berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus menurun.

Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Adanya


pengangguran akan menye-babkan daya beli masyarakat akan
berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang hasil produksi
akan berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan Investor
(pengusaha) untuk melakukan perluasan atau pendirian industri Dengan
demikian tingkat investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomipun
tidak akan terpacu.

2. Dampak pengangguran terhadap Individu yang Meng-alaminya dan


Masyarakat
Berikut ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap individu
yang mengalaminya dan terhadap masyarakat pada umumnya:
1. Pengangguran dapat menghilangkan mata pencaharian
2. Pengangguran dapat menghilangkan ketrampilan
3. Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan social politik.

C. Upaya untuk mengatasi pengangguran

16

Adanya bermacam-macam pengangguran membutuh-kan cara-cara


mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu
sebagai berikut :
Cara Mengatasi Pengangguran Struktural
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :
1. Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja
2. Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sektor yang
kelebihan ke tempat dan sector ekonomi yang kekurangan
3. Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan
(lowongan) kerja yang kosong, dan
4. Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami
pengangguran.
Cara Mengatasi Pengangguran Friksional
Untuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan
cara-cara sbb:
1. Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri
baru, terutama yang bersifat padat karya
2. Deregulasi dan Debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk
merangsang timbulnya investasi baru
3. Menggalakkan pengembangan sector Informal, seperti home indiustri
4. Menggalakkan program transmigrasi untuk me-nyerap tenaga kerja di
sector agraris dan sector formal lainnya

17

5. Pembukaan proyek-proyek umum oleh peme-rintah, seperti


pembangunan jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga
bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang
investasi baru dari kalangan swasta.

Cara Mengatasi Pengangguran Musiman.


Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara :
1. Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain,
dan
2. Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan
waktu ketika menunggu musim tertentu Cara mengatasi Pengangguran
Siklus Untuk mengatasi pengangguran jenis ini adalah :
1. Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan
2. Meningkatkan daya beli Masyarak

18

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka kami dapat menyimpulkan hal-hal sebagai
berikut :
1. Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin
mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Masalah
pengangguran yang menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat
kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi maksimal yaitu masalah
pokok makro ekonomi yang paling utama.
2. Penyebab pengangguran

19

a. Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja


b. Struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang
c. Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga
terdidik tidak seimbang
d. Meningkatnya peranan dan aspirasi Angkatan Kerja Wanita dalam
seluruh struktur Angkatan Kerja Indonesia
e. Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang

B. Saran
Dari kesimpulan di atas maka kami dapat menyarankan hal-hal sebagai
berikut ;
1. Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja
2. Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sektor yang
kelebihan ke tempat dan sector ekonomi yang kekurangan
3. Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan
(lowongan) kerja yang kosong, dan
4. Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami
pengangguran.

20

DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/
http://devinpratamasoftskill.blogspot.co.id/2011/11/dampak-dampak-pengangguranterhadap.html
http://hitamandbiru.blogspot.co.id/2012/07/usaha-yang-dilakukan-untukmengatasi.html

21

Anda mungkin juga menyukai