Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas / Semester
Alokasi Waktu
:
:
:
:
A.
KI 3
KI 4
Mengolah, menalar, menyaji dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas
spesifik di bawah pengawasan langsung.
B.
C.
D.
Tujuan Pembelajaran
1.
Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik akan dapat menjelaskan
teknik pembubutan kompleks ulir trapesium tunggal/majemuk secara mandiri.
2.
Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik akan dapat menjelaskan
teknik pembubutan kompleks ulir cacing secara mandiri.
3.
Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik akan dapat menjelaskan
teknik pembubutan kompleks poros eksentrik secara mandiri.
4.
Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik akan dapat menjelaskan
teknik pembubutan dengan alat bantu secara mandiri.
5.
Disediakan peralatan mesin bubut dan alat bantunya, peserta didik akan dapat
membuat ulir trapesium tunggal/majemuk pada mesin bubut berdasarkan gambar kerja
dengan cermat.
6.
Disediakan peralatan mesin bubut dan alat bantunya, peserta didik akan dapat
membuat ulir cacing pada mesin bubut berdasarkan gambar kerja dengan cermat.
7.
Disediakan peralatan mesin bubut dan alat bantunya, peserta didik akan dapat
membuat poros eksentrik pada mesin bubut berdasarkan gambar kerja dengan cermat.
8.
Disediakan peralatan mesin bubut dan alat bantunya, peserta didik akan dapat
melakukan pembubutan dengan alat bantu pada mesin bubut berdasarkan contoh
dengan cermat.
E.
Materi Pembelajaran
Teknik pembubutan kompleks:
Ulir trapesium mempunyai penampang berbentuk trapesium dengan sudut puncak ulir 29 untuk
ulir dengan satuan inchi dan 30 untuk ulir dengan satuan metris.
Tr 32 x 12 (P6) Lh
Ulir kiri (Lh = left hand)
Ulir 6 jalan
Kisar ulir 12 mm
Diameter luar ulir 32 mm
Profil ulir trapesium
B. Bentuk dan ukuran ulir trapesium
Ulir trapesium dengan satuan inchi :
inchi
inchi
- 0,0052
inchi
= 0,26 inchi
= 0,18535 inchi
- 0,0052 =
(mm)
(mm)
(mm)
Contoh :
Ulir trapesium Tr 36 x 6. Jika clearance Z = 0,2 mm, tentukan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Penyelesaian
1) Diameter luar ulir d = 36 mm
RPP Teknik Pemesinan Bubut (XII/5)
Hal. 5 dari 25
2) Kisar ulir p = 6 mm
3) Tinggi ulir
= 32,7 mm
= 2,009 mm
= 6 2,009 = 3,884 mm
Bentuk dan ukuran pahat untuk membuat ulir trapesium harus berdasarkan pada bentuk profil ulir
trapsium yang akan dibuat. Ukuran-ukuran ulir yang diperlukan untuk membentuk mata pahat
ulir adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
P(kisar)
a = a . cos
P(kisar)
a = a.
Contoh :
RPP Teknik Pemesinan Bubut (XII/5)
Hal. 6 dari 25
= 36 mm
d = 32,7 mm
d = 29 mm
a = 2,009 mm
a = 3,884 mm
a = 3 mm
Menentukan sudut bentangan
Lead = kisar
Pitch = gang
b. Penggunaan ulir majemuk : Alat press, Rem kereta api, Pintu air pada bendungan, Ragum dan
semacamnya
c. Macam-macam ulir majemuk
Tr 20 x 8 (P4)
Tr 32 x 12 (P6) Lh
Ulir kiri (Lh = left hand)
Ulir 6 jalan
Kisar ulir 12 mm
Diameter luar ulir 32 mm
Profil ulir trapesium
RPP Teknik Pemesinan Bubut (XII/5)
Hal. 8 dari 25
Selain dengan cara di atas, pemberian tanda ulir dengan menunjukkan jumlah gang tiap inchi.
Penunjukan ini digunakan pada ulir yang mempunyai satuan inchi.
Untuk ulir majemuk yang mempunyai ulir n jalan dengan jumlah u gang tiap inchi, panjang
kisarnya dihitung dengan persamaan :
inchi
= 0,032475 inchi
= 0,05 inchi
p'
Misalnya kisar ulir p = 21 mm dan n = 3 jalan, maka p'
Untuk ulir kedua, pahat dipindahkan ke titik C sejarak AC = 7 mm dan untuk ulir ketiga C
D = 7 mm
3. Dengan cara memutar benda kerja
Pada saat mengatur puatran benda kerja, eretan harus dalam keadaan bebas tidak terkunci, pahat
tidak dalam keadaan memotong, posisi pahat ada pada permukaan benda kerja, dan pemutaran
benda kerja (N) diatur sebagai berikut :
derajat
Contoh 1
RPP Teknik Pemesinan Bubut (XII/5)
Hal. 12 dari 25
Ulir yang kita buat mempunyai 16 gang tiap inchi. Ulir poros transportir mempunyai 4 gang
tiap inchi maka roda gigi yang diperlukan dan pemasangannya adalah sebagai berikut :
Banyak gang benda kerja
16
=
4
=
=
Banyak gigi pada poros benda kerja
Karena roda gigi 1 dan roda gigi 4 tidak ada dalam persediaan, maka perbandingan ini harus kita
kalikan dengan bilangan yang sama misalnya bilangan 20, sehingga perbandingan tersebut menjadi :
100
Contoh 1
Ulir yang kita buat mempunyai 36 gang tiap inchi. Ulir poros transportir mempunyai 4 gang tiap
inchi maka roda gigi yang diperlukan dan pemasangannya adalah sebagai berikut :
36
=
9
=
1
20 dan 25 adalah roda gigi pemutar
90
50
25
Ulir cacing
Untuk poros yang bersilangan dan angka transmisi i >5, dipergunakan pasangan roda gigi
cacing. Pasangan roda gigi cacing terdiri dari cacing dan roda gigi cacing. Kedua roda gigi tersebut
sebenarnya adalah roda gigi ulir, hanya cacingnya tidak kelihatan lagi sebagai roda gigi tetapi tampak
sebagai batang berulir. Profil dari ulirnya berbentuk trapesium. Seperti juga pada batang berulir maka
ulir (sebenarnya gigi) dari cacing dapat berupa ulir tunggal maupun ulir ganda
Untuk cacing dengan ulir tunggal, maka jarak gigi pada penampang lintang dari roda gigi cacing
pasangannya adalah sama dengan spud dari cacing. Jika cacing berputar sekali (360 ), roda gigi cacing
pasangannya berputar sejauh satu jarak gigi saja. Dalam hal ini cacing dapat dianggap sebagai roda gigi
dengan jumlah gigi satu.
Jika g = jumlah uliran dari ulir cacing
Z = jumlah gigi roda gigi cacing
maka
Untuk g = 1, ( pada umumnya ulir yang digunakan adalah cacing dengan ulir tunggal maka i = Z
Harga maksimum dari jumlah ulir (g) adalah 4
Gigi dari roda gigi cacing berupa gigi evolvente dengan sudut pegang 20 . Besar sudut giginya
tergantung dari spud dan diameter cacing. Cacing pada umumnya dibuat dari baja yang dikeraskan
sedang roda gigi cacingnya dari bronz. Untuk roda gigi yang besar, hanya gigi-giginya saja yang dibuat
dari bronz, sedang rodanya dari besi atau baja cor.
Transmisi daya dengan pasangan roda gigi cacing bejalan dengan sangat halus tanpa suara.
Kerugiannya adalah besarnya daya yang hilang akibat gesekan. Untuk mengurangi daya yang hilang
akibat gesekan tersebut, rumah gigi harus dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan pelumasan
yang baik.Debu dijaga agar tidak melekat pada permukaan-permukaan gigi. Bantalan poros dari cacing
dan poros roda gigi cacing juga harus dapat memikul beban aksial (beban sejajar sumbu)
Pada pasangan roda gigi cacing terdapat penampang normal dan penampang lintang, modul normal
(mn) dan modul lintang (mo)
Jika sudut ulir = maka :
Mn = mo. cos
Sehingga :
Diameter lingkaran bagi dari roda gigi cacing (D) adalah :
D = Z. Mo D = diameter lingkaran bagi (diameter tusuk) rodagigi cacing
Diameter lingkaran bagi dari cacing (d) , dapat dihitung sebagai berikut :
=
mo =
Dari
Sehingga d =
Pada perencanaan-perencanaan diameter lingkaran bagi cacing d dapat dihitung dengan rumas
empiris :
d = mn (2,8 + 4 g)
Contoh :
Rencanakan pasangan roda gigi cacing jika jumlah gigi dari roda gigi cacing tersebut adalah Z = 40
gigi, ulir cacingnya adalah ulir tunggal, modul m = 12, sudut ulir = 8
Penyelesaian :
Diameter lingkaran bagi ulir cacing (d)
d =
d =
D =
mm
Membubut Eksentrik
a. Pengertian membubut eksentrik
Membubut eksentrik yaitu membubut benda kerja yang mempunyai dua garis sumbu yang
sejajar dengan jarak e (eksentrik). Benda kerja eksentrik banyak kita jumpai pada
poros-poros tramsmisi yang mengubah gerakan putar menjadi gerakan bolak-balik,
misalnya pada mesin gergaji, mesin skrap,handel pengunci pada kepala lepas mesin
bubut, atau poros-poros engkol pada motor bakar dan semacamnya.
b. Cara membubut eksentrik
Pembubutan eksentrik dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, diantaranya adalah :
1) Dengan membuat lubang senter yang eksentrik
2) Dengan menggunakan poros pembantu
3) Dengan menggunakan cekam rahang empat
4) Dengan menggunakan ganjal
1) Membubut eksentrik dengan cara membuat lubang senter yang eksentrik
Langkah-langkah yang harus dilaksanakan adalah :
Bubutlah benda kerja sepanjang L dengan diameter D
1. Gambarlah sumbu eksentrik dengan menggunakan blok V dan Height gage
2. Buatlah titik pusat lingkaran A
3. Buat lingkaran denga jari-jari e (eksentrik) dengan titik pusat A
4. Letakkan blok V di atas meja rata
5. Letakkan benda kerja di atas blok V
6. Letakkan blok gores di atas meja rata
7. Atur penggores dengan ujung menyentuh titik senter A
8. Geser blok gores untuk membuat garis datar yang memotong lingkaran di titik
B yang merupakan titik eksentrik pertama.
9. Untuk membuat titik eksentrik kedua, putar blok gores ke arah kiri (tanpa
memutar benda kerja), Lakukan hal-hal yang sama hingga mendapatkan titik
senter eksentrik yang kedua.
10. Setelah lukisan titik senter selesai, buatlah lubang senter dengan menggunkan bor
senter.
11. Jepit benda kerja di antara dua senter pada lubang senter yang eksentrik
12. Gunakan alat pembawa
13. Bubutlah diameter d yang pertama dengan panjang b
14. Untuk membubut yang kedua, benda kerja dibalik dan lakukan hal yang sama
RPP Teknik Pemesinan Bubut (XII/5)
Hal. 17 dari 25
Pengencangan luar
r
Pengencangan dalam
F.
G.
Kegiatan Pembelajaran
1. Pertemuan 1, 2, 3 (4 x 45 menit):
a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan
keyakinan masing-masing.
Menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan
menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan.
1) Identifikasi masalah :
Peserta didik berdiskusi tentang ulir trapesium tunggal/majemuk
Peserta
didik
mengidentifikasi
masalah
masalah
ulir
trapesium
tunggal/majemuk
2) Pengumpulan data :
Peserta didik berdiskusi dalam kelompok tentang ulir trapesium tunggal/majemuk
Peserta
didik
menyimak
informasi
dari
guru
tentang
ulir
trapesium
tunggal/majemuk
3) Pembuktian :
Guru memberikan penugasan tentang ulir trapesium tunggal/majemuk
Peserta
didik
berdiskusi
dalam
kelompoknya
tentang
tunggal/majemuk
RPP Teknik Pemesinan Bubut (XII/5)
Hal. 20 dari 25
ulir
trapesium
4) Menarik kesimpulan :
Peserta didik menyampaikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain
memberikan tanggapan
2. Pertemuan 4, 5, 6 (4 x 45 menit):
a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan
keyakinan masing-masing.
Menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan
menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan.
gambar/training obyek .
1) Identifikasi masalah :
Peserta didik berdiskusi tentang poros eksentrik
2) Pengumpulan data :
Peserta didik berdiskusi dalam kelompok tentang poros eksentrik
3) Pembuktian :
Guru memberikan penugasan tentang ulir trapesium tunggal/majemuk
4) Menarik kesimpulan :
Peserta didik menyampaikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain
memberikan tanggapan
Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan
keyakinan masing-masing.
Menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan
menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan.
1)
Identifikasi masalah :
Peserta didik berdiskusi tentang Ulir cacing
Peserta didik mengidentifikasi masalah masalah Ulir cacing
2) Pengumpulan data :
Peserta didik berdiskusi dalam kelompok tentang Ulir cacing
3) Pembuktian :
Guru memberikan penugasan tentang Ulir cacing
4) Menarik kesimpulan :
RPP Teknik Pemesinan Bubut (XII/5)
Hal. 22 dari 25
Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan
keyakinan masing-masing.
Menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan
menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan.
1)
Identifikasi masalah :
Peserta didik berdiskusi tentang pembubutan dengan alat bantu
Peserta didik mengidentifikasi masalah masalah pembubutan dengan alat bantu
2) Pengumpulan data :
Peserta didik berdiskusi dalam kelompok tentang pembubutan dengan alat bantu
Peserta didik menyimak informasi dari guru tentang pembubutan dengan alat
bantu
3) Pembuktian :
Guru memberikan penugasan tentang pembubutan dengan alat bantu
4) Menarik kesimpulan :
Peserta didik menyampaikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain
memberikan tanggapan
H.
lesan
praktik
I.
2. Alat/Bahan
: , lembar observasi
3. Sumber belajar:
a. Widarto, (2008).Teknik Pemesinan. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan.
b. Wirawan Sumbodo dkk, (2008). Teknik Produksi Mesin Industri. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.