Anda di halaman 1dari 13

Nama/NIM. : ………………………………………….. Kelas : ………………………….

MODUL PRAKTIKUM 12
M.A. PENGINDERAAN JAUH UNTUK PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN
PROGRAM SARJANA (S1) KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN IPB

I. Identitas Praktikan
Nama/NIM.: 1. ………………………………… Kelas : ……………………

2. ………………………………… Kelas : ……………………

II. Deskripsi Kegiatan Praktikum


a. Pertemuan ke : 13
b. Hari/Tanggal : ………………… / …………………….
c. Pokok Bahasan : Penerapan Two-Stage Sampling
d. Capaian Pembelajaran :
✓ Setelah menyelesaikan praktikum mata ajaran ini, mahasiswa akan dapat
menerapkan pengetahuan dan keterampilan praktis tentang metode dan teknik
inventarisasi sumber daya hutan untuk keperluan pendugaan potensi sumber
daya hutan, baik hutan tanaman maupun hutan alam.
e. Kompetensi Dasar :
✓ Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa dapat menjelaskan keuntungan
dan kelemahan dari metode two-stage sampling.
✓ Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa dapat menerapkan metode two-
stage sampling untuk keperluan inventarisasi hutan di lapangan melalui simulasi
dari populasi buatan.

III. Pengantar Praktikum


Pada materi-materi praktikum Inventarisasi Sumber Daya Hutan pada semester sebelumnya,
penarikan contoh umumnya dilakukan dengan mengambil contoh berukuran n dari populasi
berukuran N. Unit-unit contoh diambil secara acak (atau sistematik) dan bersifat bebas satu
sama lain. Misalkan dari suatu tegakan yang terdiri atas 600 plot (tiap plot berukuran 0,1 ha)
diambil contoh berukuran 30 plot secara acak, dan pengukuran dilakukan pada ke-30 plot
contoh tersebut.
Cara pengambilan contoh seperti itu memungkinkan jarak antara satu plot contoh dengan
plot contoh lainnya berjauhan, sehingga akan memerlukan waktu dan biaya yang lebih tinggi
dalam pengukurannya. Oleh karena itu, pengambilan contoh seperti itu hanya akan efektif
apabila populasi yang akan diduga relatif terbatas dengan kondisi alami yang tidak terlalu
kompleks. Dalam praktiknya, seringkali kegiatan inventarisasi harus dilakukan pada areal
yang cukup luas dengan kondisi lapangan yang cukup kompleks, seperti di hutan alam tropis;
padahal sumber daya (biaya, waktu, dan tenaga) yang dialokasikan untuk kegiatan
inventarisasi tersebut relatif terbatas. Misalkan, kegiatan inventarisasi harus dilakukan pada
suatu areal IUPHHK-HA yang luasnya 10.000 ha dengan kondisi tegakan yang beragam
dalam waktu tidak lebih dari 30 hari. Dalam hal ini, beberapa alternatif yang mungkin
dilakukan adalah :

Modul Praktikum 1
M.a. Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Nama/NIM. : ………………………………………….. Kelas : ………………………….…

• Kegiatan inventarisasi dilakukan pada seluruh kondisi tegakan yang ada dengan
intensitas sampling yang cukup tinggi. Namun tentunya, hal ini menuntut jumlah tim
survei yang lebih banyak dengan alokasi biaya yang lebih tinggi agar pekerjaan dapat
diselesaikan dalam tempo 30 hari.
• Kegiatan inventarisasi dilakukan dengan intensitas sampling yang rendah. Namun
tentunya, hal ini akan menyebabkan kurang telitinya hasil pendugaan potensi tegakan.

Dalam kondisi seperti itu, kedua alternatif tersebut bukanlah solusi yang ideal. Untuk itu,
salah satu metode yang efektif diterapkan adalah metode two-stage sampling (penarikan
contoh dua tingkat), yaitu “suatu metode penarikan contoh dimana populasi dibagi menjadi
beberapa unit utama (primary units atau first-stage), kemudian pada setiap unit utama dibagi
lagi menjadi beberapa unit sekunder (secondary units atau second-stage) dan pada beberapa
unit sekunder dari setiap unit utama tersebut dilakukan pengukuran.”
Umumnya, contoh yang digunakan dalam two-stage
sampling berbentuk klaster (cluster), yakni kumpulan
dari unit-unit pengukuran. Oleh karena itu, two-stage
sampling biasa disebut pula sebagai two-stage cluster
sampling atau dikenal pula sebagai Sub-sampling.

Untuk memperjelas hal tersebut, perhatikanlah


ilustrasi pada Gambar 1.
Pada Gambar 1. terlihat bahwa :
• Populasi dibagi menjadi 25 primary units (klaster).
Jadi, N = 25.
• Dari 25 primary units, dipilih secara acak 5 klaster
sebagai primary sample unit. Jadi, n = 5.
• Pada setiap primary unit, terdapat 16 secondary
units. Jadi, M = 16.
• Pada setiap primary sample unit, diambil 3 dari 16
secondary units untuk diukur karakteristiknya.
Jadi, m = 3. Gambar 1. Prinsip dasar metode
two-stage sampling
Beberapa variasi lain dari penarikan contoh dalam two-stage sampling antara lain adalah
seperti terlihat pada Gambar 2.

(a) (b) (c)


Gambar 2. Beberapa variasi dalam penarikan contoh dengan metode two-stage sampling

Two-stage sampling ini merupakan salah satu bentuk dari multi-stage sampling. Dalam
penerapannya, perlu diingat bahwa umumnya ketelitian pendugaan dari metode two-stage
Modul Praktikum 2
M.a. Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Nama/NIM. : ………………………………………….. Kelas : ………………………….…

sampling (atau umumnya multi-stage sampling) relatif lebih rendah dibanding metode sampling
lainnya yang diterapkan dengan intensitas sampling yang cukup tinggi. Namun keuntungan
utama dari two-stage sampling (ataupun multi-stage sampling) adalah pendugaan parameter
populasi (misal: volume tegakan per hektar) dapat dilakukan dalam waktu yang relatif
singkat, sehingga biaya dan tenaga yang diperlukan seminimal mungkin.
Dalam praktikum ini, praktikan akan mempelajari two-stage sampling melalui contoh kasus
pendugaan potensi tegakan dari populasi buatan dengan unit utama (primary unit) berupa
jalur (lihat Gambar 2.b). Secara umum, tahapan penerapan two-stage sampling dapat diuraikan
sebagai berikut :

1). Pemilihan dan penempatan unit contoh pada tingkat pertama (primary unit)
Pada tahap awal, tim survei harus menentukan intensitas sampling yang akan dipakai
dalam kegiatan inventarisasi untuk dapat menentukan ukuran contoh (n) yang harus
diambil pada tingkat pertama :
n
IS1 = .100% , atau : n = IS1 .N
N
Dalam hal ini, prosedur pemilihan dan penempatan unit-unit contoh utama (primary
units) sangat tergantung pada bentuk klaster (cluster) yang akan digunakan, misalnya:
klaster berupa plot-plot lingkaran, klaster berupa jalur, dsb; namun secara umum dapat
dilakukan baik secara acak maupun sistematik.
Untuk unit utama berupa jalur, prosedur pemilihan dan penempatan unit contoh dapat
dilakukan sebagai berikut :
✓ Lakukan deliniasi batas populasi pada peta yang akan dirisalah.
✓ Tentukan skala peta yang digunakan. Misal : skala 1 : 10000.
✓ Tentukan lebar jalur yang akan digunakan. Misal : lebar jalur = 20 m.
✓ Buatlah baseline pada peta yang menghubungkan dua tepi (terjauh) pada peta.
Baseline merupakan garis bantu pada peta (di lapangan tidak ada) yang dibuat
sejajar kontur untuk mempermudah ploting jalur pada peta.
✓ Tentukan panjang baseline. Misal : 20 cm di peta atau 2000 m di lapangan (jika
skalanya 1 : 10000).
✓ Tentukan ukuran populasi (N) yakni berupa banyaknya jalur dalam populasi, yang
dihitung sebagai berikut :
Panjang baseline
N=
Lebar jalur
Misalkan : N = (2000 m)/(20 m) = 100 jalur
✓ Tentukan intensitas sampling (IS) yang akan digunakan. Misalkan : IS = 5%
✓ Tentukan jumlah jalur contoh (n) yang harus dibuat, yakni : n = N x IS. Misalkan:
n = (100).(5%) = 5 jalur.
✓ Tentukan jarak/interval antar antar jalur (k) adalah :
Panjang baseline
k=
n
Misalkan : k = (2000)/(5) = 400 m
(atau k = 4 cm di peta jika skala peta 1 : 10000)

✓ Tentukan posisi jalur pertama secara acak dari titik awal (0,0) dengan prosedur
sebagai berikut :

Modul Praktikum 3
M.a. Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Nama/NIM. : ………………………………………….. Kelas : ………………………….…

• Keluarkan angka acak (dari kalkulator) dengan banyak digit sesuai digit N
(ukuran populasi), misalkan : diperoleh angka 338.
• Dari angka acak tersebut, diperoleh nomor jalur pertama : 338 – (3)(100) = 38.
• Posisi jalur pertama (yakni No. 38 dari 100 jalur dalam populasinya) dari titik
awal (0,0) adalah :
(Nomor jalur I) x (lebar jalur) – (0,5 x lebar jalur) = (38).(20 m) – (10 m) = 750 m
atau : (750 m)/(100 m) = 7,5 cm dari titik awal pada peta
✓ Buatlah jalur-jalur berikutnya sesuai jarak/interval (k) yang telah dihitung
sebelumnya, sehingga diperoleh sebanyak n jalur contoh. Umumnya, penempatan
jalur di lapangan dibuat tegak lurus kontur supaya dapat mewakili perubahan
keragaman vegetasi.
✓ Sebagai contoh (untuk kasus di atas), perhatikanlah sketsa berikut ini :

Baseline = 20 cm = 2000 m
(0,0)

7,5 cm = 750 m 4 cm
= 400 m

Gambar 3. Penempatan primary unit berupa jalur untuk pendugaan potensi


tegakan dengan metode two-stage sampling

2). Pemilihan unit contoh pada tingkat kedua (secondary unit)


Pada setiap unit utama (primary unit) dari pengambilan contoh pada tingkat pertama, akan
terdapat sebanyak M unit kedua (secondary unit). Apabila keseluruhan M unit pada
masing-masing klaster contoh diukur, maka penarikan contoh yang dilakukan disebut
sebagai One-Stage Cluster Sampling atau Single Stage Sampling (disini tidak dibahas,
silahkan dipelajari sendiri pada buku: Shiver and Border (1996), Scheaffer et al. (1990),
dsb.).
Dalam two-stage sampling, pengambilan unit contoh kedua dilakukan dengan hanya
mengambil beberapa unit contoh (m) dari total unit (M) yang ada pada setiap primary
sample unit (klaster contoh), dengan dua kemungkinan ukuran contoh yakni :
• Ukuran contoh sama (equal size), yaitu jika unit contoh kedua yang diambil pada
setiap primary unit berukuran sama, yakni: m1 = m2 = ….= mN.
• Ukuran contoh tidak sama (unequal size), yaitu jika unit contoh kedua yang diambil
pada setiap primary unit berukuran tidak sama (m1  m2  …. mN).
Dalam praktikum ini, hanya akan dipelajari two-stage sampling dengan ukuran tidak sama
(unequal size), karena dalam kebanyakan penerapan pada populasi alami seringkali
dijumpai kasus yang unequal size. Adapun pembahasan tentang two-stage sampling dengan
ukuran sama (equal size), dapat dipelajari sendiri pada buku: Shiver and Border (1996),
Scheaffer et al. (1990), dsb.

Modul Praktikum 4
M.a. Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Nama/NIM. : ………………………………………….. Kelas : ………………………….…

Banyaknya unit contoh kedua (secondary unit) yang harus diambil (pada kasus unequal size)
dapat ditentukan dari intensitas sampling (IS2) yang diterapkan pada pengambilan contoh
tingkat kedua, yakni :
m
IS2 = .100% atau : m = IS2 .M
M
Selanjutnya, m unit contoh kedua pada setiap primary unit dapat dipilih secara acak
ataupun sistematik. Untuk primary unit berupa jalur, rancangan samplingnya akan terlihat
seperti Gambar 2.b.

3). Pendugaan parameter populasi


Dalam pendugaan parameter populasi dengan metode two-stage sampling harus
diperhatikan apakah ukuran contoh pada tingkat kedua termasuk sama (equal size) atau
tidak sama (unequal size), karena rumus-rumus pendugaannya berbeda. Untuk kasus yang
equal size, praktikan dapat mempelajarinya pada buku: Shiver and Border (1996), Scheaffer
et al. (1990), dsb.
Pendugaan parameter populasi dengan metode two-stage sampling untuk ukuran contoh
tidak sama (unequal size) dapat dilakukan dengan menerapkan penduga rasio (ratio
estimator) dengan rumus-rumus sebagai berikut :

a). Penduga nilai tengah (rata-rata) populasi :


Penduga rasio (pada two-stage sampling) bagi nilai tengah populasi per satuan unit
contoh kedua (secondary sampling unit) adalah :
n

M y i i
yts = i =1
n
. ..................................................................................................... (1)
M
i =1
i

keterangan :
mi
1
yi =
mi
yj =1
ij = rata-rata unit contoh kedua pada primary unit (klaster) ke-i

yij = nilai pengamatan ke-j pada primary sample unit (klaster) ke-i

mi = jumlah unit contoh kedua (secondary units) pada primary unit (klaster) ke-i
M i = total unit contoh kedua dalam primary unit ke-i

b). Penduga ragam bagi nilai tengah (rata-rata) populasi :


Penduga ragam bagi nilai tengah populasi per satuan unit contoh kedua (secondary
sampling unit) adalah :
1  2 1 
sy2ts = s + sB2  . .................................................................... (2)
2  W
n.M  N 
keterangan :
N = total unit utama (primary unit) dalam populasi
M = total unit contoh kedua (secondary unit) dalam populasi

Modul Praktikum 5
M.a. Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Nama/NIM. : ………………………………………….. Kelas : ………………………….…

M = M N = rata-rata jumlah unit contoh kedua (secondary unit) dalam populasi (jika
n

M i
M tidak diketahui, maka dapat diduga dari : M =ˆ i =1
)
n
n = jumlah unit utama yang dipilih pada tingkat pertama (primary sampling units)
2
 mn
 sWi
s =  M 1− i
2
W
2
i  = ragam dalam primary units . ............................. (3)
i =1  Mi  mi
2
mi
 mi 
 y −2
  y ij 
ij mi
s 2
=
i =1  i =1  = ragam dalam primary unit ke-i ...................... (4)
Wi
mi − 1

 n
sB2 =  1 −  sB2i = ragam antara primary units . ............................................... (5)
 N

 n 2 2 
n
  2 n 2
  i i   ts  i i  +  yts  Mi 
− 2
M y 2 y M y
sB2i =  i =1   i =1   i =1  . .......................................... (6)
n−1

c). Selang kepercayaan (1-).100% bagi nilai tengah populasi :


Selang kepercayaan (1-).100% bagi nilai tengah populasi dapat ditentukan dengan
rumus sebagai berikut :

(
yts  t( 2 ,dbf ) . sy2ts ) . .............................................................................. (7)

d). Penduga total populasi :


Apabila total unit contoh kedua (secondary unit) dalam populasi (M) diketahui, maka
penduga total populasi dapat dihitung sebagai berikut :

Yˆts = M.yts . ........................................................................................... (8)

e). Penduga ragam bagi total populasi :


Berdasarkan ragam rata-rata dan total unit contoh kedua dalam populasi (M) dapat
ditentukan penduga ragam bagi total populasi sebagai berikut :
sY2ˆ = M 2 .sy2ts . ........................................................................................ (9)
ts

f). Selang kepercayaan (1-).100% bagi total populasi :


Selang kepercayaan (1-).100% bagi total populasi dapat ditentukan dengan rumus
sebagai berikut :

(
Yˆts  t( 2 ,dbf ) . sY2ˆ
ts
) . ............................................................................... (10)
atau dihitung dari penduga selang bagi rata-rata :
(
yts  t( 2 ,dbf ) . sy2ts ) . .............................................................................. (11)

Modul Praktikum 6
M.a. Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Nama/NIM. : ………………………………………….. Kelas : ………………………….…

g). Kesalahan penarikan contoh (sampling error) :


Tingkat ketelitian pendugaan parameter dari metode two-stage sampling dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
t( 2 ,dbf ) . sy2ts
SE = .100% ...................................................................... (12)
yts

Dalam praktikum kali ini, praktikan akan menerapkan metode two-stage sampling untuk
pendugaan potensi tegakan (dari populasi buatan) dengan unit utama (primary unit) berupa
jalur. Praktikan diharapkan dapat memahami prosedur penerapan metode ini sehingga dapat
menerapkannya untuk kegiatan inventarisasi di lapangan.

IV. Tahapan Kegiatan Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan dengan tahapan kegiatan sebagai berikut :
• Pemberian materi dan pengarahan kegiatan oleh dosen atau asisten.
• Penugasan kepada setiap kelompok untuk menyelesaikan suatu contoh kasus.
• Pengisian dan pengumpulan lembar kerja praktikum.

PENERAPAN TWO-STAGE SAMPLING

Perhatikanlah kasus berikut ini:

Suatu tim survey akan melakukan kegiatan inventarisasi dalam rangka pendugaan potensi
tegakan di Blok A seluas 24,0 ha di areal HPH PT. Rimba Jaya (lihat Gambar 4). Mengingat
adanya keterbatasan biaya dan waktu untuk pelaksanaan kegiatan inventarisasi tersebut, tim
survey memutuskan untuk menggunakan metode two-stage sampling. Untuk itu, tim survey
melakukan pengambilan contoh tingkat pertama (first stage) dengan unit utama berupa jalur
(strip/line) yang lebarnya 20 m dengan intensitas sampling 25% secara sistematik dengan awal
acak (systematic sampling with random start). Pengambilan contoh tingkat kedua dilakukan
dengan membuat plot-plot contoh berukuran 20 m × 20 m (seluas 0,04 ha) pada masing-
masing jalur contoh dengan intensitas sampling 50% secara sistematik dengan awal acak
(systematic sampling with random start).
Seandainya Anda termasuk anggota tim survei tersebut, lakukanlah hal-hal berikut ini:

1. Penarikan contoh pada tingkat pertama (primary unit)


Misalkan, Gambar 4 merupakan peta (skala 1 : 4000) dari areal (seluas 24,0 ha) yang akan
diinventarisasi. Lakukan pengambilan contoh dengan intensitas sampling 25% dengan
unit utama berupa jalur (lebar 20 m) secara sistematik dengan awal acak (systematic
sampling with random start), dengan dengan tahapan sebagai berikut (ingat kembali materi :
“Penerapan Penduga Rasio”) :

Modul Praktikum 7
M.a. Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Nama/NIM. : ………………………………………….. Kelas : ………………………….…

1.1. Tentukan panjang baseline dan ukuran populasinya !

a). Panjang baseline :

= ………………. cm (di peta) = …………………. m (di lapangan)

b). Ukuran populasi (N) : ………………….. jalur


cara perhitungan :

1.2. Apabila digunakan intensitas sampling 25%, tentukan ukuran contoh (n),
interval/jarak (k) antar jalur serta posisi jalur pertama !

a). Ukuran contoh (n) :

b). Interval (k) antar jalur : .……….. cm (di peta) = ……….. m (di lapangan)

c). Posisi jalur pertama dari titik awal (0,0) :

• Angka acak : ………………………

• Posisi di peta : ……………………. cm dari titik awal

• Posisi di lapangan : ……………… m dari titik awal

1.3. Gambarkan penempatan jalur-jalur contoh pada peta kerja (Gambar 10.4)! Berilah
tanda (arsirlah atau warnailah) jalur-jalur contoh tersebut untuk membedakan dari
jalur-jalur lainnya !

2. Penarikan contoh pada tingkat kedua (secondary unit)


Pada masing-masing jalur contoh, lakukan pengambilan contoh tingkat kedua dengan unit
contoh kedua berupa plot 20 m × 20 m (luas 0,04 ha) dengan intensitas sampling 50%.
Lakukan tahapan sebagai berikut :

2.1. Tentukan interval (k) antar plot contoh dalam masing-masing jalur contoh !

2.2. Lakukan pemilihan unit contoh kedua yang harus diukur (secondary sample unit, m)
pada masing-masing jalur contoh secara systematic sampling with random start dengan
intensitas sampling 50%! Berilah tanda (arsirlah atau warnailah) plot-plot contoh
yang terpilih dalam pengambilan contoh tingkat kedua tersebut pada Gambar 4 !

Modul Praktikum 8
M.a. Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Nama/NIM. : ………………………………………….. Kelas : ………………………….…

Gambar 4. Peta Blok A di Areal HPH PT. Rimba Jaya Seluas 24,0 Ha (populasi buatan)

Modul Praktikum 9
M.a. Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Nama/NIM. : ………………………………………….. Kelas : ………………………….…

3. Pengukuran unit-unit contoh


Berdasarkan hasil pemilihan contoh pada tingkat pertama dan kedua dari populasi buatan
(Gambar 4) di atas, buatlah rekapitulasi data hasil pengukuran sebagai berikut :

3.1. Cantumkanlah rekapitulasi hasil pengukuran pada jalur-jalur contoh (primary unit)
dan plot-plot contoh (secondary unit) pada tabel berikut ini :

Jalur Luas Volume pada plot (m3/plot) ke:


Mi mi
ke: (ha) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1
2
3
4
5
6
7
8
9

10

3.2. Lakukan perhitungan (gunakan rumus 1–12) untuk menentukan nilai-nilai berikut :
2
yi sW mi
2
sW  m 
Jalur
M i mi (m3/
i
1− i
Mi2  1 − i  Mi2 yi Mi2 .yi2
ke: (m3/ Mi mi  Mi 
plot) plot)2

10

Cantumkan contoh perhitungan untuk jalur ke-1 di balik halaman ini !


Angka desimal cukup dicantumkan 2 angka dibelakang koma.

Modul Praktikum 10
M.a. Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Nama/NIM. : ………………………………………….. Kelas : ………………………….…

4. Pendugaan parameter populasi (dengan metode penduga rasio untuk two-stage sampling)

4.1. Berdasarkan data contoh pada No. 2.1 dan hasil perhitungan pada No. 2.2, dan dengan
menggunakan rumus-rumus 1–12 (lihat pada Sub-bab: “Pengantar Praktikum”),
lakukanlah perhitungan-perhitungan berikut !

4.1.1. Hitunglah nilai dugaan bagi rata-rata volume tegakan per plot (m3/0,04 ha)
dan rata-rata volume tegakan per hektar (m3/ha) dari areal tersebut !

4.1.2. Hitunglah nilai dugaan bagi ragam rata-rata volume tegakan per plot
(m3/0,04 ha)2 dan ragam rata-rata volume tegakan per hektar (m3/ha)2 dari
areal tersebut !

Modul Praktikum 11
M.a. Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Nama/NIM. : ………………………………………….. Kelas : ………………………….…

4.1.3. Tentukan selang kepercayaan 95% bagi dugaan rata-rata volume tegakan per
plot (m3/0,04 ha) dan bagi dugaan rata-rata volume per hektar (m3/ha) !
(catatan : gunakan nilai t =2)

4.1.4. Hitunglah nilai dugaan bagi total volume tegakan (m3) dan ragam total
volume tegakan (m3)2 pada areal tersebut !

Modul Praktikum 12
M.a. Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Nama/NIM. : ………………………………………….. Kelas : ………………………….…

4.1.5. Tentukan selang kepercayaan 95% bagi dugaan total volume tegakan (m3) !
(catatan : gunakan nilai t =2)

4.1.6. Hitunglah kesalahan penarikan contoh (sampling error) yang terjadi dalam
pendugaan parameter populasi dengan metode two-stage sampling tersebut !

PENGESAHAN
Praktikan : Dosen/Asisten :

(_________________) (_________________) (________________________)


NIM. NIM.

PENILAIAN
Nilai Laporan : Dosen/Asisten Penilai :

Komentar Isi Laporan :


(________________________)

Modul Praktikum 13
M.a. Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB

Anda mungkin juga menyukai