Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

INVENTARISASI SUMBER DAYA HUTAN

ACARA I

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL DALAM INVENTARISASI HUTAN

Disusun Oleh:

Nama : Azida Kirana Dhofiarahma

NIM : 20/455318/KT/09166

Shift : Selasa, 19.00 WIB

Co-Ass : Irvin Anggito

LABORATORIUM PERENCANAAN PEMBANGUNAN HUTAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2021
ACARA I

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL DALAM INVENTARISASI HUTAN

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Membuat rancangan teknik sampling pada unit populasi berupa petak.
2. Mengenal tanda-tanda/legenda yang terdapat pada peta perusahaan hutan yang
berkaitan dengan inventarisasi hutan.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Ilmu Inventarisasi hutan adalah salah satu cabang ilmu kehutanan yang
membahas tentang metode penaksiran potensi hutan. Metode penaksiran adalah
cara pengukuran sebagian atau seluruh elemen dari suatu obyek yang menjadi
sasaran pengamatan untuk mengetahui sifat- sifat dari obyek yang bersangkutan
(Masalaman, 2009). Shiver dan Borders (1996) menyatakan inventarisasi hutan
adalah suatu deskripsi tentang kuantitas dan kualitas dari pepohonan serta
organisme lainnya yang hidup di dalam hutan serta tentang lahan yang merupakan
tapak dari hutan itu sendiri. Inventarisasi hutan meliputi dua teknik yakni sensus
dan sampling. Teknik sensus dilaksanakan dengan melakukan pengukuran pada
seluruh populasi (areal hutan), sementara teknik sampling dilakukan dengan
melakukan pengukuran pada sebagian wilayah dan dianggap mewakili seluruh areal
hutan. (Muhammad, dkk , 2017).
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi juga merupakan
semua nilai balik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun
kualitatif, daripada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap
dan jelas. Populasi terdiri atas populasi terbatas dan tidak terbatas. Populasi dapat
bersifat homogeny dan heterogen (Usman, 2008). Sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak
mungkin mempelajari yang ada pada populasi, misalnya karena dana, tenaga dan
waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulanya akan dapat diberlakukan untuk
populasi. Untuk itu sampel harus diambil dari populasi yang representatif (Arland
dkk, 2018).
Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel acak
atau random sampling/probability sampling, dan sampel tidak acak/non-random
sampling/non probability sampling (Mulyana dkk, 2018). Salah satu contoh dari
teknik sampling yaitu simple random sampling. Sistem random sampling
merupakan suatu metode pengambilan sampel secara acak dimana setiap anggota
populasi diberikan kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Teknik
atau metode ini dapat juga didapatkan dengan cara mengundi (Arieska dan Novera,
2018). Sedangkan Menurut Simon (2007) systematic sampling merupakan salah
satu cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan satu pola yang bersifat
sistematik (systematic pattern), yang telah ditentukan terlebih dahulu. Bentuk pola
tersebut bermacam – macam, bergantuk pada tujuan inventore, waktu dan biaya
yang tersedia, serta kondisi populasi yang dihadapi.
Dalam inventore hutan terdapat tiga macam sistematik sampling, yaitu
Continous Strip Sampling, Line Plot Sampling, dan Uniform Systematic Sampling.
Menurut Awan, dkk, (2004) Uniform Systematic Sampling (USS) yaitu algoritma
sampel secara seragam secara acak dari satu set simpul dalam jaringan yang
terhubung yang memiliki jarak antar PU tetap. Continous Strip Sampling (CSS)
adalah metode unit contoh berupa jalur ukur yang tidak terputus. Sedangkan Line
Plot Sampling adalah metode dimana plot contoh pertama dipilih atau ditentukan
secara acak (random), sedangkan peletakan plot contoh berikutnya dilakukan secara
beraturan dengan selang/jarak tertentu yang disesuaikan dengan IS (Addelinetina
dkk, 2019). IS adalah intensitas sampling. Intensitas sampling adalah suatu bilangan
yang menggambarkan perbandingan antara jumlah contoh dengan jumlah populasi
seluruhnya tergantung dari besar kecilnya intensitas sampling tergantung pada
tingkat kecermatan yang di inginkan dan heterogenitas dari populasi yang di hadapi
(Madyana, 1989).

III. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Kalkulator
2. Alat tulis
3. Laptop/ komputer
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Tabel random
2. Peta kawasan hutan skala 1 : 10000
3. Kertas kalkir
4. Milimeter block

IV. CARA KERJA

Dipilih 6 petak peta


Masing-masing petak Peta pada kertas kalkir
untuk metode
dijiplak pada kertas ditempelkan pada
sampling yang
kalkir. millimeter block.
berbeda.

Ditambahkan informasi
Perhitungan dilakukan dan digambar sketsa
di masing-masing peta. sampling sesuai
metodenya.

Deskripsi keterangan:
Bagian peta kawasan hutan yang harus dipelajari secara cermat meliputi judul,
legenda, simbol-simbol, dan keterangan-keterangan lain pada peta. Kemudian
dipilih enam petak yang berlainan pada peta kawasan hutan untuk digambar pada
kertas kalkir, lalu digunting sesuai bentuknya. Petak-petak yang sudah digunting
ditempel pada kertas milimeterblock sesuai sumbu x dan y nya. Teknik sampling
yang ditentukan untuk masing-masing petak yaitu:
a. Metode Continous Strip Sampling (CSS) dengan IS 10%, lebar jalur 20 meter.
b. Metode Line Plot Sampling (LPS) dengan IS 2.5%, jarak antar jalur 100 meter,
luas masing-masing PU 0,1 Ha.
c. Metode Uniform Sistematik Sampling (USS) dengan IS 0.5%, luas PU 0,02 Ha.
d. Metode Uniform Sistematik Sampling (USS) dengan IS 1%, luas PU 0,04 Ha.
e. Metode Uniform Sistematik Sampling (USS) dengan IS 2.5%, luas PU 0,1 Ha.
f. Metode Simple Random Sampling (SRS) dengan IS 5%, luas PU 0,1 Ha.

V. HASIL DAN PERHITUNGAN


VI. PEMBAHASAN
Berbagai macam teknik pengambilan sampel dalam inventarisasi hutan
dapat digunakan sesuai kebutuhannya. Dalam praktikum ini digunakan teknik
pengambilan sampel Continous Strip Sampling, Line Plot Sampling, Uniform
Systematic Sampling, dan Simple Random Sampling. Keempat teknik tersebut
dikelompokkan menjadi teknik pengambilan sampel secara acak (SRS) dan teknik
pengambilan sampel secara sistematik (CSS, LPS, dan USS). Simple Random
Sampling (SRS) merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak
dimana setiap individu dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi
sampel. Dalam SRS tidak menentukan titik mana yang akan dipilih, tetapi jumlah
sampel yang akan diambil dapat merepresentasikan populasi di dalam hutan sesuai
dengan tujuan inventarisasi hutan. Kemudian teknik Continous Strip Sampling
(CSS) merupakan teknik pengambilan berupa jalur yang tidak terputus pada suatu
petak tertentu dan jalur yang sama. CSS bertujuan untuk membagi petak menjadi
unit yang lebih kecil sehingga memudahkan dalam menginventarisasi hutan.
Sampel yang diambil adalah seluruh sampel yang ada pada jalur tanpa terkecuali.
Umumnya teknik CSS ini digunakan pada hutan alam dibandingkan hutan tanaman
karena wilayahnya yang luas, dapat mewakili kondisi hutan alam yang heterogen
dengan topografi yang beragam. Sedangkan teknik Line Plot Sampling (LPS)
merupakan perkembangan dari teknik CSS, yaitu teknik pengambilan sampelnya
yang mirip dengan CSS, dilakukan pada jalur dengan jarak antar jalur sama.
Namun, terdapat perbedaan yaitu dalam teknik LPS tidak dilakukan pengukuran
pada semua sampel yang ada pada jalur tetapi hanya pada tempat tertentu yang
letaknya teratur di seluruh jalur. Teknik ini biasanya dilakukan pada hutan dengan
permudaan alami. Selanjutnya adalah teknik Uniform Systematic Sampling (USS)
yaitu teknik pengambilan sampel yang memiliki jarak antar petak sama dengan
jarak petak lainnya (Husch, 1987).
Setiap teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Seperti teknik SRS memiliki kelebihan
dalam pengerjaannya dapat menghemat waktu dan lebih mudah karena
memungkinkan untuk mengambil sampel tanpa harus membuat kerangka sampel.
Teknik ini dapat diterapkan di wilayah yang luas. Kekurangan dari teknik ini adalah
bersifat subjektif karena harus memiliki dan menentukan kondisi sampel sendiri.
Kemudian untuk teknik CSS memiliki keunggulan dapat diterapkan di suatu
kawasan dengan topografi tidak beraturan. Hal ini disebabkan karena teknik CSS
menggunakan garis sebagai petaknya sehingga akan lebih mudah. Selain itu, lebar
jalur yang dibuat juga dapat diubah sesuai dengan kondisi lapangan serta
representative atau tidaknya hasil inventarisasi. Kekurangannya yitu dibutuhkan
waktu yang lama, biaya yang besar, serta ketelitian tinggi supaya tidak ada sampel
yang terlewat. Untuk teknik LPS memiliki kelebihan hemat waktu, tenaga, dan
biaya karena pengukurannya tidak dilakukan di seluruh tegakan. LPS menghasilkan
kecermatan yang tinggi dari kombinasi IS, luas PU, dan JAJ yang sesuai. Hampir
sama seperti CSS, LPS juga dapat diterapkan di kondisi lapangan yang tidak teratur
karena bentuk petak seperti garis. LPS dapat meminimalisir terjadinya border tree
sehingga sampel dapat mewakili keadaan sebenarnya. Sedangkan kekurangannya
yaitu membutuhkan ketelitian yang tinggi saat di lapangan dan saat pengolahan data
agar data dapat merepresentasikan keadaan sebenarnya. Teknik yang terakhir yaitu
USS memiliki kelebihan pengerjaan yang lebih cepat dibandingkan LPS karena
jarak antar petaknya sama. Teknik ini akan menghasilkan sampling dengan
kecermatan yang baik dalam waktu yang singkat dan biaya murah. Sedangkan
kekurangannya adalah PU yang dibuat harus terletak pada titik potong antara jalur
dan garis vertikal serta membentuk bujur sangkar. Selain itu, kecermatan sampling
yang dihasilkan masih harus dibuktikan.
Intensitas Sampling (IS) diperlukan dalam setiap teknik pengambilan
sampel. IS merupakan bilangan hasil dari perbandingan antara sampel yang diamati
dengan seluruh populasi yang ada pada suatu kawasan. Intensitas Sampling dapat
ditentukan dengan cara membagi sampel oleh populasi dan dinyatakan dalam
satuan decimal ataupun persen. Pada populasi homogen memiliki Intensitas
Sampling yang lebih rendah dibandingkan dengan populasi heterogen. Semakin
besar IS dapat diartikan bahwa semakin banyak sampel yang diambil dan hasil yang
diperoleh juga semakin akurat. Intensitas Sampling berbanding terbalik dengan
jumlah populasi namun berbanding lurus dengan jumlah sampel.
Pada praktikum kali ini, dilakukan 4 teknik pengambilan sampel pada 6
petak dengan skala 1:10.000. Pada petak 131 dilakukan dengan teknik Continous
Strip Sampling. Nilai X maksimal dan Y maksimal yang diperoleh adalah 6 dan 5,5.
Untuk menentukan titik koordinat awal adalah dengan angka random sebagai
pengali X maksimal dan Y maksimal. Angka random yang diperoleh pada teknik
CSS adalah sebesar 0,41341 dan 0,31864 serta diperoleh koordinat awal (x,y) yaitu
(2,4804; 1,7525). Untuk memudahkan perhitungan dibulatkan menjadi (2,2). Pada
petak 131 diperoleh lebar jalur dan jarak antar jalur di peta adalah 0,2 dan 2 cm.
Kemudian petak ukur dibuat berdasarkan lebar jalur dan jarak antar jalur di peta.
Pada petak 132 digunakan teknik Line Plot Sampling dengan X maksimal dan Y
maksimal 7,9 dan 4,7. Angka random yang didapatkan adalah 0,14209 dan 0,40657
sehingga diperoleh titik awal (x,y) adalah (1,2). Luas PU yang digunakan adalah
0,1 ha dan diperoleh jarak antar PU adalah 4 cm. Sedangkan jarak antar jalur yang
diperoleh adalah 1 cm. Petak ukur yang dibuat berupa lingkaran sehingga dihasilkan
r (jari-jari) yaitu 0,2 cm pada peta. Untuk petak 133, 134, dan 135 menggunakan
teknik Uniform Systematic Sampling dengan luas PU dan IS yang berbeda-beda.
Petak 133 menggunakan IS 0,5% dengan luas PU 0,02 ha; petak 134 menggunakan
IS 1% dengan luas PU 0,04 ha; dan petak 135 menggunakan IS 2,5% dengan luas
PU 0,1 ha. Nilai jarak antar jalur pada ketiga petak yaitu 2 cm. Hampir sama seperti
LPS, petak berbentuk lingkaran sehingga diperoleh nilai r pada 3 petak adalah petak
133 sebesar 0,08 cm; petak 134 sebesar 0,1 cm; dan petak 135 sebesar 0,2 cm.
Teknik selanjutnya adalah SRS pada petak terakhir atau 136. Teknik SRS berbeda
dengan tiga teknik sebelumnya yang telah digunakan karena pada SRS tidak
menggunakan jarak antar PU ataupun jarak antar jalur. Dalam teknik ini harus
menduga kisi dan frekuensi yang telah dibagi menjadi 0,25; 0,5; 0,75; dan 1.
Kemudian kisi dan frekuensi dikalikan dan dijumlah. Jumlah perkalian kisi dan
frekuensi kemudian dijumlah, dikalikan dengan faktor skala sehingga diperoleh
luas peta sebesar 495.000 m2. IS yang digunakan adalah 5% dengan luas PU 0,1 ha.
Luas populasi terwakili dicari dengan membagi luas PU dan IS dikalikan 100%
sehingga diperoleh luas populasi terwakili sebesar 20.000 m2. Perbandingan antara
luas peta dan luas populasi terwakili merupakan jumlah dari petak ukur yang harus
dibuat sehingga diperoleh 25 PU yang harus dibuat. PU berbentuk lingkaran
sehingga diperoleh r sebesar 0,2 cm pada peta.
Legenda pada peta berfungsi sebagai penambah informasi pada peta, dapat
berupa symbol, ataupun garis dan masih banyak lagi. Legenda sangat penting untuk
memudahkan orang lain memahami peta. Adapun legenda pada peta petak
inventarisasi pada praktikum kali ini yang mana berupa simbol, yaitu:
134 : nomor petak
KPS, TBK, KU : kelas hutan
== : batas petak
|| : jalur petak ukur
: sungai
’96 : tahun tanam
134A-134D : anak petak
: petak ukur
2
: bonita II/KBD 0
0

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum acara I dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada praktikum digunakan 2 jenis teknik pengambilan sampel yaitu secara
random dan secara sistematik. Teknik secara random yaitu Simple Random
Sampling (SRS) dengan IS 5% dan luas PU 0,1 ha. Kemudian yang termasuk
teknik secara sistematik yaitu Continous Strip Sampling (CSS) dengan IS 10%
dan lebar jalur 20 m. Line Plot Sampling (LPS) dengan IS 2,5 % dengan jarak
antar jalur 100 m dan luas PU 0,1 ha. Selanjutnya Uniform Systematic Sampling
(USS) dengan IS berbeda-beda yaitu 0,5%; 1%; dan 2,5% serta luas PU yang
berbeda pula sebesar 0,02 ha; 0,04 ha; dan 0,1 ha.
2. Legenda sangat penting untuk memudahkan orang lain memahami peta.
Legenda yang berkaitan dengan inventarisasi hutan antara lain:
a. 134 : nomor petak
b. KPS, TBK, KU : kelas hutan
c. = = : batas petak
d. || : jalur petak ukur
e. : sungai
f. ’96 : tahun tanam
g. 134A-134D : anak petak
h. : petak ukur
i. - - - : jalan setapak
2
j. : bonita II/KBD 0
0

k. CH : anak jalur C dan induk H


l. A, B : anak petak
m. H : alur induk H
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Addelinetina, R. R., Dewantara, I., Manurung, T. F. (2019). Keterbukaan Tajuk
Akibat Kegiatan Pemanenan dengan Teknik Reduced Impact Logging
dalam Pengelolaan Hutan Alam. Jurnal Hutan Lestari, 7(3): 992-998
Arieska, P. K., dan Novera, H. (2018). Pemilihan Teknik Sampling Berdasarkan
Perhitungan Efisiensi Relatif. Jurnal Statistika, 6 (2).
Arland, S., Sadjati, E., & Ikhwan, M. (2018). Studi Penerapan Metode Pohon
Contoh (Tree Sampling) Dalam Pendugaan Potensi Tegakan Hutan
Tanaman Ekaliptus. Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan, 13(2), 132-
143.
Awan, A., R. A. Ferreira., S. Jaganathan. (2004). Distributed Uniform Sampling in
Real World Network. Computer Science Technical Reports Department.
Perdue University.
Husch, B. (1987). Perencanaan Inventarisasi Hutan. Jakarta: University Indonesia
Press.
Madyana, T. 1989. Macam-macam Bentuk Petak Ukur. Jakarta: Penerbit
Djambatan..
Malamassan, D. (2009). Modul Pembelajaran Inventarisasi Hutan. Makassar:
Muhammad, I., Emy S., dan Azwin. (2017). Perbandingan Teknik Tree Sampling
Dan Unit Contoh Lingkaran Dalam Menduga Potensi Tegakan Hutan
Tanaman Ekaliptus (Eucalyptus pellita F. Meull). Wahana Forestra:
Jurnal Kehutanan, 12 (1):29-36.
Mulyana, B., Rohman, R., dan Wardhana, W. (2018). Luas Optimum Petak Ukur
Untuk Hutan Tanaman Kayu Putih di Kesatuan Pengelolaan Hutan
Yogyakarta (Optimum Size Of Sampling Plot For Cajuput Plantation at
Forest Management Unit Yogyakarta). Journal Penelitian Kehutanan
FALOAK, 2(1), 29-38.
Shiver, B. D., dan Borders, B. E. (1996). Sampling Techniques for Forest Resource
Inventory. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Simon. (2007). Metode Inventore Hutan. Yogyakarta: Pustaka.Universitas
Hasanuddin.
Usman, H. (2008). Metode Samping Inventarisasi Hutan. Yogyakarta : UGM Press.

Anda mungkin juga menyukai