Anda di halaman 1dari 2

pemisahan etanol-air dengan:

Extractive distillation

Etanol akan membentuk campuran azeotrop dengan air sehingga sulit dipisahkan
dengan distilasi fraksional biasa. Salah satu cara untuk memisahkan campuran azeotrop
adalah dengan menggunakan distilasi ekstraktif, Dalam penelitian ini digunakan metode
saline extractive distillatioin dengan menggunakan cacl2 dan Nacl ditambah Acetonitrile
sebagai pelarut.
Dua langkah terpenting dalam distilasi ekstraktif adalah langkah pemisahan dan penambahan
pelarut. Distilasi ekstraktif dengan penambahan garam dan pelarut sebagai separating agent
merupakan proses baru untuk meningkatkan kemurnian produk.'
Dalam distilasi ekstraktif dapat dikombinasikan antara penambahan garam dan pelarut, atau
penambahan garam saja. Di dalam industry hanya garam saja yang ditambahkan.
Penambahan garam berfungsi sebagai elektrolit, pencegah korosi dan digunakan sebagai
penghemat biaya ekonomi (menghemat energi yang dibutuhkan dalam pemanasan).
Distilasi ekstraktif adalah distilasi dengan distilasi penambahan entrainer bersifat lebih tidak
volatil dari zat yang akan dipisahkan sehingga kebanyakan terikut sebagai produk bawah
(residu).
Dalam penelitian ini penulis memilih menggunakan saline extractive distillation. Extractive
distillation biasa digunakan dalam industry dan merupakan metode pemisahan yang penting
dalam petrochemical engineering. Salah satu aplikasi distilasi jenis ini untuk memisahkan
hidrokarbon pada campuran C dan memisahkan campuran azeotropic dalam campuran
etanol-air.
Dua faktor yang penting dalam extractive distillation adalah tahap pemisahan itu sendiri dan
pelarut yang digunakan. Extractive distillation dengan garam dikenal dengan saline
extractive distillation menggunakan NaCI, KCI, KI, CaCI (Pinto, 2000).
Pelarut yang umum digunakan dalam extractive distillation dari etanol adalah glikol
(Perry,19921) gliserol (Lee dan Pahl, 1985), gasoline (chianese dan Zinnamosca, 1990) dan
saline extractive distillation dengan menggunakan asetat dan garam inorganic :CaCI, AICI,
KNO, [CuNO]3HO, AI(NO)9HO, K2CO (Barba et al,1985). Beberapa peneliti
menggunakan solvent sebagai campuran untuk mencapai solvents capacity (solvency) dan
selectivity.
Etanol dan air akan membentu azeotrop sehingga sulit untuk dipisahkan. Campuran ini tidak
dapat dipisahkan dengan penyulingansederhana, karena volatilitas dari dua komponen dalam
campuran adalah hampir sama. Distilasi ekstraktif adalah distilasi dengan distilasi penambahan

entrainer (senyawa pemecah azeotrop) bersifat lebih tidak volatil dari zat yang akan
dipisahkan sehingga kebanyakan terikut sebagai produk bawah (residu) misal cacl2 titik
didihnya 1.935 oc dan nacl 1413 oc. Distilasi ekstraktif yang menggunakan garam disebut
saline extractive distillation. pada kedua campuran etanol dan air ditambahkan garam dan
pelarut sebagai separating agent untuk meningkatkan kemurnian produk berupa etanol
murni. Dalam distilasi ekstraktif dapat dikombinasikan antara penambahan garam dan
pelarut, atau penambahan garam saja. Di dalam industry hanya garam saja yang ditambahkan.

ketika garam ditambahkan pada pelarut maka garam akan menaikkan titik didih pelarut
tersebut atau menurunkan volatilitas pelarut.
Garam yg dapat digunakan pada saline extractive distillation antata lain: NaCI, KCI, KI,
CaCI.
Pelarut yang umum digunakan dalam extractive distillation dari etanol adalah glikol,
acetonitrile, gliserol, gasoline, dan saline extractive distillation dengan menggunakan asetat
dan garam inorganic : CaCI, AICI, KNO, [CuNO]3HO, AI(NO)9HO, K2CO.

PERVAPORATION
Prinsip dasar pemisahan dengan teknologi membran pervaporasi adalah pemisahan
berdasarkan metoda pervaporasi, dimana proses pemisahan suatu campuran dengan
perubahan bentuk dari cair menjadi uap pada sisi membran. Cara kerjanya adalah ethanol
berkadar 95 % dipanaskan pada suhu 75 oC, air dalam ethanol berubah menjadi uap air.
Dengan tekanan vakum, ethanol dan air masuk ke membran dengan kecepatan 1,5 x 10 -4 m/s.
Dalam teknik pervaporasi ini uap air akan melewati membran, sedangkan ethanol ditolak
karena membran tidak berpori. Selektivitas dan laju pemisahan pervaporasi sangat tergantung
pada karakteristik membran, konfigurasi modul dan desain proses, itu artinya jenis membran
yang digunakan mesti berkarakter mampu menyeleksi gas dan ethanol yang masuk.
Di ujung membran, uap air diserap oleh vakum, selanjutnya uap air dimasukkan dalam
botol penampung yang berisi nitrogen cair. Nitrogen cair dipilih karena memiliki titik didih
pada suhu -195,8 oC, dengan suhu yang sangat dingin, nitrogen cair mempunyai kemampuan
membekukan bahan organik lebih efektif dari pada pendinginan berbahan ammonia ataupun
freon. Saat menyentuh larutan nitrogen cair maka uap air kembali menjadi air, sedangkan
ethanol tidak melewati membran, cairannya langsung dialirkan ke botol penampung ethanol
murni.

Anda mungkin juga menyukai