Anda di halaman 1dari 3

Akhlak Sebagai Inti Agama

Akhlak sebagai puncak keberagaman tak pelak lagi merupakan tujuan


turunya ajaran islam melalui Rosul Sesungguhnya aku di utus untuk
menyempurnakan Akhlak (HR.Bukhori)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Akhlak di artikan sebagai
Budi Pekerti atau kelakuan. Kata Akhlak walaupun terambil dari bahasa Arab
(yang di artikan Tabiat,perangai,kebiasaan,bahkan Agama) namun kata
seperti itu tidak di temukan dalam Al-Quran. Yang di temukan hanyalah
bentuk tunggal kata tersebut yaitu Khuluk yang tercantum dalam AlQuran Surat Al-Qalam;4 Ayat tersebut dinilai sebagai Konsiderans
pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rosul

Sesungguhnya engkau Muhammad SAW berada di atas Budi Pekerti yng


Agung. (QS.Al-Qolam:4)
Kata Akhlak banyak di temukan di dalam hadits nabi dan salah satu
yang paling populer adalah

Aku hanya di utus untuk menyempurnakan Akhlak Mulia


Bertitik tolak dari pengertian bahasa di atas, yakni Akhlak sebagai
kelakuan, kita selanjutnya dapat berkata bahwa Akhlak atau kelakuan
manusia sangat beragam, dan bahwa firman Allah menjadi salah satu
Argumen keaneka ragaman tersebut.

"Sesungguhnya usaha kamu (Hai Manusia) pastiamat beragam.


Keanekaragaman tersebut dapat ditinjau dari berbagai sudut, antara
lain nilai kelakuan yang berkaitan dengan baik dan buruk.
Baik dan Buruk
Para filosof dan Teolog sering membahas tenteng arti baik dan buruk, serta
tentang pencipta kelakuan itu merupakan hasil pilihan atau perbuatan
manusia sendiri, ataukah berada di luar kemampuannya?

Kita dapat berkata bahwa secara nyata terlihat dan sekaligus kita akui
bahwa terdapat manusia yang berkelakuan baik, dan juga sebaliknya. Ini
berarti bahwa manusia memiliki kedua potensi tersebut. Seperti dalam ayat
berikut:

Maka kam telah memberi petunjuk kepadanya (Manusia) dua jalan mendaki
(Baik dan Buruk) (Q.S Al-Balad ;10)

Dan demi Jiwa serta penyempurnaan ciptaannya maka Allah mengilhami


(Jiwa Manusia) ke kedurhakaan dan ketakwaan. Walau kedua potensi ini
terdapat dalam diri manusia, namun di temukan isyarat-isyarat dalam AlQuran bahwa kebajkan lebih dulu menghiasi diri manusia dari pada
kejahatan.
Kecenderungan manusia kepada kebaikan terbukti dari persamaan
konsep-konsep pokok moral pada setiap peradaban dan zaman.
Hadits lain yang menginformasikan bahwa manusia cenderung
terhadap kebaikan adalah Hadits Riwayat Bukhori yang artinya Setiap anak
dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah), hanya saja kedua orang tuanya
(Lingkungannya) yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani, atau Majusi
Seperti dalam hadits Riwayat Ahmad dan Addarimi yang menjelaskan
Kebajikan adalah sesuatu yang tenang terhadap jiwa, yang tentram terhadap
hat. Sedangkan dosa adalah Yang mengacaukan hati dan membimbangkan
dada walaupun setelah orang memberimu fatwa.
Pertanggung Jawaban
Atas uraian Al-Quran tadi kita dibebaskan untuk memilih dua jalan yang
telah disebutkan.Tapi kita sendiri yang harus mempertanggung jawabkan
pilihannya.
Dalam Al-Quran surat Al-Anam ayat 164 di nyatakan bahwa tanggung
jawab tersebut baru di tuntut apabila memenuhi syarat-syarat tertentu
seperti: Pengetahuan, Kemampuan, serta Kesadaran.
(15: )
Dan seseorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain,
dan kami tidak akan menyiksa sebelum kami mengutus seorang Rosul(AlIsro:15)


Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya
Dari gabungan kedua ayat ini, kita dapat memetik 2 kaidah yang
berkaitan dengan Tanggung jawab. Yaitu:
1. Manusia tidak diminta untuk mempertanggung jawabkan apa yang
tidak diketahui atau tidak mampu di lakukannya.
2. Manusia tidak di tuntut mempertanggung jawabkan apa yabg tidak
dilakukannya, sekalipun hal tersebut di ketahuinya.
Tolak Ukur Kelakuan Baik

Anda mungkin juga menyukai