Anda di halaman 1dari 5

Derajat kesehatan masyarakat dapat dinilai dengan beberapa indikator.

Angka kematian
maternal (maternal mortality) merupakan salah satu indikator untuk menilai derajat kesehatan
masyarakat (WHO, 2010). Angka kematian maternal di Indonesia menempati urutan ketiga
tertinggi di Asia setelah Timor Leste dan Bangladesh (WHO, 2010). Berdasarkan target MDGs
(Millennium Development Goals) kinerja penurunan angka kematian maternal secara global
masih rendah. Di Indonesia angka kematian maternal pada tahun 2007 sebesar 228 per
100.000 kelahiran dan diupayakan untuk terus mengalami penurunan hingga mencapai target
MDGs sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (BAPPENAS, 2010).
Perdarahan postpartum adalah penyebab kematian maternal terbanyak (Cunningham, 2010).
Berdasarkan data WHO (World Health Organization), 25% dari 100.000 kematian maternal di
dunia setiap tahunnya disebabkan oleh perdarahan postpartum (Taufan, 2012). Faktor risiko
yang

menyebabkan

perdarahan

postpartum

ibu

selain

faktor

penolong

dan

faktor

tempat/fasilitas bersalin adalah usia, paritas, pendidikan ibu, kadar Hb, konsumsi zat besi dan
lama partus (Maida, 2006).
Perdarahan postpartum merupakan penyebab tersering dari keseluruhan kematian
akibat perdarahan obstetric (Cunningham, 2005). Perdarahan postpartum adalah perdarahan
yang terjadi setelah melahirkan, perdarahan yang melebihi 500 ml setelah persalinan per
vaginam dan >1000 ml pada seksio sesarea, atau perdarahan yang lebih dari normal dan
menyebabkan perubahan tanda vital yaitu pasien lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil,
hiperpnea, sistolik <90 mmHg, nadi>100x/menit, kadar Hb <8 g% (Dorland, 2002.,
Prawirohardjo; 2008., Saifuddin, 2002). Salah satu faktor yang dapat menimbulkan perdarahan
postpartum adalah paritas. Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang
mampu hidup diluar rahim/umur kehamilan 28 minggu. Wanita dengan paritas tinggi beresiko
mengalami atonia uteri, yang apabila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan
perdarahan postpartum (Cunningham, 2005). Penelitian tentang hubungan paritas dengan
perdarahan postpartum primer dilakukan oleh Milaraswati tahun 2008 dengan hasil terdapat
hubungan yang signifikan antara paritas dengan perdarahan postpartum primer.
Walaupun angka kematian maternal telah menurun dengan adanya pemeriksaan dan
perawatan kehamilan, persalinan di rumah sakit serta adanya fasilitas transfusi darah, namun

perdarahan masih tetap merupakan faktor utama dalam kematian ibu (Dina, 2013).
Berdasarkan penelitian yang dilakukaan shane di RSUD Dr.Pirngadi medan tahun 2007- 2009
dapat diketahui bahwa penyebab utama perdarahan post partum adalah retensio placenta yaitu
sebesar 53,7% diikuti laserasi jalan lahir sebesar 29,3%, atona uteri 14,6 % dan inversio uteri
2,4%. Begitu pula penelitian yang dilakukan ajenifuji (2010) di Obufeni Awolowo University
Nigeria, penyebab utama perdarahan post partum primer adalah retensio placenta (71,05%).
Tingginya kematian ibu disebabkan oleh pendarahan dalam 24 jam setelah melahirkan,
sebagian besar karena terlalu banyak mengeluarkan darah. Setelah mengalami pendarahan
pasca persalinan, ibu akan mengalami anemia berat (Profil Kesehatan Indonesia, 2008).
Penyebab AKI pada tahun 2008 pada (119/100.000) ibu meninggal disebabkan oleh perdarahan
73 orang (61,3%) infeksi 4 orang (3%) preeklampsia 21 orang (17,6%).

Angka kematian maternal (maternal mortality) merupakan salah satu indikator untuk
menilai derajat kesehatan masyarakat. Angka kematian maternal di Indonesia menempati
urutan ketiga tertinggi di Asia setelah Timor Leste dan Bangladesh. 1 Berdasarkan target MDGs
(Millennium Development Goals) kinerja penurunan angka kematian maternal secara global
masih rendah. Di Indonesia angka kematian maternal pada tahun 2007 sebesar 228 per
100.000 kelahiran dan diupayakan untuk terus mengalami penurunan hingga mencapai target
MDGs sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. 2 Perdarahan postpartum
adalah salah satu penyebab kematian maternal terbanyak. Perdarahan postpartum didefinisikan
sebagai kehilangan darah lebih dari 500 ml setelah janin lahir pervaginam atau 1000 ml setelah
janin lahir perabdominal atau setelah selesainya kala III. Berdasarkan data WHO (World Health
Organization), 25% dari 100.000 kematian maternal di dunia setiap tahunnya disebabkan oleh
perdarahan postpartum.3,4 Faktor risiko yang menyebabkan perdarahan postpartum ibu selain
faktor penolong dan faktor tempat/fasilitas bersalin adalah usia, paritas, pendidikan ibu, kadar
Hb, konsumsi zat besi dan lama partus.7

1.

WHO. Maternal Mortality Ratio (per 100.000 live births, 2010). (diunduh 22 Maret 2013).
Tersedia

dari:

URL:

HYPERLINK

http://gamapserver.who.int/mapLibrary/Files?

Maps/Global_maternal_health_mortality_2010.png
2. BAPPENAS. Laporan pencapaian tujuan pembangunan milenium di Indonesia 2010.
Jakarta: BAPPENAS; 2010.
3. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, John C. Hauth, Gilstrap, Larry C. Gilstrap,
Kathanine D. Wilnstrom, Obsteri Williams. Edisi ke.-23. Jakarta: EGC; 2010.
4. Taufan N. Obstetri dan ginekologi. Edisi ke-1, Yogyakarta: Nuha Medika; 2012
7. Maida P. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perdarahan pasca-persalinan
dan upaya penurunannya di wilayah kerja puskesmas Kota Medan tahun 2005. Jurnal
Ilmiah PANMED. 2006;1(1):29-37.
8. Friyandini F, Lestari Y, Utama BI. 2015. Hubungan Kejadian Perdarahan Postpartum
dengan Faktor Risiko Karakteristik Ibu di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada Januari 2012 April 2013. Jurnal Kesehatan Andalas. 2015;4(3)
Perdarahan post partum merupakan salah satu masalah penting karena berhubungan
dengan kesehatan ibu yang dapat menyebabkan kematian. Walaupun angka kematian
maternal telah menurun dengan adanya pemeriksaan dan perawatan kehamilan, persalinan
di rumah sakit serta adanya fasilitas transfusi darah, namun perdarahan masih tetap
merupakan faktor utama dalam kematian ibu. Kematian ibu hamil dapat diklasifikasikan
menurut penyebab mediknya sebagai obstetrik langsung dan tidak langsung. Menurut
laporan WHO (2008) bahwa kematian ibu di dunia disebabkan oleh perdarahan sebesar
25%, penyebab tidak langsung 20%, infeksi 15%, aborsi yang tidak aman 13%, eklampsia
12%, penyulit persalinan 8% dan penyebab lain 7%. Berdasarkan penelitian yang
dilakukaan shane di RSUD Dr.Pirngadi medan tahun 2007- 2009 dapat diketahui bahwa
penyebab utama perdarahan post partum adalah retensio placenta yaitu sebesar 53,7%
diikuti laserasi jalan lahir sebesar 29,3%, atona uteri 14,6 % dan inversio uteri sebesar
2,4%. Begitu pula penelitian yang dilakukan ajenifuji (2010) di Obufeni Awolowo University
Nigeria, bahwa penyebab utama perdarahan post partum primer adalah retensio placenta
(71,05%). Tingginya kematian ibu disebabkan oleh pendarahan dalam 24 jam setelah
melahirkan, sebagian besar karena terlalu banyak mengeluarkan darah. Seorang
perempuan yang bertahan hidup setelah mengalami pendarahan pasca persalinan, akan

mengalami anemia berat dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan
(Profil Kesehatan Indonesia, 2008). Penyebab AKI yaitu perdarahan 64,11%, preeklampsiaeklampsia 15,38%, infeksi 3,85% dan lain-lain 16,66%. Sedangkan pada tahun 2008
meningkat berkisar (119/100.000) ibu meninggal disebabkan oleh perdarahan 73 orang
(61,3%) infeksi 4 orang (3%) preeklampsia 21 orang (17,6%).
Dina D, Seweng A, Nyorong M. 2013. Faktor Determinan Kejadian Perdarahan Post Partum di
RSUD Majene Kabupatem Majene.
Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan
infeksi (11%). Perdarahan postpartum merupakan penyebab tersering dari keseluruhan
kematian akibat perdarahan obstetrik. Paritas merupakan salah satu faktor risiko untuk
terjadinya perdarahan postpartum.
Derajat kesehatan masyarakat dapat dinilai dengan menggunakan beberapa indikator.
Indikator-indikator tersebut pada umumnya tercermin dari kondisi mortalitas, morbiditas, dan
status gizi. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia digambarkan salah satunya melalui
Angka Kematian Ibu (AKI).1 Perdarahan postpartum merupakan penyebab tersering dari
keseluruhan kematian akibat perdarahan obstetrik.6 Perdarahan postpartum adalah perdarahan
yang terjadi setelah partus (melahirkan), perdarahan yang melebihi 500 ml setelah persalinan
per vaginam dan melebihi 1000 ml pada seksio sesarea, atau perdarahan yang lebih dari
normal dan telah menyebabkan perubahan tanda vital (pasien mengeluh lemah, limbung,
berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, sistolik <90 mmHg, nadi>100x/menit, kadar Hb<8 g
%).6-9 Perdarahan postpartum diklasifikasikan berdasarkan waktu terjadinya yaitu perdarahan
postpartum primer perdarahan apabila terjadi dalam waktu 24 jam setelah persalinan dan
perdarahan postpartum sekunder apabila terjadi dalam waktu lebih dari 24 jam setelah
persalinan.10,11 Banyak faktor yang mempunyai arti penting dalam menimbulkan perdarahan
postpartum, paritas merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya perdarahan postpartum.
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar
rahim/umur kehamilan 28 minggu. Wanita dengan paritas tinggi beresiko mengalami atonia
uteri, yang apabila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan perdarahan postpartum.6
Penelitian tentang hubungan paritas dengan perdarahan postpartum primer dilakukan oleh
Milaraswati tahun 2008 di Kediri dengan hasil terdapat hubungan yang signifikan antara paritas
dengan perdarahan postpartum primer.13

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil kesehatan Indonesia 2010. Jakarta:


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2011.
6. Cunningham

FG.

Obstetri

Williams.

Edisi

ke-21.

Jakarta: EGC; 2005.


7. Dorland WA, Newman. Kamus kedokteran Dorland. Edisi ke-29. Jakarta: EGC; 2002.
8. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2008.
9. Saifuddin AB. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Edisi
ke-1. Jakarta: Yayasan BINA Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002.
10. Llewellyn J. Dasar-dasar obstetri & ginekologi. Edisi ke-6. Jakarta: Hipokrates; 2001.
11. Coker A, Oliver R. Definition and classifications. Dalam: Lynch B, Christopher, Louis G,
Keith. Andre B. Lalonde, Mahantesh K, editor (penyunting). A textbook Of Postpartum
Hemorrhage. UK; 2006. hlm. 11-2.
13. Milaraswati D. Hubungan antara paritas dengan kejadian perdarahan postpartum primer
di kamar bersalin RSUD Gambiran Kota Kediri periode 1 Januari - 31 Desember 2007.
Malang: Karya Tulis ilmiah Politeknik Kesehatan Depkes Malang; 2008.
Eriza N, Defrin, Lestari Y. Hubungan Perdarahan Postpartum dengan Paritas di RSUP Dr. M.
Djamil Periode 1 Januari 2010 - 31 Desember 2012. Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(3)

S: pasien mengatakan nyeri perut


O: GCS 456 akral hangat O2 NRBM 10 lpm, nyeri (+) cairan infus RL 20tpm produksi urin (+)
monitor EKG
A: Nyeri
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
P: Observasi

Anda mungkin juga menyukai