Hidropneumothorax : Tampak gambaran lusensi dan clear space pada hemithorax kiri disertai
gambaran visceral pleural line disertai juga air fluid level yang
mengaburkan batas jantung kiri dengan kolaps paru kiri
Tension pneumothorax : Tampak gambaran lusensi dan clear space pada hemithorax kiri disertai
gambaran visceral pleural line disertai dengan pelebaran intercostal
space, pendesakan paru ke kanan, trachea deviasi ke kanan, kolaps paru
kiri dan hemidiafragma kiri flattening
Nodul Metastasis paru : Tampak nodul multipel dengan ukuran bervariasi memenuhi lapangan
paru kanan dan kiri
TB Moderate lesion : Tampak fibroinfiltrat pada apex paru kanan, kiri, dan lapang tengah paru
kiri. DD/Pneumonia
TB Millier : tampak infiltrat millier pada lapang atas tengah bawah paru kiri. DD/
Metastasis paru
Abses paru : tampak kavitas dinding tebal dengan air fluid level di dalamnya pada
lapang tengah bawah paru kanan
Pancoast tumor : tampak opasitas batas tegas pada apex paru kanan yang membentuk
sudut lancip pada mediastinum. Tampak desktruksi pada costa 1 kanan.
Cavitas dengan Fungus ball : tampak kavitas dinding tebal pada lapang atas tengah paru kanan
dengan opasitas di dalamnya yang membentuk gambaran air cresent sign
Tumor mediastinum : tampak opasitas batas tegas membentuk sudut tumpul terhadap
mediastinum superior. Trakea deviasi ke kiri dan menyempit.
: tampak opasitas batas tegas pada lapang atas tengah paru kanan
disertai dengan gambaran Golden S Sign / Reverse S Sign disertai dengan
penyempitan ICS sekitar.
Kesimpulan:
- BOF dalam batas normal
Foto Thoracoabdominal AP
Kesimpulan:
Pneumonia
suspek NEC
Atresia duodenum : tampak dilatasi gaster dan duodenum membentuk gambaran double
bubble sign. Tidak ada udara gambaran pada distal
Pyloric stenosis : tampak gambaran dilatasi gaster membentuk gambaran single bubble
sign
Ileus obstruktif : tampak peningkatan distribusi udara usus pada small intestine,
membentuk gambaran herringbone dan step ladder sign pendek
Pneumoperitonium football sign : tampak lusensi udara bebas ekstralumen pada kavum abdomen yang
membentuk gambaran football sign
Alignment : Normal
Bone : Trabekulasi porotik. Tampak osteofit pada condylus lateral dan medial
os tibia dan os femur D/S, imminentia intercondyloidea lateral dan
medial os tibia D/S, margo superoposterior dan inferoposterior os
patella D/S
Celah sendi : Tidak menyempit
Soft tissue : Normal
Kesimpulan:
- OA genu grade II bilateral
• Bone : terdapat lesi litik berstruktur permeatif pada 1/3 proximal os humerus kiri melibatkan
epimetadiafisis, dengan zona transisi luas, periosteal reaction sunburst appearance dan gambaran
segitiga codman dengan matrix osteoid.
Kesimpulan :
• Malignant primary bone tumor pada 1/3 proksimal os humerus sinistra suspek osteosarcoma
• Bone : terdapat garis fraktur transversal pada 1/3 distal os radius disertai adanya displacement
• Soft tissue : Tampak soft tissue edema pada bagian distal radius
Kesimpulan:
- Fraktur os patela kanan
- OA genu grade II bilateral
- Entesopati tendon quadriceps kanan kiri, dan tendon patelar kiri
Kesimpulan
Foto skull dalam normal
Sinusitis maxillaris akut : tampak air fluid level pada sinus maksilaris dextra/sinistra
Kesimpulan
Mastoiditis kronis bilateral
Alignment : Normal
Trabeculasi : Normal
Curve : Normal
Corpus : Normal
Intervertebral space : Normal
Proc. transversus/ : Normal
spinosus
pedikel : Intak
Soft tissue : Normal
Kesimpulan:
Foto thoracolumbal dalam batas normal
Alignment : Normal
Bone : Normal
Celah sendi : Normal
Soft tissue : Normal
Kesimpulan:
shoulder kiri dalam batas normal
Osteosarcoma
Osteochondroma
Ewing’s Sarcoma
HSG
Tampak kontras water soluble memenuhi cervix uteri, cavum uteri dan tuba fallopi kiri kanan
Tuba Fallopi : Dinding tuba reguler, tidak ada filling defect, maupun additional shadow
Uterus : Dinding cavum uteri reguler, tidak ada filling defect, maupun additional shadow
Cervix : Normal
IVP
Fase nephrogram : Fase nephrogram normal, ukuran, bentuk, dan posisi kedua ginjal normal
Fase Pyelogram : Sekresi kedua ginjal normal dan sistem pelvicalyceal kedua ginjal normal
fase Drainage: Ureter : Bentuk ukuran normal, dinding reguler, filling defect -, add shadow -
Versika Urinaria : Bentuk ukuran normal, dinding reguler, filling defect -, add shad -
Fase Post Miksi : Tidak tampak kontras masih mengisi vesica urinaria
1. Persiapan Pasien
1. Pasien makan bubur kecap saja sejak 2 hari (48 jam) sebelum pemeriksaan BNO-IVP
dilakukan.
2. Pasien tidak boleh minum susu, makan telur serta sayur-sayuran yang berserat.
3. Jam 20.00 pasien minum garam inggris (magnesium sulfat), dicampur 1 gelas air matang
untuk urus-urus, disertai minum air putih 1-2 gelas, terus puasa.
4. Selama puasa pasien dianjurkan untuk tidak merokok dan banyak bicara guna meminimalisir
udara dalam usus.
5. Jam 08.00 pasien datang ke unit radiologi untuk dilakukan pemeriksaan, dan sebelum
pemeriksaan dimulai pasien diminta buang air kecil untuk mengosongkan blass.
6. Yang terakhir adalah penjelasan kepada keluarga pasien mengenai prosedur yang akan
dilakukan dan penandatanganan informed consent.
2. Persiapan Media Kontras
o Media kontras yang digunakan adalah yang berbahan iodium, dimana jumlahnya disesuaikan
dengan berat badan pasien, yakni 1-2 cc/kg berat badan.
1. Penderita sejak hari pertama menstruasi yang terakhir sampai hari kesepuluh tidak diperkenankan melakukan
persetubuhan (koitus) terlebih dahulu.
2. Pada pemeriksaan sebaiknya rektum dalam keadaan kosong, hal ini dapat dilakukan dengan memberi penderita
tablet dulcolak suposutoria beberapa jam sebelum pemeriksaan atau sebelum lavemen.
3. Untuk mengurangi ketegangan dan rasa sakit, atas perintah dokter penderita dapat diberi obat penenang, dan anti
spasmodik.
4. Sebelum pemeriksaan yang dilakukan penderita untuk buang air kecil terlebih dahulu untuk menghindari agar
penderita tidak buang air selama jalannya pemeriksaan sehingga pemeriksaan tidak terganggu dan berjalan
lancar.
5. Berikan penjelasan pada pasien maksud dan tujuan pemeriksaan yang akan dilakukan, serta jalannya
pemeriksaan agar pasien merasa aman dan tenang sehingga dapat diajak kerjasama demi kelancaran
pemeriksaan.
3. Pemasukan Media Kontras
Pemasukan media kontras bisa dilakukan dengan dua cara yaitu dengan HSG Set dan dengan Katerer. Media
kontras yang dipakai adalah media kontras positif jenis Iodium water soluble yang sering digunakan adalah
Urografin 60%, Urografin 76 %.
Setelah pasien diposisikan lithotomi, daerah vagina diberikan menggunakan desinfektan, diberi juga obat
antiseptik daerah cervix.
Spekulum digunakan untuk membuka vagina dan memudahkan HSG Set masuk kemudian bagian dalam vagina
dibersihkan dengan betadin, kemudian sonde uteri dimasukan untuk mengukur kedalaman serta arah uteri.
Siapkan HSG set yang telah dimasuki media kontras, sebelum dimasukkan terlebih dahulu semprotkan media
kontras sampai keluar dari ujung HSG set..
Dengan bantuan long forcep, HSG set dimasukan perlahan ke ostium uteri externa.
Pasien diposisikan ditengah meja pemeriksan dan mulai disuntikan media kontras jumlahnya sekitar 6 ml atau
lebih
Media kontras akan mengisi uterus dan tuba fallopii, atur proyeksi yang akan dilakukan serta ambil
radiografinya
Setelah semua proyeksi dilakukan kemudian daerah vagina dibersihkan.
2. Pemasukan media kontras menggunakan Kateter
Setelah pasien diposisikan lithotomi, daerah vagina diberikan menggunakan desinfektan, diberi juga obat
antiseptik daerah cervix.
Spekulum digunakan untuk membuka vagina dan memudahkan kateter masuk kemudian bagian dalam vagina
dibersihkan dengan betadin, kemudian sonde uteri dimasukan untuk mengukur kedalaman serta arah uteri.
Spuit yang telah terisi media kontras dipasang pada salah satu ujung kateter, sebelumnya kateter diisi terlebih
dahulu dengan media kontras sampai lumen kateter penuh.
Dengan bantuan long forcep, kateter dimasukan perlahan ke ostium uteri externa
Balon kateter diisi dengan air steril kira-kira 3 ml sampai balon mengembang diantara ostium interna & externa,
balon ini harus terkait erat pd canalis servicalis, kemudian spekulum dilepas.
Pasien diposisikan ditengah meja pemeriksan dan mulai disuntikan media kontras jumlahnya sekitar 6 ml atau
lebih
Media kontras akan mengisi uterus dan tuba fallopii, atur proyeksi yang akan dilakukan serta ambil
radiografinya
Balon dikempeskan dan kateter dapat ditarik secara perlahan
Setelah semua proyeksi dilakukan kemudian daerah vagina dibersihkan.
E. Teknik Pemeriksaan
1. Hal pertama yaitu mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan pada pemeriksaan arteriografi karotis,
termasuk pesawat C-arm dan komponen penunjang lainnya yang sudah terkalibrasi.
2. Pasien diberikan penjelasan singkat mengenai prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan, baik sebelum dan
sesudah pemeriksaan.
3. Setelah masuk ke dalam ruang pemeriksaan, sebelum dilakukkannya pemeriksaan terlebih dahulu pasien
mengganti pakaiannya dengan baju pasien yang telah disiapkan.
4. Pastikan keadaan pasien dalam kondisi yang mendukung jalannya pemeriksaan, dengan melihat hasil cek
laboratorium dan perisapan-persiapan lain yang telah dilakukan pasien.
5. Pemeriksaan dimulai dengan memposisikan pasien supine di atas meja pemeriksaan yang sudah diberi alas agar
kontras media yang mungkin tumpah tidak mengotori meja pemeriksaan.
6. Pasien dipasang alat pemantau monitor berupa sensis dialog dan sensis live yang berisikan pemantauan detak
jantung (artrit), saturasi oksigen, tensi darah, EKG, dan terdapat juga registrasi pasien.
7. Setelah itu dokter mencari pembuluh arteri yang besar untuk insisi, pada kasus pemeriksaan ini dilakukan insisi
pada arteri femoralis.
8. Ketika ditemukan lokasi pembuluh darah arteri yang akan dilakukan insisi, dilakukan desinfektan dengan
betadine atau larutan desinfektan lainnya pada daerah tersebut.
9. Setelah dilakukan desinfektan, lokasi pembuluh darah arteri tersebut di anastesi lokal menggunakan lidocaine
sebanyak ± 5 ampul yang gunanya untuk memberikan kekebalan pada daerah insisi yang akan dimasukkan set
introducer, kateter, dan guide wire.
10. Setelah dianastesi lokal, dilakukan insisi dan set introducer dimasukkan ke dalam pembuluh darah arteri
femoralis menggunakan jarum sheldinger. Fungsi dari set introducer ini yaitu untuk akses keluar masuk guide
wire dan kateter sehingga permukaan kulit tidak iritasi serta untuk pemasukan media kontras kedalam kateter
yang akan memvisualisasikan hasil gambaran arteriografi karotis.
11. Kateter vertebralis dimasukkan bersamaan dengan guide wire ke dalam set introducer menuju pembuluh darah
arteri karotis. Fungsi dari kateter yaitu sebagai tempat untuk jalannya media kontras sedangkan guide wire
berfungsi untuk mengarahkan/pemandu jalannya kateter ke pembuluh darah arteri yang dituju, dalam hal ini
arteri karotis.
12. Ketika kateter sudah masuk ke dalam pembuluh darah arteri yang diinginkan, lalu guide wire dilepas atau
dikeluarkan dari kateter dan kemudian media kontras dimasukkan dan tampak media kontras mengisi pembuluh
darah disekitar arteri karotis.
13. Ketika kontras mengisi area arteri karotis, maka akan diambil pengambilan foto yang pertama dengan media
kontras. Foto pertama tersebut akan dijadikan Patokan untuk menuju arteri yang lainnya pada daerah arteri
karotis dengan istilah “Rot Map” . Root Map ini berfungsi apabila terjadi reposisi pada kateter maka rot map ini
akan membantu untuk membetulkan letak dari kateter. Tentunya guide wire yang sudah dilepas tadi dimasukkan
kembali untuk membantu jalannya kateter dalam mencari arteri yang dimaksud.
14. Apabila media kontras sudah mengisi arteri karotis yang diinginkan maka dilakukan pengambilan gambar
dengan sistem kamera dan sistem storage berupa hardisk yang memungkinkan gambar dapat ditampilkan
kembali.
15. Setelah gambar yang ditampilkan baik dan dapat memperlihatkan pembuluh darah arteri karotis dengan tegas,
maka kateter dan set introducer dicabut.
16. Daerah bekas insisi dijahit kembali setelah itu diberikan betadine menggunakan kassa steril dan ditutup dengan
kapas dan dikompresi agar darah tidak keluar setelah pemeriksaan paling lama 4 jam setelah pemeriksaan
dilakukan.
17.Dilakukan pencetakan gambaran arteriografi dengan sistem film format untuk mencetak gambaran radiografi
pada film lasser imaging, yang diproses secara dry processing.