Anda di halaman 1dari 2

BAB III

KESIMPULAN
1. HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian
menimbulkan AIDS. Virus ini menyerang organ-organ vital sistem kekebalan tubuh manusia,
seperti sel T4 CD4+ makrofag, dan sel dendritik. HIV merusak sel T4 CD4+ secara
langsung dan tidak langsung, sel T4 CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat
berfungsi baik.4 HIV adalah retrovirus, anggota genus Lentivirus, famili retroviridae. Virus
mengandung tiga gen yang dibutuhkan untuk replikasi retrovirus gag, pol, dan env.8
2. AIDS dapat diartikan sebagai kumpulan tanda dan gejala penyakit akibat hilangnya atau
menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang. AIDS merupakan suatu sindroma yang
amat serius, dan ditandai oleh adanya kerusakan sistem kekebalan tubuh, akibat infeksi
oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi
HIV.4
3. Patogenesis terjadinya infeksi HIV:
Terjadi perlekatan antara molekul glikoprotein virus HIV (molekul gp120) dengan reseptor
sel limfosit T- CD4 (CCR5 atau CXCR4). Setelah penempelan virus pada limfosit T, terjadi
diskontinuitas membran sel limfosit, sehingga virus masuk ke dalam sitoplasma sel limfosit,
kecuali selubungnya. Setelah itu terjadi penyatuan pori yang dimediasi oleh gp41.10
Kemudian RNA virus mengalami transkripsi menjadi seuntai DNA oleh enzim reverse
transcriptase. Seuntai DNA yang terbentuk, mengalami polimerisasi menjadi dua untai DNA
dengan bantuan enzim polimerase. DNA yang terbentuk ini kemudian pindah dari
sitoplasma ke dalam inti sel limfosit T dan menyisip ke DNA sel pejamu dengan bantuan
enzim integrase, dan disebut sebagai provirus. Provirus ini tinggal dan hidup dalam
keadaan laten atau replikasi yang sangat lambat di dalam sel pejamu.11
4. Gejala Spesifik Infeksi HIV :
1. Gangguan tumbuh kembang dan fungsi intelek
2. Gangguan pertumbuhan otak
3. Defisit motoris yang progresif yang ditandai 2 atau lebih gejala berikut; paresis, tonus
otot yang abnormal,reflex patologis, ataksi atau gangguan melangkah
4. Lymphoid interstitial pneumonitis (LIP)
5. Infeksi sekunder yang terdiri dari:
a. Infeksi oportunisitik seperti pneumonia oleh Pneumocystis carinii, kadidiasis, infeksi
Cryptococcus, infeksi mikobakteria yang atipik.

b. Infeksi sekunder oleh Streptococcus pneumonia, H. Influenza, Neisseria meningitidis,


Salmonella enteridis yang menimbulkan sepsis, meningitis, pneumonia dan abses organ
interna.
c. Infeksi virus yang berat dan berulang, stomatitis herpes yang kronik dan berulang,
herpes zoster multidermatomal atau luas.
6. Keganasan sekunder seperti limfoma susunan saraf pusat, Hodgkins B cell dan non
Hodgkins lymphoma, sarKoma Kaposi
7. Penyakit lain seperti kardiomiopati dengan gagal jantung atau aritmia, kelainan
hematologic (anemia dan trombositopenia), glomerulonefropati, kelainan kulit seperti eksim
yang berat dan berjalan lama.11
4. Penegakan diagnosis Infeksi HIV pada Anak <18 bulan adalah dengan uji virologi (PCR),
sedangkan pada anak >18 bulan adalah dengan tes serologi (ELISA). Apabila tidak
tersedia uji virologi (PCR), maka untuk penegakkan diagnosa pada anak <18bulan adalah
dengan menggunakan kriteria presumtif.
5. Penatalaksanaan terapi untuk HIV pada anak yaitu, lini pertama yang direkomendasikan

adalah 2 Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI) + 1 Non nucleoside reverse


transcriptase inhibitor (NNRTI). Langkah pertama yaitu memilih 3TC sebagai NRTI
pertama, lalu pilih NRTI kedua (zidovudin, stavudin, tenofovir) untuk kombinasi dan langkah
terakhir adalah memilih 1 NNRTI (nevirapin, efavirenz) dengan mempertimbangkan
keuntungan dan kerugian dari masing- masing obat.21

Anda mungkin juga menyukai