NIM
: 1407120869
KELAS
:B
JURUSAN
: TEKNIK LINGKUNGAN
MATA KULIAH
A. Identifikasi Permasalahan
Meningkatnya erosi yang berada di daerah hulu karena menurunnya fungsi
penahan air akibat perubahan tata guna lahan kawasan lindung menjadi
kawasan terbangun, penebangan hutan di daerah lereng terjal yang tidak
diikuti penanaman kembali serta kegiatan penambangan pasir yang tidak
memperhatikan kondisi lingkungan. Erosi tersebut membawa materialmaterial tanah yang mengakibatkan sedimentasi di saluran sungai. Ketika
hujan turun di daerah hulu dengan debit yang tidak biasa (tinggi) akan
mengakibatkan terjadinya bencana di hulu (erosi) dan banjir kiriman untuk
daerah yang berada di bawahnya (tengah-hilir). Ditambah dengan
pembangunan dan pengelolaan daerah aliran sungai bagian tengah yang
tak terkendali dan kerusakan hutan bakau di daerah hilir menjadikan
kondisi DAS Bengawan Solo harus segera dikelolan dengan baik agar
tidak menimbulkan permasalahan yang lebih besar pada masa depan.
berikut visualisasi kondisi pemanfaatan daerah bagian hulu-tengah-hilir yang
kurang memperhatikan aspek lingkungan hidup sehingga menimbulkan
bencana erosi di hulu, banjir di daerah tengah dan hilir serta kerusakan
lingkungan yang parah akibat terjadinya bencana tersebut
2.
3.
4.
Hulu
Didaerah hulu dilakukan1.
penghijauan untuk
pengendalian erosi dan
penurunan
koefisienrun
off.
Erosi
tebing-tebing
sungai harus ditangani2.
dengan
teknologi EcoEngineering dengan
menggunakan
vegetasi
setempat.
3.
Konservasi hutan untuk
meningkatkan retensi dan
tangkapan di hulu.
Melakukan
pembangunanbudidaya
DAS dengan penghijauan,
terasiring, sumur resapan,
waduk atau situ.
4.
Tengah
Memfungsikan
daerah
1.
genangan
atau polder
alamiah di
sepanjang
sempadan sungai dari hulu
sampai
hilir
untuk
menampung air.
2.
Pengembangan sistem
polderuntuk
melindungi
suatu kawasan tertutup
dari genangan.
Selanjutnya reboisasi jug
a mengarah ke DAS
3.
bagian tengah dan hilir.
Secara
selektif
membangun
atau
mengaktifkan situ atau
embung alamiah di DAS
4.
yang bersangkutan
Untuk pengendalian land
Hilir
Pembuatan
tanggul,
pengaturan drainase dan
perbaikan
sungai untuk
memperlancar pembuangan
air ke laut
Pengembangan sistem
polderuntuk
melindungi
suatu kawasan tertutup dari
genangan
akibat
rob
maupun air kiriman dari
hulu atau daerah sekitarnya
Pembuatan tanggul
pantaidengan memanfaatkan
jalan lintas utara yang akan
mampu mahan rob ke arah
daratan.
Pembudidayaan
hutan
bakau.
5.
6.
7.
8.
9.
subsidence selain
dilakukan
permbatasan
pemompaan air tanah, juga
dilakukan recharge air
tanah.
Pengembangan river
front citysebagai upaya
pengelolaan air tawar.
Penataan
tataguna
lahan yang meminimalisir
limpasan langsung dan
mempertinggi retensi dan
konservasi air di DAS.
Sungai
yang
bermeander justru
dipertahankan
sehingga
dapat
menyumbang
retensi, mengurangi erosi
dan
meningkatkan
konservasi.
Komponen
retensi
alamiah di wilayah sungai
di sepanjang sempadan
sungai dan badan sungai
justru
ditingkatkan,
dengan cara menanami
ataumerenaturalisasi kemb
ali sempadan sungai yang
telah rusak (greenbelt)
Revitalisasi fungsi
bantaran sungai.
2. Implementasi Program
Implementasi Spasial
Setelah alternatif penanganan dan pengelolaan DAS teridentifikasi
maka dapat dilakukan pemilihan alternatif untuk dijadikan sebagai
strategi prioritas. Dengan melihat kondisi sosial budaya serta ekonomi
di daerah-daerah yang dilewati DAS yang sama (mulai hulu hingga
hilir). Maka diperoleh tabel analisis sebagai berikut dan alternatif
strategi yang dapat diambil :
Kawasa
n
Hulu
2.
Tengah
3.
Hilir
Wilayah Administrasi
Alternatif Strategi
1.
Instansi yang terlibat dalam perencanaan dan pengelolaan DAS Nasional antara
lain :
Tabel 3. Kelembagaan dalam Perencanaan dan Pengelolaan DAS
Kegiatan
Instansi
Bappeda Propinsi, BPDAS SOP, Dinas
Pertanian Propinsi, Dinas Kehutanan
Perencanaan
Propinsi, Dinas Pengelolaan Sumberdaya Air,
Perum Perhutani
Dinas Kehutanan Propinsi, Dinas Pertanian
Propinsi, Dinas Pertambangan dan Energi,
Pelaksanaan
Perum Perhutani, Dinas Pengelolaan
Sumberdaya Air
Monev
BAPENAS, BPDAS SOP, Bappeda Propinsi,
(Monitoring dan
Bapedalda Propinsi, Balai Pengelolaan
Evaluasi)
Sumberdaya Air
Koordinasi dalam penyelenggaraan perencanaan dan pengelolaan DAS antar
kabupaten maupun intern kabupaten merupakan masalah penting di era
otonomi daerah, karena penyelenggaraan perencanaan dan pengelolaan DAS
tidak hanya berdampak pada wilayah kabupaten yang bersangkutan akan
tetapi juga berdampak pada wilayah kabupaten lainnya dalam lingkup satuan
DAS. Sehingga diharapkan instansi-instansi tersebut dapat melakukan
kerjasama dalam satu wadah koordinasi.
Sedangkan bentuk lembaga pengelola DAS dalam arti mempunyai tugas
operasional dapat dipilih dari tiga bentuk lembaga sebagai berikut:
1. Badan Koordinasi
Sebagai koordinator adalah instansi yang berwenang mengkoordinasikan
penyelenggaraan pengelolaan DAS. Pelaksana operasional dan pemeliharaan
dilaksanakan oleh instansi fungsional terkait.
2. Badan Otorita
Badan ini dibentuk oleh pemerintah sebagai pelaksana dengan tugas
mengurus dan mengusahakan pemberdayaan Daerah Aliran Sungai dengan
kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh Dewan Air (Komisi DAS).
3. Badan Usaha
Badan Usaha (dalam bentuk BUMN atau BUMD) dibentuk oleh pemerintah
atau Pemerintah Daerah yang ditugasi mengusahakan DAS sesuai dengan
kebijakan yang ditetapkan oleh Dewan Air (Komisi DAS).
4. Komisi DAS
Gubernur atau pejabat yang ditunjuk (sebagai Ketua), instansi yang
mengurusi bidangbidang pengairan, kehutanan, pertanian dan pengendalian
dampak lingkungan, instansi yang mengurusi perencanaan pembangunan
(sebagai sekretaris), dengan anggota: Bupati/Walikota terkait, wakil
pemanfaat (sesuai sektor masing-masing), pemuka masyarakat,
pakar/pemerhati (dari Perguruan Tinggi) dan Lembaga Swadaya Masyarakat
yang relevan di tingkat DAS yang bersangkutan.
D. Pendanaan
Dengan adanya otonomi daerah diharapkan tidak menjadikan tiap-tiap daerah
otonom menjadi bersifat desentralisasi dalam menangani permasalahan yang
berkaitan dengan wilayah otonom lain. Termasuk dalam hal pendanaan, yaitu
dihindari sikap mementingkan wilayah sendiri untuk mencapai pengelolaan DAS
yang terpadu. Berikut rincian sumber pendanaan di tiap wilayah DAS (hulutengah-hilir ):
Tabel 4. Pendanaan Pengelolaan DAS di Tiap Wilayah Fungsional DAS
No
Wilayah DAS
Sumber Pendanaan
1.
Hulu
APBD + Pusat
2.
Tengah
APBD + Pusat
3.
Hilir
APBD + Pusat
Anggaran yang diambil untuk pengelolaan DAS terpadu berasal dari anggaran
daerah (APBD) tiap darah pengelola dari hulu hingga hilir ditambah dana dari
pusat. Sebab pengelolaan penggalan dari satu kesatuan DAS merupakan
kebutuhan daerah dalam rangka mengelola daerah otonomnya sehingga sumber
pendanaan menjadi tanggung jawab daerah dimana beban dana disesuaikan
dengan kebutuhan pengelolaan DAS yang melewati daerah tersebut. Sementara
pemerintah pusat juga menjadi sumber pendanaan pengelolaan DAS sebab
pengelolaan DAS pada kasus ini adalah DAS dalam lingkup nasional karena
melintasi dua propinsi (Jawa Tengah-Jawa Timur) yang merupakan salah satu
proyek strategis pemerintah pusat.