Anda di halaman 1dari 10

NAMA

: SILVANY MUTIARA PRAJA

NIM

: 1407120869

KELAS

:B

JURUSAN

: TEKNIK LINGKUNGAN

MATA KULIAH

: PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

1. Konsep perencanaan one river, one plan, one management dengan


melibatkan semua stakeholder (banyak) pengguna dan pemakaian sumber
daya air (sungai) agar terpadu dan berkelanjutan. Jelaskan aktivitas di
Hulu, tengah, dan Hilir.
KONSEP ONE RIVER, ONE PLAN, ONE MANAGEMENT
Pengelolaan Drainase Kota Surakarta dan penggalan sub DAS Bengawan Solo
dimaksudkan sebagai upaya internal yang dapat dilakukan Kota Surakarta untuk
menangani banjir dan genangan yang beberapa waktu kemarin melanda Kota
Surakarta. Sementara penyelenggaraan dan pengelolaan drainase Kota Surakarta
merupakan bagian dari penyelenggaraan pengelolaan DAS Bengawan Solo HuluHilir. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengeloaan drainase dan sub DAS Bengawan
Solo di Kota Surakarta merupakan bagian dari upaya mendukung konsep
keterpaduan DAS One River One Management. Berikut adalah peta DAS di sekitar
wilayah Kota Surakarta yang menjadi ruang lingkup utama penanganan walaupun
dalam kenyataannya akan dibahas pula penanganan untuk seluruh daerah tengah
maupun daerah hilir. Karena penanganan daerah hulu dirasa paling penting karena
output dari daerah hulu akan mempengaruhi input bagi daerah tengah dan hilir.
Oleh karena itu dalam kajian ini penanganan di daerah hulu lebih ditekankan
selain penanganan bencana akibat kerusakan DAS maupun drainase perkotaan di
Kota Surakarta pada khususnya.

Dalam perenanaan dan pengelolaan DAS secara terpadu dibutuhkan suatu


tahapan-tahapan yang harus di lalui antara lain dapat dilihar dari bagan dibawah
ini:

A. Identifikasi Permasalahan
Meningkatnya erosi yang berada di daerah hulu karena menurunnya fungsi
penahan air akibat perubahan tata guna lahan kawasan lindung menjadi
kawasan terbangun, penebangan hutan di daerah lereng terjal yang tidak
diikuti penanaman kembali serta kegiatan penambangan pasir yang tidak
memperhatikan kondisi lingkungan. Erosi tersebut membawa materialmaterial tanah yang mengakibatkan sedimentasi di saluran sungai. Ketika
hujan turun di daerah hulu dengan debit yang tidak biasa (tinggi) akan
mengakibatkan terjadinya bencana di hulu (erosi) dan banjir kiriman untuk
daerah yang berada di bawahnya (tengah-hilir). Ditambah dengan
pembangunan dan pengelolaan daerah aliran sungai bagian tengah yang
tak terkendali dan kerusakan hutan bakau di daerah hilir menjadikan
kondisi DAS Bengawan Solo harus segera dikelolan dengan baik agar
tidak menimbulkan permasalahan yang lebih besar pada masa depan.
berikut visualisasi kondisi pemanfaatan daerah bagian hulu-tengah-hilir yang
kurang memperhatikan aspek lingkungan hidup sehingga menimbulkan
bencana erosi di hulu, banjir di daerah tengah dan hilir serta kerusakan
lingkungan yang parah akibat terjadinya bencana tersebut

Gambar 5. Pengelolaan DAS yang Salah di bagian Hulu-Tengah-Hilir


Sumber : Presentasi Kuliah Prasarana Wilayah Kota
B. Tujuan dan Sasaran
Tujuan dari pengelolaan DAS antara lain sebagai berikut :
a) Terjaganya integritas fungsi DAS
b) Meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang tinggal Di
dalamnya.
c) Mengkonservasi tanah pada lahan pertanian.
d) Memanen/menyimpan kelebihan air pada musim hujan dan
memanfaatkannya pada musim kemarau.
e) Memacu usaha tani berkelanjutan dan menstabilkan hasil panen
melalui perbaikan pengelolaan sistem pertanian.
f) Memperbaiki keseimbangan ekologi (hubungan tata air hulu
dengan hilir, kualitas air, kualitas dan kemampuan lahan, dan
keanekaragaman hayati).
g) DAS terpadu dalam bentuk kerangka kerja yang dapat
diimplementasikan dalam jangka waktu tertentu, baik yang bersifat
umum untuk seluruh DAS maupun yang bersifat khusus atas dasar
kelompok kriteria kekritisannya.
Adapun sasaran kajian ini adalah untuk :
a) Menganalisa DAS yang dalam kondisi kritis agar dapat dijadikan model
pengelolaannya secara terpadu.
b) Melakukan kaji ulang terhadap kebijakan pengelolaan DAS antara lain
dalam pengendalian bencana banjir dan kekeringan.

c) Menyusun kerangka kerja (frame work) untuk perumusan model


kebijakan.
d) Terciptanya kondisi hidrologis DAS yang optimal (hasil air yang memadahi,
terkendalinya erosi, sedimentasi dan kekeringan)
e) Meningkatnya produktifitas lahan.
f) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
g) Terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
C. Alternatif Kegiatan dan Implementasi Program
Alternatif Kegiatan
Alternarif kegiatan berisi mengenai berbagai strategi yang dapat
digunakan dalam penanganan dan pengelolaan DAS bagian hulutengah hilir yang memungkinkan untuk dilakukan. Namun, dalam
implementasi akan dipilih kembali alteratif yang akan digunakan
sebagai alternatif prioritas dalam penanganan dan pengelolaan DAS
yang disesuaikan dengan kondisi fisik lingkungan, sosial budaya serta
ekonomi daerah. Berikut beberapa alternatif strategi dalam
penenganan dan pengelolaan DAS kawasan:
Tabel 1. Tinjauan Berbagai Alternatif Penyelenggaraan Pengelolaan DAS
bagian Hulu-Tengah-Hilir
1.

2.

3.

4.

Hulu
Didaerah hulu dilakukan1.
penghijauan untuk
pengendalian erosi dan
penurunan
koefisienrun
off.
Erosi
tebing-tebing
sungai harus ditangani2.
dengan
teknologi EcoEngineering dengan
menggunakan
vegetasi
setempat.
3.
Konservasi hutan untuk
meningkatkan retensi dan
tangkapan di hulu.
Melakukan
pembangunanbudidaya
DAS dengan penghijauan,
terasiring, sumur resapan,
waduk atau situ.
4.

Tengah
Memfungsikan
daerah
1.
genangan
atau polder
alamiah di
sepanjang
sempadan sungai dari hulu
sampai
hilir
untuk
menampung air.
2.
Pengembangan sistem
polderuntuk
melindungi
suatu kawasan tertutup
dari genangan.
Selanjutnya reboisasi jug
a mengarah ke DAS
3.
bagian tengah dan hilir.
Secara
selektif
membangun
atau
mengaktifkan situ atau
embung alamiah di DAS
4.
yang bersangkutan
Untuk pengendalian land

Hilir
Pembuatan
tanggul,
pengaturan drainase dan
perbaikan
sungai untuk
memperlancar pembuangan
air ke laut
Pengembangan sistem
polderuntuk
melindungi
suatu kawasan tertutup dari
genangan
akibat
rob
maupun air kiriman dari
hulu atau daerah sekitarnya
Pembuatan tanggul
pantaidengan memanfaatkan
jalan lintas utara yang akan
mampu mahan rob ke arah
daratan.
Pembudidayaan
hutan
bakau.

5.

6.

7.

8.

9.

subsidence selain
dilakukan
permbatasan
pemompaan air tanah, juga
dilakukan recharge air
tanah.
Pengembangan river
front citysebagai upaya
pengelolaan air tawar.
Penataan
tataguna
lahan yang meminimalisir
limpasan langsung dan
mempertinggi retensi dan
konservasi air di DAS.
Sungai
yang
bermeander justru
dipertahankan
sehingga
dapat
menyumbang
retensi, mengurangi erosi
dan
meningkatkan
konservasi.
Komponen
retensi
alamiah di wilayah sungai
di sepanjang sempadan
sungai dan badan sungai
justru
ditingkatkan,
dengan cara menanami
ataumerenaturalisasi kemb
ali sempadan sungai yang
telah rusak (greenbelt)
Revitalisasi fungsi
bantaran sungai.

2. Implementasi Program
Implementasi Spasial
Setelah alternatif penanganan dan pengelolaan DAS teridentifikasi
maka dapat dilakukan pemilihan alternatif untuk dijadikan sebagai
strategi prioritas. Dengan melihat kondisi sosial budaya serta ekonomi
di daerah-daerah yang dilewati DAS yang sama (mulai hulu hingga
hilir). Maka diperoleh tabel analisis sebagai berikut dan alternatif
strategi yang dapat diambil :

Tabel 2. Alternatif Prioritas Penanganan dan Pengelolaan DAS


Di Daerah Hulu-Tengah-Hilir
N
o
1.

Kawasa
n
Hulu

2.

Tengah

3.

Hilir

Wilayah Administrasi

Alternatif Strategi

1.

Didaerah hulu dilakukan penghijauan


Wonogiri, Boyolali.
untuk pengendalian erosi dan penurunan
koefisien run off .
Surakarta,Karanganyar,1. Pengembangan sistem polder untuk
Sragen, Klaten, Blora, melindungi suatu kawasan tertutup dari
Rembang, Ngawi,
genangan.
Magetan, Ponorogo, 2. Merevitalisasi fungsi bantaran sungai.
Madiun, Pacitan, 3. Melakukan Greenbelt di
sepanjang
Bojonegoro, Tuban, bantaran sungai.
Lamongan
1. Pembuatan tanggul, pengaturan drainase
dan perbaikan sungai untuk memperlancar
Gresik, Surabaya.
pembuangan air ke laut.
2. Pembudidayaan hutan bakau.

Identifikasi Instansi Yang Terlibat (Kerangka kelembagaan dalam


pengelolaan sumber daya air).
secara ringkas dapat disimpulkan peranan dari masing-masing stakeholders
seperti pada Tabel :

Tabel diatas memberikan gambaran atau dasar pertimbangan mengenai


stakeholders mana saja yang perlu dilibatkan peranannya di dalam
setiap perencanaan, pelaksanaan dan atau monev pengelolaan DAS,
sesuai ruang lingkupnya. Beberapa stakeholders berperan sebagai
pelaksana langsung sesuai kewenangannya atau hanya sebagai
fasilitator dan atau nara sumber untuk menilai kinerja atau kelayakan
suatu program yang akan dan telah diimplementasikan.

Instansi yang terlibat dalam perencanaan dan pengelolaan DAS Nasional antara
lain :
Tabel 3. Kelembagaan dalam Perencanaan dan Pengelolaan DAS
Kegiatan
Instansi
Bappeda Propinsi, BPDAS SOP, Dinas
Pertanian Propinsi, Dinas Kehutanan
Perencanaan
Propinsi, Dinas Pengelolaan Sumberdaya Air,
Perum Perhutani
Dinas Kehutanan Propinsi, Dinas Pertanian
Propinsi, Dinas Pertambangan dan Energi,
Pelaksanaan
Perum Perhutani, Dinas Pengelolaan
Sumberdaya Air
Monev
BAPENAS, BPDAS SOP, Bappeda Propinsi,
(Monitoring dan
Bapedalda Propinsi, Balai Pengelolaan
Evaluasi)
Sumberdaya Air
Koordinasi dalam penyelenggaraan perencanaan dan pengelolaan DAS antar
kabupaten maupun intern kabupaten merupakan masalah penting di era
otonomi daerah, karena penyelenggaraan perencanaan dan pengelolaan DAS
tidak hanya berdampak pada wilayah kabupaten yang bersangkutan akan
tetapi juga berdampak pada wilayah kabupaten lainnya dalam lingkup satuan
DAS. Sehingga diharapkan instansi-instansi tersebut dapat melakukan
kerjasama dalam satu wadah koordinasi.
Sedangkan bentuk lembaga pengelola DAS dalam arti mempunyai tugas
operasional dapat dipilih dari tiga bentuk lembaga sebagai berikut:
1. Badan Koordinasi
Sebagai koordinator adalah instansi yang berwenang mengkoordinasikan
penyelenggaraan pengelolaan DAS. Pelaksana operasional dan pemeliharaan
dilaksanakan oleh instansi fungsional terkait.
2. Badan Otorita
Badan ini dibentuk oleh pemerintah sebagai pelaksana dengan tugas
mengurus dan mengusahakan pemberdayaan Daerah Aliran Sungai dengan
kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh Dewan Air (Komisi DAS).

3. Badan Usaha
Badan Usaha (dalam bentuk BUMN atau BUMD) dibentuk oleh pemerintah
atau Pemerintah Daerah yang ditugasi mengusahakan DAS sesuai dengan
kebijakan yang ditetapkan oleh Dewan Air (Komisi DAS).
4. Komisi DAS
Gubernur atau pejabat yang ditunjuk (sebagai Ketua), instansi yang
mengurusi bidangbidang pengairan, kehutanan, pertanian dan pengendalian
dampak lingkungan, instansi yang mengurusi perencanaan pembangunan
(sebagai sekretaris), dengan anggota: Bupati/Walikota terkait, wakil
pemanfaat (sesuai sektor masing-masing), pemuka masyarakat,
pakar/pemerhati (dari Perguruan Tinggi) dan Lembaga Swadaya Masyarakat
yang relevan di tingkat DAS yang bersangkutan.
D. Pendanaan
Dengan adanya otonomi daerah diharapkan tidak menjadikan tiap-tiap daerah
otonom menjadi bersifat desentralisasi dalam menangani permasalahan yang
berkaitan dengan wilayah otonom lain. Termasuk dalam hal pendanaan, yaitu
dihindari sikap mementingkan wilayah sendiri untuk mencapai pengelolaan DAS
yang terpadu. Berikut rincian sumber pendanaan di tiap wilayah DAS (hulutengah-hilir ):
Tabel 4. Pendanaan Pengelolaan DAS di Tiap Wilayah Fungsional DAS
No
Wilayah DAS
Sumber Pendanaan
1.
Hulu
APBD + Pusat
2.
Tengah
APBD + Pusat
3.
Hilir
APBD + Pusat
Anggaran yang diambil untuk pengelolaan DAS terpadu berasal dari anggaran
daerah (APBD) tiap darah pengelola dari hulu hingga hilir ditambah dana dari
pusat. Sebab pengelolaan penggalan dari satu kesatuan DAS merupakan
kebutuhan daerah dalam rangka mengelola daerah otonomnya sehingga sumber
pendanaan menjadi tanggung jawab daerah dimana beban dana disesuaikan
dengan kebutuhan pengelolaan DAS yang melewati daerah tersebut. Sementara
pemerintah pusat juga menjadi sumber pendanaan pengelolaan DAS sebab
pengelolaan DAS pada kasus ini adalah DAS dalam lingkup nasional karena
melintasi dua propinsi (Jawa Tengah-Jawa Timur) yang merupakan salah satu
proyek strategis pemerintah pusat.

E. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring kegiatan pengeloaan DAS dilakukan oleh Dinas terkait, metode
yang digunakan adalah dengan membandingkan target kegiatan yang
ditetapkan pada anggaran yang ada dengan realisasi pelaksanaan di lapangan.
Monitoring kegiatan pengelolaan DAS Nasional dilakukan oleh BAPENAS,
BPDAS SOP, Bappeda Propinsi, Bapedalda Propinsi, Balai Pengelolaan
Sumberdaya Air. Menurut PP No 25 Tahun 2000, kewenangan yang bersifat
lintas kabupaten, termasuk dalam pengendalian lingkungan hidup
(diantaranya pengelolaan DAS) menjadi kewenangan propinsi dan
kewenangan yang bersifat lintas propinsi pun menjadi kewenangan nasional
atau pusat. Pada tataran DAS nasional (lintas propinsi), grand
design perencanaan dilakukan oleh Bappenas, masing-masing departemen
menyusun perencanaan di sektornya masing-masing dengan acuan grand
design dari Bappenas. Perencanaan di tingkat pusat oleh masing-masing
departemen/lembaga non departemen dijabarkan menjadi perencanaan di
tingkat propinsi oleh dinas-dinas propinsi, BPSDA maupun BPDAS. Sebagai
pelaksana kegiatan adalah dinas di propinsi dan kabupaten dan Perum
Perhutani. Sedangkan fungsi monev dilakukan oleh lembaga yang menyusun
rencana.

Anda mungkin juga menyukai