Anda di halaman 1dari 8

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

STUDI KASUS PENGARUH PENCEMARAN LIMBAH CAIR INDUSTRI


PENGOLAHAN IKAN TERHADAP KUALITAS AIR TANAH DI
KECAMATAN MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI

Oleh:

Silvany Mutiara Praja

(1407120869)

Teknik Lingkungan B

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS RIAU

2017
1. Latar Belakang

Perkembangan industri dewasa ini telah memberikan sumbangan besar


terhadap perekonomian Indonesia. Di lain pihak hal tersebut juga memberi
dampak pada lingkungan akibat buangan industri maupun eksploitasi sumber daya
yang semakin intensif dalam pengembangan industri. Kondisi ini seharusnya
dipahami bahwa harus ada transformasi kerangka kontekstual dalam pengelolaan
industri, yakni keyakinan bahwa: operasi industri secara keseluruhan harus
menjamin sistem lingkungan akan berfungsi sebagaimana mestinya dalam batasan
ekosistem lokal hingga biosfer.

Berbagai industri selain menghasilkan produk yang bermanfaat juga


menghasilkan buangan atau limbah. Limbah adalah suatu benda atau zat yang
dapat mengandung berbagai bahan yang dapat membahayakan kehidupan
manusia, hewan, serta makhluk hidup lainnya. Industri Pengolahan Ikan salah
satunya, di Kecamatan Muncar di Kabupaten Banyuwangi memiliki potensi
perikanan yang cukup besar. Dengan pesatnya pertumbuhan yang berasal dari
sektor perikanan tersebut telah meningkatkan perekonomian Kabupaten
Banyuwangi. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mendukung program kegiatan
minapolitan sehingga ditetapkanlah Kawasan Muncar sebagai salah satu basis
minapolitan di Jawa Timur. Salah satu industri yang berkembang secara alami di
Kecamatan Muncar adalah industri pengolahan ikan. Industri tersebut berkembang
sejak jaman penjajahan Belanda berupa industri kecil. Sebagian industri ini telah
berkembang menjadi industri besar yang berorientasi ekspor. Sebaran lokasinya
tersebar di tiga desa yaitu Desa Kedungrejo, Desa Tembokrejo, dan Desa
Blambangan. Lokasi industri tersebut sangat menunjang kesejahteraan masyarakat
sekitar, akan tetapi dampak nyata terhadap lingkungan sangat memprihatinkan.
Hasil limbah yang dikeluarkan oleh industri pengolahan ikan di kecamatan
Muncar didominasi oleh limbah cair yang berupa minyak ikan dan darah ikan,
sedangkan untuk limbah padat yang dikeluarkan oleh industri pengolahan ikan
tersebut berupa kotoran ikan, jeroan ikan, kepala, dan sisa daging.

Pembuangan limbah dari pabrik industri pengolahan ikan ke sungai


menjadi penyebab utama tercemarnya kondisi lingkungan di daerah Muncar.
Kondisi sungai yang kotor dan berbau menjadi salah satu indikator bahwa daerah
tersebut sudah mengalami pencemaran. Hal ini terlihat dari kondisi sungai yang
alirannya lambat sehingga air dari sungai dapat mencemari air sumur di kawasan
pemukiman penduduk. Akan tetapi masalah pencemaran air tanah menyebabkan
masyarakat sekitar menjadi kekurangan air tanah yang bersih.

1. Kronologi Pencemaran Air tanah akibat Industri Pengolahan Ikan

Industri pengolahan ikan di Kecamatan Muncar menghasilkan limbah


yang dikeluarkan oleh industri pengolahan ikan di kecamatan Muncar didominasi
oleh limbah cair yang berupa minyak ikan dan darah ikan, sedangkan untuk
limbah padat yang dikeluarkan oleh industri pengolahan ikan tersebut berupa
kotoran ikan, jeroan ikan, kepala, dan sisa daging. Pada penelitian di Kecamatan
Muncar menemukan bahwa dalam limbah cair yang dikeluarkan oleh Industri
pengolahan ikan mengandung Nitrat (NO3-), Pospat (PO4), Sulfida (H2S),
Amoniak (NH3-N), klorin bebas (Cl2) dan minyak lemak. Serta berdasarkan
parameter BOD dan COD juga memiliki kandungan yang cukup. Contoh
pencemaran lingkungan di daerah Muncar ditampilkan dalam gambar dibawah ini.
industri pengolahan ikan di Muncar dapat dikategorikan menjadi industri skala
besar dan industri skala kecil, yang tersebar di Desa Tembokrejo, Kedungrejo, dan
Blambangan. Industri pengolahan ikan skala besar terdiri dari 69 oleh perusahaan
dan industri pengolahan ikan skala kecil terdiri dari 40 industri rumahan. Industri
skala besar memiliki kapasitas produksi yang lebih besar dibandingkan dengan
industri pengolahan ikan skala kecil. Dari kedua kategori, terdiri dari beberapa
macam industri pengolahan ikan seperti industri pengalengan ikan, industri tepung
ikan, industri cold storage, industri minyak ikan, industri pemindangan ikan, dan
produk ikan lainnya. Industri cold storage, industri tepung ikan, dan industri
pengalengan ikan merupakan tiga industri pengolahan ikan utama. Limbah yang
dihasilkan oleh industri tepung ikan dan industri pengalengan ikan kebanyakan
sudah melebihi standar baku mutu, seperti padatan tersuspensi, sulfida, BOD
(Biological Oxygen Demand), dan COD (Chemycal Oxygen Demand). Dari
keduanya, industri tepung ikan menghasilkan limbah yang lebih berbahaya dari
pada industri pengalengan ikan karena jauh melebihi standar baku mutu.

Kegiatan industri pengolahan ikan di Muncar, sudah dimulai sejak proses


pendaratan ikan, pengangkutan ikan, pencucian bahan baku, proses produksi,
hingga sarana pengolahan limbah yang kurang berfungsi dengan baik. Limbah
cair berdasarkan sumbernya dapat dibedakan menjadi limbah domestik dan
limbah industri. Limbah domestik dihasilkan oleh kegiatan rumah tangga dan
masyarakat lainnya, sedangkan limbah industri bersumber dari limbah industri
pengolahan ikan dari berbagai prosesnya. Besarnya limbah cair yang dihasilkan
berbanding lurus dengan jumlah air yang dibutuhkan. Untuk kegiatan industri
rata-rata dibutuhkan air sebesar 17.358,5 m3 /hari, sedangkan untuk kegiatan
domestik dibutuhkan air sebesar 474,7 m3/hari. pencemaran akibat kegiatan
industry pengolahan ikan di Muncar mempengaruhi kondisi air di sumur-sumur
warga sekitar kawasan. Sebagai contoh di Desa Kedungrejo-Muncar, sumur warga
yang dekat dengan kawasan industri pengolahan ikan memiliki pH lebih rendah,
suhu lebih tinggi, dan kandungan bahan organik yang lebih tinggi dibandingakn
sumur warga yang memiliki jarak lebih jauh. Akan tetapi, kondisi pH, suhu, serta
bahan organik yang terkandung dalam sumur warga masih dalam batas normal.
Hal ini karenakan jenis tanah di Desa Kedungrejo adalah tanah alluvial kelabu
dengan kandungan batu, pasir, tanah liat, dan lain-lain, dengan daya absorsi tinggi
dan permeabilitas rendah. Oleh karenanya, kontaminan dari air limbah di badan
air permukaan tidak sampai meresap ke sumur warga.

2. Aksi atau pengolahan terhadap pencemaran

Pemerintah Daerah setempat bersama dengan instansi terkait sebenarnya


telah melakukan pembinaan, pengawasan dan mencarikan teknologi yang sesuai
untuk design IPAL, baik untuk perusahaan itu sendiri ataupun terpadu sebagai
solusi mencegah pencemaran perairan. Selain itu, upaya penegakan hukum
dengan menerapkan Peraturan perundang-undangan dan Peraturan Pemerintah
juga telah dilakukan untuk penertiban kawasan industri yang ada di Muncar.
Semenjak mendapat pembinaan dan pemantauan langsung oleh
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan
Intansi terkait yang ada didaerah, kondisi perairan dan lingkungan di kawasan
Muncar dari tahun ketahun, terutama dari Tahun 2007 s/d 2010 secara perlahan
mulai mewujudkan hasil walau secara perlahan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat
pencemaran perairan yang sudah mulai menurun dan indikator kualitas air seperti
BOD, COD dan TSS yang selalu dipantau. Akan tetapi hasilnya masih diatas baku
mutu air. Sebagian perusahaan sudah memfungsikan IPAL untuk mengurangi
pencemaran, namun untuk memaksimalkan dan mengatasi pencemaran, pihak
perusahaan harus membuat IPAL yang memenuhi stndar untuk kapasitas
penampungan limbah sebelum dibuang kebadan air/ Laut.
Dapat juga dirancang IPAL untuk industri pengolahan ikan di kecamatan
Muncar. Untuk menangani terjadinya pencemaran dan juga mengurangi
pemakaian air, diperlukan adanya sistem untuk pengolahan air limbah dan sistem
water reuse. IPAL akan mendegradasi polutan air kemudian sistem water reuse
akan mendaur ulang air sehingga dapat digunakan kembali untuk kebutuhan air.
Teknologi untuk pengolahan limbah industri ikan Muncar hendaknya memenuhi
kriteria dibawah ini.

Pengelolaan mudah
Biaya operasi rendah
Dapat digunakan untuk limbah dengan BOD tinggi
Dapat menghilangkan padatan tersuspensi dengan baik
Perawatan sederahana

Berdasarkan kriteria diatas, teknologi yang cocok untuk pengolahan


limbah di Muncar adalah kombinasi proses biofilter anaerob-aerob. Secara umum,
tahapan pengolahan limbah dengan sistem ini terdiri dari 3 proses, yaitu proses
pengolahan limbah di IPAL, pengolahan secara filtrasi, dan pengolahan secara
adsorpsi. Untuk menghindari tercampurnya limbah dengan air hujan, sistem
pengumpulan limbah dirancang dengan menggunakan pemompaan dengan
perpipaan tertutup. Sistem ini dibuat dengan cara mengumpulkan limbah dari
setiap sumber ke dalam bak pengumpul. Limbah yang terkumpul dalam bak
pengumpul ini akan dipompa secara otomatis menggunakan pompa submersible
yang dilengkapi dengan level kontrol. Untuk sumber limbah yang sangat jauh dari
lokasi IPAL, maka dilakukan dengan sistem transfer dimana limbah dari bak
pengumpul dipompa ke dalam bak transfer yang berfungsi sebagai bak transfer ke
lokasi IPAL. Limbah yang terkumpul kemudian dipompa lagi menuju IPAL.
Contoh skema teknologi ini terdapat pada
gambar dibawah ini.

Dengan tersebarnya area industri pengolahan ikan Muncar, diperlukan adanya


suatu tempat yang akan menjadi lokasi pengolahan secara terintegrasi karena
selama ini, industri-industri tersebut membuang limbah hasil pengolahan ikan ke
laut, Kali Mati, dan Kali Tratas. Berikut ini merupakan peta persebaran industri
pengolahan ikan di Kecamatan Muncar, Banyuwangi.
IPAL dapat dibangun di lahan kosong namun dapat menghubungkan seluruh
lokasi produksi di Muncar. Jaringan IPAL akan dibangun di bawah tanah agar
tidak mengganggu estetika lingkungan. Semua limbah, baik domestik maupun
produksi, akan dikumpulkan pada bak pengumpul untuk kemudian diolah dalam
IPAL. Hasil dari teknologi ini diharapkan dapat membantu mengurangi
pencemaran akibat limbah industri pengolahan ikan Muncar dan juga dapat
membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air bersih.

Anda mungkin juga menyukai