Anda di halaman 1dari 17

A.

DEFINISI
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang
merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang tidak dapat hidup di luar tubuh
manusia. Kerusakan sistem kekebalan tubuh ini akan menimbulkan kerentanan
terhadap infeksi penyakit.
Acquired

Immuno

Deficiency

Syndrome

(AIDS)

merupakan

sekumpulan gejala, infeksi dan kondisi yang diakibatkan infeksi HIV pada
tubuh. Muncul akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia sehingga
infeksi dan penyakit mudah menyerang tubuh dan dapat menyebabkan
kematian. Infeksi oportunistik adalah infeksi yang muncul akibat lemahnya
system pertahanan tubuh yang telah terinfeksi HIV atau oleh sebab lain.
Pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya masih baik infeksi ini
mungkin tidak berbahaya, namun pada orang yang kekebalan tubuhnya lemah
(HIV/AIDS) bisa menyebabkan kematian.
AIDS dapat didefinisikan melalui munculnya IO yang umum ditemui
pada ODHA:
1. Kandidiasis: infeksi jamur pada mulut, tenggorokan, vagina.
2. Virus sitomegalia (CMV): menimbulkan penyakit mata yang dapat
menyebabkan kematian.
3. Herpes pada mulut atau alat kelamin.
4. Mycobacterium

avium

complex

(MAC):

infeksi

bakteri

yang

menyebabkan demam kambuhan.


5. Pneumonia pneumocystis (PCP): infeksi jamur yang dapat menyebabkan
radang paru.

6. Toksoplasmosis: infeksi protozoa otak.


7. Tuberkolosis (TB) Perjalanan penyakit HIV/AIDS : periode jendela (3-6
bulan) ? HIV + (3-10 tahun)? AIDS + (1-2 tahun). Orang yang terinfeksi
HIV dapat tetap sehat sepanjang hidupnya apabila ia menjaga kesehatan
tubuhnya: makan teratur, berolahraga dan tidur secara seimbang. Gaya
hidup sehat akan tetap melindungi kebugaran orang dengan HIV dan ia
akan tetap produktif dalam berkarya.
Bila telah muncul tanda-tanda penyakit infeksi dan tidak kunjung
sembuh atau berulang, artinya daya tahan tubuh menjadi buruk, sistim
kekebalan tubuh berkurang, maka berkembanglah AIDS.

B. ETIOLOGI
Penyebab AIDS adalah retrovirus (HIV/ Human Immunodeficiency
Virus) yang termasuk famili retroviridae.
Sarana transmisinya HIV (Retrovirus HIV) melalui:
1. Rute yang dikatahui beresiko tinggi (semen, sekresi vagina).
a. Hubungan seksual.
b. Homoseksual, biseksual (rute utama).
c. Heteroseksual (laki-laki perempuan atau sebaliknya).
2. Darah (melalui darah murni komponen selular, plasma, factor pembeku).
a. Tranfusi darah atau komponen darah.
b. Jarum suntik yang dipakai bersama-sama.
c. Tusukan jarum suntik (resiko rendah).
3. Perinatal
a. Intra placenta.
b. Menyusui ASI.
4. Ludah dan air mata.
C. PATOFISIOLOGI
Tubuh mempunyai suatu mekanisme untuk membasmi suatu infeksi
dari benda asing, misalnya : virus, bakteri, bahan kimia, dan jaringan asing

dari binatang maupun manusia lain. Mekanisme ini disebut sebagai tanggap
kebal (immune response) yang terdiri dari 2 proses yang kompleks yaitu :
Kekebalan humoral dan kekebalan cell-mediated. Virus AIDS (HIV)
mempunyai

cara

tersendiri

sehingga

dapat

menghindari

mekanisme

pertahanan tubuh. ber-aksi bahkan kemudian dilumpuhkan.


Virus AIDS (HIV) masuk ke dalam tubuh seseorang dalam keadaan
bebas atau berada di dalam sel limfosit. Virus ini memasuki tubuh dan
terutama menginfeksi sel yang mempunyai molekul CD4. Sel-sel CD4-positif
(CD4+) mencakup monosit, makrofag dan limfosit T4 helper. Saat virus
memasuki tubuh, benda asing ini segera dikenal oleh sel T helper (T4), tetapi
begitu sel T helper menempel pada benda asing tersebut, reseptor sel T
helper .tidak berdaya; bahkan HIV bisa pindah dari sel induk ke dalam sel T
helper tersebut. Jadi, sebelum sel T helper dapat mengenal benda asing HIV, ia
lebih dahulu sudah dilumpuhkan. HIV kemudian mengubah fungsi reseptor di
permukaan sel T helper sehingga reseptor ini dapat menempel dan melebur ke
sembarang sel lainnya sekaligus memindahkan HIV. Sesudah terikat dengan
membran sel T4 helper, HIV akan menginjeksikan dua utas benang RNA yang
identik ke dalam sel T4 helper.
Dengan

menggunakan

enzim

yang

dikenal

sebagai

reverse

transcriptase, HIV akan melakukan pemrograman ulang materi genetik dari sel
T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA (DNA utas-ganda).
DNA ini akan disatukan ke dalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan
kemudian terjadi infeksi yang permanen.
Fungsi T helper dalam mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilumpuhkan, genom dari HIV proviral DNA dibentuk dan diintegrasikan
pada DNA sel T helper sehingga menumpang ikut berkembang biak sesuai
dengan perkembangan biakan sel T helper. Sampai suatu saat ada mekanisme
pencetus (mungkin karena infeksi virus lain) maka HIV akan aktif membentuk

RNA, ke luar dari T helper dan menyerang sel lainnya untuk menimbulkan
penyakit AIDS. Karena sel T helper sudah lumpuh maka tidak ada mekanisme
pembentukan sel T killer, sel B dan sel fagosit lainnya. Kelumpuhan
mekanisme kekebalan inilah yang disebut AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome) atau Sindroma Kegagalan Kekebalan.

D. MANIFESTASI KLINIK
Tanda-tanda gejala-gejala (symptom) secara klinis pada seseorang
penderita AIDS adalah diidentifikasi sulit karena symptomasi yang ditujukan
pada umumnya adalah bermula dari gejala-gejala umum yang lazim didapati
pada berbagai penderita penyakit lain, namun secara umum dapat kiranya
dikemukakan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Rasa lelah dan lesu.


Berat badan menurun secara drastis.
Demam yang sering dan berkeringat diwaktu malam.
Mencret dan kurang nafsu makan.
Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut.
Pembengkakan leher dan lipatan paha.
Radang paru-paru.
Kanker kulit.
Manifestasi klinik utama dari penderita AIDS pada umumnya ada 2 hal

antara lain tumor dan infeksi oportunistik :


1. Manifestasi tumor diantaranya:
a. Sarkoma kaposi ; kanker pada semua bagian kulit dan organ tubuh.
Frekuensi kejadiannya 36-50% biasanya terjadi pada kelompok
homoseksual, dan jarang terjadi pada heteroseksual serta jarang
menjadi sebab kematian primer.
b. Limfoma ganas ; terjadi setelah sarkoma kaposi dan menyerang syaraf,
dan bertahan kurang lebih 1 tahun.
2. Manifestasi Oportunistik diantaranya
a. Manifestasi pada Paru-paru

Pneumonia Pneumocystis (PCP).


Pada umumnya 85% infeksi oportunistik pada AIDS
merupakan infeksi paru-paru PCP dengan gejala sesak nafas, batuk
kering, sakit bernafas dalam dan demam.

Cytomegalo Virus (CMV).


Pada manusia virus ini 50% hidup sebagai komensial pada
paru-paru

tetapi

dapat

menyebabkan

pneumocystis.

CMV

merupakan penyebab kematian pada 30% penderita AIDS.

Mycobacterium Avilum.
Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium akhir
dan sulit disembuhkan.

Mycobacterium Tuberculosis
Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi miliar dan

cepat menyebar ke organ lain diluar paru.


b. Manifestasi pada Gastroitestinal.
Tidak ada nafsu makan, diare khronis, berat badan turun lebih 10%
per bulan.
3. Manifestasi Neurologis
Sekitar 10% kasus AIDS nenunjukkan manifestasi Neurologis, yang
biasanya timbul pada fase akhir penyakit. Kelainan syaraf yang umum
adalah ensefalitis, meningitis, demensia, mielopati dan neuropari perifer.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
- ELISA.
- Western blot.
- P24 antigen test.
- Kultur HIV.

2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.


- Hematokrit.
- LED.
- CD4 limfosit.
- Rasio CD4/CD limfosit.
- Serum mikroglobulin B2.
- Hemoglobulin .

F. KOMPLIKASI
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis

Human

Immunodeficiency

Virus

(HIV),

leukoplakia

oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.


2. Neurologik
a. Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan
isolasi social.
b. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit
kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
c. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan
maranik endokarditis.
d. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV).
3. Gastrointestinal
a. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma,

dan

sarcoma

Kaposi.

Dengan

efek,

badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.

penurunan

berat

b. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat


illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik,demam atritis.
c. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit,
nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
4. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri,
hipoksia, keletihan, gagal nafas.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek
nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
G. PENATALAKSANAAN
1. Respon biologis / aspek fisik
a.

Universal precaution
1) Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh.
2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
3) Dekontaminasi cairan tubuh pasien.
4) Memakai alat kedokteran sekali pakai atau mensterilisasi semua
alat kedokteran yang dipakai.
5) Memelihara kebersihan tempat pelayanan kesehatan.
6) Membuang limbah yang tercemar berbagai cairan tubuh secara
benar dan aman

b.

Peran perawat dalam pemberian ARV


Tujuan terapi ARV:
1) Menghentikan replikasi HIV.
2) Memulihkan system imun dan mengurangi terjadinya infeksi
opurtunistik.
3) Memperbaiki kualitas hidup.

4) Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV.


c.

Pemberian nutrisi
Pasien dengan HIV AIDS harus mengkonsumsi suplemen atau nutrisi
tambahan bertujuan untuk beban HIV AIDS tidak bertambah akibat
defisiensi vitamin dan mineral.

d. Aktivitas dan istirahat.


2. Respon adaptif psikologis
a. Pikiran positif tentang dirinya.
b. Mengontrol diri sendiri.
c. Rasionalisasi.
d. Teknik perilaku.
3. Respon sosial
a. Dukungan emosional.
b. Dukungan penghargaan.
c. Dukungan instrumental.
d. Dukungan informatif.
4. Respon spiritual
a. Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan.
b. Pandai mengambil hikmah.
c. Kestabilan hati.
H. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat.
Gejala:

Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya,

progresi kelelahan / malaise.


Perubahan pola tidur.

Tanda:

Kelemahan otot, menurunnya massa otot.


Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD,

frekuensi jantung, pernapasan.


b. Sirkulasi.
Gejala:

Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia); perdarahan


lama pada cedera (jarang terjadi).

Tanda:
Takikardia, perubahan TD postural.
Menurunnya volume nadi perifer.
Pucat atau sianosis: perpanjangan kapiler.
c. Integritas ego.
Gejala:

Faktor stres yang berhubungan dengan kehilangan, mis: dukungan

keluarga, hubungan dengan orang lain.


Penghasilan, gaya hidup tertentu dan stres spiritual.
Mengkuatirkan penampilan: alopesia, lesi cacat dan menurunnya BB.
Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna,
rasa bersalah.
Kehilangan kontrol diri dan depresi.
Tanda:
Mengingkari, cemas, defresi, takut, menarik diri.
Perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata
kurang.
Gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala
yang sama.
d. Eliminasi.
Gejala:

Diare yang intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa

disertai kram abdominal.


Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.

Tanda:
Feces dengan atau tanpa disertai mukus dan marah.
Diare pekat yang sering.
Nyeri tekan abdominal.
Lesi atau abses rectal, personal.
Perubahan dalam jumlah, warna dan karakteristik urin.
e. Makanan / cairan.
Gejala:

Anoreksia, perubahan dalam kemampuan mengenali makanan /

mual / muntah.
Disfagia, nyeri retrostenal saat menelan.

Penurunan berat bada: perawakan kurus, menurunnya lemak

subkutan / massa otot.


Turgor kulit buruk.
Lesi pada rongga mulut, adanya selaputnya putih dan perubahan

warna.
Kesehatan gigi / gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal.
Edema (umum, dependen).
f. Higiene.
Gejala:

Tidak dapat menyelesaikan aktivitas.

Tanda:

Memperlihatkan penampila yang kurang rapi.


Kekurangan dalam banyak atau perawatan diri, aktivitas perawatan

diri.
g. Neurosensori.
Gejala:

Pusing, pening / sakit kepala, perubahan status mental.


Kehilangan ketajaman atau kemampuan diri untuk mengatasi

masalah, tidak mampu mengingat dan konsentrasi menurun.


Kerusakan sensasi atau indera posisi dan getaran.
Kelemahan otot, tremor dan perubahan ketajaman penglihatan.
Kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki tampak menunjukkan
perubahan paling awal).

Tanda:

Perubahan status mental dan rentang antara kacau mental sampai


dimensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kesadaran menurun,

apatis, retardasi psikomotor / respon melambat.


Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak

realistis.
Timbul refleksi tidak normal, menurunnya kekuatan otot dan gaya

berjalan ataksia.
Tremor pada motorik kasar / halus, menurunnya motorik.
Vocalis: hemi paresis; kejang.
Hemoragi retina dan eksudat.
h. Nyeri / kenyamanan.

Gejala:

Nyeri umum atau local, sakit, rasa terbakar pada kaki.


Sakit kepala (keterlibatan ssp).
Nyeri dada pleuritis.

Tanda:
Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan.
Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan / pincang.
Gerak otot melindungi bagian yang sakit.
i. Pernapasan.
Gejala:

Isksering, menetap.
Napas pendek yang progresif.
Batuk (sedang sampai parah), produktif / non produktif sputum
(tanda awal dari adanya PCP mungkin batuk spasmodic saat napas

dalam).
Bendungan atau sesak dada.

Tanda:
Takipnea, distres pernapasan.
Perubahan pada bunyi napas / bunyi napas adventisius.
Sputum: kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum).
j. Keamanan.
Gejala:

Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat proses

penyembuhannya.
Riwayat menjalani transfusi darah yang sering atau berulang (mis:

hemofilia, operasi vaskuler mayor, insiden traumatis).


Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut.
Riwayat / berulangnya infeksi dengan PHS.
Demam berulang; suhu rendah, peningkatan suhu intermitten /
memuncak; berkeringat malam.

Tanda:

Perubahan integritas kulit: terpotong, ruam mis: ekzema, eksantem,


psoriasis, perubahan warna / ukuran mola; mudah terjadi memar
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

Rektum, luka-luka perianal atau abses.


Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada 2 area tubuh

atau lebih (mis: leher, ketiak, paha).


Menurunnya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya

berjalan.
k. Seksualitas
Gejala:

Riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan


seksual dengan pasangan yang positif HIV, pasangan seksual

multipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung dan seks anal.


Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks
Penggunaan kondom yang tidak konsisten.
Menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan
terhadap virus pada wanita yang diperkirakan dapat karena
peningkatan kekurangan (pribilitas vagina).

Tanda:
Kehamilan atau resiko terhadap hamil.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d pertahanan primer tidak efektif.
b. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan yang
berlebihan, diare berat.
c. Resiko tinggi terhadap

tidak

efektifnya

pola

nafas

b/d

ketidakseimbangan muscular.
d. Resiko tinggi terhadap perubahan faktor pembekuan b/d penurunan
absorpsi Vitamin K.
e. Perubahan nutrisi kurang dari tubuh b/d perubahan pada kemampuan
untuk mencerna d/d penurunan berat badan.
3. Intervensi
Dx
1

Kriteria Hasil
Intervensi
Rasionalisasi
Mengidentifikasi / Cuci tangan sebelum dan Mengurangi resiko
ikut

serta

perilaku

yang perawatan dilakukan

megurangi
infeksi

dalam sesudah seluruh kontak


resiko instruksikan pasien /

mencapai orang terdekat untuk

masa penyembuhan mencuci tangan sesuai

terkontaminasi silang

luka / lesi tidak indikasi


demam dan bebas
Berikan lingkungan yang Mengurangi patogen
dari pengeluaran / bersih dan berventilasi

pada sistem imun dan

sekresi purulen dan baik periksa pengunjung / mengurangi


tanda-tanda

lain staf terhadap tanda

dari kondisi infeksi

kemungkinan pasien

infeksi dan

mengalami infeksi

mempertahankan

nosokomial

kewaspadaan sesuai
indikasi
Diskusikan tingkat dan

Meningkatkan kerja

rasional isolasi

sama dengan cara

pencegahan dan

hidup dan berusaha

mempertahankan

mengurangi rasa

kesehatan pribadi

terisolasi

Pantau tanda-tanda vital Memberikan informasi


termasuk suhu

dasar awitan /
peningkatan suhu
secara berulang-ulang
dari demam yang
terjadi untuk
menunjukkan bahwa
tubuh bereaksi pada
proses infeksi yang
baru dimana obat
tidak lagi dapat
secara efektif
mengontrol infeksi
yang tidak dapat
disembuhkan

Bersihkan kulit /

Kandidiasis oral,

membran mukosa oral

herpes, CMV dan

terdapat bercak putih /

crytocolus adalah

lesi

penyakit yang umum


terjadi dan
memberikan efek
pada membran kulit

Periksa adanya luka /

Identifikasi /

lokasi alat

perawatan awal dari

infasif,perhatikan tanda-

infeksi sekunder

tanda inflamasi / infeksi

dapat mencegah

lokal

terjadinya sepsis

Bersihkan percikan cairan Mengontrol mikro


tubuh / darah dengan
2

larutan pemutih 1 : 10
permukaan keras
Mempertahankan Pantau tanda-tanda vital Indikator dari volume
hidrasi dibuktikan

termasuk CVP, bila

oleh membran

terpasang, catata

mukosa lembab,

hipertensi termasuk

langsung dari status

turgor kulit baik,

perubahan postural

cairan

haluaran urine

Kaji turgor kulit,

cairan sirkulasi
Indikator tidak

Mempertahankan

adekuat secara

membran mukosa dan

keseimbangan cairan,

pribadi

rasa haus

mengurangi rasa

Pantau pemasukan oral


dan masukan cairan
3

organisme pada

haus, dan
melembabakan

sedikitnya 2500 ml / hari membran mukosa


Mempertahankan Tinggikan kepala tempat Meningkatkan fungsi
pola pernapasan

tidur usahakan pasien

pernafasan yang

efektif membran

untuk berbalik, batuk,

optimal dan

mukosa tidak

menarik nafas sesuai

mengurangi aspirasi /

mengalami sesak

kebutuhan

infeksi yang

nafas / sianosis

ditimbulkan karena

dengan bunyi nafas

atelektasis

dan sinar x bagian Selidiki tentang keluhan Nyeri dada pleuritis


dada yang bersih /

nyeri dada

dapat

meningkat dan

menggambarkan

AGD dalam batas

adanya pnemonia non

normal pasien

spesifik / efusi pleura


berkenaan dengan
keganasan
Menurunkan konsumsi
Berikan periode istirahat

O2

yang cukup diantara


waktu aktivitas
pertahankan lingkungan
4

Menunjukkan
homosatis

yang tenang
Lakukan pemeriksaan

Mempercepat deteksi

yang darah pada cairan tubuh

adanya perdarahan /

ditunjukkan dengan untuk mengetahui adanya

penentuan awal dari

tidak

therapi mungkin

adanya darah pada urine, feses

perdarahan mukosa dan cairan muntah

dapat mencegah

dan

perdarahan kritis

bebas

ekimosis

dari
Pantau perubahan tandatanda vital dan warna
kulit

Timbulnya perdarahan
/ hemoragi dapat
menunjukkan
kegagalan sirkulasi /
syok

Pantau perubahan tingkat Perubahan dapat


kesadaran dan gangguan
5

menunjukkan adanya

penglihatan
perdarahan otak
Mempertahankan Kaji kemampuan untuk Lesi mulut,
BB atau

mengunyah, merasakan

tenggorokan, dan

memperlihatkan

dan menelan

esofagus dapat

peningkatan BB

menyebabkan

yang mengacu

dispagia, penurunan

pada tujuan yang

kemampuan pasien

diinginkan

untuk mengolah
makanan dan
mengurangi
keinginan untuk
makan
Timbang BB sesuai

Indikator kebutuhan

kebutuhan, evaluasi BB

nutrisi / pemasukan

dalam hal adanya BB

yang adekuat

yang tidak sesuai.


Gunakan serangkaian
pengukuran BB dan
antropometrik
Jadwalkan obat-obatan

Lambung yang penuh

diantara makan dan

akan mengurangi

batasi pemasukan cairan

nafsu makan dan

dengan makanan, kecuali

pemasukan makanan

jika cairan memiliki nilai


gizi
Dorong pasien untuk

Mempermudah proses

duduk pada waktu makan

menelan dan
mengurangi resiko
aspirasi

Catat pemasukan kalori Mengidentifikasi


kebutuhan terhadap
suplemen atau
alternatif metode
pemberian makanan

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan republik Indonesia Direktorat Jendral Pemberantasan
Penyakit Meular Dan
Penyehatan Lingkungan, Pedoman Nasional Terapi, 2004.
Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular Dan Penyehatan Lingkungan
Departemen RI,
Buku Pedoman Untuk Petugas Kesehatan Dan Petugas Lainnya, Jakarta, 2003.
Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC,
Jakarta, 2000.
Suzanne C Smeltzer, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta, 2001.
Umar Zein, 100 Pertanyaan Seputar HIV / AIDS Yang Anda Ketahui, USU
Press, Medan, 2006.

Anda mungkin juga menyukai