Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI


I. Kasus (Masalah Utama)
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
II.Proses Terjadinya Masalah
A. Pengertian
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadi
pada saat kesadaran individu itu penuh/baik (Stuart & Sundenn, 1998).
Halusinasi adalah terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat
stimulus (Varcarolis, dalam Yosep, 2009).
Halusinasi adalah hilangnya suatu kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan ekternal (dunia luar).Klien member
persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata
(Direja, 2011).
B. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2009), faktor penyebab dari halusinasi, adalah sebagai berikut:
1. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah
frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
2. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak kecil (unwanted child)
akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya
3. Faktor bikimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stres yang
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang
dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffefenon dan Dimetytranferase
(DMP). Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter
otak. Mislnya terjadinya ketidakseimbangan acetycholin dan dopamine.
4. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif.Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam
mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih
kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.

5. Faktor genetik dan pola asuh


Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua skizofrenia
cenderung mengalami skizofrenia.Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga
menunjukkan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
C. Faktor Presipitasi
Perilaku
Respons terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman,
gelisah, dan bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil
keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut
Rawlins dan Heacock (dalam, Yosep, 2009) mencoba memecahkan masalah halusinasi
berlandaskan atas hakikat keberadaan seorang individu sebagai makhluk yang dibangun
atas dasar unsure-unsur bio-psiko-sosiospiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari
lima dimensi, yaitu:
a. Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar
biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium intoksikasi alkohol dan
kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah
memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut
hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c. Dimensi intelektual
Dalam dimensi intektual ini menerapkan bahwa individu dengan halusinasi akan
memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan
usaha dari ego sendiri untuk melawan implus yang menekan, namun merupakan
suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian
klien dan tidak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
d. Dimensi social
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan comforting, klien
menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat membahayakan. Klien
asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi
kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan

dalm dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan system kontrol oleh individu tersebut,
sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu
cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek penting dalam melaksanakan intervensi
keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interkasi yang menimbulkan
pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta mengusakan klien tidak
menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi
tidak berlangsung.
e. Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak
bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk
menyucikan diri. Irama sirkardiannya terganggu, karena ia sering tidur larut malam
dan bangun sangat siang. Saat terbangun merasa hampa dan tidak jelas tujuan
hidupnya.Ia sering memakai takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput rejeki,
menyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk.

D. Jenis-jenis Halusinasi
Ada beberapa jenis halusinasi, Stuart dan Laraia (1998), membagi halusinasi menjadi 7
jenis yaitu :
1. Halusinasi Pendengaran
Karakteristiknya meliputi mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering
suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang
jelas berbicara tentang klien bahkan sampai ke percakapan lengkap antara 2 orang
atau lebih tentang orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana
klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh melakukan sesuatu yang kadangkadang dapat membahayakan.
2. Halusinasi Penglihatan
Karakteristiknya meliputi stimulus visual dalam bentuk kuatan cahaya, gambar
geometrik, gambar kartoon, bayangan yang rumit atau kompleks, bayangan bisa
menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
3. Halusinasi Penghidu

Karakteristiknya meliputi membaui bau tertentu seperti bau darah, kemenyan atau
faeces yang umumnya tidak menyenangkan.
4. Halusinasi Pengecapan
Merasa mengecap, seperti rasa darah, urine, dan faeces
5. Halusinasi Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan berupa stimulus yang jelas, rasa tersetrum
listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang.
6. Halusinasi Cenesthesia
Dimana klien merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah vena atau arteri,
pencernaan makanan atau pembentukan urine.
7. Halusinasi kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara, berdiri tanpa bergerak

E. Fase-Fase Halusinasi
Menurut Direja (2011), halusinasi berkembang melalui empat fase, yaitu sebagai
berikut:
1. Fase pertama
Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase yang menyenangkan. Pada tahap ini
masuk dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik: klien mengalami stres, cemas,
perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat
diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan,
cara hanya menolong sementara. Perilaku klien: tersenyum atau tertawa yang tidak
sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respons verbal yang
lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya, dan suka menyendiri.
2. Fase kedua
Disebut juga fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi
menjijikan, termasuk dalam psikotik ringan. Karakteristik: pengalaman sensori
menjijikan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan berfikir sendiri
jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang
lain tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya. Perilaku klien: meningkatnya tanda-tanda
sistem syaraf otonom seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien
asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas.
3. Fase Ketiga
Disebut juga dengan fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori
menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik. Karakteristik: bisikan, suara,

isi halusinasi semakin menonjol, menguasasi dan mengontrol klien. Klien menjadi
terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya. Perilaku klien: kemauan
dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menita tau detik. Tandatanda fisik berupa klien berkeringat, tremor, dan tidak mampu mematuhi perintah.
4. Fase Keempat (conquerting)
Disebut dengan fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan
halusinasinya.Termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik: halusinasinya berubah
menjadimengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak
berdaya, hilang kontrol, dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain
di lingkungan. Perilaku klien: perilaku terror akibat panik, potensi bunuh diri,
perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespons
terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu berespons lebih dari satu orang.
F. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari halusinasi adalah :
Berbicara dan tertawa sendiri
Bersikap seperti mendengar dan melihat sesuatu
Berhenti berbicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
Disorientasi
Merasa ada sesuatu pada kulitnya
Ingin memukul atau melempar barang barang
G. Akibat
Akibat dari halusinasi adalah risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Ini
diakibatkan karena klien berada di bawah halusinasinya yang meminta dia untuk
melakukan sesuatu hal di luar kesadarannya
H. Rentang Respon Halusinasi
Menurut Stuart dan Laraia (2001), halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif
individu yang berada dalam rentang respon neurobiology
Pikiran logis : yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
Persepsi akurat: yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang
didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang

ada di dalam maupun di luar dirinya.


Emosi konsisten : yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek keluar
disertai banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.
Perilaku sesuai: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian

masalah masih dapat diterima oleh norma-norma social dan budaya umum yang

berlaku.
Hubungan social harmonis : yaitu hubungan yang dinamis menyangkut
hubungan antar individu dan individu, individu dan kelompok dalam bentuk

kerjasama.
Proses pikir kadang terganggu (ilusi) : yaitu menifestasi dari persepsi impuls
eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada
area tertentu di otak kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah

dialami sebelumnya.
Emosi berlebihan atau kurang yaitu : manifestasi perasaan atau afek keluar

berlebih/kurang.
Perilaku tidak sesuai atau biasa: yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata
dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma norma social atau

budaya umum yang berlaku.


Perilaku aneh atau tidak biasa: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma social atau budaya

umum yang berlaku.


Menarik diri: yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,

menghindari hubungan dengan orang lain.


Isolasi sosial: menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam
berinteraksi

I. Pohon Masalah
Risiko Prilaku
Kekerasan
Halusinasi

Defisit Perawatan DIri

Harga Diri Rendah


Kronik
III.

Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


Pada proses pengkajian, data penting yang perlu dikaji disesuaikan dengan jenis
halusinasinya yaitu, sebagai berikut:
1. Jenis halusinasi

a. Halusinasi Pendengaran
Data Objektif : Bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab,
menyedengkan telinga kearah tertentu, menutup telinga.
Data Subjektif : Mendengar suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara yang
mengajak bercakap-cakap, mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya.
b. Halusinasi Penglihatan
Data Objektif : Menunjuk-nunjuk kearah tertentu, ketakutan pada sesuatu yang
tidak jelas.
Data Subjektif : Melihat bayangan, sinar, bentuk kartoon, melihat hantu atau
monster.
c. Halusinasi Penghidu
Data Objektif : Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu, menutup
hidung.
Data Subyektif : Membaui bau-bauan seperti bau darah, urin, faeces,
kadangkadang bau itu menyenangkan.
d. Halusinasi Pengecap
Data Objektif : Sering meludah, muntah.
Data Subyektif : Merasakan rasa seperti darah, urin atau faeces.
e. Halusinasi Perabaan
Data Objektif : Menggaruk-garuk permukaan kulit.
Data Subyektif : Mengatakan ada serangga di permukaan kulit, merasa seperti
tersengat listrik.
2. Isi halusinasi.
Data dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, berkata apabila
halusinasi yang dialami adalah halusinasi dengar, atau apa bentuk bayangan yang

dilihat oleh klien bila jenis halusinasinya adalah halusinasi penglihatan, bau apa
yang tercium untuk halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap untuk halusinasi
pengecapan, atau merasakan apa di permukaan tubuh bila halusinasi perabaan.
3. Waktu dan frekuensi halusinasi.
Data dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan pengalaman halusinasi
muncul, berapa kali sehari, seminggu atau bulan, pengalaman halusinasi itu
muncul, bila mungkin klien diminta menjelaskan kapan persisnya waktu terjadi
halusinasi tersebut.Informasi ini penting untuk mengidentifikasi pencetus
halusinasi dan menentukan bilamana klien perlu diperhatikan saat mengalami
halusinasi.
4. Situasi pencetus halusinasi
Perlu diidentifikasi situasi yang dialami klien sebelum mengalami halusinasi.Data
dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien peristiwa atau kejadian yang
dialami sebelum halusinasi muncul. Selain itu, juga bisa mengobservasi apa yang
dialami klien menjelangkan muncul halusinasi untuk memvalidasi pernyataan
klien.
5. Respon klien.
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien bisa dikaji
dengan menanyakan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman
halusinasi. Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasi atau sudah
tidak berdaya lagi terhadap halusinasi.
IV.

Diagnosa Keperawatan
a. Gangguansensoripersesi: halusinasi
b. Risiko perilaku kekerasan
c. Harga diri rendah kronis
d. Defisit Perawatan Diri

V. Rencana Tindakan Keperawatan


Rencana Tindakan

Diagnosa
Keperawatan
Gangguan

Tujuan
TUM: klien tidak

Kriteria Evaluasi
Setelah diberikan

sensori persepsi: mengalami

tindakan keperawatan 1

halusinasi

perubahan senseori

x pertemuan selama 15

perceptual halusinasi
TUK :
Klien dapat:
1. Mengidentifikasi
mengenali halusinasi
yang dialaminya
2. Mengontrol
halusinasinya
3. Mengikuti program
pengobatan secara

menit diharapkan klien

optimal

hardik, obat,

dapat :
1. Menyebutkan isi,
frekuensi, waktu terjadi,
situasi pencetus,
perasaan, respon
2. Menyebutkan cara
mengontrol halusinasi:
bercakapcakap,

Keperawatan
Tindakan Keperawatan
SP 1
1. Identifikasi halusinasi: isi,
frekuensi, waktu terjadi,
situasi pencetus, perasaan,
respon
2. Jelaskan cara mengontrol
halusinasi: hardik, obat,
bercakap-cakap, melakukan
kegiatan
3. Latih cara mengontrol
halusinasi dg menghardik
4.Masukan
pada
jadual
kegiatan

untuk

latihan

menghardik

melakukan kegiatan
3. Melaksanakan cara
mengontrol halusinasi
dg menghardik
Setelah
diberikan SP2
1.Evaluasi
kegiatan
tindakan keperawatan 1
menghardik. Beri pujian
x pertemuan selama 15
2. Latih cara mengontrol
menit diharapkan klien
halusinasi
dengan
obat

Rasional

1. Halusinasi

harus

dikenal dulu sebelum


interaksi lebih lanjut
2. Sebagai
pengetahuan

dasar
pasien

mengenai teori dari


pengontrolan
halusinasi
3. Melatih

cara

menghindari
halusinasi
4. Melatih

secara

kontinuitas

1. Mengevaluasi
kegiatan sebelumnya
2. Untuk Melatih cara

dapat :
1. Mengetahui

(jelaskan 6 benar: jenis, guna,


jenis, dosis,
frekuensi,
cara,

guna, dosis, frekuensi, kontinuitas minum obat).


3. Masukkan pada jadual
cara, kontinuitas minum
kegiatan untuk latihan
obat
menghardik dan minum obat

pengontrolan

yang

kedua

3. Untuk Merealisasikan
latihan

secara

kontinuitas
Setelah

diberikan SP3
1. Evaluasi kegiatan latihan
tindakan keperawatan 1
menghardik & obat. Beri
x pertemuan selama 15 pujian
2. Latih cara mengontrol
menit diharapkan klien
halusinasi dg bercakap-cakap
dapat :
saat terjadi halusinasi
1. Bercakap cakap pada 3. Masukkan pada jadual
saat halusinasi terjadi
kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat dan
bercakap-cakap

1. Untuk mengevaluasi
kegiatan sebelumnya
2. Untuk
pengontrolan

melatih
yang

ketiga
3. Untuk merealisasikan
latihan

secara

kontinuitas
Setelah

diberikan SP4
1. Evaluasi kegiatan latihan
tindakan keperawatan 1
menghardik & obat &
x pertemuan selama 15 bercakap-cakap. Beri pujian
2. Latih cara mengontrol
menit diharapkan klien
halusinasi dg melakukan
dapat :
kegiatan harian (mulai 2
1. Melakukan kegiatan
kegiatan)
harian minimal 2
3. Masukkan pada jadual

1. Evaluasi
sebelumnya
2. Untuk
pengontrolan

kegiatan
melatih
yang

kegiatan

kegiatan untuk latihan


menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan kegiatan

keempat

3. Untuk merealisasikan
latihan

secara

kontinuitas

semua

latihan
dilakukan.

yg

telah

DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L. M. 2011. Keperawatan Jiwa; Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Direja, A.H.S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Keliat Budi Ana,1999,Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC
Stuart GW, Sundeen,1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC
Tim Direktorat Keswa, 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung.
Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Bandung: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai