Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini penulis persiapkan untuk melengkapi
tugas mata kuliah Farmakologi Klinik.
Dalam penyusunan makalah ini banyak kesulitan dan hambatan yang
penulis kenaikan pangkat dalam kepegawaian negeri sipil. Hadapi, meskipun
demikian berkat bantuan serta dorongan dari berbagai pihak, penyusunan makalah
ini dapat terlaksanadengan baik.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, sehingga dengan segala kerendahan hati kami menghar apakan saran
dan kritik yang bersifat membangun demi lebih baiknya kinerja kami yang akan
mendatang.
Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan
informasi yang bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trigeminal neuralgia merupakan suatu keluhan serangan nyeri wajah pada
satu sisiyang berulang. Disebut Trigeminal neuralgia, karena nyeri di wajah ini
terjadi pada satuatau lebih saraf dari tiga cabang saraf trigeminal. Saraf yang
cukup besar ini terletak diotak dan membawa sensasi dari wajah ke otak. Rasa
nyeri disebabkan oleh terganggunyafungsi saraf trigeminal sesuai dengan daerah
distribusi persarafan salah satu cabang saraf trigeminal yang diakibatkan oleh
berbagai penyebab.
Serangan Trigeminal neuralgia dapat berlangsung dalam beberapa detik
sampaisatu menit. Beberapa orang merasakan sakit ringan, kadang terasa seperti
ditusuk.Sementara yang lain merasakan nyeri yang cukup berat, seperti nyeri saat
terkena setrumlistrik.
Prevalensi penyakit ini diperkirakan sekitar 107.5 pada pria dan 200.2
pada wanita per satu juta populasi. Penyakit ini lebih sering terjadi pada sisi kanan
wajah dibandingkandengan sisi kiri (rasio 3:2), dan merupakan penyakit pada
kelompok usia dewasa (dekadeenam sampai tujuh). Hanya 10 % kasus yang
terjadi sebelum usia empat puluh tahun.
Sumber lain menyebutkan, penyakit ini lebih umum dijumpai pada mereka
yang berusia di atas 50 tahun, meskipun terdapat pula penderita berusia muda dan
anak-anak.
Trigeminal neuralgia merupakan penyakit yang relatif jarang, tetapi sangat
mengganggu kenyamanan hidup penderita, namun sebenarnya pemberian obat
untuk mengatasi Trigeminal neuralgia biasanya cukup efektif. Obat ini akan
memblokade sinyalnyeri yang dikirim ke otak, sehingga nyeri berkurang, hanya
saja banyak orang yang tidak mengetahui dan menyalahartikan Trigeminal
neuralgia sebagai nyeri yang ditimbulkankarena kelainan pada gigi, sehingga
pengobatan yang dilakukan tidaklah tuntas.
1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui penyakit Trigeminal neuralgia
1.2.2 Untuk mengetahui cara penatalaksanaan penyakit Trigeminal neuralgia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Anatomi
Nervus trigeminus merupakan nervus kranialis yang terbesar dan melayani
dan daerah calvaria bagian ventral sampai vertex. Di antara kedua nucleus di atas
terdapat perbedaan fungsional yang penting: di dalam nucleus Pontius berakhir
serat-serat aferan N. V yang relatif kasar, yang mengantarkan impuls-impuls rasa
raba, sedangkan nucleus spinalis N. V terdiri atas sel-sel neuron kecil dan
menerima serat-serat N. V yang halus yang mengantarkan impuls-impuls
eksteropatif nyeri dan suhu.
2.2
Fisiologis
Fungsi nervus trigeminus dapat dinilai melalui pemeriksaan rasa suhu, nyeri dan
raba pada daerah inervasi N. V (daerah muka dan bagian ventral calvaria),
pemeriksaan refleks kornea, dan pemeriksaan fungsi otot-otot pengunyah. Fungsi
otot pengunyah dapat diperiksa, misalnya dengan menyuruh penderita menutup
kedua rahangnya dengan rapat, sehingga gigi-gigi pada rahang bawah menekan
pada gigi-gigi rahang atas, sementara Masseter dan m. Temporalis dapat dipalpasi
ddengan mudah. Pada kerusakan unilateral neuron motor atas, m. Masticatores
tidak mengalami gangguan fungsi, oleh karena nucleus motorius N. V menerima
fibrae corticonucleares dari kedua belah cortex cerebri.Sebagai tambahan terhadap
fungsi cutaneus, cabang maxillaris dan mandibularis penting pada kedokteran
gigi. Nervus maxillaris memberikan inervasi sensorik ke gigi maxillaris, palatum
Definisi
Secara harfiah, trigeminal neuralgia berarti nyeri pada nervus trigeminus, yang
menghantarkan rasa nyeri menuju ke wajah. Trigeminal neuralgia adalah suatu
keadaan yang mempengaruhi nervus V. Dicirikan dengan suatu nyeri yang muncul
mendadak, berat, seperti sengatan listrik, atau nyeri yang menusuk-nusuk,
biasanya pada satu sisi rahang atau pipi. Pada beberapa penderita, mata, telinga
atau langit-langit mulut pada terserang. Pada kebanyakan penderita, nyeri
berkurang saat malam hari, atau pada saat penderita berbaring.
2.4
Gambaran klinis
Klasifikasi
2.
3.
4.
5.
6.
2.6
Etiologi
Mekanisme patofisiologi yang mendasari trigeminal neuralgia belum
Sifat nyeri yang paroksimal, dengan interval bebas nyeri yang lama
2.
3.
Kenyataan bahwa suatu lesi kecil atau parsial pada ganglion dan/atau akarakar saraf sering menghilangkan nyeri
4.
dibanding saraf tepi. Peroksisom nyeri analog dengan bangkitan dan yang
menarik adalah sering dapat dikontrol dengan obat-obatan anti kejang
(karbamazepin dan fenitoin).
Tampaknya sangat mungkin serangan nyeri mungkin menunjukkan seuatu
cetusan aberrant dari aktivitas neuronal yang mungkin dimulai dengan
memasukkan input melalui saraf kelima, berasal dari sepanjang traktus sentral
saraf kelima, atau pada tingkat sinaps sentralnya. Berbagai keadaan patologis
menunjukkan penyebab yang mungkin terjadi pada kelainan ini. Pada kebanyakan
pasien operasi untuk Trigeminal neuralgia ditemukan adanya kompresi atas nerve
root entry zone saraf kelima pada batang otak oleh pembuluh darah (45-95%).
Hal ini meningkat sesuai usia karena sekunder terhadap elongasi arteria karena
Patofisiologi
Trigeminal neuralgia dapat terjadi akibat berbagai kondisi yang melibatkan
2.
bergeser atau jatuh ke arah caudal di dalam fossa posterior dengan akibat makin
besarnya kontak neurovaskuler yang tentunya akan memperbesar kemungkinan
terjadinya penekaknan pada saraf yang terkait.
Ada kemungkinan terjadi kompresi vaskuler sebagai dasar penyebab
umum dari sindroma saraf krasial ini. Kompresi pembuluh darah yang berdenyut,
baik dari arteri maupun vena, adalah penebab utamanya. Letak kompresi
berhubungan dengan gejala klinis yang timbul. Misalnya, kompresi pada bagian
rostal dari nervus trigeminus, dan seterusnya. Menurut Calvin, sekitar 90% dari
Trigeminal neuralgia penyebabnya adalah adanya arteri salah tempat yang
melingkari serabut saraf ini pada usia lanjut.
Mengapa terjai perpanjangan dan pembelokan pembuluh darah, dikatakan
bahwa mungkin sebabnya terletak pada predisposisi genetik yang ditambah
dengan beberapa faktor pola hidup, yaitu merokok, pola diet, dan sebagainya.
Pembuluh darah yang menekan tidak harus berdiameter besar. Walaupun hanya
kecil, misalnya dengan diameter 50-100 m saja, sudah bisa menimbulkan
neuralgia,
hemifacial
spasm,
tinnitus,
ataupun
vertigo.
Bila
dilakukan
Diagnosis
Kunci diagnosis adalah riwayat. Umumnya, pemeriksaan dan tes
neurologis (misalnya CT scan) tak begitu jelas. Faktor riwayat paling penting
adalah distribusi nyeri dan terjadinya serangan nyeri dengan interval bebas nyeri
relative lama. Nyeri mulai pada distribusi divisi 2 atau 3 saraf kelima, akhirnya
sering menyerang keduanya. Beberapa kasus dimulau pada divisi 1.
Biasanya, serangan nyeri timbul mendadak, sangat hebat, durasinya
pendek (kurang dari satu menit), dan dirasakan pada satu bagian dari saraf
trigeminal, misalnya bagian Rahang atau sekkitar pipi. Nyeri sering kali
terpancing bila suatu daerah tertentu diragsang (trigger area atau trigger zone).
Trigger zone sering dijumpai disekitar kuping hidung atau sudut mulut.
Yang unik dari trigger zone ini adalah rangsangannya harus berupa sentuhan atau
tekanan pada kulit atau rambut di daerah tersebut. Rangsangan dengan cara lain,
misalnya dengan menggunakan panas, walaupun menyebabkan nyeri pada tempat
itu, tidak dapat memancing terjadinya serangan neuralgia. Pemeriksaan
neurologik pada trigeminal neuralgia hampir selalu normal. Tidak terdapat
gangguan sensorik pada trigeminal neuralgia murni.
Dilaporkan adanya gangguan sensorik pada trigeminal neuralgia yang
menyertai multiple sklerosis. Sebaliknya, sekitar 1-2% pasien dengan MS juga
menderita trigeminal neuralgia yang dalam hal ini bisa bilateral.
Anamnesis
1.
2.
3.
4.
5.
b.
Pemeriksaan Fisik
1.
2.
3.
Menilai EOM.
4.
2.9
Penatalaksanaan
Pengobatan pada dasarnya dibagi atas 3 bagian yaitu :
a.
b.
c.
A.
ini mempunyai cukup banyak efek samping. Penyakit ini juga terutama
menyerang orang yang telah lanjut usia. Karena itu, pemilihan dan pemakaian
obat harus diperhatikan secara cermat kemungkinan timbulnya efek samping.
Dasar penggunaan obat pada terapi trigeminal neuralgia dan neuralgia saraf lain
adalah kemampuan obat untuk menghentikan hantaran impluse afferent yang
menimbulkan serangan nyeri.
1.
Carbamazepine
Obat yang hingga kini dianggap merupakan pilihan pertama adalah
carbamazepin. Bila efektif maka obat ini sudah mulai tampak hasilnya setelah 4
hingga 24 jam pemberian, kadang-kadang bahkan secara dramatis. Dosis awal
adalah 3 x 100 hingga 200 mg. Bila toleransi pasien terhadap obat ini baik, terapi
dianjurkan hingga beberapa minggu atau bulan. Dosis hendaknya disesuaikan
dengan respon pengurangan nyeri yang dapat dirasakan oleh pasien. Dosis
maksimal adalah 1200 mg/hari.
Karena diketahui bahwa pasien dapat mengalami remisi dosis dan lama
pengobatan bisa disesuaikan dengan kemungkinan ini. Bila terapi berhasil dan
pemantauan dari efeksampingnya negatif, maka obat ini sebaiknya diteruskan
hingga sedikitnya 6
Cara ini adalah cara yang dianjurkan oleh Jho dan Lunsorf (1997). Konon,
hasilnya sangat baik dengan gangguan minimal pada kepekaan muka. Hipotesis
yang dikemukakan adalah bahwa gliserol adalah neurotoksik dan bekerja pada
serabut saraf yang sudah mengalami demielinisasi, menghilangkan compound
action potential pada serabut trigeminal yang terkait dengan rasa nyeri. Cara ini
cepat dan pasien bisa cepat dipulangkan. Kerugiannya adalah masih tetap bisa
terjadi gangguan sensorik yang mungkin mengganggu atau kumat lagi sakitnya.
2
Microvascular Decompression
Dasar dari prosedur ini adalah anggapan bahwa adanya penekanan
pembedahan adalah segi mental serta emosi pasien. Selain obat-obat anti depresan
yang dapat memberikan efek perubahan kimiawi otak dan mempengaruhi
neurotransmitter baik pada depresi maupun sensasi nyeri, juga dapat dilakukan
teknik konsultasi biofeedback (melatih otak untuk mengubah presepsinya akan
rasa nyeri) dan teknik relaksasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Trigeminal neuralgia merupakan suatu keluhan serangan nyeri wajah satu
sisi yang berulang disebut trigeminal neuralgia karena nyeri ini di wajah terjadi
pada satu atau lebih saraf dari tiga cabang saraf trigeminal. Rasa nyeri disebabkan
oleh terganggunya fungsi saraf trigeminal sesuai dengan daerah distribusi
persyarafan salah satu cabang saraf trigeminal yang diakibatkan oleh berbagai
penyebab. Pada kebanyakan kasus tampaknya yang menjadi etiologi adalah
adanya kompresi oleh salah satu arteri didekatnya yang mengalami pemanjangan
seiring dengan perjalanan usia, tepat pada pangkal tempat keluarnya saraf dari
batang otak.
Kunci diagnosis adalah penyakit. Faktor riwayat paling penting adalah
distribusi nyeri dan terjadinya serangan nyeri dengan interval bebas nyeri relatif
lama. Nyeri mulai pada distribusi divisi 2 atau 3 saraf kelima, akhirnya sering
menyerang keduanya. Beberapa kasus mulau pada divisi 1. Biasanya serangan
nyeri timbul mendadak, sangat hebat, durasinya pendek ( kurang dari satu menit)
dan dirasakan pada satu bagian saraf trigeminal, misalnya bagian rahang atau
sekitar pipi. Nyeri seringkali terpancing bila suatu daerah tertentu dirangsang
(trigger area atau trigger zone). Trigger zonez sering dijumpai disekitar cuping
hidung atau sudut mulut.
Obat untuk mengatasi trigeminal neuralgia biasanya cukup efektif. Obat
ini akan memblokade sinyal myeri yang dikirim otak, sehingga nyeri berkurang.
Bila ada efek samping, obat lain bias digunakan sesuai petunjuk dokter.
Beberapa obat biasa diresepkan antara lain carbamazepine (Tegretol, carbatrol),
baclofen. Ada pula obat phenytoin (Dilantin, Phenytek) atau oxacarbazepine
(Trileptal). Dokter mungkin akan member lamotrignine (lamical) atau gabapenti
(neurontin). Pasien trigeminal neuralgia yang tidak cocok dengan obat-obatan bias
memilih tindakan operasi.
DAFTAR PUSTAKA
LOVE S, Coakham HB. Trigeminal neuralgia Pathology and phatogenesis. Brain
2001;124:2347-2360
Joffroy A, Levivier M, Massager N. Trigeminal neuralgia Pathology and
treatment. Acta neurol 2001;101:20-25
Nurmikko TJ , Eldridge PR. Trigeminal neuralgia-pathophysiology, diagnosis and
current treatment. British Journal of Anaesthesia 2001;87(1):32-117
Kamel HAM ,Toland J. Trigeminal Nerve Anatomy : Illustrated Using Examples
of Abnormaliteis. AJR 2001 jan ;176:247-251
Siddiqui MN , Siddiqui S , Ranasinghe JS, Furgang FA. Pain Management.
Trigeminal neuralgia. Clinical Review Articke. Hospital Physicial 2003
jan; 64-70
Bennetto L, Patel NK, Fuller G. Trigeminal neuralgia and its management. BMJ
2007 JAN 27;334:201-205
Kraftt RM. Trigeminal neuralgia. American Family Physician 2008 May
1;77:1291-1296
Scrivani SJ. Trigeminal neuralgia. Pain Management 2004 ;1(3) :1-6
Dwdhia JD, Tordoff S, Sivakmular G. Trigeminal neuralgia (TGN)
Pathophysiology and management. Journal of Anaesthesia Clinical
Pharmacology 2009;25 (1):3-8.