PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman tuberculosis (TB) yang dikenal dengan nama Mycobacterium
tuberculosis, sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi ada juga
yang menyerang tubuh lainnya (Kemenkes, 2015)
Laporan WHO (global reports 2010), menyatakan bahwa pada tahun
2009 angka kejadian TB di seluruh dunia sebesar 9,4 juta (antara 8,9 juta
hingga 9,9 juta jiwa) dan meningkat terus secara perlahan pada setiap
tahunnya dan menurun lambat seiring didapati peningkatan per kapita.
Prevalensi kasus TB di seluruh dunia sebesar 14 juta (berkisar 12 juta
sampai 16 juta). Jumlah penderita TB di Indonesia mengalami penurunan,
dari peringkat ke tiga menjadi peringkat ke lima di dunia, namun hal ini
dikarenakan jumlah penderita TB di Afrika Selatan dan Nigeria melebihi
dari jumlah penderita TB di Indonesia.
Berdasarkan data di WHO Global Report 2014, angka insiden TB di
Indonessia tahun 2014 mencapai 183/100.000 penduduk Tahun 2015,
tetap memakai prevelensi TB 272 per 100.000 penduduk ( Fajarnews,
2016)
Distribusi menurut Kabupaten/Kota kasus TB paru di Sulawesi
Tenggara tahun 2015 menunjukkan, kasus tertinggi TB paru BTA positif
terjadi di Kabupaten Muna sebanyak 829 kasus dari 279.928 penduduk
dengan prevalensi sebesar 296 per 100.000 penduduk, Kabupaten
seseorang
terpajan
kuman
TB
ditentukan
oleh
Orang Yang berisiko terkena TB antara lain : Orang yang kontak erat
dengan pasien TB yang tidak diobati, Orang yang status gizinya rendah,
Orang dengan daya tahan tubuh rendah, Bayi, anak-anak dan lansia yang
kontak erat dengan pasien TB positif, Oleh karena itu, anggota keluarga
yang tinggal serumah dengan pasien TB wajib melakukan pemeriksaan
dahak karena memiliki risiko tinggi terkena TB (Depkes RI, 2008)
Faktor risiko TB paru antara lain : faktor umur, faktor jenis kelamin,
tingkat pendidikan, pekerjaan, kebiasaan merokok, kepadatan hunian
kamar tidur, pencahayaan, ventilasi, kondisi rumah, kelembaban udara,
status gizi, keadaan sosial ekonomi, perilaku (Irman, 2015).
Infeksi tuberkulosis aktif secara bermakna sesuai dengan umur.
Insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya mengenai usia dewasa muda
Iebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita karena
laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga
memudahkan terjangkitnya TB paru selain itu orang yang mempunyai
kebiasaan merokok sehingga memudahkan terjangkitnya TB paru selain
hal tersebut tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap
pengetahuan seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi
syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit TB Paru (Irman, 2015).
Jenis pekerjaan juga sebagai faktor risiko terhadap kejadian TB
pada individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan
partikel debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya
gangguan pada saluran pernafasan (Irman, 2015).
Orang dengan status gizi kurang mempunyai resiko 3,7 kali untuk
menderita TB Paru berat dibandingkan dengan orang yang status gizinya
cukup atau lebih (Irman, 2015).
Penelitian Made Agus Nurjana (2015) dengan judul Faktor Risiko
Terjadinya Tuberculosis Paru Usia Produktif (15-49 Tahun) Di Indonesia
Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor risiko TB paru pada usia
produktif di Indonesia yaitu pendidikan, indeks kepemilikan, bahan bakar
memasak, kondisi ruangan dan perilaku merokok. Faktor risiko yang
paling dominan adalah pendidikan
Menurut Mentri Kesehatan RI dalam Kompas, (2014) TB dapat
dicegah dan diobati, tergantung kepada perilaku seseorang. Menurut dia,
selama seseorang menjalani hidup bersih dan sehat, ada banyak
penyakit yang bisa dicegah, termasuk TB. Selain itu, ia juga menekankan
pada pentingnya berobat sedini mungkin. Jika terjadi batuk, perlu
dicurigai dan diperiksakan. Apabila benar TB, bisa segera diobati.
Semakin cepat diobati, kemungkinan kesembuhannya pun besar.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Abeli jumlah
Penderita TB paru Tahun 2014 berjumlah 29 penderita, suspek TB paru
berjumlah 16 orang, Tahun 2015 berjumlah 32 penderita, suspek TB paru
berjumlah 21 orang dan Tahun 2016 Periode Januari mei 2016
berjumlah 28 penderita, suspek TB paru berjumlah 14 orang, yang
tersebar di 8 kelurahan yang meliputi : Abeli, Talia, Lapulu, Anggalomelai,
Tobimeita, Benuanirai, Puday dan Kelurahan Poasia, Hal ini menunjukkan
jumlah penderita TB di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari
terus meningkat (Regiter Puskesmas Abeli, 2016).
4
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah
di
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan umum
Untuk mengetahui faktor risiko kejadian TB paru di Wilayah
Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari.
2.
Tujuan khusus
a. Mengetahui faktor Kebiasaan merokok terhadap kejadian TB paru
di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari
b. Mengetahui faktor jenis pekerjaan terhadap kejadian TB paru di
Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari
c. Mengetahui faktor status gizi terhadap kejadian TB paru
di
D.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
5
a. Puskesmas
Dapat memberikan masukan pada pihak Puskesmas
mengenai faktor risiko kejadian TB paru.
b. Masyarakat
Sebagai bahan bacaan untuk mendapatkan wawasan
tentang TB paru.
c. Perawat
Dapat memberikan informasi berguna bagi perawat
sehingga dapat meningkatkan proses keperawatan khususnya
pada pasien TB paru, dengan pemberian HE mengenai
pencegahan faktor risiko TB paru.
2. Manfaat Teoritis
a. Peneliti
Dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi
peneliti sehingga dapat menerapkan pengalaman ilmiah yang
diperoleh untuk penelitian di masa mendatang.
b. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan atau tambahan referensi pada
perpustakaan
serta
pedoman
terhadap
para
peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Pengertian Puskesmas
Puskesmas (pusat kesehatan masyarakat) adalah suatu unit
pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan
kesehatan, pusat pembinaan partisipasi masyarakat dalam bidang
kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu
dan
Fungsi Puskesmas
Fungsi pokok puskesmas , antara lain :
a. sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat diwilayahnya;
b. membina peran serta masyarakat diwilayah kerjanya dalam
rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat;
c. memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat wilayah kerjanya.
Sementara proses dalam melaksanakan fungsinya dilakukan dengan
cara:
a. merangsang
masyarakat,
termasuk
pihak
swasta
untuk
program
puskesmas
(Mubarak,
iqbal
dan
Nurul,2009).
3.
Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia
Sehat
Indikator Kecamatan Sehat:
4.
a.
Lingkungan sehat,
b.
Perilaku sehat,
c.
d.
kemandirian
hidup
sehat
bagi
keluarga
dan
c. Memelihara
dan
meningkatkan
mutu,
pemerataan
dan
Upaya Puskesmas
a. Upaya kesehatan Wajib meliputi upaya berdasarkan komitmen
nasional, regional dan global serta punya daya ungkit tinggi untuk
peningkatan
derajat
kesehatan
masyarakat
serta
wajib
permasalahan
serta
yang
kesehatan
disesuaikan
yang
dengan
ditemukan
di
kemampuan
Puskesmas
a.
tuberkulosis,
yang
biasanya
11
Pada tahap lanjutan, obat diminum seminggu 3 kali selama 45 bulan, Dan wajib kontrol setiap sebulan sekali.
6. Cara Minum Obat TB
Cara minum obat TB sebaiknya sebelum makan pada waktu
pagi hari. Apabila muncul gejala mual, dapat diberikan sesudah
makan. Obat TB harus diminum dalam satu dosis. Misalnya 3 tablet
dalam satu kali minum obat. Jika obat diminum terpisah harus habis
dalam waktu kurang dari 2 jam (Depkes RI. 2009).
7. Efek Samping Obat TB (OAT)
Efek samping OAT dapat dipantau namun masih bisa diatasi.
Per-hatikan efek samping yang timbul yaitu :
a. Warna kemerahan pada air seni/kencing. Jelaskan kepada pasien TB
untuk tidak khawatir, warna merah berasal dari salah satu obat yang
diminum
b. Mual, tidak nafsu makan, sakit perut. Jelaskan kepada pasien agar
obat ditelan pada malam hari sebelum tidur.
c. Nyeri sendi
d. Kesemutan atau rasa terbakar di kaki
e. Gatal dan kemerahan pada kulit
f. Gangguan pendengaran
g. Gangguan keseimbangan/ limbung
h. Kuning pada mata atau kulit
i. Gangguan penglihatan (Depkes RI. 2008).
8. Pengawas Menelan Obat (PMO)
13
tokoh
masyarakat,
tokoh
agama,
atasan
di
14
kantor/supervisor,
kader
kesehatan,
kader
PKK,
kelompok
dahak
dengan
benar
dapat
mencegah
biasanya
mengenai
usia
dewasa
muda. Di Indonesia
18
seseorang
diantaranya
mengenai
rumah
yang
usia
produktif
di
Indonesia
yaitu
pendidikan,
indeks
4. Pekerjaan
Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus
dihadapi setiap individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang
berdebu
paparan
partikel
debu
di
daerah
terpapar
akan
terjadinya
gejala
penyakit
saluran
pernafasan
dan
sehari-hari
diantara
konsumsi
makanan,
pemeliharaan
kesehatan
sehingga
akan
mempermudah
terjadinya
diketahui
mempunyai
hubungan
dengan
jantung
koroner,
bronchitis
kronik
dan
kanker
kandung
disesuaikan
dengan
jumlah
penghuninya
agar
tidak
22
8. Ventilasi
Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah
untuk menjaga agar aliran udara didalam rumah tersebut tetap segar.
Hal ini berarti keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni
rumah
tersebut
tetap
terjaga.
Kurangnya
ventilasi
akan
23
udara
dalam
ruangan
untuk
memperoleh
24
Kesehatan
Dasar
Tahun
2010)
Analisis
multivariat
25
26
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Dasar Pemikiran
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman tuberculosis (TB) yang dikenal dengan nama Mycobacterium
tuberculosis, sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi ada juga
yang menyerang tubuh lainnya (Kemenkes, 2015)
Faktor risiko TB paru antara lain : faktor umur, faktor jenis kelamin,
tingkat pendidikan, pekerjaan, kebiasaan merokok, kepadatan hunian
kamar tidur, pencahayaan, ventilasi, kondisi rumah, kelembaban udara,
status gizi, keadaan sosial ekonomi, perilaku (Irman, 2015).
Infeksi tuberkulosis aktif meningkat secara bermakna sesuai dengan
umur. Insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya mengenai usia dewasa
muda, Iebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita
karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga
memudahkan terjangkitnya TB paru selain hal tersebut ingkat pendidikan
27
Variabel Terikat
Pendidikan
Kebiasaan merokok
Status Gizi
Jenis Kelamin
Kejadian TB paru
Perilaku
Kepadatan hunian
Pencahayaan
Ventilasi
Kondisi rumah
Kelembaban udara
Sosial ekonomi
28
Keterangan :
: Variabel yang diteliti (variabel independen)
: Variabel yang tidak diteliti(variabel independen)
: Variabel dependen
Gambar I : Bagan Kerangka Konsep
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen (bebas)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau
dianggap menentukan variabel terikat (Saryono, 2008), adapun
varibel bebas dalam penelitian ini adalah : faktor umur, faktor jenis
kelamin, kebiasaan merokok, status gizi
2. Variabel Dependen (terikat)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
bebas (Saryono, 2008), adapun varibel terikat dalam penelitian ini
adalah kejadian TB Paru
D. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif
1. Kejadian TB yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penderita TB
paru yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari
a.
TB paru
: Jika
penderita
di
diagnosa
dokter
b.
Bukan TB paru
menderita TB paru
: Jika penderita di diagnosa dokter tidak
menderita TB paru
29
Berisiko
b.
Kurang berisiko
2015).
3. Merokok yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adanya riwayat
merokok penderita TB paru yang berada di Wilayah Kerja
Puskesmas Abeli Kota Kendari
Kriteria objektif :
a. Berisiko
b. Kurang berisiko
b. Kurang berisiko
E. Hipotesis Penelitian
1. Pekerjaan
30
Kendari.
b. Hipotesis Alternatif (Ha) : pekerjaan merupakan faktor risiko
kejadian TB paru
Kendari.
2. Merokok
a. Hipotesis Nol (H0) : merokok bukan merupakan faktor risiko
kejadian TB paru
Kendari.
b. Hipotesis Alternatif (Ha) : merokok merupakan faktor risiko
kejadian TB paru
Kendari.
3. Status Gizi
a. Hipotesis Nol (H0) : status gizi bukan merupakan faktor risiko
kejadian TB paru
Kendari.
b. Hipotesis Alternatif (Ha) : status gizi merupakan faktor risiko
kejadian TB paru
Kendari.
BAB IV
31
METODE PENELITIAN
dengan
Kontrol
Risiko (-)
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas
Abeli Kota Kendari.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
32
langsung
diperoleh
oleh
peneliti
dari
subyek
data
secara
formal
dilakukan
dengan
(2006)
pengolahan
data
dilakukan
34
b. Coding/scoring
merupakan
tindakan
untuk
melakukan
setelah
proses
editing
dan
coding.
Kegiatan
i:1
xi
1)
(
OR
axd
bxc
OR = 1
OR > 1
1. Interval kepercayaan OR
36
Upper = OR(1+z/x)
Lower = OR(1-z/x)
2. Uji chi-square (Mantel and Haenszel)
2
(t 1) ( ad bc)
X 2 MH
ninomimo
3. Nilai Z
Tabel 4. Nilai Z Untuk Perhitungan Odd Rasio
Interval kepercayaan
Nilai Z
90%
1,64
95%
1,96
99%
2,56
3. Penyajian Data
Hasil penelitian yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel
distribusi
frekuensi, tabel
chi-square
(X 2)
dinarasikan
dan
persentatif.
F. Etika Penelitian
Setelah
mendapatkan
persetujuan,
kemudian
kuesioner
37
38
Asih, Niluh Gede Yasmin. (2003). Keperawatan Medikal Bedah : Klien dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta : EGC
Baughman, Diane C. (2000). Keperawatan Medikal Bedah : Buku Saku dari Brunner dan
Suddart. Jakarta : EGC
Brooker Chris. (2009). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth J. (2009). Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta : EGC
Doenges, Marlynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Somantri, Imran. (2007). Keperawatan Medikal Bedah : Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan.Jakarta : Selemba Medika
Depkes RI. (2008) Pedoman Nasional Penanggulan Tuberkulosis. Edisi 2 cetakan kedua.
indra Dewi (2011) dengan judul Hubungan antara pengetahuan, sikap pasien
dan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien TB paru
di BKPM Pati
Penelitian Made Agus Nurjana (2015) dengan judul Faktor Risiko Terjadinya
Tuberculosis Paru Usia Produktif (15-49 Tahun) Di Indonesia Hasil analisis
menunjukkan bahwa faktor risiko TB paru pada usia produktif di Indonesia
yaitu pendidikan, indeks kepemilikan, bahan bakar memasak, kondisi
ruangan dan perilaku merokok. Faktor risiko yang paling dominan adalah
pendidikan
Ryana Ayu Setia Kurniasari (2010) Faktor Risiko Kejadian Tuberkulosis Paru
di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri memperoleh hasil bahwa faktor
risiko yang berhubungan dengan kejadian tuberkulosis paru adalah
pencahayaan ruangan dan luas ventilasi
Elisa S. Korua (2013) Hubungan Antara Umur, Jenis Kelamin, Dan
Kepadatan Hunian Dengan Kejadian Tb Paru Pada Pasien Rawat Jalan Di
Rumah Sakit Umum Daerah Noongan. Ada hubungan antara jenis kelamin
dengan kejadian TB Paru pada pasien rawat jalan di RSUD Noongan dengan
p=0,01.
Jendra F.J Dotulong (2014) Hubungan Faktor Risiko Umur, Jenis Kelamin
Dan Kepadatan Hunian Dengan Kejadian Penyakit Tb Paru Di Desa Wori
Kecamatan Wori memperoleh hasil bahwa faktor resiko yang di teliti yang
berhubungan dengan kejadian tuberkulosis paru adalah umur dan jenis
kelamin
Rukmini (2010) FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP
KEJADIAN TB PARU DEWASA DI INDONESIA (ANALISIS DATA RISET
KESEHATAN DASAR TAHUN 2010) Analisis multivariat menunjukkan bahwa
faktor risiko yang mempengaruhi kejadian TB Paru dewasa di Indonesia
adalah umur, jenis kelamin, energi penerangan, status gizi dan kontak
serumah dengan pasien TB. Faktor risiko yang paling dominan berpengaruh
terhadap kejadian TB paru dewasa adalah kontak serumah dengan pasien
TB.
Elisa S. Korua. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi.
Hubungan Antara Umur, Jenis Kelamin, Dan Kepadatan Hunian Dengan
Kejadian Tb Paru Pada Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah
Noongan.2013
40
41