Anda di halaman 1dari 1

Dokter untuk Indonesia Bebas Rokok

Inilah Indonesia. Sebuah negara kepulauan di tenggara Asia, dengan penduduk


lebih dari 255 juta jiwa, ternyata menempati peringkat ke 3 dengan jumlah perokok
terbesar di dunia setelah China dan India (WHO,2008). Setidaknya, 34,7 % penduduk
Indonesia berusia 10 tahun ke atas adalah perokok. Seakan tak bisa lepas oleh
cengkraman rokok, jumlah tersebut terus meningkat setiap tahunnya. Lebih dari itu, kini
rokok telah menjamaah kalangan remaja bahkan anak anak. Bahaya yang ditimbulkan
pun tidak hanya berdampak pada perokok aktifnya, namun juga pada orang-orang serta
anak-anak yang tinggal dilingkungan para perokok. Lebih dari 40,3 juta anak Indonesia
berusia 0-14 tahun tinggal dengan perokok dan terpapar asap rokok di lingkungannya.
Dampaknya, anak yang terpapar asap rokok mengalami pertumbuhan paru lambat, lebih
rentan terkena infeksi salauran nafas, infeksi telinga, serta asma.
Berbagai strategi dan program dari berbagai sektor dilakukan guna menurunkan
jumlah perokok di Indonesia. Mulai dari bahaya rokok yang dituliskan jelas pada
kemasannya, kemudian Departemen Kesehatan yang gencar melakukan sosialisasi
tentang bahaya rokok pada banyak sekolah serta institusi. Bahkan presiden kita, Joko
Widodo, telah mengeluarkan peraturan untuk menaikkan harga rokok di Indonesia.
Lalu kira-kira, apa hal sederhana yang dapat dilakukan dokter Indonesia
mengenai hal ini?
Mari kita mulai dengan menjauhkan diri kita dan keluarga kita dari rokok.
Sebagai dokter, mari kita berikan contoh baik kepada masyarakat untuk tidak merokok.
Lindungi keluarga kita serta bina anak-anak kita agar tidak merokok. Setidaknya dengan
kita mulai dari diri sendiri dan keluarga kita sendiri, kita dapat sedikit menurunkan
jumlah perokok di indonesia.
Kemudian beranikanlah diri kita untuk menegur para perokok yang ada disekitar
kita. Ingatkan kembali bahayanya. Meski faktanya sangat sulit untuk mengubah
kebiasaan seseorang. Namun dengan kita ingatkan berulang-ulang, diharapkan akan
muncul kesadaran di dalam diri mereka dan keinginan untuk lepas dari rokok. Jadikan
pula diri kita sebagai tempat konseling bagi mereka yang ingin lepas dari kebiasaan
merokok. Mari kita bantu mereka, karena lepas dari kebiasaan merokok sangatlah sulit.
Tak lupa pula selalu kita berikan sosialisasi pada tiap pasien yang berobat pada kita
tentang berbahayanya perilaku merokok tersebut.
Terakhir dan tak kalah penting, mari kita terus dukung program-program
pemerintah dalam usahanya menurunkan jumlah perokok di Indonesia. Semoga dengan
usaha yang kita lakukan, Indonesia secara perlahan dapat melepaskan dirinya dari
kebiasaan merokok.

Anda mungkin juga menyukai