Anda di halaman 1dari 12

Evaluasi Saluran Drainase Kawasan Jalan Mustafa Kecamatan Medan Timur

Kota Medan

𝐑𝐚𝐭𝐧𝐚𝐒𝐢𝐦𝐚𝐭𝐮𝐩𝐚𝐧𝐠, 𝐒𝐓, 𝐌𝐓.𝟏) , 𝐂𝐡𝐚𝐧𝐝𝐫𝐚𝐏𝐚𝐭𝐢𝐦𝐮𝐫𝐚.𝟐)


𝟏)
𝐒𝐭𝐚𝐟𝐏𝐞𝐧𝐠𝐚𝐣𝐚𝐫𝐉𝐮𝐫𝐮𝐬𝐚𝐧𝐓𝐞𝐤𝐧𝐢𝐤𝐒𝐢𝐩𝐢𝐥𝐒𝐞𝐤𝐨𝐥𝐚𝐡𝐓𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢𝐓𝐞𝐤𝐧𝐢𝐤𝐇𝐚𝐫𝐚𝐩𝐚𝐧
𝟐)
𝐌𝐚𝐡𝐚𝐬𝐢𝐬𝐰𝐚𝐉𝐮𝐫𝐮𝐬𝐚𝐧𝐓𝐞𝐤𝐧𝐢𝐤𝐒𝐢𝐩𝐢𝐥𝐒𝐞𝐤𝐨𝐥𝐚𝐡𝐓𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢𝐓𝐞𝐤𝐧𝐢𝐤𝐇𝐚𝐫𝐚𝐩𝐚𝐧

) 𝐆 − 𝐦𝐚𝐢𝐥 ∶ 𝐜𝐡𝐚𝐧𝐝𝐫𝐚𝐩𝐚𝐭𝐢𝐦𝐮𝐫𝐚𝐬𝐭@𝐠𝐦𝐚𝐢𝐥. 𝐜𝐨𝐦

ABSTRAK

Kawasan Jalan Mustafa Medan memiliki permasalahan yang harus dibenahi di sektor
saluran pembuangan (parit). Curah hujan yang tinggi yang terjadi di kawasan tersebut
menyebabkan genangan air yang meluap sampai menutupi seluruh badan jalan yang ada yang
menyebabkan saluran tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Studi ini dilakukan dengan
melakukan analisa hidrologi dan hidrolika. Analisa hidrologi meliputi curah hujan, intensitas
hujan dan Rumus Rasional. Selanjutnya menghitung debit banjir diperlukan catchment area, nilai
koefisien pengaliran dan intensitas hujan. Hasil perbandingan debit saluran eksisting terhadap
debit banjir dapat dilihat bahwa hampir seluruh saluran eksisting tidak mampu menampung debit
banjir, maka harus dilakukan perencanaan ulang dimensi saluran drainase dengan ukuran yang
lebih besar.

Kata kunci: drainase, waktu konsentrasi, intensitas hujan.

1
ABSTRACT

Mustafa Field Road area has a problem that must be addressed in the sector drain
(ditch). Heavy rainfall that occurred in the region led to a pool of water to rise to cover the
entire body of existing roads that lead channels can not function properly. It is caused also by
the existing channel that is too small so it is not able to accommodate the flow of water during
heavy rain season arrives. Next calculate the flood discharge is required catchment area, runoff
coefficient and rainfall intensity. The comparison discharge channel to the existing flood
discharge can be seen that almost all the existing channels can not accommodate the flood
discharge, it must be re-dimensional planning of drainage channels with a larger size.

Key word: drainage, time of concentration, rainfall intensity.

2
1. PENDAHULUAN alirkan pada sistem drainase dan limpasan sebagai
1.1 Latar Belakang akibat tidak mampunyai sistem drainase mengalirkan
Saluran drainase adalah saluran yang dipakai ke tempat pembuangan akhir. Desain hidrologi
diperlukan untuk mengetahui debit pengaliran.
untuk mengalirkan air, baik dari industri, rumah
tangga maupun air hujan yang tujuaannya adalah 2.2 Aspek Hidrologi
mencegah bahaya banjir akibat genangan – genangan Pengertian dan definisi dari hidrologi adalah suatu
air buangan tersebut ataupun limpasan air hujan yang ilmu yang mempelajari pergerakan, distribusi dan
tak mampu ditampung oleh saluran air. Hal ini kualitas air di muka bumi. Hidrologi juga
disebabkan oleh kondisi wilayah dengan topografi mempelajari siklus air atau siklus hidrologi dan
yang relatif datar yang mengakibatkan air hujan tidak sumber daya air yang ditunjukkan untuk
kesejahteraan manusia. Siklus Hidrologi adalah
bisa mengalir, curah hujan yang tinggi, serta kondisi
sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir
saluran drainase yang ada sudah tidak mampu ke bumi dan kembali lagi ke atmosfir melalui
mengalirkan air hujan.. Pada saat terjadi genangan air kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.
atau banjir, kegiatan masyarakat terganggu. Baik bagi Pemanasan air samudera oleh sinar matahari
pengguna jalan maupun masyarakat di sekitar merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut
genangan tersebut. Selain itu juga menyebabkan dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi
terjadinya kemacetan, mengganggu aktivitas (menguap), kemudian jatuh sebagai presitipasi dalam
bentuk hujan, hujan batu, hujan es dan salju (sleet),
masyarakat, kerugian materil penduduk yang
hujan gerimis atau kabut.
rumahnya tergenang. Oleh karena itu hal – hal 2.3 Aspek Hidrolika
tersebut di atas, maka perlu diadakan analisa untuk Dalam ilmu hidrolika, sistem jaringan drainase
mencari solusi agar genangan air tersebut dapat dapat dibedakan dalam 2 jenis yaitu sistem drainase
diatasi. mayor dan sistem drainase mikro.
2. LANDASAN TEORI 2.3.1 Sistem Jaringan Drainase
Sistem jaringan drainase perkotaan dibagi atas 2
Drainase yang berasal dari bahasa Inggris,
bagian, yaitu:
drainage mempunyai arti mengalirkan, menguras, 1. Sistem Drainase Mayor
membuang atau mengalirkan air. Dalam bidang Sistem drainase mayor yaitu sistem
teknik sipil, drainase secara umum dapat didefinisikan saluran/badan air yang menampung dan
sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan
kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, air hujan (catchment area).
rembesan maupun kelebihan air irigasi dari suatu 2. Sistem Drainase Mikro
kawasan atau lahan sehingga fungsi kawasan / lahan Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran
tidak terganggu. Secara umum, drainase dapat dan bangunan pelengkap drainase yang
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang menampung dan mengalirkan air dari daerah
berfungsi untuk mengurangi atau membuang tangkapan hujan
kelebihan air dari suatu kawasan / lahan, sehingga
lahan dapat difungsikan secara optimal. 2.3.2 Bentuk – Bentuk Saluran Drainase
Adapun bentuk – bentuk umum drainase saluran
2.1 Analisa Hidrologi terbuka yang tercantum pada Tabel 2.2 berikut:
Untuk menyelesaikan persoalan drainase sangat
berhubungan dengan aspek hidrologi khususnya
masalah hujan sebagai sumber air yang akan di

3
Tabel 2.2 Bentuk Umum Drainase Saluran Terbuka 6 Segiempat + Bentuk saluran
dan Fungsinya Setengah Lingkaran segiempat ini digunakan
No. Bentuk Saluran Fungsi pada lokasi jalur saluran
1 Trapesium Menampung dan yang tidak mempunyai
menyalurkan limpasan lahan yang cukup /
air hujan dengan debit terbatas. Fungsinya
yang besar. Sifat sama dengan bentuk (2)
alirannya terus menerus dan (3).
dengan fluktuas kecil.
Bentuk saluran ini dapat 3. METODELOGI PENELITIAN
digunakan pada daerah
yang masih cukup 3.1 Lokasi Studi Penelitian
tersedia lahan. Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Jalan
2 Trapesium + Menampung dan Mustafa Medan, Kecamatan Medan Timur.
Segiempat menyalurkan limpasan
air hujan dengan debit
yang besar dan kecil.
Sifat alirannya
berfluktuasi besar dan
terus menerus tapi debit
minimumnya masih
cukup besar.
3 Trapesium + Sama dengan bentuk (2),
Setengah Lingkaran sifat alirannya terus
menerus dan Gambar 3.1 Lokasi Studi Penelitian
berfluktuasi besar
dengan debit minimum. 3.2 Tahap Persiapan
Fungsi bentuk setengah Dalam tahap persiapan ini disusun hal-hal penting
lingkaran ini adalah yang harus dilakukan . dengan tujuan untuk
menampung dan mengefektifkan waktu dan pekerjaan.
mengalirkan debit Tahap persiapan ini meliputi kegiatan sebagai berikut:
minimum tersebut. 1. Menentukan kebutuhan data.
4 Setengah Lingkaran Menyalurkan limbah air 2. Studi pustaka terhadap landasan teori yang
hujan untuk debit yang berkaitan dengan penanganan permasalahan untuk
kecil. Umum digunakan menentukan garis besarnya.
untuk saluran – saluran 3. Survei lokasi untuk mendapatkan gambaran
rumah penduduk dan sisi umum kondisi wilayah studi.
jalan perumahan padat. 3.3 Metode Pengumpulan Data
5 Segiempat Menampung dan Setelah melaksanakan tahap persiapan yang
menyalurkan limpasan berkaitan dengan analisa drainase di Kawasan Jalan
air hujan dengan debit Mustafa Medan.
yang besar. Sifat Data yang diunakan untuk perencanaan drainase
alirannya terus menerus ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
dengan fluktuasi kecil. 1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperroleh
dengan cara mengadakan peninjauan atau

4
survei lapangan yang mencakup hal – hal 3.5 Tata Guna Lahan
sebagai berikut: Kawasan Jalan Mustafa Medan merupakan
a. Letak dan kondisi Jalan Mustafa Medan. kawasan yang berada di Kota Medan yang memiliki
b. Melakukan inventori untuk mengetahui berbagai macam tata guna lahan didalamnya. Secara
ukuran dan kondisi saluran dan bangunan umum komposisi penggunaan lahan di Jalan Mustafa
drainase yang sudah ada (eksisting). Medan masih didominasi oleh pemukiman penduduk
namun terdapat berbagai tata guna lahan lainnya
2. Data Sekunder berikut ini:
Data sekunder adalah data yang diperoleh 1. Pemukiman padat penduduk
dengan mencari informasi informal secara 2. Kampus dan Perkuliahan
ilmiah pada instansi maupu lembaga yang 3. Sekolah
terkait dengan penanganan masalah ini. 4. Kawasan Perniagaan
5. Jalan beraspal
3.4 Saluran Drainase Eksisting
Data dimensi saluran drainase eksisting (saluran 3.6 Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area)
yang telah ada) diperoleh dari hasil survei di kawasan Daerah tangkapan hujan adalah luasnya
Jalan Mustafa Medan. Ada 6 saluran drainase yang permukaan yang apabila terjadi hujan maka air hujan
akan mempengaruhi hidrologi dan hidrolika saluran. tersebut akan mengalir ke daerah yang lebih rendah
Dari hasil survei diketahui bahwa kondisi saluran menuju ke titik pengaliran. Air yang jatuh ke
drainase eksisting: permukaan sebagian meresap ke dalam tanah dan
1. Terbuat dari material beton dengan dasar sebagian lagi akan mengisi liku – liku permukaan dan
diplester. kemudian mengalir ke tempat yang lebih rendah.
2. Pada ruas – ruas tertentu dimensi saluran tidak Semua air yang mengalir di permukaan belum
beraturan. tentu menjadi sumber air dari suatu sistem pengaliran.
3. Terdapat endapan, sampah dan tumbuhan liar di Kondisi ini tergantung pada daerah tangkapan hujan
penampang saluran. dan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
Oleh karena itu, untuk memudahkan topografi serta keadaan geologi.
perhitungan saluran drainase eksisting diasumsikan Luas daerah tangkapan hujan berdasarkan
berbentuk persegi dan trapesium. Berikut ini telah hasil pengukuran di lapangan kemudian
dilampirkan daftar saluran drainase eksisting hasil dikombinasikan dengan menggunakan software
survei pada Tabel 3.1 Autocad untuk mempermudah dalam perhitungan
luas.
Tabel 3.1 Dimensi Saluran Eksisting
Saluran Bentuk Tipe B H Ba
(m) (m) (m)
S–I Persegi Dasar Beton 0,25 0,30 -
diplester
S – II Persegi Dasar Beton 0,55 0,50 -
diplester
S – III Persegi Dasar Beton 1,15 1,00 -
diplester
S – IV Persegi Dasar Beton 1,00 0,45 -
diplester
S–V Persegi Dasar Beton 0,30 0,35 -
diplester
Sumber: Hasil Survei Lapangan Gambar 3.2 Catchment Area

5
3.7 Data Curah Hujan 4.2 Uji Data
Dalam penyusunan Skripsi ini penulis 4.2.1 Uji Konsistensi Data
menggunakan data curah hujan yang berasal dari Uji konsistensi data digunakan untuk menguji
Stasiun Klimatologi Polonia Medan. Banyak data konsistensi dan kesamaan jenis data.
yang digunakan pada Stasiun Klimatologi Polonia Langkah – langkah perhitungan:
Medan yaitu 10 tahun, dari tahun 2003 sampai 2012. 1. Menjumlahkan curah hujan harian maksimum
Berikut Tabel 3.2 curah hujan yang sudah dirangkum: pada stasiun Klimatologi Polonia Medan sepuluh
tahun terakhir.
Tabel 3.2 Data Curah Hujan Maksimum Stasiun Klimatologi Polonia
 St. Klimatologi Polonia
Curah Hujan (mm) Total CH Max
Bula
200 200 200 200 200
Tahun
200 200 201 201 101 = CH Max 2003 + ………+ CH Max 2012
n
3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 = 531 + 475 + 311 + 386 + 374 + 413 + 467
Jan 169 139 184 104 170 127 196 166 156 62
Peb 86 201 44 131 8 16 95 30 81 93 + 382 + 420 + 515
Mar 163 238 63 121 62 127 343 143 289 202
Apr 285 89 168 233 277 146 242 65 215 206
= 4274 mm
Mei 246 68 230 301 330 176 467 129 217 515
Jun 196 201 175 251 99 62 78 156 128 57 2. Menghitung kumulatif curah hujan maximum
Jul 312 207 211 109 262 276 192 220 139 279
Ags 282 204 146 148 153 196 306 382 283 160 pada stasiun Klimatologi Polonia Medan sepuluh
Sep 531 475 291 386 257 296 386 89 263 242
Okt 427 378 176 271 303 364 340 161 420 339
tahun terakhir dapat di lihat pada tabel 4.2
Nov 125 141 206 148 374 413 131 246 233 0 berikut:
Des 188 166 331 374 218 246 46 159 169 270
1 No. Tahun CH Harian Max Kumulatif
Maks 531 475 311 386 374 413 467 382 420 515
Sumber: Stasiun Klimatologi Polonia Medan 1 2003 531 4274
2 2004 475 3743
4. ANALISA DATA
3 2005 311 3268
4.1 Data Curah Hujan 4 2006 386 2957
Dalam penyusunan Skripsi ini penulis 5 2007 374 2571
menggunakan data curah hujan yang berasal dari 6 2008 413 2197
Stasiun Klimatologi Polonia Medan. Banyak data 7 2009 467 1784
yang digunakan pada Stasiun Klimatologi Polonia 8 2010 382 1317
Medan yaitu 10 tahun, dari tahun 2003 sampai 2012. 9 2011 420 935
Berikut Tabel 4.1 curah hujan yang sudah dirangkum: 10 515
2012 515
Tabel 4.1 Data Curah Hujan Maksimum Stasiun Klimatologi Polonia Jumlah 4274
Curah Hujan (mm)
Tahun
Bula
n
200 200 200 200 200 200 200 201 201 101 4.2.2 Perhitungan Curah Hujan Rancangan
3 4 5 6 7 8 9 0 1 2
Jan 169 139 184 104 170 127 196 166 156 62 4.2.2.1 Metode Distribusi E. J. Gumbel
Peb 86 201 44 131 8 16 95 30 81 93
Mar 163 238 63 121 62 127 343 143 289 202
Langkah-langkah perhitungan untuk mencari
Apr 285 89 168 233 277 146 242 65 215 206 curah hujan rancangan metode distribusi E. J. Gumbel
Mei 246 68 230 301 330 176 467 129 217 515
Jun 196 201 175 251 99 62 78 156 128 57 adalah sebagai berikut:
Jul 312 207 211 109 262 276 192 220 139 279 n n
Ags
Sep
282
531
204
475
146
291
148
386
153
257
196
296
306
386
382
89
283
263
160
242
1. Menghitung besar dari: X , X
i
i , dan  X i2 ,
1
Okt 427 378 176 271 303 364 340 161 420 339
Nov 125 141 206 148 374 413 131 246 233 0 yang dapat di lihat pada tabel 4.3 dari Stasiun
Des 188 166 331 374 218 246 46 159 169 270
1 Klimatologi Polonia Medan sebagai berikut:
Maks 531 475 311 386 374 413 467 382 420 515
Sumber: Stasiun Klimatologi Polonia Medan

6
Tabel 4.3: Data curah hujan harian maksimum pada Stasiun n n
Klimatologi Polonia Medan  X i2  X  i
Sx  1 i

Tahun
Curah Hujan (mm) Curah hujan2 (mm2) n1
(X) (X2)
2003 531 281961
1869386  (427,4 x4274)
2004 475 225625 Sx   68.86
2005 311 96721 101
2006 386 148996
2007 374 139876 4. Menentukan nilai Yn dan Sn:
2008 413 170569 n = banyaknya data pengamatan hujan dari tahun
2009 467 218089 2003 s/d 2012 = 10 tahun
2010 382 145924 Maka :
2011 420 176400 Yn = 0,4952
2012 515 265225 Sn = 0,9496
Total 4274 1869386
Rerata 427,4 186938,6 5. Menentukan nilai XT dengan kala ulang 2, 5, 10,
25 dan 50:

2. Menghitung besarnya curah hujan rancangan


untuk periode ulang pada T tahun:  Untuk T = 2 tahun
1 n Di dapat Yt = 0,3665
X   Xi
n 1 Y  Yn
K  t
Dimana: Sn
0,3665  0,4952
n = banyaknya data pengamatan hujan dari tahun K = - 0,136
0,9496
2003 s/d 2012 = 10 tahun
Maka :
1 n X T  X  K .S X
X   Xi
n 1 X2 = 123 + (-0,136 x 68,86)
4274 = 123,64 mm
  427,4
10
 Untuk T = 5 tahun
3. Menghitung besar simpangan baku (Sx) dengan Di dapat Yt = 1,4999
n n Y  Yn
K t
memasukkan harga ( X , X
i
i , dan  X i2 ,
1
Sn
1,4999  0,4952
n n
K
X i
2
 X i 0,9496
Sx  1 i
= 1,058
n1
Maka :

Dimana : X T  X  K .S X
n = banyaknya data pengamatan hujan dari tahun X5 = 123 + (1,058 x 68,86)
2003 s/d 2012 = 10 tahun = 195,85 mm

7
 Untuk T = 10 tahun 25 3,1985 0,4952 0,9496 1,848 319,04
Di dapat Yt = 2,2504 50 3,9019 0,4952 0,9496 2,847 370
Y  Yn 3,587
K t
Sn
2,2504  0,4952
K = 1,848 mm Berdasarkan dari Tabel di atas terlihat semakin
0,9496 lama kala ulang (tahun) maka semakin besar nilai
Maka : curah hujan rancangan yaitu dari kala ulang 2 tahun
X T  X  K .S X besar curah hujan mencapai 123,64 mm dan 50 tahun
kemudian besar curah hujan mencapai 370 mm.
X10 = 123 + (1,848 x 68,86)
= 250,25 mm 4.3 Intensitas Hujan
Dari curah hujan dalam suatu waktu tertentu
 Untuk T = 25 tahun (beberapa menit) yang tercatat pada alat otomatik
Di dapat Yt = 3,1985 dapat di rubah menjadi intensitas curah hujan perjam.
Y  Yn Untuk mendapatkan intensitas hujan jam-jaman dari
K t
Sn data curah hujan rancangan digunakan rumus Dr.
3,1985  0,4952 Mononobe seperti pada persamaan (2.22). Tiap kala
K = 2,847 mm ulang 2, 5, 10, 25, 50 tahun durasi yang digunakan
0,9496
yaitu selama 120 menit (2 jam),
Maka :
Data yang di dapat:
X T  X  K .S X 1. Kala ulang 2 tahun
X25 = 123 + (2,847 x 68,86) R = 123,64 mm
= 319,04 mm Tc = 2 jam
2/3
R  24 
 Untuk T = 50 tahun I
Di dapat Yt = 3,9019 24  t 
Y  Yn
2/3
123,64  24 
K t I  26,53mm / jam
Sn 24  2 
3,9019  0,4952 2. Kala ulang 5 tahun
K = 3,587 R = 195,85 mm
0,9496
Tc = 2 jam
Maka :
2/3
R  24 
X T  X  K .S X I
24  t 
X50 = 123 + (3,587 x 68.86) 2/3
= 370 mm 195,85  24 
I  41,84mm / jam
24  2 
Tabel 4.4: Curah hujan rancangan metode distribusi 3. Kala ulang 10 tahun
E.J Gumbel R = 250,25 mm
Tc = 2 jam
Kala Yt Yn Sn K XT 2/3
R  24 
Ulang (mm) I
2 0,3665 0,4952 0,9496 - 123,64 24  t 
5 1,4999 0,4952 0,9496 0,136 195,85 250,25  24 
2/3

I  53,7 mm / jam
24  2 
10 2,2504 0,4952 0,9496 1,058 250,25

8
4. Kala ulang 25 tahun Tc = To + Td
R = 319,04 mm = 2,07 + 4,7
Tc = 2 jam = 6,77 menit
2/3
R  24 
I Berikut hasil rekapitulasi waktu konsentrasi pada
24  t  saluran lainnya pada Tabel 4.6 di bawah ini:
2/3
319,04  24  L Td Td Tc
I  2   68,46mm / jam
24 Saluran (meter) (menit) (menit) (menit)
5. Kala ulang 50 tahun
S–I 49,75 2,07 4,7 6,77
R = 370 mm
Tc = 2 jam S – II 50,00 1,3 0,03 1,33
2/3 S – III 410,00 6,83 0,17 7
R  24  S – IV
I 45,25 0,99 0,03 1,02
24  t  S–V 40,15 1,6 0,02 1,62
370  24 
2/3
Rata – rata waktu konsentrasi (menit) 3,5
I  79,40mm / jam
24  2 
Tabel 4.5 Intensitas curah hujan rancangan pada
4.5 Analisis Debit Saluran Eksisting
kurun waktu 2 jam (120 menit)
Perhitungan debit saluran eksisting bertujuan
Kala Ulang R T I untuk mengetahui besarnya debit yang mampu
(Tahun) (mm) (jam) (mm/jam) dialirkan oleh saluran tersebut hingga nantinya
berdasarkan analisa ini dapat dikontrol apakah saluran
2 123,64 2 26,53 eksisting dapat berfungsi atau tidak. Adapun
5 195,85 2 41,84 perhitungannnya dapat dilihat pada Tabel 4.7 di
10 250,25 2 53,70 bawah ini:
25 319,04 2 68,46
50 370 2 79,40 Salura Bentu Koefisie B H Ba L
n k n (m) (m) (m (m)
4.4 Analisis Perhitungan Waktu Konsentrasi Kekerasa )
n
Untuk menghitung waktu konsentrasi (Tc) perlu S–I Perseg 0,020 0,2 0,3 - 49,75
dicari terlebih dahulu nilai Td dan To. Berikut adalah i 5 0
analisa perhitungan Tc pada saluran S-I: S – II Perseg 0,020 0,5 0,5 - 50,00
1. Waktu pengaliran dalam saluran pada persamaan i 5 0
(2.6) S – III Perseg 0,020 1,1 1,0 - 410,0
Td = L/(60 x V) i 5 0 0
=49,75/(60 x 0,4) S – IV Perseg 0,020 1,0 0,4 - 45,25
= 2,07 menit i 0 5
2. Waktu pengaliran pada permukaan saluran pada S–V Perseg 0,020 0,3 0,3 - 40,15
persamaan (2.5) i 0 5
To = 0,0195 x L 0,77 x S-0,385
= 0,0195 x 49,750,77 x 0,0016-0,385
= 4,7 menit Perhitungan debit saluran eksisting ini digunakan
3. Waktu konsentrasi durasi hujan saluran pada persamaan Manning. Berikut ini adalah analisa
persamaan (2.4)

9
perhitungan saluran perhitungan saluran S-I sampai Berikut hasil rangkuman perhitungan debit
S-V: saluran eksisting lainnya pada Tabel 4.8 di bawah ini:

1. Perhitungan Saluran S-I


A P R V Q
Saluran
(m2) (m) (m) (m/det) (m3/det)
S–I 0,075 0,85 0,09 0,4 0,03
H S – II 0,275 1,55 0,18 0,64 0,176
S – III 1,15 3,15 0,36 1 1,15
S – IV 0,45 1,90 0,24 0,76 0,342
S–V 0,105 1,00 0,105 0,44 0,05

B 4.6 Analisis Debit Banjir Rancangan

Debit banjir rancangan diprediksikan berdasarkan


data curah hujan dari stasiun pencatat hujan di sekitar
B ( Lebar saluran ) = 0,25 Stasiun Klimatologi Polonia Medan.
H ( Tinggi saluran ) = 0,30
S ( Kemiringan dasar ) = 0,0016 4.6.1 Metode Rasional
n ( Koefisien Manning ) = 0,020
Untuk menentukan analisis debit banjir rancangan
a. Luas penampang saluran persegi dan dengan menggunakan metode rasional.
persamaan (2.12) Q = debit rancangan (m3/dt)
A=BxH C = 0,75 (perumahan padat penduduk)
= 0,25 x 0,30 I = 427,4
= 0,075 m2 A = 2510 m2
b. Keliling penampang saluran persegi pada
persamaan (2.13) Maka rumus dari persamaan berikut ini:
P = B + (2 x H) Q = 0,00278 . C . I . A
= 0,25 + (2 x 0,30) = 0,00278 x 0,75 x 427,4 x 2,51
= 0,85 m = 2,24 m3 / det
c. Jari – jari hidrolis pada persamaan (2.8)
R = A/P Hasil perhitungan debit banjir kawasan Jalan
= 0,075/0,85 Mustafa Medan di atas kemudian dibandingkan hasil
= 0,09 m perhitungan debit saluran eksisting yang dihitung
d. Kecepatan aliran pada persamaan (2.9) sebelumnya pada Tabel, sehingga dapat diketahui
V = (1/n) R2/3. S1/2 apakah saluran drainase masih mencukupi
= (1/0,013) 0,092/3. 0,00161/2 kapasitasnya atau tidak. Perbandingan dapat dilihat
= 0,4 m/det pada Tabel di bawah ini:
e. Debit saluran pada persamaan (2.7)
Q=AxV
= 0,075 x 0,4
= 0,03 m3/det

10
Tabel 4.9 Perbandingan Debit Saluran Eksisting dan desain yang ekonomis dan dapat dilewati oleh debit
Debit Banjir air maksimum.
Debit 1. Saluran S-II, S-III dan S-IV
Debit
Saluran B (Lebar Saluran) =2m
Banjir
Saluran Eks. Keterangan H (Tinggi Saluran) = 1,5 m
Dasar diplester beton = 0,020
m3/det
a. Luas penampang
S–I 0,03 2,24 Meluap A=BxH
= 2 x 1,5
S – II 0,176 2,24 Meluap = 3 m2
S – III 1,15 2,24 Meluap b. Keliling penampang
P = B + (2 x H)
S – IV 0,342 2,24 Meluap = 2,5 + (2 x 1,5)
= 5,5 m
S–V 0,05 2,24 Meluap
c. Jari – jari hidrolis
R = A/P
Berdasarkan hasil perbandingan debit saluran = 3/5,5
eksisting tiap saluran terhadap debit banjir di atas, = 0,55 m
didapat bahwa debit saluran eksisting pada seluruh d. Kecepatan aliran
saluran tidak mampu menampung debit banjir karena V = (1/n) R2/3. S1/2
kapasitasnya sangat kecil. Jadi dapat disimpulkan = (1/0,020) 0,552/3. 0,00161/2
bahwa untuk debit saluran yang lainnya perlu = 1,34 m/det
dilakukan perbaikan (perbesaran kapasitas). e. Debit saluran
Hasil perhitungan di atas selengkapnya dapat di Q=AxV
lihat pada tabel 4.10 jika kemudian dirancang untuk = 3 x 1,34
periode ulang ditahun ke 2, 5, 10, 25 dan 50: = 4,02 m3/det

Tabel 4.10 Debit banjir rancangan pada kurun waktu 2 jam (120 Dengan perencanaan ini debit saluran ini lebih
menit) besar daripada debit banjir 2,24 m3/det (aman).
DEBIT
PERIODE LUAS KOEFISIEN INTENSITAS BANJIR

ULANG (A) PENGALIRAN CURAH RANCANGAN 2. Saluran S-I dan S-V


NO
HUJAN (Q)
B (Lebar Saluran) = 1,4 m
(TAHUN) (Ha) (C) H (Tinggi Saluran) =1m
(mm/jam) m3/det Dasar diplester beton = 0,020
1 2 2,510 0,75 26,53 4,48 a. Luas penampang
2 5 2,510 0,75 41,84 11,2
A=BxH
= 1,5 x 1,5
3 10 2,510 0,75 53,70 22,4
= 2,25 m2
4 25 2,510 0,75 68,46 56
b. Keliling penampang
5 50 2,510 0,75 79,40 112
P = B + (2 x H)
= 1,5 + (2 x 1,5)
4.7 Perencanaan Ulang Saluran Drainase = 4,5 m
c. Jari – jari hidrolis
Perencanaan ulang saluran drainase yang akan
R = A/P
dilakukan terdapat pada seluruh saluran air yang
= 2,25/4,5
tidak dapat ditampung oleh saluran tersebut dengan
= 0,5 m

11
d. Kecepatan aliran saluran drainase di Kawasan Jalan Mustafa Medan,
V = (1/n) R2/3. S1/2 yaitu:
= (1/0,020) 0,52/3. 0,00161/2
= 1,26 m/det 1. Perlu dilakukan pembersihan endapan lumpur
e. Debit saluran pada dasar saluran.
Q=AxV
= 2,25 x 1,26 2. Mengurangi pembuangan sampah yang
= 2,84 m3/det sembarangan di saluran karena dimensi yang
terlalu kecil yang tidak mampu untuk
Dengan perencanaan ini debit saluran ini lebih besar menempung debit banjir bila terjadi hujan.
daripada debit banjir 2,24 m3/det (aman).

Tabel 4.6 Perbandingan Debit Saluran Perencanaan 6. DAFTAR PUSTAKA


dengan Debit Banjir
Hasmar, HA. Halim. Drainase Perkotaan.
Debit Saluran Debit Yogyakarta. UII Press. 2002
Perencanaan Banjir Loebis, J., Banjir Rencana untuk Bangunan Air,
Saluran Keterangan Badan Penerbit Pekerjaan Umum,
3
m /det Jakarta,1984.
S–I 2,84 2,24 Aman Soemarto, CD, Hidrologi Teknik, Penerbit Erlangga,
Jakarta,1995
S – II 4,02 2,24 Aman Sosrodarsono, Suyono, dan Takeda, Kensaku,
Hidrologi Untuk Pengairan, Pradnya
S – III 4,02 2,24 Aman Paramitha, Jakarta. 1993
S – IV 4,02 2,24 Aman Subarkah, Imam. Hidrologi Untuk Perencanaan
Bangunan Air. Bandung. Idea Dharma. 1980
S–V 2,84 2,24 Aman Suripin. Sistem Drainase Perkotaan yang
Berkelanjutan. Yogyakarta. ANDI Offset. 2004

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil evaluasi saluran drainase di Kawasan


Jalan Mustafa Medan dapat disimpulkan bahwa
seluruh saluran eksisting harus diubah dengan
dimensi yang lebih besar agar dapat menampung
debit banjir yang ada saat ini.

5.2 Saran
Dari penyusunan skipsi ini penulis memberikan
beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat
dalam pengendalian banjir dan genangan air pada

12

Anda mungkin juga menyukai