Anda di halaman 1dari 11

VIRUS ZIKA

A. Definisi virus zika


Virus Zika (ZIKV) merupakan sejenis virus dari keluarga flaviviridae dan genus flavivirus
yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Virus ini dapat menyebabkan sakit yang ringan
kepada manusia yang dikenal sebagai demam Zika atau penyakit Zika. Penyakit Zika sendiri
mulai diketahui terjadi di daerah khatulistiwa Afrika dan Asia sejak 1950-an. Penyakit Zika
memiliki kaitan dengan demam kuning dan virus Nil Barat yang dibawa oleh flavivirus
bawaan artropoda yang lain.
Selain nyamuk Aedes aegypti nyamuk Aedes albopictus adalah nyamuk lain yang
juga berpotensi yang memiliki tingkat keganasan yang sama sebagai agen virulensi.. Aedes
albopictus, yang juga dikenal sebagai nyamuk macan Asia dengan ciri garis-garis putih,
dianggap spesies nyamuk yang paling agresif. Kedua spesies biasanya menggigit pada siang
hari dan pada sore hari. Setiap spesies nyamuk ini juga dapat menginfeksi orang dengan
demam berdarah, chikungunya, dan demam kuning.
B. Sejarah virus zika
Menurut laporan, transmisi virus Zika pada janin dapat menyebabkan mikrosefalus
pada bayi yang baru lahir. Badan-badan kesehatan dan pemerintah lain juga mengeluarkan
peringatan yang serupa, sedangkan negara-negara seperti Kolombia, Ekuador, El Salvador,
dan Jamaika, menasihati wanita untuk menunda kehamilan sehingga risiko tentang virus
tersebut dapat lebih diketahui.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menilai penyakit yang terkait dengan virus Zika
di Amerika Latin pada akhir tahun 2015 hingga Januari 2016 telah menimbulkan keadaan
darurat kesehatan bagi masyarakat. Oleh sebab itu, WHO mengumumkan Status Darurat
Kesehatan Internasional.
Virus Zika pertama ditemukan pada seekor monyet resus di hutan Zika, Uganda, pada
tahun 1947. Virus Zika kemudian ditemukan kembali pada nyamuk spesies Aedes Africanus
di hutan yang sama pada tahun 1948 dan pada manusia di Nigeria pada tahun 1954. Virus
Zika menjadi penyakit endemis dan mulai menyebar ke luar Afrika dan Asia pada tahun 2007
di wilayah Pasifik Selatan. Pada Mei 2015, virus ini kembali merebak di Brazil. Penyebaran
virus ini terus terjadi pada Januari 2016 di Amerika Utara, Amerika Selatan, Karibia, Afrika,
dan Samoa (Oceania). Di Indonesia sendiri, telah ditemukan virus Zika di Jambi pada tahun
2015.

Pada tahun 2010 sampai 2014, brazil mempunyai rata rata 156 bayi yang lahir dengan
microcephaly setiap tahunnya. Yang lebih mengejutkan lagi pada tahun 2015, lebih dari 3000
bayi lahir dengan kondisi tersebut, bahkan hingga berujung kematian hal tersebut di duga ada
kaitannya dengan jejak virus zika. Pada bulan Mei 2015, Organisasi Kesehatan Amerika
(PAHO) mengeluarkan peringatan mengenai kontak pertama yang dikonfirmasi infeksi virus
Zika di Brasil. Wabah di Brasil yang terjadi diduga menyebabkan sindrom Guillain-Barr dan
kecenderungan wanita yang hamil melahirkan bayi dengan cacat lahir dan dapat melahirkan
anak yang memiliki kecenderungan mengalami kelainan.
C. Klasifikasi dan Struktur virus zika
Group : Group IV ((+)ssRNA)
Famili : Flaviviridae
Genus : Flavivirus
Spesies : Virus Zika
Virus zika memiliki virion dengan diameter 40nm degan permukaan proyeksi sekitar
5-10nm. virus zika memiliki nukleokapsid dengan diameter 25-30nm yang mengelilingi
membran lipid bilayer. virus ini memiliki envelop dengan bentuk isohedral yang memiliki
struktur yang terbuat dari protein E dan M. Susunan gen virus zika termasuk ke dalam Nonsegmented, single-stranded, dan genom positive-sense RNA dengan panjang basa 10794
dengan dua bagian non-coding yaitu 5 NCR dan 3 NCR.
D. Penyebaran Virus Zika
Sebelum tahun 2015, Zika wabah virus telah terjadi di daerah Afrika, Asia Tenggara,
dan Kepulauan Pasifik.Pada bulan Mei 2015, Organisasi Kesehatan Pan Amerika (PAHO)
mengeluarkan peringatan mengenai dikonfirmasi infeksi virus Zika pertama di Brasil.Virus
Zika akan terus menyebar dan akan sulit untuk menentukan bagaimana virus akan menyebar
dari waktu ke waktu.
E. Penyebab Virus Zika
Penyebab penyakit Zika (Zika disease) ataupun demam Zika (Zika fever) adalah virus
Zika. Virus Zika termasuk dalam garis virus flavivirus yang masih berasal dari keluarga yang
sama dengan virus penyebab penyakit dengue/demam berdarah. Nyamuk yang menjadi
vektor penyakit Zika adalah nyamuk Aedes, dapat dalam jenis Aedes aegypti untuk daerah

tropis, Aedes africanus di Afrika, dan juga Aedes albopictus pada beberapa daerah lain.
Nyamuk Aedes merupakan jenis nyamuk yang aktif di siang hari, dan daoat hidup di dalam
maupun luar ruangan.
Walaupun jarang, virus Zika dapat ditransmisikan dari seorang ibu ke bayinya. Virus
Zika berkemungkinan ditularkan dari seorang ibu hamil pada janin di dalam kandungannya.
Dapat pula bayi tertular pada waktu persalinan. Hingga saat ini, kasus penularan virus Zika
melalui proses menyusui belum ditemukan sehingga ahli medis tetap menganjurkan ibu yang
terinfeksi untuk tetap menyusui bayinya.Selain itu, terdapat beberapa laporan virus Zika yang
penularannya terjadi melalui tranfusi darah dan hubungan seksual.
F. Gejala Virus Zika
Selain gejala umum yang telah disebutkan, gejala lain virus Zika yang ditemukan
adalah sakit kepala, nyeri di belakang mata, dan lelah. Gejala ini umumnya bersifat ringan
dan berlangsung hingga sekitar satu minggu.
Beberapa pakar melihat adanya banyak kesamaan gejala antara demam berdarah
dengan demam Zika. Keduanya sama-sama diawali dengan demam yang naik turun serta rasa
linu hebat pada persendian dan tulang. Kadang juga disertai mual, pusing, rasa tidak nyaman
di perut dan disertai rasa lemah dan lesu yang hebat.
Beberapa kesamaan sebagai gejala awal membuat penyakit ini diidentifikasi secara
keliru dengan penyakit demam berdarah. Namun sebenarnya terdapat beberapa gejala khas
yang bisa membedakan keluhan infeksi Zika Virus dengan penyakit demam berdarah,
beberapa tanda khusus tersebut antara lain:

Demam cenderung tidak terlalu tinggi, kadang maksimal hanya pada suhu 38
derajat celcius. Cenderung naik turun sebagaimana gejala demam berdarah,

tetapi tidak terlalu tinggi.


Muncul beberapa ruam pada kulit yang berbentuk makulapapular atau ruam
melebar dengan benjolan tipis yang timbul. Kadang ruam meluas dan
membentuk semacam ruam merah tua dan kecoklatan yang mendatar dan

menonjol.
Muncul rasa nyeri pada sendi dan otot, kadang disertai lebam dan bengkak

pada sendi dan otot seperti terbentur dan keseleo ringan.


Kerap muncul keluhan infeksi mata menyerupai konjungtivitas dengan mata
kemerahan. Kadang warna sangat kuat pada bagian dalam kelopak sebagai

tanda munculnya ruam pada bagian dalam kelopak mata.


G. Manifestasi Klinis Zika

Pada pasien yang terinfeksi virus Zika 80% sering tanpa gejala dan berpotensi
menjadi sumber penularan (Muso, et al. 2014). Masa inkubasi berkisar antara 3-12 hari.
Tanda-tanda utamanya hampir sama dengan DBD, seperti demam dalam jangka waktu 2-7
hari, namun demam pada DBD cenderung lebih tinggi yaitu bisa > 40 0C sedangkan pada Zika
bisa < 380C. Demam tersebut diikuti dengan timbulnya ruam makolobular, sakit kepala,
arthralgia, nyeri otot dan sendi, konjungtivitis serta edema pada kaki dan tangan. Infeksi virus
Zika tidak memberikan gejala mual dan muntah seperti pada DBD (Chang, et al. 2016).
Munculnya ruam makolobular dialami oleh lebih dari 90 % pasien. Pada beberapa kasus juga
dilaporkan terjadi gangguan saraf dan komplikasi autoimun. Pada kondisi tubuh yang baik
penyakit ini dapat sembuh dalam 7-12 hari tanpa pengobatan medis. Penderita bahkan tidak
menyadari bahwa dirinya terinfeksi Zika. Penderita jarang mengalami gejala klinis berat yang
hingga butuh rawat inap atau bahkan kematian.
Persamaan serta perbedaan gejala dan tanda infeksi virus Zika dan DBD.
a.
b.
c.
d.
e.

Zika
Demam
Sakit kepala
Muncul bintik merah
Nyeri otot dan sendi
Tidak menunjukkan mual dan

muntah
f. Konjungtivitis
g. Tidak menunjukkan penurunan
trombosit, hanya penurunan
leukosit
h. Sembuh sendiri (7-12 hari)
i. Komplikasi : microcephaly pada

DBD
a. Demam (cenderung lebih tinggi)
b. Sakit kepala
c. Timbul ruam kulit sampai perdarahan
d.
e.
f.
g.

masif
Nyeri otot dan sendi
Mual dan muntah
Tidak menimbulkan konjungtivitis
Dapat menyebabkan kematian karena

perdarahan hebat (hemorrhagic)


h. Komplikasi : Encephalitis, gagal
ginjal akut, perdarahan hebat

bayi

H.

Patogenesis virus zika

Virus Zika masuk ke sel manusia melalui arthropoda arbovirus, salah satunya adalah
dengan melalui nyamuk. Jenis nyamuk yang dapat membawa virus Zika adalah nyamuk
genus Aedes termasuk Aedes africanus, Aedes apicoargenteus, Aedes leuteocephalus, Aedes
aegypti, Aedes vitattus dan Aedes Furcifer. Virus Zika termasuk dalam golongan genus
flavivirus, sehingga patogenesis dari virus Zika hampir sama dengan virus dengue atau
demam berdarah. Beberapa sumber menyatakan bahwa virus Zika dapat menular ke manusia
melalui transfusi darah, transmisi perinatal dan transmisi seksual.

Patogenesis virus Zika berawal ketika nyamuk Aedes betina yang membawa virus
Zika menggigit manusia, kemudian virus masuk ke tubuh manusia. Setelah masuk ke tubuh
manusia, virus Zika akan menginfeksi sel dendritik pada daerah dimana nyamuk
menyuntikkan virus Zika. Kemudian diikuti penyebaran ke kelanjar getah bening dan aliran
darah. Seperti pada kelompok flavivirus lainnya, virus mengalami siklus replikasi dengan
empat tahap, yaitu terjemahan RNA genomik menjadi protein virus, replikasi RNA virus,
berkumpulnya partikel virus di retikulum endoplasma dan pelepasan virion. Replikasi virus
Zika terjadi pada sitoplasma, akan tetapi antigen virus Zika telah ditemukan dalam inti sel
yang terinfeksi.
I. DIAGNOSA VIRUS ZIKA
Beberapa metode dapat digunakan untuk diagnosis , seperti virus deteksi asam
nukleat, solasi virusi dan uji serologis. Diagnosis dengan serologi sulit karena virus dapat
crossreact dengan flaviviruses lainnya. Dengan demikian, deteksi asam nukleat virus tetap
disukai. Selanjutnya pengujian diagnostik untuk virus zika dapat dilakukan dengan beberapa
cara yaitu:
1. Reverse reaksi berantai transcriptase - polymerase (RT - PCR) untuk RNA virus dalam
serum dikumpulkan 7 hari setelah onset penyakit.
2. Serologi untuk IgM dan antibodi dalam serum dikumpulkan 4 hari setelah onset
penyakit.
3. Plaque uji reduksi netralisasi (PRNT) untuk kenaikan 4 kali lipat antibodi penetral virus
- spesifik paired sera.
4. Immunohistochemical (IHC) pewarnaan untuk antigen virus atau RT - PCR pada jaringan
tetaperologi Cross- Reaksi dengan flaviviruses Lain.
5. Zika virus serologi (IgM) dapat menjadi positif karena antibodi terhadap flaviviruses
terkait (misal : Dengue dan virus demam kuning).
6. Neralisasi tes antibodi dapat membedakan antara antibodi bereaksi silang di
flavivirusinfections primer.

7. Sulit untuk membedakan menginfeksi virus pada orang yang sebelumnya terinfeksi atau
divaksinasi terhadap flavivirus terkait penyedia.
8. Healthcare harus bekerja dengan negara bagian dan lokal departemen kesehatan untuk
memastikan hasil tes diinterpretasikan dengan benar.
Berdasarkan gambaran klinis yang khas, diagnosis untuk infeksi virus Zika adalah luas.
Selain dengue, pertimbangan lainnya termasuk leptospirosis, malaria, Rickettsia, kelompok A
Streptococcus, rubella, campak, dan Parvovirus

Enterovirus, Adenovirus, dan infeksi

Alphavirus (misalnya , Chikungunya , Mayaro , Ross River , Barmah Forest , O'nyong nyong , dan virus Sindbis). Diagnosis awal didasarkan pada gambaran klinis pasien, tempat
dan tanggal perjalanan, dan kegiatan. Diagnosis laboratorium umumnya dilakukan dengan
pengujian serum atau plasma untuk mendeteksi virus, asam nukleat virus, atau virus - spesifik
immunoglobulin M, dan antibodi. Diagnosa serologi dapat dilakukan dengan beberapa cara
sebagai berikut :
1. Jenis sampel : serum (dikumpulkan pada tabung kering , 5 sampai 7 cc bila
memungkinkan) atau urine.
Gejala akibat ZIKV infeksi biasanya cenderung ringan, gejala awal bisa luput dari
perhatian, mengurangi kesempatan untuk mengambil sampel. Meskipun periode viremic
masih belum ditetapkan sepenuhnya, RNA virus telah terdeteksi dalam serum hingga
hari ke 10 setelah timbulnya gejala ZIKV RNA juga telah terdeteksi dalam urin selama
jangka dalam fase akut

yang berarti yang bisa menjadi sampel alternatif untuk

dipertimbangkan.Namun, karena studi lebih lanjut diperlukan, dianjurkan bahwa sampel


serum diambil selama 5 hari pertama setelah timbulnya gejala .
2. Jenis sampel: serum (dikumpulkan pada tabung kering)
ZIKV spesifik antibodi IgM dapat dideteksi dengan ELISA atau tes imunofluoresensi
pada spesimen serum dari hari 5 setelah timbulnya gejala. Karena serum tunggal pada
fase akut adalah dugaan, disarankan bahwa sampel kedua diambil 1-2 minggu setelah
sampel pertama untuk menunjukkan serokonversi (negatif ke positif) atau peningkatan
empat kali lipat pada titer antibodi (dengan tes kuantitatif) .
Laboratorium untuk Pengujian Diagnostik
1. Tidak ada tes diagnostik yang tersedia secara komersial
2. Pengujian dilakukan pada CDC dan beberapa departemen kesehatan negara

3. CDC bekerja untuk memperluas tes diagnostik laboratorium di negara-negara


4. Penyedia layanan kesehatan harus menghubungi departemen kesehatan negara mereka
untukmemfasilitasi pengujian diagnostik
Laboratorium Virus Zika untuk Pengujian Bayi
Direkomendasikan untuk :
1. Bayi dengan microcephaly atau kalsifikasi intrakranial yang lahir dari ibu yang
melakukan perjalanan ke atau tinggal di daerah dengan transmisi virus Zika saat hamil
2. Bayi lahir dari ibu dengan hasil tes positif atau tidak meyakinkan untuk infeksi virus
Zika
Rekomendasi Pengujian Zika Virus untuk Bayi
1. RNA virus -Zika (RT - PCR), IgM, dan antibodi
2. Dengue Virus IgM dan antibodi Spesimen Clinical
3. Serum (Tali pusar atau langsung, dalam waktu 2 hari lahir jika mungkin)
Cairan -Cerebrospinal, jika diperoleh untuk penelitian lain
4. Consider evaluasi histopatologis (plasenta dan tali pusat)
Virus immunohistochemicalstaining - Zika (jaringan tetap)
virus -Zika RT - PCR ( jaringan tetap dan beku )
5. Tambahan, jika belum dilakukan, serum uji ibu
virus -Zika IgM dan antibodi
2.5.

PENCEGAHAN DAN TINDAKAN PENGENDALIAN


Menurut WHO dan PAHO pada tahun 2015, Tindakan pencegahan dan pengendalian

diarahkan pada pengurangan kepadatan vektor yang mendasar dan dapat mencegah penularan
jika efektif. Strategi Manajemen Terpadu untuk Pencegahan dan Pengendalian Dengue (IMS
-Dengue) memberikan dasar untuk kesiapan virus Zika. Dalam situasi saat ini, intensifikasi
pencegahan dan pengendalian IMS-dengue yang luas dianjurkan. Rekomendasi ini meliputi:
1. Partisipasi lintas sektor dan kolaborasi di semua tingkat pemerintahan dan kesehatan,
pendidikan, lingkungan, pembangunan sosial dan sektor pariwisata.
2. Partisipasi organisasi non-pemerintah (LSM) dan organisasi swasta; Menjaga
komunikasi risiko dan mobilisasi bagi seluruh masyarakat.
1. Manajemen Vector terpadu (IVM)
Sebuah program kontrol dengue dan vektor chikungunya yang efektif dan operasional
memberikan dasar untuk persiapan yang memadai terhadap virus Zika, karena virus ini
ditularkan oleh nyamuk yang sama, Ae. Aegypti. Oleh karena itu, dianjurkan untuk
menerapkan dan mengintensifkan pengawasan dan langkah-langkah pengendalian vector.

dikembangkan untuk demam berdarah dan chikungunya sebagai bagian dari Vektor
Manajemen Terpadu (IVM).
Pencegahan dan pengendalian tindakan oleh otoritas nasional harus mencakup sebagai
berikut:
1. Memperkuat pengelolaan lingkungan dan menghilangkan situs vektor berkembang
biak dalam rumah tangga dan area umum (mis, taman, sekolah, pemakaman, dll)
untuk mencegah atau meminimalkan perkembangbiakan vektor dan kontak manusia
dengan vektor nyamuk
2. Menyelenggarakan kampanye

sanitasi

massa

untuk

penghapusan

daerah

perkembangbiakan, khususnya di daerah-daerah di mana pengumpulan sampah rutin


telah terganggu
3. Menerapkan langkah-langkah pengendalian daerah perkembangbiakan melalui
metode fisik, biologi dan kimia saat melibatkan keluarga dan masyarakat secara aktif.
4. Mengidentifikasi daerah penularan berisiko tinggi (risiko stratifikasi), dan
memprioritaskan tempat di mana orang berkumpul (misalnya, sekolah, terminal
transportasi, rumah sakit, pusat kesehatan, dll) Nyamuk harus dihilangkan dengan
radius minimal 400 meter dari sekitar tempat-tempat ini.
5. Di daerah di mana kasus asli atau diimpor dari demam berdarah, chikungunya, dan /
atau virus Zika terdeteksi, disarankan untuk menggunakan pengobatan adulticide
(terutama melalui penyemprotan), untuk menghilangkan nyamuk dewasa yang
terinfeksi dan mengganggu transmisi. Hal ini penting untuk memperhitungkan bahwa
tindakan ini luar biasa dan hanya efektif bila dilakukan oleh tenaga terlatih mengikuti
pedoman teknis secara internasional dan ketika dilakukan bersama-sama dengan
tindakan yang diusulkan lainnya, seperti dijelaskan di atas. Penyemprotan adalah cara
utama untuk secara intensif mengganggu transmisi dan mendapatkan waktu untuk
menggabungkan penghapusan daerah perkembangbiakan larva.
6. Memilih insektisida yang tepat (sesuai dengan rekomendasi PAHO / WHO),
memverifikasi label produk dan formula, dan mempertimbangkan kerentanan
populasi nyamuk terhadap insektisida
7. Memelihara dan menggunakan peralatan penyemprotan dengan cara yang tepat dan
memperhatikan persediaan insektisida
8. Memastikan pemantauan intensif (misalnya, kontrol kualitas) dari operator lapangan
baik selama kontrol dan pengobatan larva insektisida dewasa (pengasapan).
Tindakan terpadu (simultan atau terkoordinasi) untuk pengendalian vektor (misalnya,
adulticide dan kontrol larva oleh tenaga terlatih, ditambah dengan sanitasi dan promosi
tindakan masyarakat) sangat penting untuk mencapai dampak besar dalam jumlah waktu

yang singkat. Orang yang terlibat dalam pengendalian vector melalui penggunaan bahan
kimia harus memakai alat pelindung diri yang sesuai. Ini adalah tanggung jawab program
pengendalian vektor untuk memasok peralatan ini untuk stafnya, untuk memantau
penggunaannya, dan memiliki cukup persediaan simpanan di bawah kondisi yang sesuai.
2. Pencegahan Pribadi
Hal ini penting bagi pasien yang terinfeksi dengue, chikungunya atau virus Zika untuk
meminimalkan kontak dengan vektor. Langkah ini membantu mencegah penyebaran virus
dan karena penyakit. Pasien, anggota rumah tangga, dan masyarakat, harus dididik tentang
risiko penularan kepada orang lain dan cara

untuk meminimalkan risiko ini dengan

mengurangi populasi vektor dan kontak manusia-vektor. Langkah-langkah pencegahan


pribadi ini juga efektif dalam mencegah penularan virus kepada orang-orang yang sehat.
Tindakan berikut ini dianjurkan untuk meminimalkan kontak vektor-pasien:
1. Pasien harus beristirahat di bawah kelambu, diperlakukan dengan atau tanpa
insektisida.
2. Pasien dan anggota lain dari rumah tangga harus memakai pakaian yang menutupi
kaki dan tangannya.
3. Terapkan penolak yang mengandung DEET, IR3535 atau Icaridin untuk kulit yang
terkena atau pakaian; penggunaannya harus benar-benar sesuai dengan petunjuk yang
tertera pada label produk.
4. Gunakan kasa yang terbuat dari kawat seperti jaring-jaring pada pintu dan jendela.
3. Pencegahan pada Wisatawan (traveler)
Sebelum keberangkatan petugas kesehatan harus menyarankan wisatawan yang
menuju ke negara manapun yang tercatat dengan kejadian demam berdarah, chikungunya,
dan / atau Zika virus untuk mengambil tindakan yang melindungi diri dari gigitan nyamuk,
seperti menggunakan penolak, mengenakan pakaian yang sesuai dengan meminimalkan
paparan kulit, dan menggunakan insektisida atau jaring. Hal ini juga penting untuk
menginformasikan wisatawan gejala demam berdarah, chikungunya, dan virus Zika, agar
mereka mengidentifikasi segera selama perjalanan. Saran ini akan disampaikan melalui
layanan kedokteran wisata, klinik, halaman web kesehatan wisata dari Departemen Kesehatan
atau halaman web pemerintah terkait lainnya.
Saat mengunjungi tempat-tempat dengan dengue, chikungunya dan / atau transmisi
virus Zika, wisatawan disarankan untuk:

1. Mengambil tindakan yang tepat untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk dengan
menggunakan lotion nyamuk atau mengenakan pakaian tepat yang meminimalkan
paparan kulit.
2. Hindari daerah penuh nyamuk.
3. Gunakan jaring dan / atau insektisida.
4. Kenali gejala demam berdarah, chikungunya, dan virus Zika, dan mencari perawatan
kesehatan profesional jika gejala-gejala tersebut terjadi.
Setelah kembali dari tempat-tempat dengan dengue, chikungunya dan / atau transmisi
virus Zika, wisatawan disarankan untuk menghubungi dokter jika mencurigai mereka
memiliki demam berdarah, chikungunya, atau virus Zika setelah kembali ke rumah.
Di Indonesia strategi yang dapat dilakukan saat ini adalah dengan mengoptimalkan
penggunaan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang ada. Masing-masing subsistem bekerja
sama guna antisipasi penyebaran virus Zika. Subsistem tersebut antara lain upaya kesehatan;
penelitian dan pengembangan kesehatan; pembiayaan kesehatan; sumber daya manusia
kesehatan; sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan; manajemen, informasi dan regulasi
kesehatan; dan pemberdayaan masyarakat. Subsistem yang dapat dilakukan adalah :
1. Pengoptimalan SKN dalam mendeteksi, menilai, melaporkan, merespons, dan
menginformasikan penyebaran virus Zika juga dapat dilakukan dengan meningkatkan
peran SDM Kesehatan. Upaya mengoptimalkan SKN juga dilihat dari upaya kesehatan.
Rumah sakit ataupun fasilitas kesehatan lainnya dapat terbuka memberikan sampel darah
pasien DBD guna pemeriksaan virus Zika. Hal ini penting guna deteksi dini penyebaran
dan pemetaan persebaran kasus Zika. Pemeriksaan dilakukan di bawah pengawasan
pemerintah guna melindungi hak kekayaan keanekaragaman hayati milik Indonesia.
2. Penelitian dan pengembangan dari sampel yang ada untuk dibuatkan vaksin.
3. Memberdayakan masyarakat untuk mandiri berperilaku hidup bersih dan
sehat.Memberdayakan masyarakat untuk melakukan gerakan 3M yakni menguras,
menutup, dan mengubur tempat-tempat yang dicurigai sebagai tempat perindukan
nyamuk Aedes aegypti. Selain itu, dilakukan upaya sosialisasi seperti penggunaan obat
pembunuh larva nyamuk, penggunaan obat anti nyamuk, penggunaan pakaian panjang
dan tertutup, penggunaan kelambu saat tidur dan penggunaan kawat kassa anti nyamuk
(Rahmi Yuningsih, 2016).
Referensi :
Algorithm for Zika virus diagnosis, National Institute of Virology, Pune
Aryal, Sagar. 2015. Zika Virus- Structure, Genome, Symptoms, Transmission, Pathogenesis,

Diagnosis.

Diakses

pada

http://www.microbiologyinfo.com/zika-virus-structure-

genome-symptoms-transmission-pathogenesis-diagnosis/ tanggal 01 Maret 2016.


Clinician Outreach and Communication Activity (COCA) Call January 26, 2016. Office of
Public Health Preparedness and Response Division of Emergency Operations. CDC
Giri, Dhurba. 2016. Zika Virus : Structure, Epidemiology, Pathogenesis, Symptoms, Laboratory
Diagnosis and Prevention. Diakses pada http://laboratoryinfo.com/zika-virus-structureepidemiology-pathogenesis-symptoms-laboratory-diagnosis-and-prevention/ tanggal 01
Maret 2016.
Hamel, Radolphe, et al. 2016. Zika Virus: Epidemiology, clinical features and host- virus
interaction.

Institut

Pasteur

Micobesa

and

Infection.

Diakses

pada

http://dx.doi.org/10.1016/j.micinf.2016.03.009
Howard Zucker, MD, JD. Zika Virus Clinicians. NYS Commissioner of Health.Newyork state
university. February 1, 2016.
Massachusetts Department of Public Health | Bureau of Infectious Disease | 305 South.
Musso D; Nilles EJ dan Cao-Lormeau VM. 2014Rapid spread of emerging Zika virus in the
Pacific area. No. 20
New Jersey Department of Health: http://www.nj.gov/health diakses tanggal 1 April 2016.
Oliveira, AS.,dkk. 2016. Zika virus intrauterine infection causes fetal brain abnormality and
microcephaly: tip of the iceberg? Ultrasound Obstet Gynecol. Vol 47. Hal 6-7
WHO Collaborating Center: National Center for Emerging and Zoonotic Infectious Diseases,
Division of Vector-Borne Diseases, Arboviral Diseases Branch, Centers for Disease
Control and Prevention (CDC). Washington D.C. United States of America
WHO dan PAHO . Epidemiological Update Iililt Zika Virus Infection Iirifti. Amerika. 2015
Yuningsih, Rahmi.

Mewaspadai Ancaman Virus

Zika Di Indonesia. Jakarta :

Bidang

Kesejahteraan Sosial, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI. 2016.


Zanluca, Camila & Claudia Nunes. 2016. Zika Virus On Overview. Institut Pasteur
Micobesa and Infection. Diakses pada http://dx.doi.org/10.1016/j.micinf.2016.03.003

Anda mungkin juga menyukai