Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TEORI PORTOFOLIO DAN ANALISIS INVESTASI

EFISIENSI PASAR

Oleh :
Kelompok 11
SYAIFUL IKHWAN
VALDI HARIS

1210531009
1210533007

MARITSA FEBRA GEMAYA 1310532051


IRMA SAFITRI

1310532057

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
2015/2016

EFESIENSI PASAR

I.

KONSEP PASAR MODAL YANG EFISIEN


Istilah tentang pasar yang efisien memag bisa diartikan secara berbeda untuk
tujuan yang berbeda pula. Untuk bidang keuangan, konsep pasar yang efisien lebih
ditekankan pada aspek informasi, artinya pasar yang efisien adalah pasar dimana harga
semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang
tersedia. Dalam hal ini informasi yang tersedia bisa meliputi semua informasi yang
tersedia baik informasi dimasa lalu (misalkan laba perusahaan tahun lalu), maupun
informasi saat ini (misalkan rencana kenaikan deviden tahun ini), serta informasi yang
bersifat sebagai pendapat / opini rasional yang beredar dipasar yang bisa mempengaruhi
perubahan harga (missal, jika banyak investor di pasar berpendapat bahawa harga saham
akan naik, maka informasi tersebut nantinya akan tercermin pada perubahan harga saham
yang cenderung naik).
Konsep tersebut menyiratkan adanya suatu proses penyesuaian harga sekuritas
menuju harga keseimbangan yang baru sebagai respon atas informasi baru yang masuk
ke pasar. Meskipun proses penyesuaian harga tidak harus berjalan dengan sempurna,
tetapi yang dipentingkana adalah harga yang terbentuk tersebut tidak bias. Dengan
demikian, pada waktu tertentu pasar bisa overadjusted atau underadjusted ketika bereaksi
terhadap informasi baru, sehingga harga baru yang terbentuk tersebut bisa jadi bukan
merupakan harga yang mencerminkan nilai intrinsik dari sekuritas tersebut. Jadi hal yang
penting dari mekanisme pasar efisien adalah harga yang terbentuk tidak bias dengan
estimasi harga keseimbangan. Harga keseimbangan akan terbentuk setelah investor
sudah sepenuhnya menilai dampak dari informasi tesebut.

Gambar di atas memberikan ilustrasi mengenai konsep pasar yang efesien yaitu
adanya proses penyesuaian harga suatu saham perusahaan ketika terdapat informasi baru
mengenai perusahaan tersebut. Pada saat informasi tersebut diumumkan (t=0) harga

saham berada pada posisi Rp1000, jika pasar efesien maka informasi tersebut akan
dengan cepat tercermin pada harga saham yang baru. Ketika adanya informasi baru yang
masuk ke pasar yang efesien sehingga menyebabkan harga saham naik dengan cepat
menjadi Rp 1200, tetapi jika proses penyesuaian harga pasar saham tersebut tidak
berjalan efesien maka akan ada lag dalam proses tersebut sehingga memakan waktu lama
untuk saham mencapai harga Rp 1200.
Ada beberapa kondisi yang harus terpenuhi untuk tercapainya pasar yang efisien
yaitu :
1) Ada banyak investor yang rasional dan berusaha untuk memaksimalkan profit.
Investor investor tersebut secara aktif berpartisipasi di pasar dengan menganalisis,
menilai dan melakukan perdagangan saham. Disamping itu mereka juga merupakan
price taker, sehingga tindakan dari satu investor saja tidak akan mampu
mempengaruhi harga dari sekuritas.
2) Semua pelaku pasar dapat memperoleh informasi pada saat yang sama dengan cara
yang murah dan mudah.
3) Informasi yang terjadi bersifat random.
4) Investor beraksi secara cepat terhadap informasi baru, sehingga harga sekuritas akan
berubah sesuai dengan perubahan nilai sebenarnya akibat informasi tersebut.
Jika kondisi kondisi tersebut terpenuhi maka akan terjadi pasar dimana inestor
investor dengan cepat bisa bereaksi melakukan penyesuaian harga sekuritas ketika
terdapat informasi baru dipasar ( informasi ini terjadi secara random), sehingga harga
harga sekuritas di pasar tersebut akan sepenuhnya mencerminkan semua informasi yang
tersedia. Karena informasi yang mempengaruhi harga sekuritas tersebut terjadi secara
random maka perubahan harga yang terjadi akan bersifat independen satu dengan lainnya
dan bergerak secara random pula. Artinya, perubahan harga yang terjadi hari ini tidak
tergantung pada perubahan harga yang terjadi di waktu yang lalu karena harga baru
tersebut berdasarkan pada reaksi investor terhadap informasi baru yang terjadi secara
random.
II. HIPOTESIS PASAR EFESIEN
Aspek penting dalam menilai efesiensi pasar adalah seberapa cepat informai baru
dapat diserap oleh pasar yang tercermin dalam penyesuaian harga keseimbangan yang
baru. Pada pasar yang efesien harga sekuritas akan dengan cepat terevalusi karena
adanya informasi penting yang berkaitan dengan sekuritas tersebut sehingga investor
tidak akan bisa memanfaatkan informasi untuk mendapatkan return abnormal dipasar.
Sedangkan pada pasar yang kurang efisien harga sekuritas akan kurang bisa
mencerminkan semua informasi yang ada, atau terdapat lag dalam proses dalam

pemyesuaian harga sehingga akan terbuka celah bagi investor untuk memperoleh
keuntungan dengan memanfaatkan situasi lag tersebut. Untuk memudahkan penelitian
tentang efisiensi pasar, Fama (1970) mengklasifikasikan bentuk pasar yang efisien
kedalam tiga efficient market hypothesis (EMH) yaitu :
1) Efisien dalam bentuk lemah (weak form)
Pasar efisien dalam bentuk lemah berarti semua informasi dimasa lalu (historis)
akan tercermin dalam harga yang terbentuk sekarang. Oleh karena itu, informasi
historis tersebut (seperti harga dan volume perdagangan dimasa lalu) tidak bisa lagi
digunakan untuk memprediksi perubahan harga dimasa yang akan datang, karena
sudah tercermin pada harga saat ini. Impilikasinya adalah bahwa investor tidak
akan bisa mempredikasi nilai pasar saham dimasa datang dengan menggunkan data
historis, seperti yang dilakukan dalam analisis teknikal.
2) Efisein dalam bentuk setengah kuat (semistrong form)
Merupakan bentuk efisiensi pasar yang lebih komprehensif karena dalma bentuk
ini harga saham disamping dipengaruhi oleh data pasar (harga saham dan volume
perdagangan masa lalu), juga dipengaruhi oleh semua informasi yang
dipublikasikan (seperti earning, dividend, pengumuman stock split, penerbitan
saham baru, kesulitan keuangan yang dialami perusahaan). Pada pasar yang efisien
dalam bentuk setengah kuat ini investor tidak dapat berharap mendapatkan return
abnormal jika strategi perdagangan yang dilakukan hanya didasari oleh informasi
yang telah dipublikasikan. Sebaliknya jika pasar tidak efisien maka akan ada lag
dalam proses penyesuaian harga terhadap informasi baru, dan ini dapat digunakna
investor untuk mendapatkan return abnormal.
3) Efisien dalam bentuk kuat (strong form)
Pasar efisien dalam bentuk kuat, semua informasi baik yang terpublikasi atau tidak
dipublikasika, sudah tercermin dalam harga sekuritas saat ini. Dalam bentuk efisien
kuat seperti ini tidak aka nada seorang investorpun yang bisa memperoleh return
abnormal.
III. PENGUJIAN TERHADAP HIPOTESIS PASAR EFISIEN
Pengujian terhadap hipotesis pasar efisien dibagi dalam tiga kelompok pengujian :
1) Pengujian prediktabilitas return
Pengujian hipotesis ini digunakan untuk pasar efisien bentuk lemah. Pengujian
prediktabilitas return dapat dilkukan dalam berbagai cara antara lain :
a. Mempelajari pola return sesoanal
b. Menggunakan data return dimasa lalu baik untuk prediktabiltas jangka pendek
maupun jangka panjang
c. Mempelajari hubungan return dengan karakteristik perusahaan
POLA RETURN SEKURITAS

Sejumlah penelitian menunjukkan adanya suatu pola dalam return sekuritas


yang menunjukkan adanya tingkat return yang lebih tinggi atau lebih rendah pada saat
tertentu baik dalam periode harian, mingguan, maupun bulanan.
Pola harian. Salah satu pola return yang secara intensif diteliti adalah adanya
perbedaan return untuk hari-hari tertentu dalam seminggu. Gibbons dan Hess(1981)
menemukan bahwa return pada hari Senin akan lebih rendah dibandingkan dengan
hari lain di Bursa Saham New York.

Penelitian tersebut dilakukan dengan

menggunakan data harian selama 17 tahun (1962-1978), dan menemukan adanya


return yang negatif pada hari perdagangan Senin yaitu sebesar -33.5%. Selanjutnya
mereka juga membagi periode tersebut menjadi dua subperiode yaitu 1962-1970 dan
1970-1978, dan hasil yang didapati juga sama, yitu terjadinya return yang negative
pada hari perdagangan Senin. Gobbons dan Hess juga menemukan bahwa return yang
positif terjadi pada hari perdagangan Rabu dan Jumat.
Harris (1986) melakukan penelitian mengenai pola return dalam satu hari
(intraday pattern) dan hari bursa dalam seminggu (day of the week pattern) dengan
menggunakan data 14 bulan dari bulan Desember 1981 sampai dengan Januari 1983.
Harris menemukan juga bahwa pada hari Senin terdapat return yang negatif tetapi
pada empat hari lain return-nya positif. Return yang negatif di hari Senin tidak terjadi
di sepanjang hari itu, tetapi setengahnya terjadi pada saat penutupan pasar di hari
Jumat dan pembukaan pasar di hari Senin. Penurunan return yang terbesar terjadi
pada 45 menit pertama perdagangan di hari Senin. Sesudah itu, return di hari Senin
akan sama dengan hari-hari lainnya. Harris juga menemukan bahwa setiap hari terjadi
kenaikan harga pada 30 menit terakhir perdagangan.

Sehingga hasil penemuan

tersebut menyarankan investor untuk menjual saham pada hari Jumat dan melakukan
pembelian sesudah 45 menit pertama perdagangan di hari Senin.

Tetapi perlu

diperhatikan bahwa penelitian ini hanya mengamati data dalam jangka waktu yang
singkat dan pasar mungkin sudah menyesuaikan pola tersebut, sehingga strategi
dengan menggunakan pola tersebut tidak akan berhasil mendapatkan return abnormal
yang diharapkan
Pola Bulanan. Banyak penelitian menemukan bahwa pada bulan Januari terdapat
return yang lebih tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya yang biasanya
terjadi pada saham yang nilainya kecil (small stock). Pama(1991) menemukan bahwa
pada periode 1941-1981, return di bulan Januari lebih tinggi dibandingkan dengan
bulan-bulan lainnya, dan perbedaan yang lebih besar terjadi pada saham yang nilai

kapitalisasi pasarnya kecil. Sedangkan untuk periode 1982 sampai dengan Januari
1991, Fama juga menemukan hal yang sama, tetapi perbedaan return di bulan Januari
untuk small stock dan larger stock tidak terlalu besar. Returm abnormal di bulan
Januari untuk small stock umumnya relatif tinggi pada hari-hari awal bulan.
Fenomena tersebut sering disebut dengan January effect, dan penelitiannya
juga sudah banyak dilakukan diluar Bursa Amerika. Gultekin dan Gultekin (1983)
mempelajari Jauary effect dengan menggunakan data dari 17 negara termasuk
Amerika Serikat. Mereka menemukan bahwa disemua negara tersebut terjadi return
yang relatif lebih tinggi di bulan januari. Kato dan Shallheim (1985) juga melakukan
penelitian mengenai January effect dan hubungan nya dengan ukuran saham(size) di
bursa saham tokyo. Hasil yang diperoleh adalah tidak adanya hubungan antara return
saham dengan ukuran saham.
January effect ini juga terjadi pada obligasi, Keim dan Stambaugh (1984)
mempelajari pola return di pasar obligasi selama 1926 sampai dengan 1978 dan
ditemukan bahwa rata-rata pada bulan Januari, hanya obligasi yang kualitasnya lebih
rendah saja yang dapat memberikan return abnormal.
Keim(1989), mengemukakan bahwa January effect dapat dijelaskan dengan
mikrostruktur. Pencatatan return umumnya menggunakan harga penutupan setiap
bulan atau dengan rata-rata harga penawaran dan permintaan jika saham tidak aktif
diperdagangkan. Keim menemukan bahwa perdagangan terakhir di bulan Januari
umumnya berada pada harga penawaran, sehingga return di hari-hari awal Januari
akan tinggi.
Keim juga menemukan adanya tendensi bahwa saham yang berada pada harga
penawaran pada akhir perdagangan bulan Desember, terlihat lebih jelas terjadi pada
saham-saham yang kecil. Selain itu small stock juga mempunyai perbedaan harga
penawaran dan permintaan (bid and ask spread price) yang besar dan harga saham
yang relatif lebih rendah. Oleh karena itu January effect akan lebih jelas terlihat pada
small stock.
Penjelasan lain mengenai penyebab tingginya return di bulan Januari
(khususnya hari-hari awal bulan) adalah tax-selling hypothesis. Pada akhir tahun
banyak penasihat investasi yang menyarankan investor untuk menjual sekuritas yang
mengalami kerugian sebelum akhir tahun, dan pada awal tahun membeli sekuritas
yang sama. Tindakan ini akan menciptakan tax loss untuk investor. Jika jumlah tax
loss tersebut substansial maka dapat digunakan untuk menutup biaya transaksi yang
terjadi. Tindakan menjual di akhir Desember dan membeli di awal bulan Januari

inilah yang menyebabkan penurunan harga pada akhir Desember dan kenaikan di
bulan Januari,

sehingga menciptakan return yang tinggi di bulan Januari.

Branch(1977) dan Reignanum(1983), menemukan bahwa pembelian sekuritas yang


menurun secara substantial di Desember akan mendapatkan abnormal return di bulan
Januari. Branch menganalisis trading rule yang meliputi pembelian sekuritas yang
mengalami return rendah di minggu terakhir bulan Desember. Dia menemukan bahwa
sekuritas tersebut pada empat minggu pertama pada tahun berikutnya akan mengalami
kenaikan harga yang lebih cepat dibandingkan dengan pasar secara keseluruhan,
dengan perbedaan risiko yang sangat kecil.
Penelitian yang dilakukan oleh Reignanum(1981) juga menemukan hal yang
konsisten dengan penelitian Branch. Di samping itu Reignanum juga menemukan
bahwa sekuritas yang dijual untuk tujuan tax-loss(sebagian besar adalah small stock)
umumnya ada pada bid price di bulan Desember. Sehingga tax-selling hypothesis dan
penjelasan mikrostruktur secara bersamaan dapat menjelaskan adanya return yang
tinggi di bulan Januari.
Beberapa penelitian lain menunjukkan temuan yang tidak konsisten dengan
tax-selling hypothesis.

Jones,

Pearce dan Wilson(1987)

meneliti tax-sell ing

hypothesis tersebut menggunakan data tahun 1821 sampai dengan 1917 yaitu pada
periode waktu sebelum dikenalkannya pajak pendapatan. Mereka menemukan bahwa
January effect tidak berbeda secara signifikan dengan January effect yang
diketemukan setelah dikenalkannya pajak pendapatan. Hal yang sama juga ditemukan
di bursa Tokyo dan Belgia,

di mana January effect yang terjadi tidak harus

mempunyai capital gain tax. Di Australia yang tidak menerapkan tahun pajak di bulan
Desember juga diketemukan adanya return yang tinggi di bulan Januari sehingga
bertentangan dengan tax-selling hypothePada pasar yang efisien, Pola seasonal tersebut seharusnya tidak terjadi.
Investor yang melihat adanya return yang tinggi di bulan Jaruari akan mulai
melakukan pembelian akhir bulan Desember untuk mendapatkan return ab normal.
Perilaku pembelian investor tersebut akan menyebabkan pola seasonal yang ada
menjadi hilang.

Tetapi ternyata return tinggi Desember tidak dapat sepenuhnya

dijelaskan dengan baik, sehingga Januari effect merupakan suatu penyimpangan bagi
pasar yang efisien.
MEMPREDIKSI RETURN DARI DATA RETURN DI WAKTU LALU

Return dimasa lalu dapat digunakan untuk memperediksi return dimasa depan,
baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Prediksi jangka pendek
Pengujian prediksi jangka pendek biasanya dilakukan untuk mengertahui apakah
return pada periode sebelumnya (biasanya sehari atau beberapa hari sebelumnya)
dapat digunakan untuk memprediksi return hari ini. Ada beberapa cara pengujian yang
dapat dilakukan mulai dari cara yang sederhana dengan hanya menggunakan data
return periode sebelumnya, sempai dengan penggunaan trading rules yang lebih
kompleks (misalnya dengan uji korelasi, run test, filter test, dan kekuatan relative
sekuritas).
1. Uji korelasi
Merupakan pengujian hubungan linier antara return hari ini dengan return diwaktu
lalu. Semakin tinggi korelasi antara return masa lalu dengan return saat ini, berarti
semakin tinggi kemampuan return masa lalu tersebut untuk memprediksi return
masa depan.
Secara sistematis, bentuk persamaannya uji korelasi adalah :
r1=a+br1-1+e1
a= tingkat return yang diharapkan yang tidak berhubungan dengan return
sebelumnya
b= besarnya hubungan antara return diwaktu yang lalu dengan return hari ini.
Dari persamaan diatas, jika t=0 akan menunjukkan hubungan antara return hari ini
dengan return sehari sebelumnya. Jika t=1 menunjukkan hubungan antara return
hari ini dengan return dua hari sebelumnya dan seterusnya.
e= angka dom yang merupakan variabilitas return yang tidak berhubungan dengan
tingkat return sebelumnya.
Jika hasil koefisien korelasi dikuadratkan, maka hasilnya akan menunjukkan
besarnya bagian dari return hari ini yang dapat dijelaskan return oleh return yang
terjadi sebelumnya.
Beberapa penilitian di luar negeri tentang uji korelasi menunjukkan bahwa
tidak adanya koefisien korelasi yang sangat kuat antara return sekarang dengan
return diwaktu sebelumnya. Bisa dikatakan bahwa data return masa lalu kurang
bisa memprediksi tingkat return saat ini. Penelitian uji korelasi juga pernah
dilakukan di BEJ, hasilnya menunjukkan bahwa hanya ada dua saham dari dua
puluh empat saham yang menunjukkan koefisien korelasi yang signifikan.
2. Run test
Koefisien korelasi cenderung sangat dipengaruhi oleh data return yang bersifat
ekstrim (terlalu besar ataupun terlalu kecil). Oleh karen itu perlu dilakukan suatu
alternative analisis yang bisa menghilangkan dampak dari data yang ekstrim, yaitu

dengan memberikan tanda pada perubahan harga. Teknik analisis seperti ini tidak
akan terpengaruh oleh adanya perubahan perubahan harga yang ekstrim dan
disebut sebagai analisis run.
Pada analisis run, perubahan harga ditandai dengan (+) bila terjadi kenaikan
harga, (-) bila terjadi penurunan dan 0 bila tidak terjadi perubahan. Urutan tanda
yang sama diantara tanda yang berbeda disebut run. Bila perubahan harga sekuritas
mempunyai hubungan atau korelasi yang positif dari waktu ke waktu, maka
diharapkan terjadi sedikit perubahan run. Sedangkan jika terdapat korelasi negatif
maka akan banyak perubahan run yang terjadi.
Kesimpulan dari hasil uji korelasi dan run test adalah sering terdapat adanya
indikasi hubungan yang positif antara return hari ini dengan return yang yang lalu,
meskipun secara rata-rata hubungan tersebut masih bersifat sangat lemah. Bahkan
kadangkala sering juga ditemui adanya korelasi yang bersifat negatif antara return
sekarang dengan return yang lalu.
Secara teoritis, dalam pasar yang efisien, terdapat asumsi bahwa tidak ada
biaya transaksi yang harus ditanggung investor. Tetapi dalam praktek nyata pasar
modal, komponen biaya transaksi yang harus ditanggung investor tetap ada, dan
terkadang justru bisa menghilangkan return potensial yang mungkin diperoleh
investor dengan menggunakan data rangkaian return seperti dalam run test tersebut.
Oleh karena itu, dalam sebuah pasar yang efisien dimana terdapat korelasi return
yang tinggi , biasanya akan diikuti oleh komponen biaya transaksi yang relative
tinggi pula. Sehingga akhirnya return abnormal yang didapat akan berkurang
setelah dikurangi dengan biaya transaksi yang harus ditanggung investor.
3. Filter test
Pola return yang lebih kompleks bisa juga menghasilkan return abnormal dan pola
tersebut tidak dapat diuji hanya dengan menggunakan dua pengujian diatas. Cara
sederhana untuk menguji keberadaan pola return yang lebih kompleks yaitu
dengan menguji apakah ada strategi perdagangan (trading rule) berdasarkan
informasi harga dimasa lalu yang dapat digunkan oleh investor untuk
mendapatkan return abnormal di pasar. Teknik analisis ini disebut filter rule.
Teknik analisis filter rule biasanya dilakukan dengan membandingkan return yang
didapat jika melakukan startegi perdagangan aktif tertentu dengan return yang
didapat jika investor melakukan buy and hold strategy. Startegi ini akan
menunjukkan kapan investor sebaiknya melakukan pembelian dan kapan investor
sebaiknya menjual sekuritas (timing strategy).

Penelitan tentang startegi ini pernah dilakukan oleh Fama san Blume (1966) yang
hasilnya menunjukkan bahwa strategi dengan menggunakan filter rule relatif
kurang menguntungkan disbandingkan dengan startegi buy and hold.
4. Relative Strength
Merupakan salah satu cara untuk mengkombinasikan informasi harga
sekuritas di masa lalu untuk memilih saham. Salah satu contoh aturan yang
pernah dikemukakan oleh Levy (1967), yaitu dengan membandingkan harga
suatu saham saat ini (Pjt) dengan harga rata-rata saham tersebut selama beberapa
periode ( jt). Misalnya, jika harga rata-rata ( jt)adalah harga rata-rata saham j
pada waktu t selama 27 minggu, dan Pjt adalah harga saham j pada waktu t maka
relative strength saham tersebut adalah sebesar Pjt /

jt.

Menurut Levy sekuritas

yang dipilih adalah sekuritas yang mempunyai rasio X% tertinggi dan saham
tersebut bisa dibeli dengan jumlah tertentu. Namun, jika relative strength dari
saham tersebut mengalami penurunan hingga dibawah relative strength sebesar K
% maka saham tersebut harus dijual dan dana penjualan tersebut harus
diinvestasikan pada saham-saham yang termasuk X% rasio tertinggi. Levy telah
menguji bahwa untuk nilai X dan K yang menguntungkan adalah sebesar X=5%
dan K= 70%.
Hubungan return dan karakteristik perusahaan
Terdapat hubungan antara karakteristik perusahaan dengan return abnormal
yang bisa diperoleh investor. Beberapa karakteristik tersebut antara lain: ukuran (size),
nilai pasar dibagi nilai buku (market to book value), serta earning dibagi dengan harga
saham (earning price).
Hubungan antara karakteristik perusahaan dengan return abnormal .ini
dinyatakan sebagai sebuah anomali dalam pasar efisien, karena dalam pasar yang
efesien secara teoritis tidak ada seorang investor pun yang bisa memperoleh return
abnormal dengan menggunakan informasi karakteristik perusahaan.
a. Size effect
Adanya kecendrungan saham-saham perusahaan kecil yang mempunyai return
lebih tinggi dibanding dengan saham-saham perusahaan besar. Banz (1981)
menemukan adanya return abnormal yang bisa diperoleh investor jika memiliki saham
perusahaan kecil selama periode 1936-1977. Reinganum (1981), juga menemukan
adanya return abnormal pada saham-saham perusahaan kecil. Tetapi, hasil penelitian
tersebut banyak mendapat kritik terutama penggunaan CAPM dalam menentukan

besarnya return yang diharapkan. CAPM dianggap tidak tepat untuk menghitung
return abnormal, karena model ini terlalu tergantung pada beta. Padahal, seperti
kebanyakan kritik terhadap model CAPM, variable beta sering dianggap banyak
kelemahannya, karena dihitung dengan menggunakan data historis, serta adanya
perbedaan beta yang signifikan antara perusahaan kecil dan perusahaan besar.
b.Nilai Pasar Dibagi dengan Nilai Buku (market to book value)
Peneliti menemukan hubungan antara nilai market to book dengan nilai saham.
Mereka menemukan bahwa ada perbedaan return antara saham yang mempunyai
market to book value yang tinggi dengan saham yang memiliki market to book yang
rendah. Saham-saham yang mempunyai market to book yang tinggi akan cenderung
mempunyai tingkat return yang lebih besar dibanding dengan saham-saham yang
mempunyai market to book yang rendah.
c. Earning Price
Basu (1977) pernah melakukan penelitian mengenai hubungan antara
rasio earning/price (E/P) dengan tingkat return abnormal yang diperoleh dengan
menggunakan CAPM. Basu meneliti kinerja portfolio yang dibentuk berdasarkan
rasio harga terhadap laba (price/earning) selama periode 1957-1971. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa return cenderung lebih besar ketika bergerak dari
portfolio dengan rasio price/earning yang tinggi ke portfolio dengan rasio
price/earning yang rendah.
Prediksi return jangka panjang dengan menggunakan karakteristik perusahaan
dan pasar
Return obligasi dan saham dalam jangka panjang cenderung dapat diprediksi
dengan menggunakan data yang berhubungan dengan tingkat return pasar dan struktur
tingkat suku bunga. Proporsi return jangka panjang yang dapat dijelaskan oleh datadata tersebut terlihat relatif tinggi.
2) EVENT STUDIES
Merupakan penelitian yang mengamati dampak dari pengumuman informasi
terhadap harga sekuritas. Penelitian ini umumnya berkaitan dengan seberapa cepat
suatu informasi masuk ke pasar yang tercermin pada harga saham. Standar metodologi
yang digunakan dalam event studies ini, yaitu:
1. Mengumpulkan sampel, yaitu perusahaan-perusahaan mengeluarkan pengumuman
yang mengejutkan pasar (event). Perubahan harga dapat terjadi jika ada event yang
mengejutkan pasar, misalnya ada pengumuman perusahaan akan melakukan

merger, stock splits, penerbitan saham baru atau pengumuman mengenai earning
perusahaan.
2. Menentukan hari pengumuman
3. Menentukan periode pengamatan.
Periode pengamatan biasanya dihitung dalam hari. Jika peneliti menghitung 30 hari
sekitar pengumuman, maka 15 hari sebelum pengumuman ditandai dengan -15,14,-13,,-1. Sedangkan hari pengumuman akan ditandai dengan 0 dan 15
sesudahnya ditandai dengan +1,+2,+3,,+15
4. Menghitung return masing-masing sampel setiap hari selama periode pengamatan.
5. Menghitung return abnormal
Dihitung dengan mengurangi return actual yang sebenarnya terjadi dengan return
yang diharapkan. Beberapa penelitian menggunakan model equilibrium market untuk
menghitung return yang diharapkan, sedangkan beberapa penelitian biasanya
menggunakan indeks pasar.
Return abnormal = ARit = Rit E (Rit)
Dimana:
ARit = tingkat return abnormal sekuritas i pada waktu t
Rit
= tingkat sekuritas i pada waktu t
E (Rit) =return yang diharapkan pada sekuritas i dalam periode t dengan
menggunakan model keseimbangan.
6. Menghitung rata-rata abnormal semua sampel setiap hari.
7. Terkadang return abnormal harian tersebut digabungkan untuk menghilangkan
return abnormal kumulatif selama periode tertentu.
8. Mempelajari dan mendiskusikan hasil yang diperoleh.
Salah satu contoh penelitian yang menggunakan event studies yang pernah
dilakukan adalah penelitian oleh Fama, Jensen dan Roll (1969). Mereka meneliti
dampak adanya pengumuman stock split oleh perusahaan terhadap perubahan harga
saham. Stock split merupakan tindakan perusahaan untuk memecah saham yang telah
beredar. Secara teoritis tindakan ini tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan,
sehingga pada pasar yang efisien adanya berita itu tidak akan diikuti oleh perubahan
harga yang signifikan.
PENGUJIAN PRIVATE INFORMATION
Pengujian private information meliputi pengujian apakah pihak insider
perusahaan dan kelompok investor tertentu yang dianggap mempunyai akses
informasi lebih baik dapat memperoleh return abnormal dibandingkan dengan return
pasar umumnya.
Insider trading

Pihak-pihak yang disebut insider adalah direktur, manajer, karyawan atau


pemegang saham yang dianggap bisa mendapatkan informasi yang sesungguhnya
mengenai perusahaan yang tidak dapat dilakukan oleh pihak lainnya. Pihak insider
bisa memperoleh informasi sebelum informasi tersebut dipublikasikan.
IMPLIKASI PASAR MODAL YANG EFISIEN
Belum semua kaum praktisi pasar modal bisa menerima konsep mengenai
pasar yang efisien ini. Sebagian investor percaya bahwa pasar inefesien, sehingga
mereka bisa memanfaatkan inefesiensi pasar tersebut untuk mendapatkan return
abnormal. Meskipun demikian, disisi lain banyak kalangan akademisi yang percaya
bahwa pasar efisien pada tingkat tertentu ada.
Investor yang percaya bahwa pasar dalam kondisi yang tidak efesien akan
menerapkan strategi perdagangan aktif agar bisa mendapatkan return abnormal. Untuk
itu mereka akan melakukan analisis-analisis baik analisis teknis maupun fundamental.
Sedangkan investor yang percaya pasar dalam kondisi efesien akan cenderung
menerapkan strategi perdagangan pasif dengan membentuk portfolio yang mereplikasi
indeks pasar.
Implikasi hipotesis pasar efesien terhadap investor yang berinvestasi di pasar
modal bisa juga dilihat dari implikasinya terhadap investor yang menerapkan analisis
teknikal maupun analisis fundamental dalam penilaian dan pemilihan saham. Bagi
investor yang menerapkan analisis teknikal, mereka pada dasarnya percaya bahwa
pergerakan harga saham masa datang bisa diprediksi dari data historis pergerakan
harga saham masa lampau. Dalam situasi seperti ini, jika hipotesis pasar efesien
dalam bentuk emah benar, maka tindakan investor yang menggunakan analisis
teknikal sudah tidak akan memberi nilai tambah bagi investor, karena harga pasar
yang terjadi sudah mencerminkan pergerakan harga dan volume saham historis.
Sedangkan implikasi hipotesis pasar efesien terhadap investor yang melakukan
analisis fundamental yaitu dengan mengestimasi nilai instrinsik saham berdasarkan
informasi fundamental yang dipublikasikan oleh perusahaan, maka dalam hal ini jika
hipotesis pasar efesien bentuk setengah kuat dimana semua informasi fundamental
perusahaan sudah tercermin pada harga pasar, maka analisis fundamental investor
untuk memperoleh return abnormal tidak bermanfaat lagi.

Anda mungkin juga menyukai