2. Objek Biaya
Sistem akuntansi manajemen dibuat untuk mengukur dan membebankan biaya
kepada entitas, yang disebut sebagai objek biaya. Objek biaya dapat berupa apapun, seperti
produk, pelanggan, departemen, proyek, aktivitas, dan lain-lain yang digunakan untuk
mengukur dan membebankan biaya. Sebagai contoh, jika sebuah rumah sakit ingin
menetapkan biaya unit operasi, maka obyek biayanya adalah unit operasi.
Dalam beberapa tahun terakhir, aktivitas muncul sebagai objek biaya yang penting.
Aktivitas adalah unit dasar dari kerja yang dilakukan dalam sebuah organisasi dana dapat
juga dideskripsikan sebagai kumpulan tindakan dalam suatu organisasi yang berguna bagi
para manajer untuk melakukan perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan.
Atau dapat diartikan pula, aktivitas adalah orang-orang dan atau peralatan yang melakukan
kerja bagi orang lain. Selain sebagai obyek biaya, aktivitas juga berperan utama dalam
pembebanan biaya untuk obyek biaya lainnya. Oleh sebab itu, aktivitas adalah unit dasar
kerja yang dibutuhkan dalam sebuah organisasi, dan dapat juga digambarkan sebagai suatu
pengumpulan tindakan dalam suatu organisasi yang berguna bagi para manajer untuk
melakukan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan.
Setelah menentukan objek-objek biaya yang akan dipakai, maka tugas manajer
keuangan selanjutnya adalah melakukan pembebanan biaya pada objek yang telah
ditetapkan. Menurut Hansen dan Mowen (2007), ada tiga metode pembebanan biaya, antara
lain:
a. Direct Tracing (Penelusuran Langsung)
Direct tracing merupakan penelusuran yang dilakukan untuk mengidentifikasi dan
membebankan biaya yang berkaitan langsung dan fisik dengan sebuah objek biaya.
Penelusuran pada umumnya dilakukan dengan cara pengamatan fisik komponen
pembentuk produk. Misalnya biaya untuk membuat sebuah baju antara lain bahan kain,
kancing, benang, resleting, tenaga kerja, dan lain sebagainya. Penelusuran langsung
memiliki kelemahan pada pembebanan biaya atas hal-hal yang secara tidak langsung
berhubungan dengan sebuah produk, misalnya jasa listrik, depresiasi alat, dan lain-lain.
b. Driver Tracing (Penelusuran Penggerak)
Driver tracing dapat diartikan sebagai penggunaan penggerak aktivitas untuk
membebankan biaya pada objek biaya. Penggerak (driver) diartikan sebagai faktor yang
menyebabkan perubahan dalam penggunaan sumber daya dan memiliki hubungan sebab-
akibat dengan biaya yang berhubungan dengan objek biaya. Diver tracing biasanya
kurang akurat jika dibandingkan dengan metode penelusuran langsung.
c. Indirect Cost/Allocation (Alokasi/Biaya Tidak Langsung)
Biaya tidak langsung merupakan biaya-biaya yang tidak memiliki hubungan kausal
secara langsung dengan sebuah objek biaya, sehingga tidak memungkinkan untuk
membebankan biaya dengan cara penelusuran langsung maupun melalui penggerak
(driver). Sebagai akibat dari tidak adanya hubungan antara biaya yang terjadi dengan
objek biaya maka pengalokasian biaya tidak langsung dapat dilakukan dengan
menggunakan estimasi dan asumsi manajer keuangan.
3. Keakuratan Pembebanan
Keakuratan tidak dievaluasi berdasarkan pengetahuan tentang biaya yang
sebenarnya. Keakuratan adalah suatu konsep yang relatif, dan harus dilakukan dengan
wajar serta logis terhadap penggunaan metode pembebanaan biaya. Tujuannya adalah untuk
mengukur dan membebankan biaya terhadap sumber daya yang dikonsumsi oleh objek biaya
sebaik mungkin. Contohnya, PT. SIRA ingin mengetahui biaya yang dikeluarkan untuk
penyediaan bahan baku yang di pasok sendiri oleh perusahaan. Dalam proses pengambilan
bahan baku tersebut dari sumbernya dengan biaya angkut bahan, upah pekerja tidak
langsung dan biaya lainnya diperkirakan sebesar $200. Padahal perusahaan lain yang
bergerak dibidang yang sama memperoleh bahan baku dengan biaya sebesar $190. Hal ini
menunjukkan bahwa telah adanya distorsi pada pembebanan biaya untuk bahan baku.
Pembebanan biaya yang terdistorsi dapat menghasilkan keputusan yang salah dan
evaluasi yang buruk. Menetapkan hubungan sebab-akibat antara biaya yang dibebankan dan
objek biaya adalah kunci untuk membuat pembebanan biaya secara wajar dan akurat.
4. Ketertelusuran
Hubungan antara biaya dan objek biaya harus digali untuk membantu meningkatkan
keakuratan pembebanan biaya. Biaya dapat berkaitan dengan objek biaya secara langsung
maupun tidak langsung. Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang tidak dapat
dengan mudah dan akurat dilacak sebagai objek biaya. Biaya langsung (direct cost) adalah
biaya yang dengan mudah dan akurat ditelusuri sebagai objek biaya. Ditelusuri dengan
mudah berarti biaya dapt dibebankan dengan cara yang layak secara ekonomi, sedangkan
ditelusuri dengan akurat berarti biaya dapat dibebankan dengan menggunakan hubungan
sebab-akibat. Jadi, ketelusuran adalah kemampuan untuk membebankan biaya ke objek
biaya dengan cara yang layak secara ekonomi berdasarkan hubungan sebab-akibat. Semakin
besar biaya yang dapat ditelusuri ke objeknya, semakin akurat pembebanan biayanya.
Ketelusuran adalah unsur utama dalam pengembangan pembebanan biaya yang akurat.
Suatu jenis biaya tertentu mungkin saja digolongkan, baik secara biaya langsung
maupun biaya tidak langsung. Sistem akuntansi manajemen umumnya berurusan dengan
banyak objek biaya. Semua bergantung pada objek biaya yang menjadi acuan. Sebagai
contoh, jika rumah sakit merupakan obyek biaya, maka biaya pemanas dan pendingin ruang
rumah sakit adalah biaya langsung. Akan tetapi, jika objek biayanya adalah produk yang
dihasilkan oleh rumah sakit tersebut, maka biaya utilitas ini merupakan biaya tidak
langsung.
5. Metode Penelusuran
Ketertelusuran berarti biaya dapat dibebankan dengan mudah dan akurat, sedangkan
penelusuran (tracing) berarti pembebanan akutual biaya pada objek biaya dengan
menggunakan ukuran yang dapat diamati atas sumber daya yang dikonsumsi oleh objek
biaya. Penelusuran biaya ke objek biaya dapat terjadi melalui salah satu dari dua cara berikut
: (1) penelusuran langsung (drect tarcing) yaitu suatu proses pengidentifikasian dan
pembebanan biaya yang berkaitan secara khusus dan fisik dengan suatu objek dan biasanya
dikerjakan dengan pengamatan secara fisik. Contohnya perusahaan yang memasok bahan
baku sendiri dengan biaya $200. Bahan baku merupakan objek biaya yang langsung dapat
ditelusuri kepada PT. SIRA. Idealnya, semua biaya harus dibebankan pada objek biaya
dengan menggunakan penelusuran langsung. Sayangnya, objek biaya bukan merupakan
pengguna sumber daya satu-satunya. Dalam kasus ini, kita menggunakan penelusuran
penggerak untuk membebankan biaya.
Penelusuran penggerak (driver tracing) yaitu penggunaan penggerak untuk
membebani biaya ke objek biaya. Dalam konteks pembebanan biaya, penggerak adalah
faktor penyebab yang dapat diamati dan yang mengukur konsumsi sumber daya objek biaya.
Oleh karena itu penggerak adalah faktor yang menyebabkan perubahan dalam penggunaan
sumber daya, dan memiliki hubungan sebab-akibat dengan biaya yang berhubungan dengan
Produk jasa memiliki variasi yang sifatnya luas menyesuaikan dengan kepentingan
konsumen. Namun, produk jasa hendaknya memiliki sebuah standar sebagai kontrol atas
varian kepentingan konsumen.
1. Biaya yang Berbeda untuk Tujuan Berbeda
Harga pokok produk atau biaya produk (product cost) adalam pembebanan biaya
yang mendukung tujuan manajerial yang spesifik. Arti biaya produk bergantung pada
tujuan manajerial yang sedang berusaha dicapai. Hal ini mengilustrasikan prinsif manajemen
biaya yang fundamental, yaitu biaya yang berbeda untuk tujuan yang berbeda.
Rantai nilai internal perusahaan adalah seperangkat aktivitas yang dibutuhkan untuk
mendesain, mengembangkan, memproduksi, memasarkan, mendistribusikan dan melayani
produk. Rantai nilai biaya produk diperoleh dengan membebankan biaya pada serangkaian
aktivitas yang mendefinisikan rantai nilai, kemudian membebankan biaya dari berbagai
aktivitas itu pada produk.
2. Biaya Produk dan Pelaporan Keuangan Eksternal
Biaya dibagi menjadi 2 yaitu biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi
adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa. Biaya non
produksi adalah biaya yang berkaitan dengan fungsi perencanaan, pengembangan,
pemasaran, distribusi, layanan pelanggan, dan administrasi umum. Biaya non produksi
sering dibagi dalam dua kategori umum : biaya penjualan yang mencakup biaya pemasaran,
distribusi dan layanan pelanggan; dan biaya administrasi yang mencakup biaya desain,
pengembangan , dan administrasi umum.
Untuk barang berwujud, biaya produksi dan nonproduksi sering disebut sebagai
biaya manufaktur dan non manufaktur. Biaya produksi dapat dikalsifikasikan lebih lanjut
sebagai bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead. Dalam pelaporan keuangan
eksternal, hanya ketiga elemen ini yang dapat dibebankan pada produk.
a. Bahan langsung (Direct Material)
Bahan langsung adalah bahan yang dapat ditelusuri secara langsung pada barang atau jasa
yang sedang di produksi. Biaya bahan ini dapat langsung dibebankan pada produk.
b. Tenaga kerja langsung (Direct Labor)
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri secara langsung pada
baranag atau jasa yang sedang diproduksi. Pengamatan secara langsung dapat di lakukan
dalam hal ini.
c. Overhead
Overhead semua biaya selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Pada perusahaan
manufaktur, overhead juga dikenal sebagai beban pabrik atau overhead manufaktur.
3. Biaya Utama dan Konversi
Kombinasi dari berbagai biaya produksi mengarah pada konsep biaya konversi dan
biaya utama. Biaya utama adalah jumlah dari biaya bahan langsung dan tenaga kerja
langsung. Biaya konversi adalah jumlah dari biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead. Untuk perusahaan manufaktur, biaya konversi bisa diinterpretasikan sebagai biaya
untuk mengonversi bahan baku menjadi produk akhir.
4. Biaya Penjualan dan Administrasi
Untuk pelaporan keuangan eksternal, biaya penjualan dan administrasi disebut
sebagai biaya yang tidak dapat diinventarisasi atau biaya periode. Jadi, biaya ini tidak ada
satupun yang dapat dibebankan pada produk atau muncul sebagai bagian dari nilai
persediaan yang dilaporkan pada neraca. Biaya yang diperlukan untuk memasarkan,
mendistribusikan dan melayani produk atau jasa merupakan biaya pemasaran (penjualan).
Sedangkan biaya yang berkaitan dengan penelitian, pengembangan dan administrasi umum
pada organisasi yang tidak dapat dibebankan pada pemasaran ataupun produksi, dibebankan
sebagai biaya administrasi.
5. Penyusunan Laporan Laba Rugi
a. Laporan Keuangan Eksternal
Untuk memenuhi kebutuhan pelaporan eksternal, biaya-biaya diklasifikasikan
berdasarkan fungsi. Ketika menyusun laporan laba-rugi , biaya produksi dipisahkan
dari biaya penjualan dan administrasi. Hal ini dilakukan karena biaya produksi
dipandang sebagai harga pokok produk, sedangkan biaya penjualan dan administrasi
dipandang sebagai biaya periode. Jadi, biaya produksi yang melekat pada produk
yang terjual diakui sebagai beban (harga pokok penjualan) pada laporan laba-rugi.
Biaya produksi yang melekat pada produk yang belum terjual dilaporkan sebagai
persediaan di neraca. Beban penjualan dan administrasi dianggap sebagai biaya
periode dan harus dikurangi setiap periode sebagai beban dan hal ini tidak tampak
pada neraca.
b. Laporan Laba Rugi : Perusahaan Manufaktur
Pemasukan yang dihitung menurut klasifikasi fungsional sering disebut
sebagai perhitungan pemasukan biaya absorpsi (full costing) karena semua biaya
manufaktur dibebankan ke produk. Menurut perhitungan biaya absorpsi, beban
dipisahkan menurut fungsi dan kemudian dikurangi dari pendapatan untuk
menghasilkan laba sebelum pajak. Harga pokok penjualan adalah biaya bahan
langsung, tenaga kerja langsung dan overhead yang melekat pada unit yang terjual.
Untuk menghitung harga pokok penjualan, pertama-tama harga pokok produksi perlu
di tentukan.
Contoh : perhitungan harga pokok produksi
Contoh : laporan rugi/laba perusahaan manufaktur
c. Laporan Laba Rugi : Perusahaan Jasa
Pada perusahaaan jasa, perhitungan biaya jasa yang terjual berbeda dari biaya
penjualan dalam perusahaan manufaktur. Perusahaan jasa tidak memiliki persediaan
awal dan akhir barang serta tidak memiliki persediaan barang jadi karena tidak
mungkin menyimpan jasa.
6. Sistem Akuntansi Manajemen Berdasarkan Fungsi dan Aktivitas
a. Jenis-Jenis Sistem Akuntansi Manajemen : Gambaran Umum Singkat
Sistem akuntansi manajemen dapat diklasifikasikan secara umum sebagai
sistem berdasarkan fungsi dan sistem berdasarkan aktivitas. Pendekatan berdasarkan
fungsi dan aktivitas dapat ditemukan dalam praktik nyata. Sistem akuntansi
manajemen berdasarkan fungsi (Functional Based Management - FBM) telah dikenal
dari tahun 1900-an dan masih digunakan secara luas dalam sektor manufaktur dan
jasa. Sistem
akuntansi
manajemen
berdasarkan
aktivitas
(Activity Based
memiliki beragam produk dan pelanggan, produk yang lebih rumit, siklus waktu
produk yang lebih pendek, peningkatan pra syarat kualitas, dan tekanan persaingan
yang ketat. ABM digunakan dalam industri medis, industri keuangan, industri
transportasi, dan dalam semua jenis industri manufaktur.
b. Sistem FBM vs ABM
Elemen utama dari model FBM adalah fungsi, sedangkan elemen utama dari
model ABM adalah aktivitas. Fungsi-fungsi biasanya dikelompokkan dalam unit-unit
organisasional, seperti departemen dan pabrik (contohnya : teknik, pengendalian
kualitas, dan perakitan adalah fungsi-fungsi yang diatur dalam departemen) aktivitasaktivitas dengan tujuan umum dikelompokkan bersama dalam satu bentuk proses.
Sebagai contoh pembelian barang, penerimaan barang, dan pembayaran barang yang
diterima adalah aktivitas utama yang menggambarkan proses pengadaan persediaan.
Sistem akuntansi manajemen diklasifikasikan sebagai sistem berdasarkan
fungsi (Functional Based Management / FBM) dan berdasarkan aktivitas (Activity
Based Management / ABM). Jantung atau elemen pusat dari model FBM adalah
fungsi, sementara elemen model ABM adalah aktivitas.
- Tinjauan biaya FBM, biaya-biaya sumber daya dibebankan ke unit-unit
-
yang dibebani.
Tinjauan efisiensi operasional ABM, manajemen berdasarkan aktivitas fokus pada
aktivitas manajemen dengan tujuan memperbaiki nilai yang diterima oleh
pelanggan dan profit yang diterima dengan menyediakan nilai ini.
seperti jam kerja dari tenaga kerja langsung, bahan langsung, dan jam kerja mesin
adalah hanya pengerak yang diasumsikan penting. Karena sistem FBM hanya
menggunakan penggerak yang berhubungan dengan fungsi produksi untuk
membebani biaya, pendekatan pembebanan biaya ini dianggap sebagai perhitungan
biaya berdasarkan produksi atau fungsi (Functional Based Costing - FBC).
d. Tinjauan Biaya ABM
Dalam perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (Activity Based Costing ABC) biaya ditelusuri hingga aktivitas, kemudian produk. Sebagaimana perhitungan
biaya berdasarkan fungsi, penelusuran langsung dan penelusuran penggerak
digunakan. Namun, penelusuran penggerak secara signifikan diperluas dengan
mengidentifikasi dan menggunakan penggerak yang tidak berhubungan dengan
volume produk yang diproduksi (penggerak berdasarkan non unit). Jadi, pembebanan
biaya berdasarkan aktivitas menekankan pada penelusuran alokasi, bahkan, bisa
disebut sebagai penelusuran yang intensif. Penggunaan pengerak unit dan non unit
meningkatkan keakuratan pembebanan biaya, kualitas keseluruhan, dan informasi
biaya yang relevan. Sebagai contoh, pertimbangkanlah pembebanan biaya dari
akivitas mengerakkan bahan mentah dan bahan setengah jadi dari satu titik ke titik
lain dalam suatu pabrik. Jumlah penggerak yang dibutuhkan untuk suatu produk
adalah ukuran yang jauh lebih baik dari permintaan produk untuk aktivitas
penggunaan bahan dari dari jumlah unit yang diproduksi. Pada kenyataanya, jumlah
unit yang diproduksi bisa jadi tidak berpengaruh pada pengukuran permintaan
produk untuk penanganan bahan. Suatu kelompok yang terdiri dari 10 unit bisa saja
membutuhkan aktivitas penanganan bahan yang sama dengan satu kelompok yang
terdiri dari 100 unit.
Perhitungan harga produk berdasarkan aktivitas cenderung fleksibel.
Informasi biaya dibuat untuk mendukung beragai tujuan manajerial, termasuk tujuan
pelaporan keuangan.
e. Tinjauan Efisiensi Operasional FBM
Pendekatan manajen berdasarkan fungsi untuk pengendalian membebankan
biaya pada unit organisasional, kemudian memuntut tanggung jawab manajer unit
organisasional untuk mengendalikan biaya yang dibebankan. Kinerja diukur dengan
membandingkan hasil aktual dengan standar atau hasil yang dianggarkan.
Penekanannya adalah ukuran dari keuangan dari kinerja (ukuran non keuangan
pertanggungjawaban).
Tinjauan Efisiensi Operasional ABM
Manajemen berdasarkan aktivitas fokus pada pengelolaan aktivitas dengan
tujuan memperbaiki nilai yang diterima pelanggan dan laba yang diterima dengan
menyediakan nilai ini. Hal ini meliputi analisis penggerak, analisis aktivitas, evaluasi
kinerja, dan penggunaan perhitungan biaya bedasarkan aktivitas sebagai sumber
informasi utama. Tinjauan proses berkaitan dengan identifikasi faktor-faktor
penyebab biaya suatu aktivitas (menjelaskan penyebab munculnya biaya),
pengukuran pekerjaan apa yang telah dilakukan (mengidentifikasi aktivitas), serta
evaluasi kinerja pekerjaan dan hasil yang dicapai (seberapa baik aktivitas yang
dikerjakan). Jadi pengendalian berdasarkan aktivitas membutuhkan informasi
terperinci mengenai aktivitas.
Berdasarkan fungsi
1. Penggerak berdasarkan unit
2. Intensif dalam pengalokasian
3. Perhitungan harga pokok produk
secara sempit dan kaku
4. Berfokus pada pengelolaan biaya
5. Informasi aktivitas sedikit
6. Maksimalisasi
kinerja
unit
individual
7. Penggunaan ukuran keuangan untuk
kinerja
Berdasarkan aktivitas
1. Penggerak berdasarkan unit dan
non unit
2. Intensif dalam penelusuran
3. Perhitungan harga pokok produk
secara luas dan fleksibel berfokus
pada aktivitas Informasi aktivitas
terperinci
4. Maksimalisasi kerja seluruh sistem
5. Penggunaan ukuran keuangan dan
non keuangan untuk kinerja
Kesimpulan
Biaya dibebankan pada objek biaya, seperti produk, proyek pabrik, dan pelanggan. Tiga
metode pembebanan biaya, yaitu penelusuran langsung, penelusuran penggerak, dan alokasi.
Penelusuran langsung dan penelusuran penggerak lebih akurat karena didasarkan pada hubungan
sebab-akibat. Penelusuran langsung bergantung pada pengamatan secara fisik untuk
membebankan biaya. Penelusuran penggerak bergantung pada penggunaan faktor-faktor
penyebab yang disebut penggerak untuk membebankan biaya. Alokasi bergantung pada
hubungan yang di asumsikan dan kemudahan membebankan biaya.
Produk terdiri dari dua, yaitu produk berwujud dan jasa. Harga pokok produk (biaya
produk) didefinisikan sebagai biaya yang dibebankan pada produk yang memnuhi tujuan
manajerial tertentu. Dalam perusahaan manufaktur, harga pokok produksi harus di hitung,
berbeda dengan pada perusahaan jasa yang tidak mengharuskan hal tersebut. Selain itu, dalam
perusahaan manufaktur, terdapat berbagai sistem akuntansi manajemen yang memiliki 2
klasifikasi yaitu yang berdasarkan fungsi dan aktivitas.
DAFTAR PUSTAKA
Hansen D.R. dan M.M. Mawon. 2007. Akuntansi Manajerial edisi 8. Jakarta : Salemba empat
http://estrijuwanita.blogspot.com/2013/12/resume-konsep-dasar-akuntansi-manajemen.html