Hidronefrosis KLP 4 Kelas A2
Hidronefrosis KLP 4 Kelas A2
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
1
ERNAWATI
HENI AGUSTINI M. P.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., atas limpahan dan
rahmat karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Konsep
Dasar Asuhan Keperawatan Hidronefrosis. Makalah ini disusun sebagai salah
satu tugas Mata Kuliah Sistem Perkemihan karena makalah ini tidak mungkin
dapat diselesaikan tanpa bantuan dari pihak-pihak tertentu, maka dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya
kepada:
1. Agus Supinganto, Ners., M.Kes., selaku Ketua STIKES YARSI Mataram.
2. Indah Wasliah, Ners., M.Kep., Sp.Anak., selaku Ka. Prodi S1 Keperawatan
STIKES YARSI Mataram.
3. Bq. Nurainun Apriani Idris, Ners., selaku dosen pembimbing akademik.
4. Fitri Romadonika, S. Kep., Ners., M. Kep., selaku dosen Mata Kuliah Sistem
Perkemihan.
5. Semua pihak yang ikut membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis membuat makalah ini dengan seringkas-ringkasnya dan bahasa
yang jelas agar mudah dipahami, karena penulis menyadari keterbatasan yang
penulis miliki, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, agar
pembuatan makalah penulis yang berikutnya dapat menjadi lebih baik.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................
ii
DAFTAR ISI..........................................................................................
iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................
Latar Belakang...................................................................
Rumusan Masalah..............................................................
Tujuan Penulisan................................................................
Manfaat Penulisan..............................................................
Ruang Lingkup...................................................................
Metode Penulisan...............................................................
Sistematika Penulisan........................................................
Definisi Hidronefrosis.................................................
Epidemiologi...............................................................
11
Etiologi........................................................................
11
Manifestasi Klinis.......................................................
12
Patofisiologi................................................................
13
Pathway.......................................................................
16
Pemeriksaan Penunjang..............................................
17
Penatalaksanaan..........................................................
17
10 Pencegahan.................................................................
18
18
19
Pengkajian..............................................................
19
Diagnosa Keperawatan...........................................
29
Intervensi Keperawatan..........................................
29
Implementasi Keperawatan....................................
57
Evaluasi Keperawatan............................................
58
Dokumentasi Keperawatan....................................
60
BAB 3 PENUTUP..................................................................................
64
Simpulan............................................................................
64
Saran...................................................................................
64
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Hidronefrosis merupakan penggembungan ginjal akibat tekanan balik
terhadap ginjal karena aliran air kemih tersumbat. Dalam keadaan normal, air
kemih mengalir dari ginjal dengan tekanan yang sangat rendah. Jika aliran air
kemih tersumbat, air kemih akan mengalir kembali ke dalam tabung-tabung
kecil di dalam ginjal (tubulus renalis) dan ke dalam daerah pusat
pengumpulan air kemih (pelvis renalis). Hal ini akan menyebabkan ginjal
menggembung dan menekan jaringan ginjal yang rapuh.Pada akhinya,
tekanan hidronefrosis yang menetap dan berat akan merusak jaringan ginjal
sehingga secara perlahan ginjal akan kehilangan fungsinya.
Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi
kontraksi otot ritmis yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung
kemih. Jaringan fibrosa lalu akan menggantikan kedudukan jaringan otot
yang
normal
di
dinding
ureter
sehingga
terjadi
kerusakan
yang
Rumusan Masalah
Bagaimana definisi dan klasifikasi hidronefrosis?
Bagaimana epidemiologi hidronefrosis?
Apa saja etiologi hidronefrosis?
Bagaimana tanda dan gejala hidronefrosis?
Bagaimana patofisiologi hidronefrosis?
Bagaimana komplikasi dan prognosis hidronefrosis?
Bagaimana pengobatan dan pencegahan hidronefrosis?
Bagaiamana asuhan keperawatan pada anak dengan hidronefrosis?
1.3.
Tujuan Penulisan
Berkaitan dengan rumusan masalah diatas, diharapkan memberikan
tujuan dan manfaat sebagai berikut :
1.4.
dan
informasi
tentang
Konsep
Dasar
Asuhan
Keperawatan Hidronefrosis.
1.5.
Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah ini penulis membatasi masalah pada
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Hidronefrosis.
1.6.
Metode Penulisan
Sistematika Penulisan
BAB 1
BAB 2
: Tinjauan Pustaka
BAB 3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
ke sel yang lain. Oleh karena itu, potensial aksi dapat menyebar ke
seluruh otot detrusor, dari satu sel otot ke sel otot yang berikutnya
sehingga terjadi kontraksi seluruh kandung kemih.
Pada dinding posterior kandung kemih, tepat di atas bagian
leher dari kandung kemih, terdapat daerah segitiga kecil yang
disebut trigonum. Bagian terendah dari apeks trigonum adalah
bagian kandung kemih yang membuka menuju leher masuk ke
dalam uretra posterior dan kedua ureter memasuki kandung kemih
pada sudut tertinggi di trigonum. Trigonum sangat dikenal dengan
mukosanya, yaitu lapisan paling dalam kandung kemih yang
memiliki testur paling lembut dibandingkan dengan lapisanlapisan lainnya yang berlipat-lipat berbentuk rugae. Masingmasing ureter pada saat memasuki kandung kemih, berjalan secara
oblique melalui otot detrusor dan kemudian melewati 1 sampai 2
sentimeter lagi di bawah mukosa kandung kemih sebelum
mengosongkan diri ke dalam kandung kemih.
Leher kandung kemih (uretra posterior) panjangnya 2
sampai tiga sentimeter, dan dindingnya terdiri atas otot detrusor
yang bersilangan dengan sejumlah besar jaringan elastis. Otot
pada daerah ini disebut sfingter internal. Sifat tonusnya secara
normal mempertahankan leher kandung kemih dan uretra posterior
agar kosong dari urine, dan oleh karena itu mencegah
pengosongan kandung kemih sampai pada saat tekanan puncak
yang dilakukan oleh otot-otot kandung kemih dalam mendorong
urine keluar melalui uretra.
Setelah uretra posterior, uretra berjalan melewati diafragma
urogenital, yang mengandung lapisan otot yang disebut sfingter
eksterna kandung kemih. Otot ini merupakan otot lurik yang
berbeda dengan otot pada badan dan leher kandung kemih, yang
hanya terdiri atas otot polos. Otot sfingter eksterna bekerja di
bawah kendali sistem saraf volunter dan dapat digunakan secara
sadar untuk menahan miksi (berkemih) bahkan bila kendali
involunter berusaha untuk mengosongkan kandung kemih.
reflex
yang
menyebabkan
kandung
kemih
pembedahan,
rontgen
atau
obat-obatan
(terutama
metisergid);
f. Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung
kemih);
g. Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ
panggul lainnya;
h. Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih
ke uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker;
i. Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau
cedera;
j. Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara waktu
menghalangi kontraksi ureter.
Kadang hidronefrosis terjadi selama kehamilan karena
pembesaran rahim menekan ureter. Perubahan hormonal akan
memperburuk keadaan ini karena mengurangi kontraksi ureter yang
secara
normal
mengalirkan
air
kemih
ke
kandung
kemih.
11
dengan
peningkatan
filtrasi
pada
tubulus
dan
12
langsung
menimbulkan
perhatian
ke
hifronefrosis.
13
Dihilangkanya
obstruksi
dalam
beberapa
minggu
biasanya
bertahap (hipertropi
14
2.1.7. Pathway
Anoreksia
Bau amonia
Mulut: ureum
bertemu enzim
ptialin
Sistem
pencernaan
Bersifat toksik
dalam tubuh
Peningkatan
ureum dalam
darah
MK:
Ansietas
Gelisah
perubahan
status
kesehatan
MK:
Hipertermi
Panas/
demam
Kegagalan
metabolisme
ginjal
MK:
Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
Mual, muntah
Lambung:
ureum bertemu
HCL
MK: Kurang
Pengetahuan
Kurang
informasi
Gangguan
fungsi ginjal
MK: Nyeri
Akut
Peningkatan
tekanan
ginjal
Kolik
renalis/nyeri
pinggang
Urine
mengalir
balik
Obstruksi
akut
Terbentuknya
jaringan parut
Obstruksi
sebagian atau
total aliran
urine
MK:
Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan
Suplai O2
ke jaringan
turun
HB turun
Anemia
MK:
Intoleransi
Aktivitas
Penurunan
aktivitas
Lelah, letih,
lesu, pucat
Produksi
eritrosit
menurun
Ginjal tidak
bisa
menghasilkan
eritropoeitin
MK:
Gangguan
Eliminasi Urin
Oliguri
MK: Resiko
Tinggi
Infeksi
Pasang
Kateter
Penekanan
pada uretra
15
Metabolisme
meningkat
Proses
infeksi
Peradangan
Infeksi pada
ureter atau
uretra
Penekanan
pada ureter/
uretra
Neoplasma/
tumor di
sekitar ureter
atau uretra
Batu ginjal/
kelainan
kongenital
Penekanan
pada
saluran
kemih
Hipertrofi
prostat
Pembesaran
uterus pada
saat
kehamilan
BPH
(Benigna
Prostat
Hipertrofi)
mengobati
penyebab
dan
mengurangi
17
2.2.
masalah
dan
diagnosa
merencanakan
intervensi,
Identitas
18
19
yaitu
lingkungan/suhu
yang
terlalu
panas.
keringat
berlebih
sehingga
mempengaruhi
urin
yang
kemudian
hidronefrosis.
i. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan
tata
mengindikasikan
terjadinya
laksana kesehatan:
Perubahan
20
selama
sakit terdapat
perlu
memeberikan
dianut
penyakitnya.
j. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
klien
dan
orang
tua dalam
kesembuhan
ginjal
yang
terganggu
sehingga
tidak
dapat
pada
klien
hidronefrosis
21
No
1
Data Fokus
DO/DS:
Etiologi
Nyeri akut
Problem
Diagnosa
Nyeri akut
Keperawatan
Nyeri akut
- melindungi
daerah nyeri
- meringis
menahan nyeri
berhubungan
Nyeri pinggang
dengan
obstruksi akut
Obstruksi akut
saluran urin
Infeksi,neoplas
ma,
cacat bawaan,
pembesaran
2
DO/DS:
uterus,BPH
Gangguan pola
Gangguan
Gangguan
Jumlah urin
eleminasi urin
eleminasi urin
eleminasi urin
sedikit
Saat berkemih
berhubungan
Oliguri
hanya menetes
anyanganyangan
dengan
obstruksi
Obstruksi
saluran urin 18
sebagian/ total
saluran kemih
Infeksi,
23
neoplasma,
cacat bawaan,
pembesaran
3
DO/DS:
uterus,BPH
Hipertermi
Hipertermi
-Kenaikan suhu
tubuh diatas
berhubungan
Demam
dengan proses
rentang normal
(lebih dari 370)
- Kulit
Hipertermi
infeksi
Metabolisme
meningkat
kemerahan
- Kulit
panas/hangat
Proses infeksi
Ureter/uretra
19
Terpapar
bakteri, kuman,
4
DO/DS:
Bising usus
berlebih
Konjungtiva
pucat
BB menurun
Tidak nafsu
makan
Mual dan
virus, jamur
Ketidakseimban
Ketidakseimbanga
Ketidakseimban
gan nutrisi
n nutrisi kurang
gan nutrisi
kurang dari
dari kebutuhan
kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan
Anoreksia
anoreksia
muntah
Mual,muntah
Ureum bertemu
HCL di lambung
Peningkatan
ureum dalam
24
darah
Gangguan
metabolism
ginjal
5
DO/DS:
Ketidakefektifa
Ketidakefektifan
Ketidakefektifan
warna kulit
n perfusi
perfusi jaringan
perfusi jaringan
pucat
pusing
jaringan
berhubungan 20
dengan produksi
eritrosit
Suplai O2 ke
jaringan turun
menurun
Anemia,HB
turun
Produksi
eritrosit
menurun
Gangguan
fungsi ginjal
6
DO/DS:
- Respon
Intoleransi
aktivitas
abnormal dari
tekanan darah
atau nadi
Penurunan
aktivitas
dengan
kelemahan
25
terhadap
aktivitas
- Tidak bertenaga
- Kelelahan
Sesak napas
atau
ketidaknyamana
Lelah,letih,lesu,
pucat
21
Anemia,HB
turun
n saat
beraktivitas
Produksi
eritrosit
menurun
Gangguan
fungsi ginjal
7
DO/DS:
-Ditemukan
Resiko tinggi
infeksi
Resiko tinggi
Resiko tinggi
infeksi
infeksi
tanda infeksi
berhubungan
seperti demam,
dengan
ISK
Pemasangan
pemasangan
kateter yang
kateter
salah
Oliguri
Obstruksi
sebagian/ total
8
DO/DS:
saluran kemih
Ansietas
Ansietas
Ansietas
26
- Gelisah
- Wajah tegang
berhubungan
Gelisah
dengan
Bingung
perubahan status
Perubahan status
mental
kesehatan
Kolik
renalis/nyeri
9
DO/DS:
- Pengungkapan
pinggang
Kurang
pengetahuan
Kurang
Kurang
pengetahuan
pengetahuan
masalah
berhubungan
Pengungkapan
Kurang
ketidaktahuan
informasi
dengan
kurangnya
tentang penyakit
informasi
Obstruksi akut
tentang penyakit
Obstruksi
sebagian atau
total haluaran
urine
2.2.2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi saluran urin
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
3. Gangguan eleminasi urin berhubungan dengan obstruksi saluran
urin.
4. Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
sebagai
perencanaan
keperawatan
yang
terdiri
dari:
Diagnosa keperawatan
Intervensi
Pain Management
1. Lakukan
urin
2. Pain control,
pengkajian
3. Comfort level
nyeri secara
Kriteria Hasil :
komprehensif
a. Mampu
termasuk
mengontrol nyeri
lokasi,
(tahu penyebab
karakteristik,
nyeri, mampu
durasi,
menggunakan
frekuensi,
tehnik
kualitas dan
nonfarmakologi
faktor
untuk mengurangi
presipitasi
nyeri, mencari
bantuan)
2. Observasi
reaksi
b. Melaporkan bahwa
nonverbal dari
nyeri berkurang
ketidaknyaman
dengan
an
menggunakan
manajemen nyeri
c. Mampu mengenali
3. Gunakan
teknik
komunikasi
28
nyeri (skala,
terapeutik
intensitas,
untuk
frekuensi dan
mengetahui
tanda nyeri)
pengalaman
d. Menyatakan rasa
nyeri pasien
nyaman setelah
4. Kaji kultur
nyeri berkurang
yang
mempengaruhi
rentang normal
respon nyeri
5. Evaluasi
pengalaman
nyeri masa
lampau
6. Evaluasi
bersama pasien
dan tim
kesehatan lain
tentang
ketidakefektifa
n kontrol nyeri
masa lampau
7. Bantu pasien
dan keluarga
untuk mencari
dan
menemukan
dukungan
8. Kontrol
lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
nyeri seperti
29
suhu ruangan,
pencahayaan
dan kebisingan
9. Kurangi faktor
presipitasi
nyeri
10. Pilih dan
lakukan
penanganan
nyeri
(farmakologi,
non
farmakologi
dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan
sumber nyeri
untuk
menentukan
intervensi
12. Ajarkan
tentang teknik
non
farmakologi
13. Berikan
analgetik untuk
mengurangi
nyeri
14. Evaluasi
keefektifan
kontrol nyeri
15. Tingkatkan
30
istirahat
16. Kolaborasikan
dengan dokter
jika ada
keluhan dan
tindakan nyeri
tidak berhasil
17. Monitor
penerimaan
pasien tentang
manajemen
nyeri
Analgesic
Administration
1. Tentukan
lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian
obat
2. Cek instruksi
dokter
tentang jenis
obat, dosis,
dan frekuensi
3. Cek riwayat
alergi
4. Pilih
analgesik
yang
31
diperlukan
atau
kombinasi
dari analgesik
ketika
pemberian
lebih dari satu
5. Tentukan
pilihan
analgesik
tergantung
tipe dan
beratnya
nyeri
6. Tentukan
analgesik
pilihan, rute
pemberian,
dan dosis
optimal
7. Pilih rute
pemberian
secara IV, IM
untuk
pengobatan
nyeri secara
teratur
8. Monitor vital
sign sebelum
dan sesudah
pemberian
analgesik
32
pertama kali
9. Berikan
analgesik
tepat waktu
terutama saat
nyeri hebat
10. Evaluasi
efektivitas
analgesik,
tanda dan
gejala (efek
samping)
2.
Hipertermi
berhubungan NOC :
NIC :
Thermoregulation
Fever treatment
Kriteria Hasil :
1. Monitor
sesering
rentang normal
mungkin
2. Nadi dan RR
dalam rentang
suhu
2. Monitor IWL
3. Monitor warna
normal
3. Tidak ada
4. Monitor tekanan
perubahan warna
RR
pusing, merasa
nyaman
5. Monitor
penurunan
tingkat
kesadaran
6. Monitor WBC,
Hb, dan Hct
7. Monitor intake
dan output
8. Berikan
anti
33
piretik
9.
Berikan
pengobatan
untuk mengatasi
penyebab
demam
10. Selimuti
pasien
11. Lakukan
tapid sponge
12. Berikan
cairan
intravena
13. Kompres
pasien
pada
34
monitoring
suhu
secara
kontinyu
3. Monitor
TD,
nadi, dan RR
4. Monitor warna
dan suhu kulit
5. Monitor
tanda-tanda
hipertermi dan
hipotermi
6. Tingkatkan
intake
cairan
dan nutrisi
7. Selimuti
pasien
untuk
mencegah
hilangnya
kehangatan
tubuh
8. Ajarkan pada
pasien
cara
mencegah
keletihan
akibat panas
9. Diskusikan
tentang
pentingnya
pengaturan
suhu
dan
kemungkinan
efek
negatif
35
dari
kedinginan
10.
Beritahukan
tentang
indikasi
terjadinya
keletihan dan
penanganan
emergency
yang
diperlukan
11.
Ajarkan
indikasi
dari
hipotermi dan
penanganan
yang
diperlukan
12.
Berikan
anti
piretik
jika perlu
Vital sign
Monitoring
1. Monitor
TD,
nadi,
suhu,
dan
RR
2. Catat
adanya
fluktuasi
tekanan
darah
3. Monitor VS
36
saat pasien
berbaring,
duduk, atau
berdiri
4. Auskultasi
TD
pada
kedua
lengan dan
bandingkan
5. Monitor
TD,
nadi,
RR,
sebelum,
selama, dan
setelah
aktivitas
6. Monitor
kualitas
dari nadi
7. Monitor
frekuensi
dan
irama
pernapasan
8. Monitor
suara paru
9. Monitor
pola
pernapasan
abnormal
10. Monitor
suhu,
warna, dan
37
kelembaban
kulit
11. Monitor
sianosis
perifer
12. Monitor
adanya
cushing
triad
(tekanan
nadi
yang
melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
13. Identifikasi
penyebab
dari
perubahan
vital sign
3.
Management
berhubungan
Eliminasi Urine :
Kriteria hasil :
1. Pantau
Menunjukkan eliminasi
eliminasi urine,
termasuk
dengan indicator ;
frekuensi,
1. Identifikasi
dorongan
berkemih
2. Mengosongkan
konsistensi,
bau, volume,
dan warna.
2. Beri informasi
38
kandung kemh
secara tuntas
3. Pola eliminasi
4. Asupan cairan
adekuat.
tentang fungsi
perkemihan
normal.
3. Beri informasi
tentang
kebutuhan
cairan,
berkemih
teratur.
4. Ajarkan pasien
tentang tanda
dan gejala
infeksi saluran
kemih.
5. Ajarkan pasien
untuk segera
berespon jika
ada keinginan
untuk
berkemih.
6. Ajarkan pasien
untuk minum
200 ml cairan
saat makan,
diantara waktu
makan, dan di
4.
Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
kebutuhan
berhubungan
anoreksia.
dari
tubuh
dengan
NOC :
awal petang.
NIC :
1. Nutritional Status :
Nutrition
Management
1. Kaji
adanya
alergi
makanan
39
peningkatan berat
2. Kolaborasi
badan sesuai
dengan
dengan tujuan
gizi
ahli
untuk
menentukan
sesuai dengan
jumlah kalori
tinggi badan
dan
3. Mampu
nutrisi
yang
mengidentifikasi
dibutuhkan
kebutuhan nutrisi
pasien.
3. Anjurkan
pasien
untuk
meningkatkan
intake Fe
4. Anjurkan
pasien
untuk
meningkatkan
protein
dan
vitamin C
5. Berikan
substansi gula
6. Yakinkan diet
yang dimakan
mengandung
tinggi
serat
untuk
mencegah
konstipasi
7. Berikan
makanan yang
terpilih ( sudah
dikonsultasika
n dengan ahli
40
gizi)
8. Ajarkan pasien
bagaimana
membuat
catatan
makanan
harian.
9. Monitor
jumlah nutrisi
dan kandungan
kalori
10. Berikan
informasi
tentang
kebutuhan
nutrisi
11. Kaji
kemampuan
pasien
untuk
mendapatkan
nutrisi
yang
dibutuhkan
Nutrition
Monitoring
1. BB
dalam
pasien
batas
normal
2. Monitor
adanya
penurunan
berat badan
3. Monitor
tipe
41
dan
jumlah
aktivitas yang
biasa
dilakukan
4. Monitor
interaksi anak
atau orangtua
selama makan
5. Monitor
lingkungan
selama makan
6. Jadwalkan
pengobatan
dan
tindakan
tidak
selama
jam makan
7. Monitor kulit
kering
dan
perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor
kulit
9. Monitor
kekeringan,
rambut kusam,
dan
mudah
patah
10. Monitor mual
dan muntah
11. Monitor kadar
albumin, total
protein,
Hb,
42
dan kadar Ht
12. Monitor
makanan
kesukaan
13. Monitor
pertumbuhan
dan
perkembangan
14. Monitor pucat,
kemerahan,
dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
15. Monitor kalori
dan
intake
nuntrisi
16. Catat
adanya
edema,
hiperemik,
hipertonik
papila
dan
lidah
cavitas
oral.
17. Catat
jika
lidah berwarna
magenta,
scarlet
5
Resiko
tinggi
berhubungan
infeksi NOC :
NIC :
Infection Control
(Kontrol infeksi)
1. Bersihkan
43
3. Risk control
lingkungan
Kriteria Hasil :
setelah dipakai
pasien lain
2. Pertahankan
teknik isolasi
3. Batasi
pengunjung
bila perlu
4. Instruksikan
pada
pengunjung
untuk mencuci
tangan saat
berkunjung
dan setelah
berkunjung
meninggalkan
pasien
5. Gunakan
sabun
antimikrobia
untuk cuci
tangan
6. Cuci tangan
setiap sebelum
dan sesudah
tindakan
kperawatan
7. Gunakan baju,
sarung tangan
sebagai alat
pelindung
44
8. Pertahankan
lingkungan
aseptik selama
pemasangan
alat
9. Ganti letak IV
perifer dan
line central
dan dressing
sesuai dengan
petunjuk
umum
10. Gunakan
kateter
intermiten
untuk
menurunkan
infeksi
kandung
kencing
11. Tingkatkan
intake nutrisi
12. Berikan terapi
antibiotik bila
perlu
Infection
Protection
(proteksi
terhadap infeksi)
1. Monitor tanda
dan gejala
45
infeksi
sistemik dan
lokal
2. Monitor hitung
granulosit,
WBC
3. Monitor
kerentanan
terhadap
infeksi
4. Batasi
pengunjung
5. Saring
pengunjung
terhadap
penyakit
menular
6. Partahankan
teknik aspesis
pada pasien
yang beresiko
7. Pertahankan
teknik isolasi
k/p
8. Berikan
perawatan
kuliat pada
area epidema
9. Inspeksi kulit
dan membran
mukosa
terhadap
46
kemerahan,
panas,
drainase
10. Ispeksi kondisi
luka/insisi
bedah
11. Dorong
masukkan
nutrisi yang
cukup
12. Dorong
masukan
cairan
13. Dorong
istirahat
14. Instruksikan
pasien untuk
minum
antibiotik
sesuai resep
15. Ajarkan pasien
dan keluarga
tanda dan
gejala infeksi
16. Ajarkan cara
menghindari
infeksi
17. Laporkan
kecurigaan
infeksi
18. Laporkan
kultur positif
47
6.
Ketidakefektifan
jaringan
perfusi NOC :
berhubungan
NIC :
1. Circulation status
2. Tissue Prefusion :
cerebral
Kriteria Hasil :
a. Mendemonstrasi
Peripheral
Sensation
Management
(Manajemen
sensasi perifer)
1. Monitor
kan status
adanya daerah
sirkulasi yang
tertentu yang
ditandai dengan :
hanya peka
1. Tekanan
terhadap
systole
panas/dingin/t
dandiastole
ajam/tumpul
dalam
2. Monitor
rentang yang
adanya
diharapkan
paretese
2. Tidak ada
3. Instruksikan
ortostatikhip
keluarga untuk
ertensi
mengobservasi
3. Tidak ada
tanda tanda
lsi atau
peningkatan
laserasi
tekanan
4. Gunakan sarun
intrakranial
tangan untuk
(tidak lebih
proteksi
dari 15
5. Batasi gerakan
mmHg)
pada kepala,
b. Mendemonstrasi
kan kemampuan
kognitif yang
leher dan
punggung
6. Monitor
ditandai dengan:
kemampuan
1. berkomunika
BAB
48
si dengan
7. Kolaborasi
jelas dan
pemberian
sesuai
analgetik
dengan
kemampuan
2. menunjukkan
perhatian,
8. Monitor
adanya
tromboplebitis
9. Diskusikan
konsentrasi
menganai
dan orientasi
penyebab
3. memproses
informasi
perubahan
sensasi
4. membuat
keputusan
dengan benar
5. menunjukkan
fungsi
sensori
motori
cranial yang
utuh : tingkat
kesadaran
mambaik,
tidak ada
gerakan
gerakan
involunter
7.
Intoleransi
berhubungan
kelemahan
aktivitas NOC :
dengan
1. Energy
conservation
2. Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :
1. Berpartisipasi
NIC :
Energy
Management
1. Observasi
adanya
pembatasan
49
dalam aktivitas
klien dalam
melakukan
peningkatan
aktivitas
tekanan darah,
nadi dan RR
2. Mampu
2. Dorong anak
untuk
mengungkapk
melakukan
an perasaan
aktivitas sehari
terhadap
hari (ADLs)
keterbatasan
secara mandiri
3. Kaji adanya
factor yang
menyebabkan
kelelahan
4. Monitor nutrisi
dan sumber
energi
tangadekuat
5. Monitor pasien
akan adanya
kelelahan fisik
dan emosi
secara
berlebihan
6. Monitor
respon
kardivaskuler
terhadap
aktivitas
7. Monitor pola
tidur dan
lamanya
tidur/istirahat
50
pasien
Activity Therapy
1. Kolaborasikan
dengan Tenaga
Rehabilitasi
Medik
dalammerenca
nakan progran
terapi yang
tepat.
2. Bantu klien
untuk
mengidentifika
si aktivitas
yang mampu
dilakukan
3. Bantu untuk
memilih
aktivitas
konsisten
yangsesuai
dengan
kemampuan
fisik, psikologi
dan social
4. Bantu untuk
mengidentifika
si dan
mendapatkan
sumber yang
diperlukan
untuk aktivitas
51
yang
diinginkan
5. Bantu untuk
mendpatkan
alat bantuan
aktivitas
seperti kursi
roda, krek
6. Bantu untu
mengidentifika
si aktivitas
yang disukai
7. Bantu klien
untuk
membuat
jadwal latihan
diwaktu luang
8. Bantu
pasien/keluarg
a untuk
mengidentifika
si kekurangan
dalam
beraktivitas
9. Sediakan
penguatan
positif bagi
yang aktif
beraktivitas
10. Bantu pasien
untuk
mengembangk
52
an motivasi
diri dan
penguatan
11. Monitor
respon fisik,
emoi, social
dan spiritual
8.
Ansietas
berhubungan NOC :
NIC :
Anxiety
Reduction
(penurunan
kecemasan)
1. Gunakan
pendekatan
yang
menenangkan
2. Nyatakan
dengan jelas
harapan
terhadap
pelaku pasien
3. Jelaskan
semua
prosedur dan
apa yang
dirasakan
selama
prosedur
4. Temani pasien
untuk
memberikan
keamanan dan
53
mengurangi
takut
5. Berikan
informasi
faktual
mengenai
diagnosis,
tindakan
prognosis
6. Dorong
keluarga untuk
menemani
7. Lakukan
back/neck rub
8. Dengarkan
dengan penuh
perhatian
9. Identifikasi
tingkat
kecemasan
10. Bantu pasien
mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
11. Dorong pasien
untuk
mengungkapk
an perasaan,
ketakutan,
persepsi
12. Instruksikan
54
pasien
menggunakan
teknik
relaksasi
13. Barikan obat
untuk
mengurangi
9
Kurang
pengetahuan NOC :
berhubungan
kurangnya
tentang penyakit
dengan
informasi
1. Kowledge :
disease process
2. Kowledge : health
Behavior
Kriteria Hasil :
a. Pasien dan
kecemasan
NIC :
Teaching : disease
Process
1. Berikan
penilaian
tentang tingkat
pengetahuan
keluarga
pasien tentang
menyatakan
proses
pemahaman
penyakit yang
tentang penyakit,
spesifik
kondisi, prognosis
2. Jelaskan
dan program
patofisiologi
pengobatan
dari penyakit
b. Pasien dan
dan bagaimana
keluarga mampu
hal ini
melaksanakan
berhubungan
prosedur yang
dengan
dijelaskan secara
anatomi dan
benar
fisiologi,
c. Pasien dan
keluarga mampu
menjelaskan
dengan cara
yang tepat.
3. Gambarkan
tanda dan
dijelaskan
gejala yang
55
perawat/tim
biasa muncul
kesehatan lainnya
pada penyakit,
dengan cara
yang tepat
4. Gambarkan
proses
penyakit,
dengan cara
yang tepat
5. Identifikasi
kemungkinan
penyebab,
dengan cara
yang tepat
6. Sediakan
informasi pada
pasien tentang
kondisi,
dengan cara
yang tepat
7. Hindari
harapan yang
kosong
8. Sediakan bagi
keluarga
informasi
tentang
kemajuan
pasien
9. Diskusikan
perubahan
gaya hidup
56
yang mungkin
diperlukan
untuk
mencegah
komplikasi di
masa yang
akan datang
dan atau
proses
pengontrolan
penyakit
10. Diskusikan
pilihan terapi
atau
penanganan
11. Dukung pasien
untuk
mengeksploras
i atau
mendapatkan
second opinion
dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
12. Eksplorasi
kemungkinan
sumber atau
dukungan,
dengan cara
yang tepat
13. Rujuk pasien
pada grup atau
57
agensi di
komunitas
lokal
14.
Instruksikan
pasien
mengenai
tanda dan
gejala untuk
melaporkan
pada pemberi
perawatan
kesehatan.
mencakup
perawatan,
kesehatan,
pencegahan
peyakit,
58
No
1
Diagnosa
Evaluasi
Keperawatan
Nyeri akut
berhubungan dengan
obstruksi akut
sudah berkurang
saluran urin
30
Hipertermi
berhubungan dengan
panas lagi
proses infeksi
dengan
saluran urin
urin menete
A : tujuan belum tercapai
P : lanjutkan tindakan keperawatan
S : orang tua klien mengatakan anak s
4
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
anoreksia
59
selama
tahap
pengkajian,
analisa,
perencanaan,
dan
: Keluhan-keluhan klien
: Apa yang dilihat, dicium, diraba dan dapat
diukur oleh perawat.
: Kesimpulan tentang keadaan klien
: Rencana tindakan keperawatan untuk
mengatasi diagnosa/ masalah keperawatan
klien.
: Tindakan yang dilakukan perawat untuk
kebutuhan klien
: Respon klien terhadap tindakan perawat
: Mengubah rencana tindakan keperawatan
yang diperlukan.
60
ini
bertujuan
untuk
memberi
kemudahan
dalam
atau
pemeliharaan
hasil
pencatatan
dan
61
Perawat
perlu
menampilkan
keterampilan
untuk
adekuat
dalam
suatu
situasi
tertentu
standar
utama
dari
pendokumentasian
adalah
klien,
merencanakan,
melaksanakan
tindakan
Dokumentasi
masalah,
Nursalam
(2001),
dan
catatan
perkembangan
lainnya
yang
62
pengkajian
atau
mengikuti
diagnosa
63
BAB 3
PENUTUP
3.1.
Simpulan
Hidronefrosis merupakan obstruksi aliran kemih proksimal terhadap
kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam
pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada
parenkim ginjal. Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih,
tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi
disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal
yang rusak. Oleh karena itu untuk mengatasi berbagai masalah yang
ditumbulkan oleh hidronefrosis perlu adanya problem solving melalui proses
keperawatan. Tujuannya dari penatalaksanaan hidronefrosis adalah untuk
mengaktivasi dan memperbaiki penyebab dari hidronefrosis (obstruksi,
infeksi) dan untuk mempertahankan dan melindungi fungsi ginjal.Untuk
mengurangi obstruksi urin akan dialihkan melalui tindakan nefrostomi atau
tipe disertasi lainnya.
Saran
3.2.
pengumpulan
data,
penulis
mendapatkan
berbagai
DAFTAR PUSTAKA
65
Brunner & Suddart. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
Carpenito, Moyet & Lynda Juall. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Gibson, John. (2003). Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta:
EGC.
Guyton dan Hall. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Hoffbrand, AV.dkk. (2005). Kapita Selekta Hematologi. Ed4. Jakarta: EGC.
Price SA, Wilson LM. (2012). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit,
edisi ke-6. Jakarta: EGC.
Smaltzer, Suzanne C & Brenda G Bare. (2002). Buku Ajar Medikal Bedah edisi 8.
Jakarta: EGC.
Wong, L. Donna. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol.1. Edisi 6.
Jakarta: EGC
66