Anda di halaman 1dari 26

JURNAL

Abstraksi
Cahyadi Pitoyo
Studi Komposisi Sampah Perkotaan Pada Tingkat Rumah Tangga di kota Depok
Skripsi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Sampah adalah sisa aktifitas dari manusia dan hewan yang berbentuk zat padat
dan dibuang. Banyaknya jenis sampah yakni : sampah organik, sampah anorganik,
sampah debu residu, sampah jalanan dan sampah konstruksi yang dibuang menimbulkan
banyak masalah. Laporan ini mencoba membantu untuk mengatasi masalah penumpukan
dan timbulan sampah di kota Depok dengan cara pengelolaan sampah.
Pada penulisan ini dibahas tentang bagaimana menangani masalah sampah
perkotaan yakni sampah organik dan anorganik khususnya di kota Depok dengan Metode
Random Sampling yang dilakukan dengan cara mengambil sampel disetiap kecamatan di
kota Depok sebanyak sepuluh (10) rumah dengan mengambil sampah setiap rumah
tangga perhari selama seminggu pada total 6 kecamatan yang ada di kota Depok dan
melakukan studi banding terhadap sampah yang ada di semua tempat penampungan
sampah sementara (TPS) yang ada di kota Depok serta melakukan survey ke tempat
pembuangan akhir sampah (TPA) didaerah bojong.
Berdasarkan pengambilan sampel yang dilakukan baik secara pengambilan
sampah dari rumah tangga maupun cek ke tempat penampungan sementara sampah (TPS)
maupun tempat pembuangan akhir sampah (TPA) didaerah bojong maka didapat hasil
sampah terbesar yaitu sayur-mayur sebesar 26%, sampah plastik 25%, sampah kertas
11,34%, sampah lain-lain 18,12%, sampah kardus 4,28%, sampah daun 6,18%, sampah
kaca 7,63%, sampah almunium 0,13%, sampah besi 0,27.
Dengan hasil ini maka pengelolaan sampah yang tepat ialah dengan cara daur ulang
untuk sampah plastik dan pengomposan untuk sampah sayur mayur.

PDF created with FinePrint pdf Factory trial version http://www.softwarelabs.com

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampah merupakan masalah serius yang dihadapi oleh kota-kota di
Indonesia. Di berbagai sudut kota, terutama di dekat pasar, sampah yang
menumpuk dan berbau merupakan pemandangan yang biasa ditemui setiap
hari. Masalah pencemaran di lokasi tempat pembuangan akhir (TPA) setiap
kali muncul ke permukaan
1.2. Tujuan Tugas Akhir
Tujuan tugas akhir adalah :
1. Menentukan komposisi fisik sampah perkotaan pada tingkat rumah tangga.
2. Menentukan tumbuhan sampah per rumah tangga.
3. Menentukan strategi pengelolaan sampah di kota Depok.
1.3. Batasan Penulisan Tugas
Pada penulisan ini pembahasan dibatasi pada pengelolaan sampah di
kota Depok dengan studi mengenai komposisi sampah perkotaan.
1.4. Lokasi Tugas Akhir
Penulisan tugas akhir ini mengambil lokasi pada pemukiman tempat
tinggal dosen dan perumahan tempat tinggal warga di enam (6) kecamatan di
kota Depok serta (TPS) tempat pembuangan sementara sampah lalu (TPA)
sebagai pembuangan akhir sampah.
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, tujuan Tugas Akhir, tinjauan
pustaka, metologi penulisan, sistematika penulisan, dan jadwal
penulisan Tugas Akhir.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang uraian masalah, teori-teori pendukung, dan metodemetode yang digunakan.
BAB III METODELOGI PENELITIAN
Berisi tentang penjelasan penelitian, cara pengumpulan data dan
cara menganalisanya.

PDF created with FinePrint pdf Factory trial version http://www.softwarelabs.com

BAB IV KUMPULAN DATA-DATA


Berisi tentang data-data yang didapat dari survey lapangan yang
dilakukan dalam bentuk tulisan maupun non tulisan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan hasil analisa dan saran hasil pembahasan
dari data-data yang diperoleh.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Sampah adalah sisa aktivitas dari manusia dan hewan yang
berbentuk zat padat dan dibuang, karena sudah tidak bernilai bagi
pemiliknya. Sampah sendiri memiliki banyak jenis, banyak sumber dan
memiliki karakteristik yang khas, dari beberapa arti sampah mempunyai
ciri-ciri yaitu :
1.

Sampah adalah bahan sisa, baik bahan-bahan yang sudah tidak


digunakan lagi (barang bekas) maupun bahan yang sudah diambil bagian
utamanya.

2.

Dari segi sosial ekonomis, sampah adalah bahan yang sudah tidak ada
harganya.

3.

Dari segi lingkungan, sampah adalah bahan buangan yang tidak berguna
dan banyak menimbulkan masalah pencemaran dan gangguan pada
kelestarian lingkungan.
Jenis Sampah dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu sampah perkotaan,
sampah industri dan sampah berbahaya.

2.2 Macam-macam dan Karakteristik Sampah


Penggolongan sampah ini dapat didasarkan atas beberapa kriteria,
yaitu didasarkan atas asal, komposisi, bentuk, lokasi, proses terjadinya, sifat
dan jenisnya. Penggolongan sampah seperti itu penting sekali diketahui dan
diadakan, selain untuk mengetahui macam-macam sampah dan sifatnya juga
sebagai dasar penanganan dan pemanfaatan sampah.
1. Penggolongan sampah berdasarkan asalnya.

PDF created with FinePrint pdf Factory trial version http://www.softwarelabs.com

Sampah dapat dijumpai disegala tempat dan hampir disemua kegiatan.


Berdasarkan asalnya, maka dapat digolongkan sampah-sampah sebagai
berikut :
a.

Sampah dari hasil kegiatan rumah tangga. Termasuk dalam hal ini
adalah sampah dari asrama rumah sakit, hotel-hotel dan kantor.

b.

Sampah dari hasil kegiatan industri atau pabrik.

c.

Sampah dari hasil kegiatan pertanian. Kegiatan pertanian meliputi


perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan. Sampah dari
kegiatan pertanian sering disebut limbah hasil-hasil pertanian.

d.

Sampah dari hasil kegiatan perdagangan, misalnya sampah pasar


dan sampah toko.

e.

Sampah dari hasil kegiatan pembangunan.

2. Penggolongan sampah berdasarkan komposisinya.


Pada suatu kegiatan mungkin akan menghasilkan jenis sampah yang
sama, sehingga komponen-komponen penyusunan juga akan sama. Misalnya
sampah yang hanya terdiri atas kertas, logam atau daun-daunan saja. Setidaktidaknya apabila tercampur dengan bahan-bahan lain, maka sebagian besar
komponennya adalah seragam. Karena itu berdasarkan komposisinya, sampah
dibedakan menjadi dua macam :
a.

Sampah yang seragam; sampah dari kegiatan industri pada


umumnya termasuk dalam golongan ini. Sampah dari kantor
sering hanya terdiri atas kertas, karton, kertas karbon, dan masih
dapat digolongkan dalam golongan sampah yang seragam.

b.

Sampah yang tidak seragam (campuran), misalnya sampah yang


berasal dari pasar atau sampah dari tempat-tempat umum.

3. Penggolongan sampah berdasarkan bentuknya.


Sampah dari rumah-rumah makan pada umumnya merupakan sisa-sisa
air pencuci, sisa-sisa makanan yang bentunya berupa cairan atau seperti
bubur. Sedangkan beberapa pabrik menghasilkan sampah berupa gas, uap
air, debu, atau sampah berbentuk padatan.
Dengan demikian berdasarkan bentuknya ada tiga macam sampah, yaitu :
PDF created with FinePrint pdf Factory trial version http://www.softwarelabs.com

a.

Sampah berbentuk padatan (solid), misalnya daun, kertas, karton,


kaleng, plastik.

b.

Sampah berbentuk cairan (termasuk bubur), misalnya bekas air


pencuci, bahan cairan yang tumpah. Limbah industri banyak juga
yang berbentuk cair atau bubur, misalnya blotong (tetes) yaitu
sampah dari pabrik gula tebu.

c.

Sampah berbentuk gas, misalnya karbon dioksida, ammonia dan


gas-gas lainnya.

4. Penggolongan sampah berdasarkan lokasinya.


Baik dikota atau diluar kota, banyak dijumpai sampah bertumpuk tumpuk.
Berdasarkan lokasi terpadatnya sampah, dapat dibedakan :
a.

Sampah kota (urban), yaitu sampah yang terkumpul dikota-kota


besar.

b.

Sampah daerah, yaitu sampah yang terkumpul di daerah-daerah


diluar perkotaan, misalnya didesa, di daerah permukaan, dipantai.

5. Penggolongan sampah berdasarkan proses terjadinya.


Berdasarkan proses terjadinya, dibedakan antara :
a.

Sampah alami, ialah sampah yang terjadinya karena proses alami,


misalnya rontoknya daun-daunan dipekarangan rumah.

b.

Sampah non-alami, ialah sampah yang terjadinya karena kegiatankegiatan manusia.

6. Penggolongan sampah berdasarkan sifatnya.


Terdapat dua macam sampah yang sifat-sifatnya berlainan yaitu :
a. Sampah organik, yang terdiri dari atas daun-daunan, kayu, kertas,
karbon, tulang, sisa-sisa makanan ternak, sayur, buah. Sampah
organik adalah sampah yang mengandung senyawa -senyawa
organik, dan oleh karenanya tersusun oleh unsur-unsur karbon,
hydrogen dan oksigen. Bahan-bahan ini mudah didegradasi oleh
mikrobia.

PDF created with FinePrint pdf Factory trial version http://www.softwarelabs.com

b.

Sampah anorganik, yang terdiri atas kaleng, palstik, besi dan logam
lainnya, gelas, mika atau bahan-bahan yang tidak dapat tersusun
oleh senyawa-senyawa organik. Sampah ini tidak dapat didegradasi
oleh mikrobia.

7. Penggolongan sampah berdasarkan jenisnya.


Berdasarkan atas jenisnya, sampah dapat digolongkan menjadi sembilan
golongan, yaitu :
a.

Sampah makanan (sisa-sisa makanan termasuk makanan ternak )

b.

Sampah kebun atau pekarangan

c.

Sampah kertas

d.

Sampah plastik

e.

Sampah kain

f.

Sampah kayu

g.

Sampah logam

h.

Sampah gelas dan keramik

i.

Sa m pa h be ru pa a bu da n de bu

Yang dimaksud karakteristik sampah adalah sifat-sifat sampah yang


meliputi sifat-sifat fisis, kimiawi dan biologisnya. Kalau ditinjau secara
fisis, adalah sukar untuk memerinci sifat-sifat sampah, terutama sampah yng
berbentuk padatan. Ini disebabkan sampah padatan selalu tidak homogen.
Lain halnya dengan sampah berbentuk cairan lebih mudah diadakan
identifikasi sifat-sifat fisisnya. Demikian juga apabila diadakan peninjauan
biologis. Sedemikian jauh masih sedikit atau boleh dikatakan belum ada
keterangan tentang sifat-sifat fisis dan biologis sampah, baik yang padatan
maupun yang cairan. Sedangkan hasil-hasil penelitian yang menguntungkan
sifat kimiawi sampah juga masih jarang dijumpai.
2.2.1

Sampah Perkotaan
Sampah perkotaan terdiri dari berbagai jenis, yaitu :
1.

Sampah organik

2.

Sampah non organik

3.

Sampah debu dan residu

PDF created with FinePrint pdf Factory trial version http://www.softwarelabs.com

4.

Sampah jalanan

5.

Sampah kontruksi

Sampah organik terdiri dari sampah berupa sayuran, buahbuahan, dan sisa dari pemotongan hewan di pasar tradisional,
aktivitas memasak dan aktivitas makan. Sifat dari sampah organik
sangat mudah membusuk dan memiliki kadar yang tinggi.
Sampah non organik merupakan sampah yang memiliki ciri
tidak membusuk. Sampah jenis ini dibagi menjadi dua yaitu sampah
non organik yang mudah terbakar. Sampah non organik yang mudah
terbakar adalah sampah kertas, kardus, platik, textil, karet, kulit,
kayu, dan furniture. Sedangkan untuk sampah non organik yang tidak
mudah terbakar adalah gelas, tembikar, keramik dan kaleng.
Sampah debu dan residu merupakan sampah sisa hasil
pembakaran kayu, batubara, batu kapur, dan sebagainya. Residu dari
pembangkit listrik seperti PLTU tidak termasuk dalam kategori ini.
Sampah jalanan terdiri dari sampah yang ditemukan dari
aktivitas penyapuan jalanan yang umumnya berupa dedaunan,
kotoran, buangan sampah dari kendaraan, puntung rokok, dan sampah
lainnya yang ditemukan di jalan.
Sampah kontruksi merupakan sampah hasil dari aktivitas
kontruksi, remoldeling, rehabilitas sdan pemeliharaan bangunan
kontruksi. Biasanya sampah jenis ini lebih berupa bebatuan, beton,
batu bata, batako, kayu pelster, papan triplek, plumbing, genteng,
enternity, sisa bagian dari kabel, pipa dan sebagainya.
2.2.2 Sampah Industri
Sampah industri merupakan sampah yang berasal dari sisa
aktivitas dari industri. Biasanya sampah industri berupa sisa bahan
baku, pembungkus, bahan kimia, sampah kebun dan sisa makanan.
2.2.3 Sampah Berbahaya
Sampah berbahaya merupakan sampah yang memerlukan
penanganan tersendiri. Sampah berbahaya memiliki sifat : mudah

PDF created with FinePrint pdf Factory trial version http://www.softwarelabs.com

menyala, korosif, reaktif dan beracun. Sampah berbahaya ini


dikategorikan menjadi lima yaitu : bahan radio aktif, bahan kimia,
sampah biologi, sampah lahan yang mudah terbakar, dan bahan yang
mudah meledak.
Khusus mengenai sampah, bahan ini dap at
menimbulkan gangguan keseimbangan lingkungan, kesehatan dan
keamanan, serta pencemaran.
Gangguan tersebut dapat disebutkan sebagai berikut ;
a.

Sampah dapat menimbulkan pencemaran atau pengotoran.


Pencemaran dapat berupa udara yang kotor karena mengandung
gas-gas yang terjadi dari perombakan sampah, bau yang tidak
sedap, daerah yang becek dan kadang-kadang berlumpur lebihlebih apabila musim hujan.

b.

Sampah

bertumpuk-tumpuk

dapat

menimbulkan

kondisi

physicochemis yang tidak sesuai dengan lingkungan yang


normal. Biasanya dapat kenaikan suhu dan perubahan PH
menjadi terlalu asam atau terlalu basah. Keadaan demikian akan
menyebabkan terganggunya kehidupan dilingkungan sekitarnya.
c.

Kekurangan oksigen pada daerah pembuangan sampah. Keadaan


ini disebabkan karena selama proses perombakan sampah
menjadi senyawa-senyawa sederhana diperlukan oksigen yang
diambil dari udara disekitarnya. Karena kekurangan oksigen
kehidupan flora dn fauna menjadi terdesak. Beberapa jenis
tanaman, hewan-hewan dan ikan akan menjadi mati. Sehingga
akan mengganggu ekologi daerah disekitar sampah. Apabila hal
tersebut dibiarkan terus-menerus, dapat terjadi akibat yang lebih
parah, misalnya tanah menjadi gersang (kurus).

d.

Gas-gas yang dihasilkan selama degradasi sampah dapat


membahayakan kesehatan dan bahkan kadang-kadang beracun
serta dapat mematikan.

PDF created with FinePrint pdf Factory trial version http://www.softwarelabs.com

e.

Berbagai penyakit dapat timbul dari sampah. Penyakit ini dapat


ditularkan oleh lalat atau serangga lainnya, binatang-binatang
seperti tikus dan anjing.

f.

Secara estetika, sampah tidak dapat digolongkan sebagai


pemandangan yang nyaman untuk dinikmati.

2.3 Timbulan Sampah Negara-negara Berkembang


Tingkat imbulan sampah di negara-negara berkembang rata-rata masih
di bawah negara-negara maju. Timbulan sampah sangat dipengaruhi oleh
tingkat pendapatan suatu negara dan pola konsumtif, selain jumlah penduduk.
Negara-negara berkembang mempunyai pendapatan nasional masih dibawah
negra-negara maju, sehingga jumlah timbulan sampah masih dibawah negaranegara maju. Rata-rata jumlah timbulan sampah sebesar 0,63 kg/kap/hari dan
jumlah penduduk sebesar 5,.04.250 dari 5 (lima) negara berkembang. Kota
Surabaya (Indonesia) menduduki tingkat timbulan sampah tertinggi disbanding
dengan negara-negara berkembang lainnya, bahkan hampir menyamai tingkat
timbulan sampah di negara-negara maju.
Tabel 2.1

Timbulan Sampah Negara-negara Berkembang


Kota

Tahun

Populasi

China

Beijing
Shanghai
Wuhan

1991
1991
1991

11.157.000
8.206.000
6.800.000

Generation
Rate
(Kg/kap/hari)
0.88
0.6
0.6

India

New delhi
Bombay
Calcutta
Madras

1991
1991
1991
1991

8.412.000
12.288.000
9.643.000
4.753.000

0.48
0.44
0.38
0.66

Sri Langka

Colombo
Kandy
Galle

1991
1991
1991

615.000
104.000
109.000

0.98
0.58

Metro Manila
Ligan
Cagayan de Ora

1991
1991
1991

9.452.000
273.000
428.000

Negara

Fhilipina

PDF created with FinePrint pdf Factory trial version http://www.softwarelabs.com

0.65
0.53
0.38
0.54

Indonesia

Jakarta
Bandung
Surabaya
Sumber : Bank Dunia, 1999

1991
1991
1991

9.160.000
2.368.000
2.700.000

0.66
0.71
1.08

Negara-negara maju memiliki timbulan sampah rata-rata 1.38


kg/kap/hari dengan rata-rata jumlah penduduk 49.439.286 dari lima negara
maju . Kondisi tersebut sangat wajar, karena pendapatan masyarakat di negara
tersebut cukup tinggi dibandingkan dengan negar a berkembang. Dari
perbandingan 5 (lima) negara maju, negara Amerika Serikat memiliki timblan
sampah tertinggi sebesar 2 kg/kap/hari. Sedangkan Swiss memiliki timbulan
sampah paling sedikit yaitu 1,1 kg/kap/hari dibandingkan dengan negara negara maju lainnya.
Tabel 2.2
Negara
Jepang

Tingkat timbulan Sampah di Negara-negara Maju


Generation
Rate
Kota
Tahun
Populasi
(Kg/kap/hari)
Tokyo
1993
8.022.000
1,5
Yokohama
1993
3.300.000
1,2
Nagoya
1993
2.153.000
1,16

Perancis

1992

58.100.000

1,29

Norwegia

1992

4.400.000

1,4

Amerika Serikat

1992

263.100.000

Swiss
1992
7.000.000
Sumber : Bank Dunia, 1999
2.4 Kecenderungan Pola Perubahan Komposisi Sampah

2
1,1

Komposisi sampah mengalami perubahan setiap tahunnya. Perubahan


tersebut diakibatkan adanya pola hidup masyarakat, pertumbuhan ekonomi,
dan sebagainya. Perubahan komposisi sampah tersebut juga memberikan
dampak terhadap strategi pengelolaan sampah perkotaan. Misalnya untuk
komposisi sampah perkotaan yang didominasi oelh sampah organik, pola

PDF created with FinePrint pdf Factory trial version http://www.softwarelabs.com

pengelolaan sampah haruslah berdasarkan system pengomposan, tetapi jika


sampah mengalami perubahan komposisi dari sampah organik ke jenis
material sampah kertas. Maka system pengelolaan sampah harus berubah dari
system daur ulang kertas. Jadi dapat disimpulkan system pengelolaan sampah
perkotaan tidak bersifat tetap, tetapi berdasarkan komposisi sampah perkotaan
yang dimiliki.
Tabel 2.3
Komposisi Sampah Perkotaan di Kota Bandung (Indonesia)
NO.
Komposisi
Tahun
1978
1985
1988
1994
1.
Sampah Organik
80.45
77
73,35
63,56
2.
Kertas
7,7
7,96
9,74
10,42
3.
Tekstil
1
0,96
0,45
0,95
4.
Plastik/Karet
0,23
0,79
0,43
1,45
5.
Pecah belah
1,93
1,14
1,32
1,7
6.
Logam
3,89
8,82
8,56
9,76
7.
Lain-lain
5,23
3,41
1,32
12,16
Sumber : Pengelolaan Sampah Kota Bandung 1998/1999 : (2000)
Pada table 3 menunjukkan perubahan komposisi sampah di Kota
Bandung (Indonesia). Pada tahun 1978, komposisi sampah di Kota Bandung
didominasi oleh sampah organik. Sampah organik mendominasi sebesar
80,45%, sedangkan sampah hanya sebesar 7,5%. Perkembangan 16 tahun
kemudian, produksi sampah kertas berkembang terus dari 7,5% ke 10,42%
pada tahun 1994. Rata-rata perkembangan produksi material sampah kertas
pada Kota Bandung sebesar 11,43% per tahunnya. Kondisi tersebut sangat
positif, karena karena masyarakat kota Bandung menunj ukkan adanya budaya
menulis dan membaca.
2.5

Kondisi Sosial dan Budaya


Kondisi sosial dan budaya menjadi faktor yang sangat penting untuk
mengetahui kebiasaan dan perilaku masyarakat negara tersebut dalam
pengelolaan sampah. Selain itu, pola konsumtif masyarakat dan gaya hidup
masyarakat juga akan mempengaruhi besarnya timbulan sampah dan
komposisi sampah yang dimiliki.

PDF created with FinePrint pdf Factory trial version http://www.softwarelabs.com

Negara-negara berkembang umumnya memandang sampah sebagai


barang yang sudah tidak berguna dan tidak mereka inginkan, sehingga
tindakan yang meeka lakukan adalah membuangnya. Persoalan muncul ketika
setiap orang memperlakukan sampah sesuai dengan pemahaman mereka
masing-masing, misalnya dengan meninggalkan atau membuang sampah di
sembarang tempat yang mengakibatkan lingkungan menjadi kotor dan kumuh.
S e b a g i a n l a g i m e m b u a n g s a m pa h k e s e l o k a n a t a u s u n g a i , y a n g
mengakibatkan pendangkalan dan penyumbatan saluran, yang merupakan salah
satu penyebab banjir dan genangan di daerah perkantoran. Sementara
kebiasaan untuk memilih sampah belum banyak dilakukan, karena tidak
mengerti bagaimana cara pengelolaan sampah yang baik dan benar.
Masyarakat India lebih menyukai membuang sampah di sungai, lahan
kosong dan tepi jalan daripada berjalan 100 meter ke Tempat Penampungan
Sampah Sementara (TPS) dari rumahnya. Masyarakat India tidak setuju untuk
memisahkan sampah, karena membutuhkan banyak waktu dan merupakan
pekerjaan kotor (Pune, 2004). Untuk masyarakat Indonesia, khususnya
masyarakat Kota Depok, 21,74 tidak melakukan pemisahan sampah dan hanya
8,22% masyarakat yang membawa sampahnya ke TPS (Pramono, 2004).
2.6 Kondisi Tata Kota Perkotaan di Indonesia
Kondisi perkotaan di Indonesia, khususnya kota-kota besar dibagi
mejadi beberapa area, yaitu kawasan komersial, kawasan pertokoan dan
kawasan perkantoran.
Lokasi kawasan industri biasanya berada di luar kota dan kawasan
tersebut biasanya hanya untuk lokasi industri saja, akan tetapi ada
sebagaian yang berlokasi di dalam kota. Kawasan industri mempunyai
tata letak bangunan yang sudah didesain berdasarkan konsep industrial
estate, sehingga kawasan ini mempunyai ciri khas tersendiri.
Kawasan permukaan di Indonesia dibagi menjadi tiga yaitu
kawasan pemukiman mewah, kawasan pemukiman menengah dan
kawasan miskin kota. Kawasan pemukiman mewah biasanya berupa
rumah-rumah tinggal di kota-kota satelit, kawasan apartemen dan

PDF created with FinePrint pdf Factory trial version http://www.softwarelabs.com

kawasan elit perkantoran, seperti pemukiman di BSD Lipoo Karawaci,


Bukit Sentul, kawasan menteng serta Pesona Khayangan dan
sebagainya. Untuk kawasan pemukiman ini sudah tersedia lengkap
fasilitas dan infrastruktur pendukung, seperti pusat perbelanjaan, kantor
pertokoan internet dan sebagainya. Perencanaan tata letaknya pun
menganut system barat, sehingga lebih tertata.
Kawasan pemukiman menengah biasanya berupa rumah-rumah
penduduk dengan luas bangunan kurang lebih 70-45 m2. Biasanya
perumahan ini dapat dijumpai pada perumahan-perumahan (non real
estate) dan rumah-rumah di tepian kota. Pemukiman kelas menengah ini
tidak didukung fasilitas dan infrastuktur pendukung seperti pada
pemukiman mewah, akan tetapi masih mendapat pelayanan infrastruktur
dasar, seperti telepon, listrik, sampah dan air minum.
Kawasan pemukiman miskin kota mempunyai ciri khas yaitu
kawasan pemukiman ini sangat padat, biasanya sebagaian besar
bangunan pemukiman tersebut non permanen dan sisanya permanen.
Begitu padatnya kawasan ini, akses atau jalan masuk ke kawasan ini
tidak dapat dilalui oleh kendaraan beroda empat. Pelayanan infrastruktur
yang didapatkan hanya pelayanan listrik, akan tetapi itupun hanya
sebagian.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

Persiapan Awal

Tujuan Penelitian

Tujuan Pustaka

Indentifikasi Masalah

PDF created with FinePrint pdf Factory trial version http://www.softwarelabs.com

Pengumpulan Data

Data Sekunder

Data Primer

Survey lapangan
Data

Info

1. Jumlah penduduk per


kecamatan
2. Volume sampah
3. Peta

1. Pemda
2. DKP Kota Depok
3. BPS

Sampel 30 rumah
penduduk setiap
kecamatan

5. Komposisi sampah

Analisa Exsiting
Metode Pendekatan Statistika yakni Stratified Random Sampling

Gambaran komposisi sampah setiap kecamatan

3.1 Metode pengumpulan data


Dalam menunjang tugas akhir ini maka metode pengumpulan data yang
dilakukan menggunakan dua jenis data. Pengumpulan data yang
dilakukan berupa data-data primer serta data-data sekunder, dimana
kedua jenis data tersebut sangat mendukung ketepatan dari data-data
tersebut.
3.1.1

Metode pengumpulan data sekunder


Pengumpulan data-data sekunder pada studi karakteristik sampah
pada tingkat rumah tangga di Kota Depok diperoleh melalui keterangan
serta informasi dari beberapa pihak atau instansi pemerintah yang
bergerak dalam atau mengantur permasalah sampah pada kota Depok,

PDF created with FinePrint pdf Factory trial version http://www.softwarelabs.com

diantaranya berasal dari Pemda setempat, Badan Pusat Statistik (BPS),


Dinas kebersihan dan Pertamanan Kota Depok (DPK), dari Tempat
Pembuangan Sementara (TPS), serta dari Tempat Pembuangan Akhir
kota Depok (TPA).
Data sekunder tersebut dapat berupa :
1.

Gambar peta kota di Depok

2.

Jumlah peta kota di Depok

3.

Volume sampah di kota Depok

4.

Cara pembuangan sampah di kota Depok

3.1.2 Metode Pengumpulan Data Primer


Pengumpulan data primer ini dilakukan untuik menunjang dari datadata sekunder yang telah diperoleh. Data-data primer ini merupakan
hasil pengamanan di lapangan atau hasil survey yang dilakukan selama
beberapa jangka waktu. Data primer yang diperoleh dapat berupa :
1.

Jumlah buangan sampah penduduk di tiap kecamatan

2.

Mengetahui karakteristik sampah penduduk di kota Depok

3.

Mengetahui keadaan TPS-TPS yang ada serta TPA di kota


Depok

3.2 Analisa Data


Penelitian ini memakai medote pengukuran yang frekuensi
pengambilan sampel sebaiknya dilakukan selama 8 (delapan) hari
berturut-turut guna menggambarkan fluktuasi dalam satu tahun.
Penerapan yang dilaksanakan di Indonesia biasanya telah
disederhanakan, seperti :
-

Dilakukan dalam 8 hari berturut-turut.


Metode yang digunakan untuk menentukan kuantitas total
sampah yang akan dikumpulkan dan dibuang adalah sebagai berikut :

- Rata-rata angkutan per hari dikalikan volume rata-rata pengangkutan dan


dikonversikan ke satuan berat dengan menggunakan densitas rata-rata
yang diperoleh melalui sampling.

PDF created with FinePrint pdf Factory trial version http://www.softwarelabs.com

Mengukur berat sampel di dalam kendaraan angkut dengan menggunakan


jembatan timbang, kemudian rata-ratanya dikalikan dengan total angkutan
perhati.

Mengukur berat setiap angkutan di jembatan timbang di TPA.


Jumlah sampah yang sampai di TPA sulit untuk dijadikan
indikasi yang akuran mengenai timbulan sampah yang sebenarnya di
sumber. Hal ini disebabkan oleh terjadinya kehilangan sampah di setiap
tahapan proses operasional pengelolaan sampah tersebut, terutama karena
adanya aktivitas pemulungan atau pemilihan sampah.
Untuk keperluan tertentu, kisalnya menentukan volume yang
dibutuhkan untuk pewadahan sampah atau menentukan potensi daur
ulang, perlu diupayakan untuk mengukur jumlah sampah di sumber. Hal
ini dapat dilakukan dengan melakukan sampling sampah langsung di
sumbernya karena aktivitas domestik bervcariasi dari hari ke hari dengan
siklus mingguan, sampling sampah di sumber harus dilaksanakan selama
satu minggu (umumnya 8 hari berturut-turut).
Penentuan jumlah sampel yang biasa digunakan dalam analis timbulan
sampah adalah dengan pendekatan stattistika, yaitu :

Metode Stratified Random Sampling : Yang biasanya didasarkan pada


komposisi pendapatan penduduk setempat, dengan anggapan habwa
kuantitas dan kualitas sampah dipengaruhi oleh tingkat kehidupan
masyarakat.

b.

Jumlah sampel manimum : ditaksir berdasarkan berapa perbedaan yang


bisa diterima antara yang ditaksir dengan penaksir, berapa derajat
kepercayaan yang diinginkan, dan berapa derajat kepercayaan yang bisa
diterima.

c.

Pendekatan praktis : dapat dilakukan dengan pengambilan sampel


sampah berdasarkan atas jumlah minimum sampel yang dibutuhkan
untuk penentuan komposisi sampah, yaitu minimum 500 liter atau
sekitas 200 kg. Biasanya sampling dilakukan di TPS atau pada gerobak
yang diketahui sumber sampahnya.

PDF created with FinePrint pdf Factory trial version http://www.softwarelabs.com

3.2.1

Cara menganalisanya
Metode pengambilan dan pengukuran contoh tumbuhan dan
komposisi sampah di Indonesia biasanya dilaksanakan berdasarkan SNI M36-1991-03(22). Penentuan jumlah sampel sampah yang akan diambil
dapat menggunakan formula berikut :
a.

Bila jumla h penduduk < 10 6 jiwa


P = C d P s . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .( 3.2 )
Keterangan :
Ps = Jumlah penduduk bila < 10 6 jiwa
Cd = koefisien
Cd = 1 bila kepadatan penduduk normal
Cd < 1 bila kepadatan penduduk jarang
Cd > 1 bila kepadatan penduduk padat

b.

Bila jumla h penduduk > 10 6 jiwa


P = Cd. Cj.
Jumlah sampel yang harus diambil dari masing -masing strata
pendapatan yaitu :
X
.
( X
+ Y +Z )

x 160

(3.3)

High income

=X

Medium income

=Y

X
( X
Y
+ +Z )

Low income

=Z

X
x 160 ......................... (3.5)
( +X Y+ Z )

x 160

(3.4)

Untuk memprediksi timbul sampah dapat digunakan persamaan sebagai berikut :


Qn = Q1 (1 + Cs)H
(3.6)
Dengan
Cs = [ 1 + Ci + Cp + Cqm / 3 ] .................. (3.7) [ 1 + ]
dimana
Qn

: timbulan sampah pada n tahun mendatang

Qt

: timbuilan sampah pada tahun awal perhitungan

Qs

: peningkatan / pertumbuhan kota

PDF created with FinePrint pdf Factory trial version http://www.softwarelabs.com

Qi

: laju pertumbuhan sektor industri

Qp

: laju pertumbuhan sektor pertanian

Qqn : laju peningkatan pendapatan per kapita


P

: laju pertumbuhan penduduk

BAB IV
KUMPULAN DATA
4.1 Gambaran Umum
Kota Depok memiliki luas wilayah 207.06 km2 dengan jumlah
penduduk 973.03 6 jiwa hingga tahun 2000. Kota Depok terbagi kedalam
kecamatan, yaitu kecamatan Beji, kecamatan Pancoran Mas, kecamatan
Cimanggis, kecamatan Limo, kecamatan Sawangan dan kecamatan
Sukmajaya.

4.1.1 Geografi
Kota Depok merupakan kota termuda dan kota tersebut dalam
wilayah propinsi Jawa Barat. Kota Depok terletak pada 106 o 49 Bujur

Timur dan 96 23 Lintang Selatan. Kota Depok memiliki batas -batas wilayah

sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kebupaten
Tangerang dan wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pondok Gede Kota
Bekasi dan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong dan
Kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor.
d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Parung d an
Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor.
4.1.2 Penduduk

PDF created with FinePrint pdf Factory trial version http://www.softwarelabs.com

Penduduk merupakan salah satu asset terpenting dalam


pembangunan terutama bagi negara-negara berkembang. Pertumbuhan
penduduk dikota Depok sebesar 6,75% setiap tahunnya.
Tabel 4.1 Pertumbuhan jumlah penduduk kota Depok
No.
Kecamatan
Tahun
1998

1999

2000

1.

Sawangan

103.784

104.92

112.852

2.

Pancoran Mas

171.176

181.027

184.407

3.

Sukmajaya

229.029

230.502

232,906

4.

Cimanggis

241.302

242.626

269,265

5.

Beji

82.986

84.897

87,317

6.

Limo

73.785

77.492

86,288

Kota Depok

902.062

921.464

973.036

Sumber : Pengelolaan Sampah Kota Bandung 1998/1999 : (2000)


4.1.3

Sosial
Kualitas SDM atau sumber daya manusia mempunyai peran yang

sangat besar dalam keberhasilan suatu pembangunan. Salah satu pemacu serta
penggerak adanya usaha peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah
tersedianya sarana dan prasarana dalam bidang pendidikan, kesehatan,
transportasi serta ibadah.
Dikota Depok pada tahun 2000/2001 terdapat 328 sekolah dasar (SD) dengan
jumlah murid 109.220 orang dan jumlah guru 3.2 10 orang. Sekolah lanjutan
tingkat pertama (SLTP) berjumlah 105 sekolah dengan jumlah murid 38.816
orang dan jumlah guru 2.592 orang. Pada tingkat sekolah lanjutan tingkat
atas (SLTA) terdapat 77 sekolah dengan jumlah murid 29.3 85 orang dan
jumlah guru 1.469 orang.
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di kota Depok tersedia
beberapa fasilitas kesehatan. Pada tahun 2000/200 1 di kota Depok tersedia
beberapa fasilitas kesehatan. Pada tahun 2000/200 1 di kota Depok terdapat 7

PDF created with FinePrint pdf Factory trial version http://www.softwarelabs.com

rumah sakit, 24 puskesmas, 6 puskesmas pembantu dengan tenaga medis


sekitar 29 dokter umum, 19 dokter gigi, 81 perawat, dan 87 bidan.
4.2 Volume dan Komposisi Sampah
Volume sampah pada Kota Depok pada tahun 1999 sekitar 1.776 m2
/ hari dan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, urbanisasi,
serta pola konsumen masyarakat masyarakat akibat dari peningkatan
kesejahteraan. Sumber dan volume sampah ditnjukan pada table 41.
Table 4.2 Volume dan komposisi sampah pada bulan Februari
No
Sumber
Timbulan (m3/hari) Persentase (%)
1

Pemukiman

406,8

Pasar

141,2

Pertokoan , jalur

57,16

Fasilitans Umum & kawasan

36,2

Industri
Jumlah

641,36

63,43 %
22,01 %
8,91 %
5,64 %
100,00

Sumber: DKP Kota Depok,2004


Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa sumber sampah Kota Depok yang
diangkut oleh DKP dengan volume yang cukup besar berasal dari daerah
pemukiman yaitu sebesar 63,43 %
Pertumbuhan volume timbulan sampah terus meningkat dari tahun
ketahun sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk. Tabel 4.2 sampai dengan
tabel 4.7 memperlihatkan perkembangan timbulan sampah dari tahun 1999-2003
per kecamatan. Pada table 4.2 hingga table 4.7 menunjukkan bahwa jumlah
timbulan sampah terbesar dihasilkan dari Kecamatan Cimanggis yaitu sebesar 881
m3 per hari pada tahun 2003, serta pada Kecamatan Beji jumlah timbulan sampah
yang dihasilkan 316 m3 per hari pada tahun 2003, jumlah tersebut merupakan
jumlah timbulan sampah terkecil yang dihasilkan dibandingkan dengan
kecamatan lainnya.

PDF created with FinePrint pdf Factory trial version http://www.softwarelabs.com

Tabel 4.3 Perkembangan volume timbulan sampah pada Kecamatan Cimanggis


No
Tahun
Volume (m3/hari) Volume (m3/thn) Jumlah Penduduk
1

1999

477

171.720

242.626

2000

499

179.640

269.265

2001

536

192.190

331.778

4
5

2002
2003

824
881

296.640
317.160

343.399
363.545

Sumber ; DKP Kota Depok, 2003


Tabel 4.4 Perkembangan volume timbulan sampah pada Kecamatan Sukmajaya
No
Tahun
Volume (m3/hari) Volume (m3/thn) Jumlah Penduduk
1

1999

458

164.880

230.502

2000

471

169.560

232.906

2001

504

181.440

278.080

4
5

2002
2003

685
724

246.600
260.640

285.928
297.098

Sumber ; DKP Kota Depok, 2003


Tabel 4.5 Perkembangan volume timbulan sampah pada Kecamatan Pancoran Mas
No
Tahun
Volume (m3/hari) Volume (m3/thn) Jumlah Penduduk
1

1999

337

121.320

181.027

2000

346

124.560

184.407

2001

377

135.720

219.312

4
5

2002
2003

547
578

196.920
208.080

226.405
252.814

Sumber ; DKP Kota Depok, 2003

PDF created with FinePrint pdf Factory trial version http://www.softwarelabs.com

Tabel 4.6 Perkembangan volume timbulan sampah pada Kecamatan Beji


No
Tahun
Volume (m3/hari) Volume (m3/thn) Jumlah Penduduk
1

1999

147

52.928

84.897

2000

163

58.680

87.317

2001

188

67.680

115.575

4
5

2002
2003

289
316

104.040
113.760

120.462
129.184

Sumber ; DKP Kota Depok, 2003


Tabel 4.7 Perkembangan volume timbulan sampah pada Kecamatan Limo
No
Tahun
Volume (m3/hari) Volume (m3/thn) Jumlah Penduduk
1

1999

158

56.880

77.492

2000

157

56.520

86.288

2001

173

62.280

123.078

4
5

2002
2003

307
330

110.520
118.800

127.828
135.769

Sumber ; DKP Kota Depok, 2003


Tabel 4.8 Perkembangan volume timbulan sampah pada Kecamatan Sawangan
No
Tahun
Volume (m3/hari) Volume (m3/thn) Jumlah Penduduk
1

1999

199

71.640

140.920

2000

217

78.120

112.853

2001

245

88.200

136.864

4
5

2002
2003

344
367

123.840
132.120

143.211
157.324

Sumber ; DKP Kota Depok, 2003

PDF created with FinePrint pdf Factory trial version http://www.softwarelabs.com

1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0

Cimanggis
Sukmajaya
Pancoran Mas
Beji
Limo
Sawangan
1999

2000

2001

2002

2003

Gambar 4.1 Grafik perkembangan timbulan sampah 1999-2003


Pada gambar 4.1 dapat terlihat bahwa pada tahun 2002 volume sampah
mengalami peningkatan diseluruh kecamatan.
4.3 Daerah Pelayanan
Daerah pelayanan kebersihan Kota Depok, meliputi seluruh wilayah Kota
Depok dengan luas 207,06 km2, tetapi untuk daerah yang terlayani oleh DKP hanya
1/3 dari luas daerah Kota Depok. Untuk memudahkan pengaturan operasi pelayanan
kebersihan di wilayah Kota Depok, maka wilayah operasi pelayanan dibagi menjadi
6 wilayah kerja yaitu :
1.

Wilayah operasi Cimanggis dengan luas wilayah 53.54 km yang terdiri dari
daerah pemukiman, pertokoan, restoran, industri, pabrik, rumah sakit,
jalur.

2.

Wilayah operasi Sukmajaya dengan luas wilayah 34.13 km yang terdiri dari
daerah pemukiman, industri, rumah sakit, jalur, sekolah, hotel.

3.

Wilayah operasi Desa Limo dengan luas wilayah 22.80 km yang terdiri dari
daerah pemukiman, kantor, sekolah industri, rumah makan, pertokoan.

4.

Wilayah operasi Sawangan dengan luas wilayah 45.69 km yang terdiri dari
daerah pemukiman, pertokoan, sekolah, industri.

5.

Wilayah operasi Pancoran Mas dengan luas wilayah 29.83 km yang terdiri
dari daerah pemukiman, kantor, rumah sakit, jalur, pertokoan, sekolah.

PDF created with FinePrint pdf Factory trial version http://www.softwarelabs.com

6. Wilayah operasi Beji dengan luas wilayah 14.30 km yang terdiri dari
daerah pemukiman, jalur, sekolah, pertokoan, lantor, hotel, restorant.
Pembagian wilayah ini dibuat agar Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Depok dapat memudahkan pengangkutan sampah dari TPS-TPS yang ada. Daerahdaerah yang belum terlayani oleh DKP Kota Depok, pengelolaannya dilakukan
oleh masyarakat setempat dengan memanfaatkan lahan yang kos ong yang
tersedia. Dimana pengelolaannya dengan cara dibakar maupun dengan system
pengomposan pada lahan yang masih kosong di halaman rumah, kebun dan
sebagainya. Adapun rangkuman tingkat pelayanaan sampah Kota Depok tahun
1999 s/d 2003 dapat dilihat pada table 4.8.
Tabel 4.9 Tingkat pelayanaan Tahun 1999 s/d 2003
Sumber Sampah
N
1999
2000

Tingkat Pelayanaan
2001

2002

7.664.54 Ha

Luas 1 daerah
pelayanan
Penduduk2

terlayani

318.00

382.000

422.00

473.949

38%

39%

38%

Penduduk3 terlayani
terhadap

jumlah

35%

Penduduk depok
Sumber ; DKP Kota Depok, 2003

PDF created with FinePrint pdf Factory trial version http://www.softwarelabs.com

4.4 Sistem Pelayan Kerbersihan


Sistem pelayanan kebersihan yang dilaksanakan sejak Kota Depok
didirikan yaitu 1999 meliputi kegiatan pe nampungan, pengumpulan,
pemindahan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Pada tahun 1999 , pelayanan
kebersihan dirubah pola operasinya, dimana pada daerah pemukiman yang
dimulai dengan kegiatan penyediaan peralatan pemindahan seperti kontainer bes i
dan transfer dipo. Pengangkutan serta pengelolaan sampah ditempat pembuangan
akhir, dilaksanankan oleh DKP, sedangkan kegiatan pengumpulan dan
pengangkutan dari sumber sampah pemukiman sampai tempat penampungan
sementara, menj adi tanggung jawab petugas yang dikoodinasikan dengan Rt / Rw,
maupun LSM secara swadaya dan swadana. Pelayanan kebersihan diluar
pemukiman seperti jalan, perkantoran, pertokoan, atau daerah perdaganganan,
industri serta kegiatan lainya yang berkaitan dengan kebersihan, dilaksanakan
oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanaan, mulai dari pengumpulan sampai
pengolahan di tempat pembuangan akhir. Untuk daerah yang belum terjangkau
oleh DKP, pengelolaan sampah dilakukan oleh masyarakat setempat dengan
memanfaatkan lahan yang ada, kemudian ditimbun atau dikomposkan.
4.5 Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah yang dilakukan oleh DKP meliputi penyapuan dan
pengumpulan sampah jalan, dan tempat -tempat umum yang lainnya.
Mekanisme pelayanan pengumpulan sampah yang dilakukan oleh DKP Kota
Depok yaitu :
1. Daerah pemukiman yang teratur dengan ;
Door to door.
Pengangkutan dari TPS ke TPA.
2. Daerah pemukiman tidak teratur dengan;
Dikelola sendiri oleh warga.
Dikumpulkan di TPS, selanjutnya diangkut ke TPA.
3. Daerah pertokoan dengan:
Umumnya dilakukan door to door.
Dikumpulkan di TPS yang ada kemudian diangkut ke TPA.

PDF created with FinePrint pdf Factory trial version http://www.softwarelabs.com

4.

Jalan protokol dengan :


Sampah hasil dari penyapuan dikumpulkan dalam bak-bak penampungan
selanjutnya diangkut dengan truck sampah ke TPA.

PDF created with FinePrint pdf Factory trial version http://www.softwarelabs.com

Anda mungkin juga menyukai