Anda di halaman 1dari 5

Akhir-akhir ini perdebatan pro dan kontra mengenai pidana mati bagi pengedar narkoba

sudah ramai di kalangan masyarakat Indonesia sehubungan dengan dieksekusi matinya beberapa
pengedar narkoba di LP Nusakambangan beberapa waktu lalu yang dua diantaranya adalah
bagian dari sindikat narkoba Bali Nine yang pada tahun 2005 menyelundupkan 8,3 kg heroin ke
Indonesia dari Australia. Sampai saat ini selama tahun 2015 sudah ada 13 terpidana mati yang
dieksekusi di LP Nusakambangan.
Hukuman mati adalah suatu hukuman atau vonis yang dijatuhkan pengadilan (atau tanpa
pengadilan) sebagai bentuk hukuman terberat yang dijatuhkan atas seseorang akibat
perbuatannya. Pada tahun 2005, setidaknya 2.148 orang dieksekusi di 22 negara, termasuk
Indonesia. Dari data tersebut 94% praktik hukuman mati hanya dilakukan di beberapa negara,
misalnya: Iran, Tiongkok, Arab Saudi, dan Amerika Serikat.
Di Indonesia sudah puluhan orang dieksekusi mati mengikuti sistem KUHP peninggalan
kolonial Belanda. Bahkan selama Orde Baru korban yang dieksekusi sebagian besar merupakan
narapidana politik. Walaupun amandemen kedua konstitusi UUD '45, pasal 28I ayat 1,
menyebutkan: "Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,
hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di depan hukum, dan
hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak
dapat dikurangi dalam keadaan apapun", tapi peraturan perundang-undangan dibawahnya tetap
mencantumkan ancaman hukuman mati. Kelompok pendukung hukuman mati beranggapan
bahwa bukan hanya pembunuh saja yang punya hak untuk hidup dan tidak disiksa. Masyarakat
luas juga punya hak untuk hidup dan tidak disiksa. Untuk menjaga hak hidup masyarakat, maka
pelanggaran terhadap hak tersebut patut dihukum mati.
Hingga 2006 tercatat ada 11 peraturan perundang-undangan yang masih memiliki
ancaman hukuman mati, seperti: KUHP, UU Narkotika, UU Anti Korupsi, UU Anti terorisme, dan
UU Pengadilan HAM. Daftar ini bisa bertambah panjang dengan adanya RUU Intelijen dan RUU
Rahasia Negara. Vonis atau hukuman mati mendapat dukungan yang luas dari pemerintah dan
masyarakat Indonesia. Pemungutan suara yang dilakukan media di Indonesia pada umumnya
menunjukkan 75% dukungan untuk adanya vonis mati.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,

hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 35 tahun
2009). Narkotika digolongkan menjadi tiga golongan sebagaimana tertuang dalam lampiran 1
undang-undang tersebut. Yang termasuk jenis narkotika adalah Tanaman papaver, opium mentah,
opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan
damar ganja. Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campurancampuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-Undang No. 5/1997). Terdapat empat
golongan psikotropika menurut undang-undang tersebut, namun setelah diundangkannya UU No.
35 tahun 2009 tentang narkotika, maka psikotropika golongan I dan II dimasukkan ke dalam
golongan narkotika. Dengan demikian saat ini apabila bicara masalah psikotropika hanya
menyangkut psikotropika golongan III dan IV sesuai Undang-Undang No. 5/1997. Zat yang
termasuk psikotropika antara lain, Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandrax,
Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi, Shabushabu, LSD (Lycergic Syntetic Diethylamide) dan sebagainya.
Berdasarkan efek yang ditimbulkan terhadap pemakainya, narkoba dikelompokkan sebagai
berikut : Halusinogen, yaitu efek dari narkoba bisa mengakibatkan seseorang menjadi berhalusinasi dengan melihat suatu hal/benda yang sebenarnya tidak ada / tidak nyata bila
dikonsumsi dalam sekian dosis tertentu. Contohnya kokain & LSD; Stimulan, yaitu efek dari
narkoba yang bisa mengakibatkan kerja organ tubuh seperti jantung dan otak lebih cepat dari
biasanya sehingga mengakibatkan penggunanya lebih bertenaga serta cenderung membuatnya
lebih senang dan gembira untuk sementara waktu; Depresan, yaitu efek dari narkoba yang bisa
menekan sistem syaraf pusat dan mengurangi aktivitas fungsional tubuh, sehingga pemakai
merasa tenang bahkan tertidur dan tidak sadarkan diri. Contohnya putaw; Adiktif, yaitu efek dari
narkoba yang menimbulkan kecanduan. Seseorang yang sudah mengonsumsi narkoba biasanya
akan ingin dan ingin lagi karena zat tertentu dalam narkoba mengakibatkan seseorang cenderung
bersifat pasif, karena secara tidak langsung narkoba memutuskan syaraf-syaraf dalam otak.
Contohnya: ganja, heroin, dan putaw.
Menurut BNN yang dikutip dari kanal berita CNN Indonesia, sekitar 4,2 juta warga
Indonesia meninggal akibat narkoba di pertengahan tahun 2014 saja dan diperkirakan bahwa 50

orang meninggal setiap harinya akibat penyalahgunaan narkoba. Pengedaran narkoba secara
ilegal ini juga tentu sangat merugikan Indonesia dalam aspek ekonomi karena menurut BNN juga
Indonesia mengalami kerugian sebanyak RP 63 triliun per tahun-nya. Maka dari itu Indonesia bisa
dianggap mengalami darurat narkoba karena banyaknya kerugian yang dialami ini.
Salah satu cara untuk menguranginya adalah dengan menghukum mati para pengedar
narkoba ini agar secara perlahan menghilangkan adanya pengedar. Namun tidak dapat dipungkiri
bahwa pengedar adalah perantara antara kartel atau supplier dan pembeli, tetapi cara ini dianggap
cukup efektif karena dapat memutuskan hubungan antara supplier dan pembeli. Selain itu hal ini
dapat mengurangi kerugian-kerugian yang dialami Indonesia yang diakibatkan oleh peredaran
narkoba yang ada yang diantaranya adalah berkurangnya warga usia produktif karena mayoritas
pengguna narkoba merupakan orang-orang pada usia produktif dan seperti yang telah disebutkan
diatas, diperkirakan 50 orang meninggal dalam satu hari dan juga dengan banyaknya pengguna
maka biaya yang dikeluarkan untuk rehabilitasi akan semakin besar, dengan berkurangnya
pengedar maka pemakai pun akan berkurang dan biaya yang dikeluarkan untuk rehabilitasi akan
berkurang.
Dalam hal ini pun masyarakat terpecah menjadi dua yaitu pro dan kontra terhadap pidana
mati bagi pengedar narkoba ini. Pihak yang pro menganggap bahwa hukuman ini sah-sah saja
bagi orang yang telah merusak dan menghancurkan sedemikian banyak warga negara Indonesia
namun pihak yang kontra beranggapan bahwa hukuman mati ini tidak perlu dilakukan karena
melanggar hak asasi manusia untuk hidup di dunia.
Namun pada kasus ini saya setuju dengan adanya hukuman mati bagi pengedar narkoba.
Selain karena sudah merugikan negara dengan menghilangkan begitu banyak nyawa warga,
pengedar narkoba juga sudah merusak kehidupan warga secara sosial maupun ekonomi.
Bagaimanapun pengedar narkoba sudah sangat merugikan negara dan pantas untuk dihukum
seberatberatnya sesuai dengan aturan hukum yang berlaku di Indonesia yang dalam hal ini adalah
hukuman mati.
Walaupun banyak orang yang menyinggung mengenai ternodainya hak asasi manusia bagi
pengedar yang terpidana mati ini, hukuman tersebut masih relevan dan efektif untuk mengurangi
kerugian negara karena pengedar narkoba ini pun mengabaikan hak asasi manusia pengguna
untuk hidup sehat dan mengabaikan adanya kerugian-kerugian yang dialami oleh pengguna
narkoba tersebut dan juga negara tujuannya.

Pada eksekusi terakhir yang dilakukan pada bulan April 2015 yang juga melibatkan dua
Bali Nine mendapat perhatian masyarakat internasional karena ternyata pemerintah Australia dan
Brazil tidak terima warganya dieksekusi mati di Indonesia akibat terlibat dengan jaringan
pengedaran narkoba. Kedua negara ini bahkan meminta bantuan PBB (Persatuan Bangsa
Bangsa) untuk menghentikan eksekusi tersebut. Walaupun begitu Presiden Indonesia, Joko
Widodo, tetap akan mengeksekusi terpidana mati itu juga. Memang pemerintah suatu negara
berhak untuk membela warga negaranya jika terlibat masalah hukum di negara lain, namun tetap
saja keputusan berada di tangan negara asal, dalam hal ini Indonesia, untuk melepaskan
(mendeportasi) atau tetap mengeksekusinya di Indonesia. Dan dalam hal ini keputusan Indonesia
untuk tetap mengeksekusi terpidana mati tersebut menurut saya sudah benar karena hal tersebut
dapat menegaskan kedaulatan Indonesia dimana semua orang yang berada di Indonesia baik WNI
maupun WNA harus tunduk kepada sistem hukum yang berlaku di Indonesia.
Selain untuk mengurangi kerugian yang dialami oleh negara, eksekusi mati ini menurut
saya cukup dapat menjadi deterrence/ gertakan bagi kartel dan pengedar narkoba yang ingin mensupply narkobanya ke Indonesia karena jika kegiatan ilegal ini diketahui maka pemerintah
Indonesia tidak akan segan menghukum pengedar seberatberatnya yang dalam hal ini adalah
hukuman mati.
Terkait dengan negara-negara yang mengecam tindakan Indonesia ini, walaupun Australia
dan Brazil mengancam menarik Duta Besarnya dari Jakarta, hal tersebut (penarikan perwakilan
diplomatik) tidak akan berlangsung lama mengingat kepentingan kedua negara tersebut dengan
Indonesia cukup besar dibandingkan kepentingan Indonesia dengan keduanya. Juga adanya
hukuman mati ini adalah urusan dalam negeri Indonesia walaupun yang dieksekusi adalah WNA
namun WNA tersebut melakukan tindak kriminalnya di Indonesia dan tidak memiliki kekebalan
diplomatik apapun sehingga Indonesia berhak melakukan tindakan pidana dan negara home atau
asal tidak dapat melakukan intervensi berupa militer atau perdamaian.
Hukuman mati ini sudah menjadi bagian dari hukum Indonesia sejak dulu, jauh sebelum
ramainya perbincangan pro-kontra terhadap eksekusi belasan orang yang tergabung dalam
sindikat pengedaran narkoba ini. Hukum ini bukanlah hukum yang baru dibuat dan tentu saja
penentuan hukuman bagi para pengedar ini sudah ditentukan secara matang menurut undangundang yang telah dibuat sebelumnya.

Semua orang yang berusaha menyelundupkan narkoba ke Indonesia seharusnya mengerti


hukum-hukum di Indonesia memang seperti ini dan seperti yang sering didengar di pesawat ketika
akan mendarat, pramugarinya pasti akan selalu menyebutkan bahwa membawa narkoba secara
ilegal di Indonesia akan dikenakan hukuman maksimal hukuman mati. Maka dari itu hukuman mati
adalah salah satu resiko yang dihadapi oleh pengedar bagi yang ingin menyeludupkan barangbarangnya ke Indonesia. Dan semua orang bahkan semua negara di dunia pun harus
menghormati bahwa itu adalah bagian dari sistem hukum Indonesia termasuk negara-negara yang
warganya akan dan sudah dieksekusi mati oleh pemerintah Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai