Anda di halaman 1dari 2

Terima kasih Ibu Linda atas pertanyaannya.

Mengompol, yang dalam bahasa medis disebut Enuresis, adalah keadaan dimana anak
tidak dapat mengontrol keluarnya air kencing atau berkemih. Pada beberapa buku juga dikatakan
enuresis adalah proses berkemih yang tidak disadari oleh anak. Enuresis terbagi 2 yaitu Primer
dan Sekunder. Enuresis Primer lebih umum terjadi pada anak-anak. Enuresis Primer terbagi lagi
menjadi Nokturnal (pada saat tertidur di malam hari), Diurnal (pada waktu tidak teridur) dan
keduanya. Sebagian besar kasus mengompol pada anak dapat sembuh dengan sendirinya pada
usia 5-10 tahun atau ketika usia sekolah dasar karena anak sudah dapat merasakan tidak nyaman
dan risih apabila mengompol. Namun apabila dalam kasus yang dialami anak Ibu Linda dimana
usia 10 tahun masih mengompol, perlu diperhatikan secara khusus karena apabila diabaikan, hal
ini dapat berpengaruh terhadap anak seperti anak menjadi tidak percaya diri, rendah diri, malu
dengan teman-temannya dan orang lain sehingga hubungan sosial dapat terganggu.
Mengompol dapat disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa diantaranya adalah faktor
psikologis seperti ketakutan ketika harus berjalan ke toilet sendirian di malam hari, sehingga anak
lebih memilih untuk menahan buang air kecil, yang akan berujung anak mengompol, atau karena
kekhawatiran dan ketidaknyamanan anak di lingkungan rumah atau sekolah. Faktor yang lain
adalah anak tidur terlalu nyenyak. Sebagian orang tua dengan anak yang sering mengompol juga
mengeluhkan anak sangat sulit dibangunkan ketika tertidur, bahkan ketika tubuh mengirim sinyal
ke otak untuk buang air kecil pun anak tidak terbangun sehingga anak pun mengompol. Faktor lain
yang lebih jarang adalah karena kandung kemih anak lebih kecil atau terlalu sering berkontraksi
sehingga anak tidak bisa menahan air kencing yang banyak. Mengompol juga dapat juga
disebabkan oleh penyakit, salah satunya adalah Infeksi Saluran Kencing yang ditandai dengan
rasa ingin buang air kecil yang sering, demam ringan, nyeri, dan rasa seperti terbakar pada
saluran kemih. Penyakit lainnya adalah Gangguan Hormon ADH, dimana hormon ini bertugas
untuk memberitahu ginjal untuk mengurangi produksi air kencing. Namun kelainan hormon ini
jarang terjadi pada anak.
Penatalaksanaan mengompol pada anak terdiri dari tanpa obat dan dengan obat. Terapi
tanpa obat yang bisa Ibu praktekkan di rumah salah satunya adalah dengan cara mengurangi
konsumsi cairan sebelum tidur, dan biasakan anak untuk buang kecil sebelum tidur. Hindari
makanan dan minuman seperti kopi, teh, cokelat, dan soda yang mengadung kafein di malam hari.

Cara lain adalah modifikasi kebiasaan anak dengan motivational therapy, yaitu dilakukan dengan
memberikan hadiah dan penghargaan (reward system) untuk memotivasi anak agar tidak
mengompol. Umumnya memakai buku catatan harian atau kartu untuk mencatat hasil yang telah
dicapai anak. Terapi modifikasi kebiasaan anak ini perlu disertai dengan memberikan pemahaman
kepada anak bahwa apabila datang kenginan buang air kecil, beritah bahwa anak harus segera ke
toilet, bukan ditahan. Cara ini merupakan cara yang tingkat keberhasilannya cukup tinggi,
mencapai 50%-70%. Anak yang memiliki motivasi kuat dan mendapat dukungan penuh dari
anggota keluarga akan memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi.
Terapi obat-obatan bukan merupakan suatu pilihan utama dalam mengatasi mengompol karena
sampai saat ini belum ada obat yang dapat mengentikan anak mengompol secara permanen, dan
mengompol akan kembali apabila berhenti mengkonsumsi obat. Namun apabila penyebabnya
suatu penyakit, maka bawa anak ke fasilitas kesehatan untuk diobati.
Penanganannya memang tidak mudah, tetapi dengan kasih sayang, kesabaran serta
didukung dengan pengertian dari Ayah dan Ibu serta anggota keluarga untuk tidak menghukum,
menghakimi atau memarahi ketika anak mengompol akan sangat membantu anak untuk
membangun kepercayaan dirinya. Semoga dapat membantu. Salam sehat.
Be ACTIVE with MSCIA and CIMSA !

dr. Rifqi Aulia Destiansyah


Dokter Laboratorium Klinik Westerindo, Jakarta
Dokter Internsip RSUD Ngudi Waluyo, Wlingi, Kab. Blitar
Chief Dept. of Research Exchange MSCIA UB 2010-2011
Research and Development Director CIMSA 2014-2015
Supervising Council, CIMSA 2015-2016

Anda mungkin juga menyukai