All Materi
All Materi
Disusun Oleh :
1. Imroatul Mufidah
2. Kholifah Nur Anggraini
3. Aryeshah Akbar
4. Fahri Ramdhani
5. Afanda Dwi Ragil R.
6. Mohammad Teguh F. I.
7. Dodi Fasha
8. Rakaditya Pandu Waskito
9. Fanny Azhari Formen
10. Ferdian Dwi Cahyo
11. Imroatu Sholichah
(2416100010)
(2416100020)
(2416100063)
(2416100136)
(4216100023)
(4216100033)
(4216100063)
(4216100095)
(5216100040)
(5216100050)
(5216100105)
Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan
dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama
Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya. (QS
4:125)
Menundukkan pandangan bukan berarti harus menundukkan kepala sehingga
berjalan tak fokus arah, atau memejamkan mata hingga tidak melihat sama sekali.
( gadh-dhul bashar) berarti menahan, mengurangi atau
Secara bahasa,
menundukkan pandangan.
Maksudnya adalah menjaganya dan tidak melepas kendalinya hingga menjadi
liar. Pandangan yang terpelihara adalah apabila seseorang memandang sesuatu yang
bukan aurat orang lain, lalu ia tidak mengamat-amati keelokan parasnya, tidak
berlama-lama memandangnya, dan tidak memelototi apa yang dilihatnya. Singkatnya,
menahan dari apa yang diharamkan oleh Allah Subhaanahu Wataala dan Rasul-Nya
untuk kita memandangnya.
Dalil Kewajiban Menahan Pandangan
1. Dari al-Quran
Allah Subhaanahu Wataala berfirman, artinya,
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, Hendaklah mereka menahan
pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci
kepada
wanita
yang
beriman,
Hendaklah
mereka
menahan
alam,
dan
manusia.
Allah, Tuhan Yang Maha Esa, adalah Maha Esa, Dia yang
menciptakan segala sesuatu berdasarkan kehendak-Nya semata.
Semua ciptaan-Nya adalah baik dan serasi, sehingga tidak
mungkin
kebaikan
dan
keserasian
itu
mengantar
kepada
dari
ajaran-ajaran
sebelumnya.
Dengan
penyelamat
dunia
sebagai
kebenaran
yang
tidak
diragukan
lagi.
Ia
berusaha
pembentukan
perdamaian
di
tengah
umat
manusia,
kapan
dan
di
mana
saja.
Firman
Allah
: Dan
ada
paksaan
untuk
(memasuki)
agama
(Islam);
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang
salah. QS Al-Baqarah [2]: 256.
Jadi,
Islam
mengandung
makna
perdamaian
dan
perang
adalah
demi
menghentikan
agresor,
membantu
Setiap manusia yang lahir, mereka lahir dalam keadaan fitrah. Orang tuanya lah
yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani (HR. Bukhari-Muslim)
Allah Taala berfirman:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui (QS. Ar Ruum: 30)
Seoang ulama pakar tafsir, Imam Ibnu Katsir, menjelaskan ayat ini:
Maksudnya adalah tegakkan wajahmu dan teruslah berpegang pada apa yang
disyariatkan Allah kepadamu, yaitu berupa agama Nabi Ibrahim yang hanif, yang
merupakan pedoman hidup bagimu. Yang Allah telah sempurnakan agama ini dengan
puncak kesempurnaan. Dengan itu berarti engkau masih berada pada fitrahmu
yang salimah (lurus dan benar). Sebagaimana ketika Allah ciptakan para makhluk
dalam keadaan itu. Yaitu Allah menciptakan para makhluk dalam keaadan mengenalNya, mentauhidkan-Nya dan mengakui tidak ada yang berhak disembah selain Allah
(Tafsir Ibnu Katsir, 6/313)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: Islam adalah agama yang
fitrah yang pasti akan diterima oleh semua orang yang memiliki fitrah yang salimah.
Artinya orang yang memiliki jiwa yang bersih sebagaimana ketika ia diciptakan pasti
akan menerima ajaran-ajaran Islam dengan lapang dada.
Kita paham bahwa sesungguhnya agama yang sesuai dengan fitrah manusia itu
adalah agama Islam dan manusia sesungguhnya terlahir dalam keadaan Islam yang
murni. Pada dasarnya manusia diciptakan dan dilahirkan di dunia secara naluri
mempercayai dan meyakini adanya Tuhan. Naluri Manusia itu pada dasarnya selalu
cinta kepada kesucian dan cenderung kepada kebenaran. Keberadaan naluri manusia
adalah suci dan benar dalam arti sejak zaman azali.Islam pada awal mulanya
diturunkan untuk meluruskan kepercayaan manusia supaya berkepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, dengan jalan mentauhidkan kepercayaan terhadap Allah SWT.
Islam memberikan pandangan, pemikiran, pengarahan dan pemantapan untuk
kebaikan hidup manusia yang layak dan sesuai dengan fitrahnya. Jika seseorang
memihak kepada kebatilan, maka perbuatan tersebut bertentangan dengan hati
nuraninya secara fitrah.
Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia, berarti bahwa manusia
sejak lahir secara naluri fitri, telah mempercayai Islam itu secara sadar, ikhlas dan
betul-betul memiliki perasaan yang sangat dalam dan tidak bertentangan dengan hati
nurani manusia itu. Wilhelm Schmidt, telah membuktikan kebenaran tersebut, dimana
pada
dasarnya
ide
pertama
kehidupan
manusia
itu
orang-orang
revelation
primitif,
(Wahyu).Wilhelm
sebab
dia
masih
2. Selalu cenderung dan condong serta patuh kepada hal-hal yang baik dan benar sesuai
dengan hati nuraninya sendiri, yang diilhami oleh pemikiran rasional dan baik.
3. Ingin hidup bermasyarakat (Sociality) tidak bersifat individual, sebab hakikatnya
manusia adalah makhluk sosial.
Allah telah mengabarkan Nabi-Nya Shallallahu alaihi wa sallam dan orangorang yang beriman bahwa Allah telah menyempurnakan keimanan kepada mereka,
sehingga mereka tidak membutuhkan penambahan sama sekali, dan Allah telah
menyempurnakan Islam sehingga Allah tidak akan pernah menguranginya, bahkan
Allah telah meridhainya, sehingga Allah tidak akan memurkainya, selamanya
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda: Sesungguhnya Islam
bermula dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi asing sebagaimana
permulaannya, maka berbahagialah orang-orang yang asing..
Dengan demikian, tidak ada sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia baik yang
menyangkut masalah kehidupan di akhirat maupun masalah kehidupan di dunia,
kecuali telah dijelaskan Allah Azza wa Jalla di dalam Al-Qur-an secara tegas atau
dengan isyarat, secara tersurat maupun tersirat.
Contoh
Mungkin ada orang yang bertanya: Adakah ayat di dalam Al-Qur-an yang
menjelaskan jumlah shalat lima waktu berikut bilangan rakaat tiap-tiap shalat?
Bagaimanakah dengan firman Allah Azza wa jalla yang menjelaskan bahwa Al-Quran diturunkan untuk menerangkan segala sesuatu, padahal kita tidak menemukan ayat
yang menjelaskan bilangan rakaat tiap-tiap shalat ?
Jawabnya: Allah Azza wa Jalla telah menjelaskan di dalam Al-Qur-an
bahwasanya kita diwajibkan mengambil dan mengikuti segala apa yang telah
disabdakan dan dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Kesimpulan
Dengan demikian, apa yang disebutkan dalam Sunnah, maka sebenarnya telah
disebutkan pula dalam Al-Qur-an. Dan masih banyak lagi ayat seperti ini. Dengan
demikian jelaslah bahwa Islam adalah agama yang sempurna, mencakup segala aspek
kehidupan, tidak boleh ditambahi dan tidak boleh dikurangi.
Sungguh agama yang diridlai di sisi Allah adalah agama Islam
Islam dibawa oleh seorang Nabi terakhir, yaitu Nabi Muhammad SAW.
c. Ajaran Islam diterangkan dalam Al-Qur'an sebagai kitab suci terakhir bagi seluruh
umat manusia.
d.
Ajaran Islam tidak ada yang bertentangan dengan fitrah manusia, tetapi
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
diibadahi
selain
Allah,
dan
seluruh
bentuk
ibadah
apapun.
Allah berfirman,
Dan sesungguhnya, Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan), Beribadahlah (menyembahlah) kepada Allah (saja), dan jauhilah
tagut.
(Q.s. An-Nahl [16]:36)
Tidak hanya itu, Islam diturunkan untuk meluruskan pemahaman agamaagama sebelumnya yang telah terkontaminasi oleh pemikiran-pemikiran yang
menyesatkan. Dan mengkritik keras pemikiran yang menganggap Tuhan itu memiliki
anak, karena hal itu sangat bertentangan dengan ajaran tauhid. Perlu diketahui pula,
bahwa ajaran Islam tidak pernah berubah dari satu masa ke masa yang lain yaitu
aqidah tauhid yakni kepercayaan bahwa sesungguhnya Allah SWT itu adalah Tuhan
Yang Maha Esa dan Maha Kuasa.
Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku. [Adz-Dzaariyaat: 56]
Konsep awal dari tauhid adalah menempatkan Allah sebagai Rabb. Allah telah
menciptakan alam semesta sebagai khaliq (pencipta), dan kita adalah makhluk (yang
diciptakan). Sehingga, manusia harus tunduk pada penciptanya. Konsep ini
merupakan konsep paling pokok dalam aqidah, sehingga jika seseorang belum
mengimani hal ini, ia tidak dapat dianggap sebagai seorang muslim yang lurus.
Akan tetapi, konsep tauhid dalam tataran yang lebih luas tidak cukup hanya
dengan membenarkan bahwa Allah itu Maha Esa. Tauhid sejatinya memerlukan
manifestasi dalam realitas empiris. Jika tauhid kita artikan peng-esakan tuhan, maka
pengakuan kita bahwa tuhan hanya ada satu dan artinya kita hanya harus fokus pada
satu tuhan, tidak lebih dan tidak kurang, dan tidak lain hanyalah Allah SWT. Salah
satu aplikasi sosialnya adalah tidak adanya peramal atau dukun, artinya kita hanya
percaya pada Allah yang bisa memberikan pertolongan, bukan dukun atau peramal.
Makna lain dari Tauhid adalah kesetiaan dan ketaatan kita terhadap Tuhan.
Kita bertauhid berarti kita mengikat diri dengan kita kepda Tuhan, janji untuk taat
terhadap segala aturan yang Dia berikan. Kita tidak bisa dikatakan sebagai orang yang
bertauhid ketika kita melanggar janji kita dengan Tuhan, ketika kita mengingkari
perintahny, meskipun kita tetap percaya dan teguh bahwa Tuhan itu Esa. Artinya,
tidak cukup dengan mengesakan Tuhan tanpa melakukan ibadah-ibadah yang
diperintahkanNya, baik ibadah spiritual maupun sosial.
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, kita dapat menjadikan tauhid sebagai landasan dalam
kehidupan seorang muslim. Sudah dijelaskan pula bahwa peranan sosial tauhid
sangatlah penting. Maka dari itu baiknya kita mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari sehingga kita dapat menjadi manusia yang tentram dan bahagia di dunia
maupun di akhirat.
Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam. (QS 21: 107).
Ayat di atas sering dijadikan hujjah bahwa Islam adalah agama rahmat. Itu
benar. Rahmat Islam itu luas, seluas dan seluwes ajaran Islam itu sendiri. Itu pun juga
pemahaman yang benar. Sebagian orang secara sengaja (karena ada maksud buruk)
ataupun tidak sengaja (karena pemahaman Islamnya yang tidak dalam), sering
memaknai ayat tersebut diatas secara menyimpang. Mereka ini mengartikan rahmat
Islam harus tercermin dalam suasana sosial yang sejuk, dan damai.
Islam sebagai rahmat bagi alam semesta adalah tujuan bukan proses. Artinya
untuk menjadi rahmat bagi alam semesta bisa jadi umat Islam harus melalui beberapa
ujian, kesulitan atau peperangan seperti di zaman Rasulullah. Walau tidak selalu harus
melalui langkah sulit apalagi perang, namun sejarah manapun selalu mengatakan
kedamaian dan kesejukan selalu didapatkan dengan perjuangan.
lamanya, yaitu Kitab Allah dan Sunnahku (Diriwayatkan Imam Malik dan yang
lainnya, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani).
Ya, jalan kebenaran yang hanya satu itu adalah jalan Kitabullah dan sunnah
Rasul-Nya shallallahu
alaihi
wa
sallam, keduanya
adalah
jalan
yang
akan
menemukan
jatidiri
dan
kebahagiaan
yang
Islam memandang bahwa seorang Muslim wajib terikat pada aturan Allah
Swt. Seorang Muslim wajib melakukan segala amal perbuatannya sesuai dengan
syariah Islam jika dia mau selamat dunia dan akhirat.
Apa saja yang Rasul bawa untuk kalian, ambillah. Apa saja yang dia larang atas
kalian, tinggalkanlah. (QS al-Hasyr [59]: 7).
Jaminan Islam Terhadap Hak-hak Manusia
Jaminan Islam terhadap hak-hak manusia selain telah teruji secara mendasar
dari kesahihan akidah yang memunculkannya, rangkaian kelengkapan dan keakuratan
sistem Islam yang dibangunnya mengarahkan aturan ini menjadi satu-satunya
alternatif bagi jaminan sejati hak-hak manusia. Jaminan hak-hak tersebut terangkai
mulai dari prinsip dasar semisal jaminan dalam berakidah sampai pada kebutuhan
pokok individu dalam sebuah masyarakat.
Al-Quran menyebutkan, tidak ada paksaan dalam memasuki agama Islam.
Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk menentukan akidah mana yang
akan diambilnya. Prinsip-prinsip akidah Islam sepenuhnya dapat dijangkau dengan
akal sehat, tanpa harus dipaksa, karena segalanya telah jelas. Ini adalah jaminan
kebebasan akal yang paling hakiki dan mendasar pada setiap insan. Hak akal secara
bebas diberikan Islam kepada manusia untuk menguji kebenaran ajaran yang
dianutnya. Lebih dari itu, ketika manusia memilih untuk memeluk selain Islam, hak
berkeyakinan ini tetap dijaga dengan baik. Mereka (yang non-Muslim) dibolehkan
untuk menjalankan ibadah, berpakaian, makan dan minum berdasarkan keyakinan
yang dianutnya. Akan tetapi, persoalannya akan lain ketika seseorang telah memeluk
Islam. Persoalan ibadah, makan dan minum bukan lagi persoalan dipaksa atau tidak.
Persoalannya di sini adalah Islam merupakan sistem yang lengkap, yang
mengharuskan segala konsekuensi, agar seorang Muslim benar-benar menjadi
Mukmin yang bertakwa, bukan Muslim yang asal-asalan. Adalah wajar jika Islam
memiliki metode yang khas dalam menjaga keberislaman seseorang. Ini adalah lazim
dalam sebuah sistem kehidupan. Karenanya, jelas seorang Muslim dipaksa untuk
tunduk dan patuh pada syariah Islam. Allah Swt. berfirman:
Tidaklah patut bagi laki-laki Mukmin, tidak pula bagi wanita Mukmin, jika
Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka
pilihan yang lain tentang urusan mereka. Siapa saja yang mendurhakai Allah dan
Rasul-Nya, sesungguhnya dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata. (QS alAhzab [33]: 36).
Terkait dengan hak-hak dasar/pokok (al-hajt al-asasiyah) tiap individu dan
seluruh rakyat, baik Muslim maupun non-Muslim, baik mayoritas ataupun minoritas,
negara menjamin hak-hak mereka. Negara menjamin secara penuh sandang, pangan,
papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan seluruh warganya; tanpa memandang
etnis, asal-usul, keyakinan dan karakter pluralitas masyarakat lainnya. Selama mereka
menjadi warga Negara Islam, kebutuhan pokok mereka dijamin oleh negara. Keadaan
ini merupakan implementasi dari peran negara, yang dijalankan oleh Khalifah,
sebagai penanggung jawab (rin) terhadap warga negaranya. Rasulullah saw.
bersabda:
Imam
(kepala
negara)
adalah
pemimpin.
Dia
akan
dimintai
pertanggungjawaban terhadap kondisi warga negara yang dipimpinnya. (HR alBukhari dan Muslim).
Kesimpulan
Islam adalah ajaran yang sesuai dengan akal dan fitrah manusia; untuk
kebaikan manusia itu sendiri. Ajarannya lahir dari wahyu, bersifat tetap dan
kokoh, universal, tak lapuk dan tak usang dengan berputarnya roda kehidupan.
Garansi perlindungannya terhadap hak-hak fitrah manusia pun tidak perlu diragukan.
Sebaliknya, terhempas dan tercerabutnya hak-hak dasar manusia yang dipampangkan
oleh sistem Kapitalis saat ini menjadi bukti nyata absurd-nya nilai-nilai kebebasan
dan HAM yang mereka junjung. Nyatanya, prinsip tersebut hanya menodai hak-hak
manusia dan mencerabut nilai-nilai luhur kehidupan bermasyarakat.
Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi
dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi
Maha Penyantun. (QS Al-Baqarah [2]: 263).
Di sisi lain Al-Quran menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukkan
secara wajar. Nabi Muhammad SAW misalnya dinyatakan sebagai manusia seperti
manusia yang lain.
Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah
penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan
itu (dengan yang serupa) . Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala
sesuatu. (QS An-Nisa [4]: 86).
Bahkan lebih tepat jika kita berbicara sesuai dengan keadaan dan kedudukan
mitra bicara, serta harus berisi perkataan yang benar,
Dan katakanlah perkataan yang benar (QS Al-Ahzab [33]: 70).
terhadap
pemeliharaan, serta
penciptaannya.
pembimbingan, agar
setiap
makhluk
mencapai tujuan
Kami
tumbuhkanpadanyasegalamacamtanaman
yang
danterhadapsemua
proses
yang
proses-proses
yang
sedangterjadi.
Yang
demikianmengantarkanmanusiabertanggungjawab,
sehinggaiatidakmelakukanperusakan,
bahkandengan
kata
lain,
"Setiapperusakanterhadaplingkunganharusdinilaisebagaiperusakanpadadirimanusiasen
diri."
Binatang,
tumbuhan,
danbenda-bendatakbernyawasemuanyadiciptakanoleh
yang
melarangmelakukanpenganiayaan.
Jangankanterhadapmanusiadanbinatang,
pun
terlarang,
bahkanmencabutataumenebangpepohonan
kecualikalauterpaksa,
tetapiitu
pun
harusseizin
Allah,
Allah,
mengantarkanmanusiakepadakesadaranbahwaapa
dalamgenggamantangannya,
tidak
harusdipertanggungjawabkan.
setiapanginsepoi
yang
pun
lain
"Setiapjengkaltanah
berhembus
di
udara,
yang
berada
kecualiamanat
yang
terhampar
di
yang
di
bumi,
dansetiapteteshujan
yang
tercurahdarilangitakandimintakanpertanggungjawabanmanusiamenyangkutpemelihara
Allah
untukmanusia.
Allah
untuknya,
berapa
pun
yang
hargabenda-bendaitu.
Iatidakbolehdiperbudakolehbenda-bendaitu.
Manusiadalamhalinidituntutuntukselalumengingat-ingat, bahwaiabolehmeraihapa pun
asalkan
yang
diraihnyasertacarameraihnyadiridhoi
Allah
SWT,
sesuaidengankaidahkebenarandankeadilan.