Anda di halaman 1dari 26

KUMPULAN MATERI-MATERI

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Disusun Oleh :
1. Imroatul Mufidah
2. Kholifah Nur Anggraini
3. Aryeshah Akbar
4. Fahri Ramdhani
5. Afanda Dwi Ragil R.
6. Mohammad Teguh F. I.
7. Dodi Fasha
8. Rakaditya Pandu Waskito
9. Fanny Azhari Formen
10. Ferdian Dwi Cahyo
11. Imroatu Sholichah

(2416100010)
(2416100020)
(2416100063)
(2416100136)
(4216100023)
(4216100033)
(4216100063)
(4216100095)
(5216100040)
(5216100050)
(5216100105)

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER


2016

A. Makna Islam dalam Hal Menundukkan Wajah


Allah SWT menyebutkan agama (dien) dengan persamaan kepada orang yang
menundukkan mukanya kepada Allah, kemudian ia berbuat kebaikan dan mengikut
millah Ibrahim (Aqidah) yang lurus. Islam menghendaki ummatnya untuk
menundukkan mukanya dan dirinya kepada Allah SWT yang mesti dibuktikan dan
diwujudkan ke dalam amalan berupa kebaikan dan juga didasarkan kepada aqidah
yang lurus. Aqidah, amal shole dan ketundukan adalah makna Islam secara integral.
Islam sebagai dien tidak saja tunduk kemudian tidak beraqidah dan tidak beramal,
Islam tidak saja berbuat kebaikan dan Islam tidak saja beraqidah kemudian tidak
beramal, tetapi Islam messti menjalankan ketiga perkara di atas secara sempurna.
Dalil

Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan
dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama
Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya. (QS
4:125)
Menundukkan pandangan bukan berarti harus menundukkan kepala sehingga
berjalan tak fokus arah, atau memejamkan mata hingga tidak melihat sama sekali.
( gadh-dhul bashar) berarti menahan, mengurangi atau
Secara bahasa,

menundukkan pandangan.
Maksudnya adalah menjaganya dan tidak melepas kendalinya hingga menjadi
liar. Pandangan yang terpelihara adalah apabila seseorang memandang sesuatu yang
bukan aurat orang lain, lalu ia tidak mengamat-amati keelokan parasnya, tidak
berlama-lama memandangnya, dan tidak memelototi apa yang dilihatnya. Singkatnya,
menahan dari apa yang diharamkan oleh Allah Subhaanahu Wataala dan Rasul-Nya
untuk kita memandangnya.
Dalil Kewajiban Menahan Pandangan
1. Dari al-Quran
Allah Subhaanahu Wataala berfirman, artinya,
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, Hendaklah mereka menahan
pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci

bagi mereka, sesungguhnya Allah Mahamengetahui apa yang mereka perbuat.


Katakanlah

kepada

wanita

yang

beriman,

Hendaklah

mereka

menahan

pandangannya, dan memelihara kemaluannya. (QS. an-Nur [24]: 30-31)


Larangan menahan pandangan didahulukan dari menjaga kemaluan karena
pandangan yang haram adalah awal dari terjadinya perbuatan zina.
2. Dalil dari Hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam:
Dari Jarir bin Abdillah Radhiyallahu Anhu berkata, Aku bertanya kepada
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tentang pandangan tiba-tiba (tanpa
sengaja), lalu beliau memerintahkanku untuk memalingkannya. (HR. Muslim).
Maksudnya, jangan meneruskan pandanganmu, karena pandangan tiba-tiba
tanpa sengaja itu dimaafkan, tapi bila diteruskan berarti disengaja.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, Seorang laki-laki tidak boleh
melihat aurat laki-laki lain, dan seorang perempuan tidak boleh melihat aurat
perempuan lain. Seorang laki-laki tidak boleh bersatu (bercampur) dengan laki-laki
lain dalam satu pakaian (selimut), dan seorang perempuan tidak boleh bercampur
dengan perempuan lain dalam satu pakaian (selimut). (HR. Muslim, Ahmad, Abu
Dawud & Tirmidzi).
B. Makna Islam dalam Hal Selamat Sejahtera
Islam agama haus darah, hujatan seperti ini seringkali dilontarkan oleh para
kafir penghujat Islam. Sekarang kita perhatikan ayat ayat yang sering mereka
persoalkan , untuk menjawab secara lebih simple akan saya ringkas (kelompokan)
ayat-ayat yang disampaikannya.
QS.Al-Anfal:39
Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu sematamata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah
Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.
Perintah perang tersebut adalah perintah yang bersyarat, yaitu:
1. apabila mereka berusaha / berdaya upaya untuk mengusir/ memenjarakan
/membunuh (ayat 30)
2. mereka melecehkan ayat-ayat Allah (ayat 31)
3 mereka melecehkan dan menantang Allah (ayat 32-34)

4. mereka menjalankan ibadah tetapi hanya untuk melecehkan (ayat 35)


5 mereka manafkahkan hartanya untuk menghalang-halangi (ayat 36)
6. mereka perlu dipisahkan lebih dahulu ,barangkali diantara merka masih ada orang
yang baik (ayat 37)
7. di ingatkan agar berhenti dari tindakan-tindakan (yang sudah diuraikan
sebelumnya),dan kalau mereka berhenti maka akan di maafkan / diampuni,tetapi kalau
mereka tetap tidak mau berhenti masih diingatkan apa-apa yang pernah terjadi orangorang terdahulu (ayat 38)
8. barulah diperintah berperang (ayat 39)
9. dan diingatkan bahwa Allah sebaik-baiknya penolong dan pelindung.(ayat 40)
Islam bukanlah agama yang suka berperang. Seperti halnya korban bom atom
Amerika di Jepang. Di tahun 1945, Amerika telah menjatuhkan bom di Hiroshima
yang merenggut nyawa 140 ribu orang. Sedangkan di Nagasaki jumlah korbannya 70
ribu jiwa. Belum terhitung mereka yang luka, sakit dan cacat seumur hidupterkena
radiasi nuklirnya. Pengeboman itu dilakukan resmi oleh pemerintah Amerika di
bawah kepemimpinan Rosevelt, Presiden USA saat itu. Untuk pertama kalinya dalam
sejarah, penemuan besar tenaga nuklir digunakan sebagai senjata pemusnah massal.
Yang harus darah itu Islam atau Amerika? Bangsa yang meng-klaim dirinya sebagai
umat kristen, kristen yang meng-klaim agamanya sebagai agama kasih. Sebagian
besar terror dan pembataian diatas disebabkan mereka. Namun Orang Kristen masih
beralasan bahwa penyebaran agama kristen dilakukan dengan kasih. Pada
kenyataanya, penyebaran kristen di dunia dilakukan oleh imperealisme British,
Spanyol, Belanda, Portugal dan Amerika, yakni dengan menggunakan motto : "Gold,
Glory, Gospel trough the world" (Emas, kemuliaan dan pujaan di seluruh dunia).
Mana buktinya kalau Islam itu haus darah dan memerintahkan pembunuhan?
Semua itu hanya tuduhan yang tidak jelas ujung pangkalnya, buatan orang-orang kafir
yang pandai menipu. Mereka gunakan ayat Quran untuk mencari-cari alasan bahwa
Islam itu haus darah, ternyata argumentasi mereka mentah, sebab di dalam tataran
sejarah, tidak pernah terbukti tuduhan itu. Justru kehidupan di luar Islam adalah
kehidupan yang penuh bersimbah darah yang menjijikkan.

C. Makna Islam dalam Hal Perdamaian

Perdamaian merupakan salah satu ciri utama agama Islam.


Ia lahir dari pandangan ajarannya tentang Allah, Tuhan Yang
Mahakuasa,

alam,

dan

manusia.

Allah, Tuhan Yang Maha Esa, adalah Maha Esa, Dia yang
menciptakan segala sesuatu berdasarkan kehendak-Nya semata.
Semua ciptaan-Nya adalah baik dan serasi, sehingga tidak
mungkin

kebaikan

dan

keserasian

itu

mengantar

kepada

kekacauan dan pertentangan. Dari sini bermula kedamaian antara


seluruh ciptaan-Nya.
Manusia yang telah dianugrahi aqal dan nafsu dipercaya oleh
Tuhan untuk menjadi khalifah-Nya dengan misi menjaga bumi dari
kerusakan. Oleh karennya Allah mengutus rasul-rasul-Nya guna
menyebarkan ajaran-ajaran yang dapat menjadi pelita manusia
dalam mengarungi bahtera kehidupan ini. Islam merupakan
penyempurna

dari

ajaran-ajaran

sebelumnya.

Dengan

berpedoman pada Al- Quran dan Assunnah maka Islam mempu


menjawab tantangan zaman semenjak kemunculannya, zaman ini
hingga yang akan datang.
Islam muncul untuk menjadi

penyelamat

dunia

sebagai

Rahmatan Lil Alamien oleh karenanya setiap ajaran Islam memiliki


nilai

kebenaran

yang

tidak

diragukan

lagi.

Ia

berusaha

menciptakan perdamaian di bumi sehingga umat manusia dan


seluruh makhluk Allah dapat hidup sejahtera.
Dalam ajaran Islam bahwa perdamaian merupakan kunci pokok
menjalin hubungan antar umat manusia, sedangkan perang dan
pertikaian adalah sumber mala petaka yang berdampak pada
kerusakan sosial. Agama mulia ini sangat memperhatikan
keselamatan dan perdamaian, juga menyeru kepada umat manusia
agar selalu hidup rukun dan damai dengan tidak mengikuti hawa
nafsu dan godaan Syaitan.
Ajaran islam yang berorientasi kepada pembentukan
perdamaian

Paling tidak ada beberapa ajaran Islam yang berorientasi


kepada

pembentukan

perdamaian

di

tengah

umat

manusia,

sehingga mereka dapat hidup sejahtera dan harmonis, diantaranya :


1. Larangan untuk melakukan kedzoliman
Islam sebagai agama yang membawa misi perdamaian
dengan tegas mengharamkan kepada umat manusia melakukan
kedzaliman,

kapan

dan

di

mana

saja.

Firman

Allah

: Dan

barangsiapa di antara kamu yang berbuat zalim, niscaya Kami


rasakan kepadanya azab yang besar. (QS Al Furqon : 19).
2. Adanya persamaan derajat
Persamaan derajat di antara manusia merupakan salah satu
hal yang ditekankan dalam Islam. Tidak ada perbedaan antara satu
gologan dengan golongan lain, semua memiliki hak dan kewajiban
yang sama. Dengan adanya persamaan derajat itu, maka semakin
meminimalisir timbulnya benih-benih kebencian dan permusuhan di
antara manusia, sehingga semuanya dapat hidup rukun dan damai.
3. Menjunjung tinggi keadilan
Islam sangat menekankan perdamaian dalam kehidupan sosial
di tengah masyarakat, keadilan harus diterapkan bagi siapa saja
walau dengan musuh sekalipun. Karena dengan ditegakkannya
keadilan, maka tidak ada seorang pun yang merasa dikecewakan
dan didiskriminasikan sehingga dapat meredam rasa permusuhan,
dengan demikian konflik tidak akan terjadi.
4. Memberikan kebebasan
Islam menjunjung tinggi kebebasan, terbukti dengan tidak
adanya paksaan bagi siapa saja dalam beragama, setiap orang
bebas menentukan pilihannya. Firman-Nya :
Tidak

ada

paksaan

untuk

(memasuki)

agama

(Islam);

sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang
salah. QS Al-Baqarah [2]: 256.

Jadi,

Islam

mengandung

makna

perdamaian

dan

mensosialisasikan kedamaian. Islam memimpin ke jalan damai,


menuntun berhati sabar, semuanya di atas dasar kebenaran dan
keadilan. Namun demikian, penawaran Islam dengan realitas dan
selama ada orang-orang yang mengikuti keinginan mereka sendiri
dan kepentingan pribadi, akan selalu ada konflik dan perang. Tetapi
jika

perang

adalah

demi

menghentikan

agresor,

membantu

mencapai kebenaran dan keadilan, maka itu adalah suatu kebajikan


karena mendorong kebaikan dan kesejahteraan bagi rakyat.

D. Karakteristik Agama Islam : Sesuai dengan Fitrah Manusia


Secara bahasa, fitrah artinya al khilqah yaitu keadaan asal ketika seorang
manusia diciptakan oleh Allah (lihat Lisaanul Arab 5/56, Al Qamus Al Muhith 1/881).
Dan ketahuilah, yang dimaksud dengan agama yang fitrah ialah Islam. Setiap manusia
lahir dalam keadaan berislam, sebagaimana sabda Nabi Shallallahualaihi Wasallam:


Setiap manusia yang lahir, mereka lahir dalam keadaan fitrah. Orang tuanya lah
yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani (HR. Bukhari-Muslim)
Allah Taala berfirman:

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui (QS. Ar Ruum: 30)
Seoang ulama pakar tafsir, Imam Ibnu Katsir, menjelaskan ayat ini:
Maksudnya adalah tegakkan wajahmu dan teruslah berpegang pada apa yang
disyariatkan Allah kepadamu, yaitu berupa agama Nabi Ibrahim yang hanif, yang
merupakan pedoman hidup bagimu. Yang Allah telah sempurnakan agama ini dengan
puncak kesempurnaan. Dengan itu berarti engkau masih berada pada fitrahmu

yang salimah (lurus dan benar). Sebagaimana ketika Allah ciptakan para makhluk
dalam keadaan itu. Yaitu Allah menciptakan para makhluk dalam keaadan mengenalNya, mentauhidkan-Nya dan mengakui tidak ada yang berhak disembah selain Allah
(Tafsir Ibnu Katsir, 6/313)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: Islam adalah agama yang
fitrah yang pasti akan diterima oleh semua orang yang memiliki fitrah yang salimah.
Artinya orang yang memiliki jiwa yang bersih sebagaimana ketika ia diciptakan pasti
akan menerima ajaran-ajaran Islam dengan lapang dada.
Kita paham bahwa sesungguhnya agama yang sesuai dengan fitrah manusia itu
adalah agama Islam dan manusia sesungguhnya terlahir dalam keadaan Islam yang
murni. Pada dasarnya manusia diciptakan dan dilahirkan di dunia secara naluri
mempercayai dan meyakini adanya Tuhan. Naluri Manusia itu pada dasarnya selalu
cinta kepada kesucian dan cenderung kepada kebenaran. Keberadaan naluri manusia
adalah suci dan benar dalam arti sejak zaman azali.Islam pada awal mulanya
diturunkan untuk meluruskan kepercayaan manusia supaya berkepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, dengan jalan mentauhidkan kepercayaan terhadap Allah SWT.
Islam memberikan pandangan, pemikiran, pengarahan dan pemantapan untuk
kebaikan hidup manusia yang layak dan sesuai dengan fitrahnya. Jika seseorang
memihak kepada kebatilan, maka perbuatan tersebut bertentangan dengan hati
nuraninya secara fitrah.
Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia, berarti bahwa manusia
sejak lahir secara naluri fitri, telah mempercayai Islam itu secara sadar, ikhlas dan
betul-betul memiliki perasaan yang sangat dalam dan tidak bertentangan dengan hati
nurani manusia itu. Wilhelm Schmidt, telah membuktikan kebenaran tersebut, dimana
pada

dasarnya

ide

Schmidt telah menyeli

pertama
kehidupan

manusia

itu

orang-orang

revelation
primitif,

(Wahyu).Wilhelm
sebab

dia

masih

mempertanyakan, apakah sebetulnya kepercayaan manusia itu mula-mula melalui


evolusi atau tidak; maka dia dengan tegas mengambil kesimpulan setelah mengadakan
penyelidikan secara detail kepada masyarakat (orang-orang) primitif, bahwa mereka
percaya akan monotheisme (Tuhan Yang Maha Esa).
Fitrah manusia yang mendekati kebenarannya adalah :
1. Ingin mengetahui adanya kekuatan di luar dirinya, di luar alam semesta, yaitu Allah
Maha Pencipta.

2. Selalu cenderung dan condong serta patuh kepada hal-hal yang baik dan benar sesuai
dengan hati nuraninya sendiri, yang diilhami oleh pemikiran rasional dan baik.
3. Ingin hidup bermasyarakat (Sociality) tidak bersifat individual, sebab hakikatnya
manusia adalah makhluk sosial.

E. Karakteristik Agama Islam : Ajarannya Sempurna


Definisi
Sebenarnya, hanya ada satu agama yang paling benar di atas muka bumi, yaitu
Islam.
Agama Islam sudah dijamin oleh Allah SWT sebagai agama yang paling benar di
antara agama-agama yang lain. Agama Islam sudah sempurna, tidak boleh ditambah
dan dikurangi. Islam adalah agama yang paling sempurna, dan Allah-lah yang
menyempurnakan Islam itu. Kewajiban umat Islam adalah ittiba.
Dalil Al-Quran dan Hadits
"Sesungguhnya agama yang paling benar di sisi Allah adalah Islam".
(QS. Ali Imran:19)
"Pada hari ini telah Ku-sempurnakan bagimu agamamu, dan telah Aku cukupkan
nikmat-Ku kepadamu; dan Aku ridhai Islam sebagai agamamu". (QS Al-Maidah 3)
Agama Islam yang disebarluaskan oleh Rasulullah Muhammad SAW,
diciptakan Allah SWT sebagai penyempurna ajaran yang dibawa oleh nabi-nabi
sebelumnya.
"Katakanlah (hai orang-orang mukmin): Kami beriman kepada Allah, dan kepada
apa yang telah diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub serta anak cucunya,
dan kepada apa yang telah diturunkan kepada Musa, Isa, serta para nabi-nabi dari
Rabb mereka. Kami tidak membeda-bedakan antara yang satu dengan lainnya, dan
kami taat dan patuh hanya kepada-Nya". (QS. Al-Baqarah: 136)

Allah telah mengabarkan Nabi-Nya Shallallahu alaihi wa sallam dan orangorang yang beriman bahwa Allah telah menyempurnakan keimanan kepada mereka,

sehingga mereka tidak membutuhkan penambahan sama sekali, dan Allah telah
menyempurnakan Islam sehingga Allah tidak akan pernah menguranginya, bahkan
Allah telah meridhainya, sehingga Allah tidak akan memurkainya, selamanya
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda: Sesungguhnya Islam
bermula dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi asing sebagaimana
permulaannya, maka berbahagialah orang-orang yang asing..
Dengan demikian, tidak ada sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia baik yang
menyangkut masalah kehidupan di akhirat maupun masalah kehidupan di dunia,
kecuali telah dijelaskan Allah Azza wa Jalla di dalam Al-Qur-an secara tegas atau
dengan isyarat, secara tersurat maupun tersirat.
Contoh
Mungkin ada orang yang bertanya: Adakah ayat di dalam Al-Qur-an yang
menjelaskan jumlah shalat lima waktu berikut bilangan rakaat tiap-tiap shalat?
Bagaimanakah dengan firman Allah Azza wa jalla yang menjelaskan bahwa Al-Quran diturunkan untuk menerangkan segala sesuatu, padahal kita tidak menemukan ayat
yang menjelaskan bilangan rakaat tiap-tiap shalat ?
Jawabnya: Allah Azza wa Jalla telah menjelaskan di dalam Al-Qur-an
bahwasanya kita diwajibkan mengambil dan mengikuti segala apa yang telah
disabdakan dan dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Kesimpulan
Dengan demikian, apa yang disebutkan dalam Sunnah, maka sebenarnya telah
disebutkan pula dalam Al-Qur-an. Dan masih banyak lagi ayat seperti ini. Dengan
demikian jelaslah bahwa Islam adalah agama yang sempurna, mencakup segala aspek
kehidupan, tidak boleh ditambahi dan tidak boleh dikurangi.

F. Karakteristik Agama Islam : Kebenarannya Mutlak


Dalam Al-Qur'an, Allah telah menegaskan sendiri tentang kebenaran Islam
sebagai agama bagi seluruh umat manusia, antara lain tersebut dalam :



Apakah selain agama Allah yang mereka cari, padahal hanya kepada-Nya tunduk
siapapun yang ada di langit-langit dan di bumi baik karena taat maupun
terpaksa. Dan hanya kepada-Nya mereka dikembalikan. (Q.S. Ali Imran:83)
Ayat di atas menjelaskan bahwa agama yang benar adalah agama yang datang
dari Allah SWT. Dalam firman-Nya yang lain, pada surat Ali Imran:19


Sungguh agama yang diridlai di sisi Allah adalah agama Islam

Kemudian dalam surat Ali Imran:15, Allah SWT berfirman:




Barangsiapa yang mencari agama lain selain Islam maka ia tidak akan diterima dan
kelak di akhirat tergolong orang-orang yang merugi.
Penegasan Allah SWT dalam Al-Qur'an yang mengatakan bahwa Islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagai satu-satunya agama yang benar
ajarannya dapat dikuatkan dengan alasan dan bukti sebagi berikut:
a. Islam sebagai agama yang jelas asal usulnya, yaitu sebagai agama wahyu yang
terakhir.
b.

Islam dibawa oleh seorang Nabi terakhir, yaitu Nabi Muhammad SAW.

c. Ajaran Islam diterangkan dalam Al-Qur'an sebagai kitab suci terakhir bagi seluruh
umat manusia.
d.

Ajaran Islam tidak ada yang bertentangan dengan fitrah manusia, tetapi

mengatur seluruh aspek kehidupan manusia (manusia).


e.

Ajaran Islam tertumpu pada ajaran mengesakan Tuhan dan bertujuan

menjadikan manusia sebagi sumber kabaikan.


f. Ajaran Islam dapat diamalkan dengan mudah dan praktis oleh orang yang beriman
(tidak memerlukan upacara yang rumit), dan semua ajarannya baik dan lurus sesuai
dengan fitrah manusia yang tidak mau dipersulit dan yang kecenderungannya kepada
yang baik dan lurus.

G. Karakteristik Agama Islam : Keseimbangan Dunia dan Akhirat


Keseimbangan (At Tawazun) merupakan salah satu prinsip ajaran Islam.
Keseimbangan membuka jalan bagi nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan.
Keseimbangan akan melahirkan kebahagiaan yang ditandai dengan adanya
ketenteraman dan kesejahteraan yang merata. Keseimbangan menebarkan rasa aman,
dan membebaskan manusia dari semua bentuk intimidasi dan rasa takut.
Syekh Muhammad Al Ghazali mengatakan, "Sesungguhnya keseimbangan
(yang diinginkan) di sini adalah engkau miliki dunia untuk engkau tundukkan agar
dapat menghantarkanmu kepada idealisme yang agung. Bukan, engkau miliki dunia
lalu engkau ditundukkan oleh dunia itu sehingga engkau menuruti kerendahankerendahannya."

Allah Taala berfirman dalam surah Al-Qashash ayat 77:




Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya. Dan


beramallah untuk akhiratmu, seolah-olah kamu akan mati besok (H.R. Baihaqi).
Jadi, kita dapat menyimpulkan bahwa, janganlah kita hanya mencari urusan
duniawi saja karena dunia ini hanya sementara, diibaratkan kita hanya menumpang.
Kehidupan yang abadi adalah kehidupan di akhirat. Jadi carilah urusan dunia untuk
kepentingan akhirat

H. Karakteristik Agama Islam : Berlaku Universal


Islam adalah agama universal, meliput iuniversalitas sasaran dan universalitas
ajaran atau konsep.
A. Universalitas Sasaran
Islam berlaku bagi seluruh manusia di semua tempat dan segala zaman.
Berbeda dengan para Nabi dan Rasul sebelumnya yang diutus membawa ajaran Allah
SWT untuk kaum/bangsa dan masa tertentu (misalnya Nabi Shaleh untuk Kaum
Tsamud (Q.S. 27:45) dan Nabi Isa untuk Bani Israil (Q.S. 61:6). Nabi Muhammad
SAW diutus bukan untuk kaum tertentu, melainkan untuk seluruh umat manusia dan
berlaku sepanjang masa.
"Katakankah (Muhammad): Hai sekalian manusia, sesungguhnya aku
(Muhammad) adalah utusan Allah untuk kalian semua..." (Q.S. 7:158)

"Dan tidaklah Kami mengutusmu (Muhammad) kecuali untuk menjadi rahmat


bagi alam semesta. (Q.S. 21:107)
"Dan tidaklah Kami mengutusmu (Muhammad) kecuali untuk menjadi Rasul
bagi seluruh manusia, membawa kabar gembira dan member peringatan, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Q.S. 34:28)
Contoh keuniversalan Islam antara lain tercermin dari ilmu-ilmu yang
dikembangkan para ulama Islam pada Zaman Klasik (abad VIII-XIII M). Mereka
tidak hanya mengembangkan ilmu-ilmu seperti tafsir, hadits, fiqih, tauhid,
dantasawuf, tetapi juga mengembangkan ilmu-ilmu keduniaan seperti ilmu
kedokteran, matematika, astronomi, kimia, dan sebagainya.
Tidak heran, jika seorang orientalis kondang, H.A.R Gibb, mengatakan, "Islam
is indeed much more than a system of teology, it is a complete civilization" (Islam
benar-benar lebih dari sekadar sebuah system ketuhanan, ia adalah sebuah peradaban
yang lengkap). Hal senada dikemukakan seorang pengamat Barat, G.H. Jansen[2].
Menurutnya, Islam bukanlahs ekadar agama, tetapi suatu cara hidup total mencakup
agamawi dan duniawi. Islam itu suatu system keyakinan dan system peribadatan. Ia
adalah suatu system hukum yang luas dan menyeluruh. Karena itulah, kreativitas dan
kebebasan berpikir sangat dihargai oleh Islam. Islam menyuruh umatnya
memaksimalkan potensi berpikir manusia (akal) untuk memahami dan menjabarkan
ajaran-ajaran Allah SWT yang tercantum dalam Al-Quran (Q.S. Az-Zumar:17-18, AlBaqarah:170).
Karena sifatnya yang universal, yang dengan demikian ajarannya mencakup
seluruh bidang kehidupan manusia, Islam sama sekali menolak paham sekularisme.
Dalam Islam tidak ada pemisahan antara urusan agama dan urusan politik seperti
direkomendasikan kaum sekularis.

I. Karakteristik Agama Islam : Tauhid


Definisi
Islam didasarkan pada tauhid (ke-esaan Tuhan. Kata tauhid adalah konsep
dalam Islam yang mempertegas keesaan Allah, atau mengakui bahwa tidak ada
sesuatu pun yang setara dengan Dzat, Sifat, dan Asma Allah. Tauhid dapat dipecah

dalam 3 aspek, yakni bertauhid dalam kekuasaan Tuhan (rububiyyah), ibadah


(uluhiyyah), dan dalam nama dan sifat Allah (Asma wa Sifat).
Dalil Al-Quran dan Sabda Rasullullah SAW.
Pada dasarnya Tuhan itu Esa, tidak ada Tuhan selain Allah seperti yang tersirat
dalam kalimat laa ilaaha illallah. Itu berarti manusia harus melepaskan segala sesuatu
yang

diibadahi

selain

Allah,

dan

seluruh

bentuk

ibadah

apapun.

Allah berfirman,
Dan sesungguhnya, Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan), Beribadahlah (menyembahlah) kepada Allah (saja), dan jauhilah
tagut.
(Q.s. An-Nahl [16]:36)
Tidak hanya itu, Islam diturunkan untuk meluruskan pemahaman agamaagama sebelumnya yang telah terkontaminasi oleh pemikiran-pemikiran yang
menyesatkan. Dan mengkritik keras pemikiran yang menganggap Tuhan itu memiliki
anak, karena hal itu sangat bertentangan dengan ajaran tauhid. Perlu diketahui pula,
bahwa ajaran Islam tidak pernah berubah dari satu masa ke masa yang lain yaitu
aqidah tauhid yakni kepercayaan bahwa sesungguhnya Allah SWT itu adalah Tuhan
Yang Maha Esa dan Maha Kuasa.
Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku. [Adz-Dzaariyaat: 56]
Konsep awal dari tauhid adalah menempatkan Allah sebagai Rabb. Allah telah
menciptakan alam semesta sebagai khaliq (pencipta), dan kita adalah makhluk (yang
diciptakan). Sehingga, manusia harus tunduk pada penciptanya. Konsep ini
merupakan konsep paling pokok dalam aqidah, sehingga jika seseorang belum
mengimani hal ini, ia tidak dapat dianggap sebagai seorang muslim yang lurus.
Akan tetapi, konsep tauhid dalam tataran yang lebih luas tidak cukup hanya
dengan membenarkan bahwa Allah itu Maha Esa. Tauhid sejatinya memerlukan
manifestasi dalam realitas empiris. Jika tauhid kita artikan peng-esakan tuhan, maka
pengakuan kita bahwa tuhan hanya ada satu dan artinya kita hanya harus fokus pada
satu tuhan, tidak lebih dan tidak kurang, dan tidak lain hanyalah Allah SWT. Salah
satu aplikasi sosialnya adalah tidak adanya peramal atau dukun, artinya kita hanya
percaya pada Allah yang bisa memberikan pertolongan, bukan dukun atau peramal.

Makna lain dari Tauhid adalah kesetiaan dan ketaatan kita terhadap Tuhan.
Kita bertauhid berarti kita mengikat diri dengan kita kepda Tuhan, janji untuk taat
terhadap segala aturan yang Dia berikan. Kita tidak bisa dikatakan sebagai orang yang
bertauhid ketika kita melanggar janji kita dengan Tuhan, ketika kita mengingkari
perintahny, meskipun kita tetap percaya dan teguh bahwa Tuhan itu Esa. Artinya,
tidak cukup dengan mengesakan Tuhan tanpa melakukan ibadah-ibadah yang
diperintahkanNya, baik ibadah spiritual maupun sosial.

Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, kita dapat menjadikan tauhid sebagai landasan dalam
kehidupan seorang muslim. Sudah dijelaskan pula bahwa peranan sosial tauhid
sangatlah penting. Maka dari itu baiknya kita mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari sehingga kita dapat menjadi manusia yang tentram dan bahagia di dunia
maupun di akhirat.

J. Karakteristik Agama Islam : Menciptakan Rahmat

Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam. (QS 21: 107).
Ayat di atas sering dijadikan hujjah bahwa Islam adalah agama rahmat. Itu
benar. Rahmat Islam itu luas, seluas dan seluwes ajaran Islam itu sendiri. Itu pun juga
pemahaman yang benar. Sebagian orang secara sengaja (karena ada maksud buruk)
ataupun tidak sengaja (karena pemahaman Islamnya yang tidak dalam), sering
memaknai ayat tersebut diatas secara menyimpang. Mereka ini mengartikan rahmat
Islam harus tercermin dalam suasana sosial yang sejuk, dan damai.
Islam sebagai rahmat bagi alam semesta adalah tujuan bukan proses. Artinya
untuk menjadi rahmat bagi alam semesta bisa jadi umat Islam harus melalui beberapa
ujian, kesulitan atau peperangan seperti di zaman Rasulullah. Walau tidak selalu harus
melalui langkah sulit apalagi perang, namun sejarah manapun selalu mengatakan
kedamaian dan kesejukan selalu didapatkan dengan perjuangan.

Allah SWT berfirman,


Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara
keseluruhannya. Dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu, (QS al-Baqarah: 208)
Ada banyak dimensi dari universalitas ajaran Islam. Di antaranya adalah,
dimensi rahmat. Rahmat Allah yang bernama Islam meliputi seluruh dimensi
kehidupan manusia. Allah telah mengutus Rasul-Nya sebagai rahmat bagi seluruh
manusia agar mereka mengambil petunjuk Allah. Dan tidak akan mendapatkan
petunjuk-Nya, kecuali mereka yang bersungguh-sungguh mencari keridhaan- Nya
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benarbenar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya
Allah benar-benar beserta orangorang yang berbuat baik, (QS al-Ankabuut: 69).

K. Islam adalah Jalan Kebenaran


Mengenal jalan kebenaran yang satu
Jika Anda ingin tahu apa itu jalan kebenaran yang hanya ada satu tersebut?
Jawabannya adalah jalan yang pernah ditempuh Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
itulah satu-satunya jalan yang bisa mengantarkan seorang hamba kepada Allah Azza
wa Jalla. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah pernah menjelaskan bahayanya tidak
mengetahui jalan kebenaran ini, beliau mengatakan,
Ketidaktahuan terhadap jalan kebenaran ini dan rintangan-rintangannya,
serta tidak memahami maksud dan tujuannya, akan menghasilkan kepayahan yang
sangat, disamping itu faedah yang didapatkanpun sedikit (Sittu Duror, hal. 54).
Karena begitu pentingnya mengenal jalan kebenaran tersebut, maka mari kita
mempelajari jalan kebenaran yang hanya ada satu itu, yang semua kaum muslimin
mensepakatinya.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah menjelaskan jalan yang lurus tersebut
dalam sabda beliau shallallahu alaihi wa sallam, Aku tinggalkan untuk kalian
sesuatu.Jika kalian berpegang teguh kepadanya, kalian tidak akan sesat selama-

lamanya, yaitu Kitab Allah dan Sunnahku (Diriwayatkan Imam Malik dan yang
lainnya, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani).
Ya, jalan kebenaran yang hanya satu itu adalah jalan Kitabullah dan sunnah
Rasul-Nya shallallahu

alaihi

wa

sallam, keduanya

adalah

jalan

yang

lurus. Sebagaimana dijelaskan oleh Abdullah bin Masud Radhiyallahu anhu,


Jalan yang lurus, yaitu jalan yang ditinggalkan Rasulullah untuk
kami (Atsar shahih, dikeluarkan Ath Thabari dan yang lainnya)
Dalil Al-Quran adalah jalan yang lurus
Allah Taala berfirman:
Mereka berkata: Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan
Kitab (Al-Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitabkitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang
lurus (Al-Ahqaaf: 30).
Dalil As-Sunnah adalah jalan yang lurus
Allah Taala berfirman:
Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang
lurus (Asy-Syuuraa: 52).
Dengan demikian Al-Quran dan As-Sunnah adalah jalan yang lurus, inilah
satu-satunya jalan kebenaran, keduanya hakikatnya adalah satu kesatuan, sama-sama
wahyu Allah Taala.
Kesimpulan
1. Jalan kebenaran hanya satu, yaitu jalan Al-Quran dan As-Sunnah. Karena
keduanya sama-sama dari Allah dan fungsi As-Sunnah menjelaskan Al-Quran dan
merinci yang global darinya, maka hakikat keduanya merupakan satu kesatuan,
satu jalan kebenaran.
2. Al-Quran dan As-Sunnah adalah jalan yang lurus.
3. Kita wajib berpegang teguh dengan Al-Quran dan As-Sunnah.
Al-Quran dan As-Sunnah sama-sama sebagai sumber hukum Islam, karena keduanya
sama-sama sebagai wahyu Allah.

L. Islam Menjamin Kebebasan Manusia


Risalah Islam, dengan visi dan misinya, yaitu menebar rahmat ke seluruh
alam, telah terbukti memberikan jaminan hak-hak sejati kepada manusia. Prinsipprinsipnya dibangun dengan proses pemikiran jernih serta berlaku secara universal,
dengan pijakan yang kokoh, tetap, dan selaras dengan fitrah manusia.
Prinsip demikian bersumber dari Zat Yang mengetahui dan mengerti
betul karakteristik, kelebihan dan kekurangan manusia. Dialah Al-Khliq, Allah
Swt. Hanya Allahlah Yang mengetahui batasan dan koridor aturan yang akan
menjamin hak-hak dan kebahagiaan kepada manusia. Sebaliknya, Hak Asasi Manusia
(HAM) versi Barat yang lahir dari manusia yang serba lemah hanya akan mencabikcabik hak-hak dan nilai-nilai luhur manusia dalam kehidupan.
Pandangan Islam Tentang Kebebasan
Sekilas, kebebasan secara mutlak adalah sebuah kebaikan yang menjadi
idaman seluruh insan. Seolah dengan kebebasan melakukan apa saja yang diinginkan,
manusia

akan

menemukan

jatidiri

dan

kebahagiaan

yang

sesungguhnya. Artinya, ujung idealisme sebuah kebebasan pada prinsipnya bukan


kebebasan itu sendiri. Ada titik akhir yang dituju dan diinginkan, yakni sebuah
kebahagiaan. Di sinilah esensi sebuah kebebasan akan dipertaruhkan. Adakah arti
sebuah kebebasan jika hanya akan mengantarkan pada sebuah kesengsaraan
kehidupan? Akankah kita senantiasa menjujung tinggi makna suatu kebebasan saat
kebebasan tersebut pada akhirnya hanya akan menghancurkan sendi-sendi luhur
kehidupan? Karenanya, kebebasan bukanlah ide universal yang secara inheren akan
melahirkan kebaikan. Kebebasan harus dipandang secara jernih dengan sudut
pandang yang sahih. Dari situ kemudian kita bisa secara adil menakar dan memaknai
sebuah kebebasan.
Pada titik inilah Islam memberikan arti dan pandangan yang jernih dalam
menilai arti kebebasan. Tidak ada ruang dalam Islam untuk membebaskan diri secara
mutlak dan menyerahkan sumber inspirasi aturan kehidupan kepada manusia. Sebab,
manusia memang makhluk yang lemah dan serba kurang. Keadaannya sering hanya
akan membawa manusia ke jurang kenistaan dan kesengsaraan kehidupan.Karenanya,
dengan rahmatnya Allah Swt. memberikan aturan kehidupan itu kepada manusia.

Islam memandang bahwa seorang Muslim wajib terikat pada aturan Allah
Swt. Seorang Muslim wajib melakukan segala amal perbuatannya sesuai dengan
syariah Islam jika dia mau selamat dunia dan akhirat.
Apa saja yang Rasul bawa untuk kalian, ambillah. Apa saja yang dia larang atas
kalian, tinggalkanlah. (QS al-Hasyr [59]: 7).
Jaminan Islam Terhadap Hak-hak Manusia
Jaminan Islam terhadap hak-hak manusia selain telah teruji secara mendasar
dari kesahihan akidah yang memunculkannya, rangkaian kelengkapan dan keakuratan
sistem Islam yang dibangunnya mengarahkan aturan ini menjadi satu-satunya
alternatif bagi jaminan sejati hak-hak manusia. Jaminan hak-hak tersebut terangkai
mulai dari prinsip dasar semisal jaminan dalam berakidah sampai pada kebutuhan
pokok individu dalam sebuah masyarakat.
Al-Quran menyebutkan, tidak ada paksaan dalam memasuki agama Islam.
Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk menentukan akidah mana yang
akan diambilnya. Prinsip-prinsip akidah Islam sepenuhnya dapat dijangkau dengan
akal sehat, tanpa harus dipaksa, karena segalanya telah jelas. Ini adalah jaminan
kebebasan akal yang paling hakiki dan mendasar pada setiap insan. Hak akal secara
bebas diberikan Islam kepada manusia untuk menguji kebenaran ajaran yang
dianutnya. Lebih dari itu, ketika manusia memilih untuk memeluk selain Islam, hak
berkeyakinan ini tetap dijaga dengan baik. Mereka (yang non-Muslim) dibolehkan
untuk menjalankan ibadah, berpakaian, makan dan minum berdasarkan keyakinan
yang dianutnya. Akan tetapi, persoalannya akan lain ketika seseorang telah memeluk
Islam. Persoalan ibadah, makan dan minum bukan lagi persoalan dipaksa atau tidak.
Persoalannya di sini adalah Islam merupakan sistem yang lengkap, yang
mengharuskan segala konsekuensi, agar seorang Muslim benar-benar menjadi
Mukmin yang bertakwa, bukan Muslim yang asal-asalan. Adalah wajar jika Islam
memiliki metode yang khas dalam menjaga keberislaman seseorang. Ini adalah lazim
dalam sebuah sistem kehidupan. Karenanya, jelas seorang Muslim dipaksa untuk
tunduk dan patuh pada syariah Islam. Allah Swt. berfirman:
Tidaklah patut bagi laki-laki Mukmin, tidak pula bagi wanita Mukmin, jika
Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka
pilihan yang lain tentang urusan mereka. Siapa saja yang mendurhakai Allah dan

Rasul-Nya, sesungguhnya dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata. (QS alAhzab [33]: 36).
Terkait dengan hak-hak dasar/pokok (al-hajt al-asasiyah) tiap individu dan
seluruh rakyat, baik Muslim maupun non-Muslim, baik mayoritas ataupun minoritas,
negara menjamin hak-hak mereka. Negara menjamin secara penuh sandang, pangan,
papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan seluruh warganya; tanpa memandang
etnis, asal-usul, keyakinan dan karakter pluralitas masyarakat lainnya. Selama mereka
menjadi warga Negara Islam, kebutuhan pokok mereka dijamin oleh negara. Keadaan
ini merupakan implementasi dari peran negara, yang dijalankan oleh Khalifah,
sebagai penanggung jawab (rin) terhadap warga negaranya. Rasulullah saw.
bersabda:
Imam

(kepala

negara)

adalah

pemimpin.

Dia

akan

dimintai

pertanggungjawaban terhadap kondisi warga negara yang dipimpinnya. (HR alBukhari dan Muslim).
Kesimpulan
Islam adalah ajaran yang sesuai dengan akal dan fitrah manusia; untuk
kebaikan manusia itu sendiri. Ajarannya lahir dari wahyu, bersifat tetap dan
kokoh, universal, tak lapuk dan tak usang dengan berputarnya roda kehidupan.
Garansi perlindungannya terhadap hak-hak fitrah manusia pun tidak perlu diragukan.
Sebaliknya, terhempas dan tercerabutnya hak-hak dasar manusia yang dipampangkan
oleh sistem Kapitalis saat ini menjadi bukti nyata absurd-nya nilai-nilai kebebasan
dan HAM yang mereka junjung. Nyatanya, prinsip tersebut hanya menodai hak-hak
manusia dan mencerabut nilai-nilai luhur kehidupan bermasyarakat.

M. Islam itu Menghormati Sesama Manusia


Akhlak terhadap Sesama Manusia dalam Islam Banyak sekali rincian yang
dikemukakan Al-Quran berkaitan dengan perlakuan terhadap sesama manusia.
Firman Allah SWT dalam Surah Al Baqarah 2 : 263

Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi
dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi
Maha Penyantun. (QS Al-Baqarah [2]: 263).
Di sisi lain Al-Quran menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukkan
secara wajar. Nabi Muhammad SAW misalnya dinyatakan sebagai manusia seperti
manusia yang lain.

Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah
penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan
itu (dengan yang serupa) . Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala
sesuatu. (QS An-Nisa [4]: 86).

Bahkan lebih tepat jika kita berbicara sesuai dengan keadaan dan kedudukan
mitra bicara, serta harus berisi perkataan yang benar,


Dan katakanlah perkataan yang benar (QS Al-Ahzab [33]: 70).

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka


(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencaricari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah
seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?
Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (QS Al-Hujurat
[49]: 12).

Yang melakukan kesalahan hendaknya dimaafkan. Pemaafan ini hendaknya


disertai dengan kesadaran bahwa yang memaafkan berpotensi pula melakukan
kesalahan. Karena itu, ketika Misthah seorang yang selalu dibantu oleh Abu Bakar
r.a. menyebarkan berita palsu tentang Aisyah, putrinya, Abu Bakar dan banyak orang
lain bersumpah untuk tidak lagi membantu Misthah. Sebagian dari ciri orang
bertakwa dijelaskan dalam Quran surat Ali Imran (3): 134,


(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan)
orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. QSt Ali Imran (3): 134

Dalam Al-Quran ditemukan anjuran, Anda hendaknya mendahulukan


kepentingan orang lain daripada kepentingan Anda sendiri.
Jika ada orang yang digelari gentleman yakni yang memiliki harga diri,
berucap benar, dan bersikap lemah lembut (terutama kepada wanita) seorang Muslim
yang mengikuti petunjuk-petunjuk akhlak Al-Quran tidak hanya pantas bergelar
demikian, melainkan lebih dari itu, dan orang demikian dalam bahasa Al-Quran
disebut al-muhsin.

N. Islam Agama yang Perhatian pada Alam


Yang dimaksu dalam di sini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar
manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa.
Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Quran terhadap alam bersumber dari fungsi
manusia sebagai khalifah.
Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya
dan manusia

terhadap

pemeliharaan, serta
penciptaannya.

alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman,

pembimbingan, agar

setiap

makhluk

mencapai tujuan

Allah menciptakan lingkungan semesta alam yang indah, damai, manfaat,


yang diatur manusia. Merupakan kewajiban penting bagi manusia untuk memelihara
habitat atau lingkungan semesta alam. Sebagaimana pentingnya menyeru manusia
supaya berpikir tentang ayat-ayat Allah Taala akan kejadian alam semesta, yang
diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Allah Taalaberfirman, Maka
apakahmerekatidakmelihatakanlangit yang ada di atasmereka, bagaimana Kami
meninggikannyadanmenghiasinyadanlangititutidakmempunyairetak-retaksedikitpun.
Dan Kami hamparkanbumiitudan Kami letakkanpadanyagunung-gunung yang
kokohdan

Kami

tumbuhkanpadanyasegalamacamtanaman

yang

indahdipandangmata. (Qaaf: 6-7)


Iniberartimanusiadituntutuntukmampumenghormati
sedangberjalan,

danterhadapsemua

proses

yang

proses-proses

yang

sedangterjadi.

Yang

demikianmengantarkanmanusiabertanggungjawab,
sehinggaiatidakmelakukanperusakan,

bahkandengan

kata

lain,

"Setiapperusakanterhadaplingkunganharusdinilaisebagaiperusakanpadadirimanusiasen
diri."
Binatang,

tumbuhan,

danbenda-bendatakbernyawasemuanyadiciptakanoleh

Allah SWT danmenjadimilik-Nya, sertasemuamemilikiketergantungankepada-Nya.


Keyakinaninimengantarkan sang Muslim untukmenyadaribahwasemuanyaadalah
"umat" Tuhan yang harusdiperlakukansecarawajardanbaik.
Jangankandalam masa damai, dalamsaatpeperangan pun terdapatpetunjuk AlQuran

yang

melarangmelakukanpenganiayaan.

Jangankanterhadapmanusiadanbinatang,
pun

terlarang,

bahkanmencabutataumenebangpepohonan

kecualikalauterpaksa,

tetapiitu

pun

harusseizin

Allah,

dalamartiharussejalandengantujuan-tujuanpenciptaandan demi kemaslahatanterbesar.


Apasaja yang kamutebangdaripohon (kurma) ataukamubiarkantumbuh, berdiri
di ataspokoknya, makaitusemuaadalahatasizin Allah ... (QS Al-Hasyr [59]: 5).
Bahwasemuanyaadalahmilik

Allah,

mengantarkanmanusiakepadakesadaranbahwaapa
dalamgenggamantangannya,

tidak

harusdipertanggungjawabkan.
setiapanginsepoi

yang

pun

lain

"Setiapjengkaltanah

berhembus

di

udara,

yang

berada

kecualiamanat
yang

terhampar

di
yang

di

bumi,

dansetiapteteshujan

yang

tercurahdarilangitakandimintakanpertanggungjawabanmanusiamenyangkutpemelihara

andanpemanfatannya", demikiankandunganpenjelasanNabi saw tentangfirman-Nya


dalam Al-Quran surat At-Takatsur (102): 8 yang berbunyi,
"Kamusekalianpastiakandimintauntukmempertanggungjawabkannikmat (yang
kamuperoleh)."
Iniberartibahwaalamrayatelahditundukkan

Allah

untukmanusia.

Manusiadapatmemanfaatkannyadengansebaik-baiknya. Namunpadasaat yang sama,


manusiatidakbolehtundukdanmerendahkandirikepadasegalasesuatu
telahdirendahkan

Allah

untuknya,

berapa

pun

yang

hargabenda-bendaitu.

Iatidakbolehdiperbudakolehbenda-bendaitu.
Manusiadalamhalinidituntutuntukselalumengingat-ingat, bahwaiabolehmeraihapa pun
asalkan

yang

diraihnyasertacarameraihnyadiridhoi

Allah

SWT,

sesuaidengankaidahkebenarandankeadilan.

O. Islam dan Pengakuan Hak Individu


Hak asasi manusia atau biasa disingkat HAM merupakan sebuah hal yang
menjadi keharusan dari sebuah negara untuk menjaminnya dalam konstitusinya.
Dalam Islam, konsep mengenai HAM sebenarnya telah mempunyai tempat
tersendiri dalam pemikiran Islam. Perkembangan wacana demokrasi dengan Islam
sebenarnya yang telah mendorong adanya wacana HAM dalam Islam. Karena dalam
demokrasi, pengakuan terhadap hak asasi manusia mendapat tempat yang spesial.
Berbagai macam pemikiran tentang demokrasi dapat dengan mudah kita temukan
didalamnya konsep tentang penegakan HAM.
Bahkan HAM dalam Islam telah dibicarakan sejak empat belas tahun yang lalu
(Anas Urbaningrum, 2004;91). Fakta ini mematahkan bahwa Islam tidak memiliki
konsep tentang pengakuan HAM. berangkat dari itu makalah ini akan mencoba
memberikan sedikit penerangan mengenai wacana HAM dalam Islam.
Hak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian yang
umum dikenal. Sebab seluruh hak merupakan kewajiban bagi negara maupun individu
yang tidak boleh diabaikan. Rasulullah saw pernah bersabda: Sesungguhnya
darahmu, hartamu dan kehormatanmu haram atas kamu. (HR. Bukhari dan
Muslim). Maka negara bukan saja menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi ini,
melainkan mempunyai kewajiban memberikan dan menjamin hak-hak ini.

Sebagai contoh, negara berkewajiban menjamin perlindungan sosial bagi


setiap individu tanpa ada perbedaan jenis kelamin, tidak juga perbedaan muslim dan
non-muslim. Islam tidak hanya menjadikan itu kewajiban negara, melainkan negara
diperintahkan untuk berperang demi melindungi hak-hak ini. Dari sinilah kaum
muslimin di bawah Abu Bakar memerangi orang-orang yang tidak mau membayar
zakat.
Negara juga menjamin tidak ada pelanggaran terhadap hak-hak ini dari pihak
individu. Sebab pemerintah mempunyai tuga sosial yang apabila tidak dilaksanakan
berarti tidak berhak untuk tetap memerintah. Allah berfirman:
Yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukannya di muka bumi,
niscaya mereka menegakkan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat maruf dan
mencegah perbuatan munkar. Dan kepada Allah-lah kembali semua urusan. (QS AlHajj, 22: 4)
Jaminan Hak Pribadi
Jaminan pertama hak-hak pribadi dalam sejarah umat manusia adalah
dijelaskan Al-Quran:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang
bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya
Yang demikian itu lebih baik bagi kalian, agar kalian (selalu) ingat. Jika kalian tidak
menemui seseorang di dalamnya, maka janganlah kalian masuk sebelum kalian
mendapat izin. Dan jika dikatakan kepada kalian, "Kembali (saja)lah?, "maka
hendaklah kalian kembali. Itu lebih bersih bagi kalian dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kalian kerjakan" (QS an-Nur, 24: 27-28)
Dalam menjelaskan ayat ini, Ibnu Hanbal dalam Syarah Tsulatsiyah Musnad
Imam Ahmad menjelaskan bahwa orang yang melihat melalui celah-celah ointu atau
melalui lubang tembok atau sejenisnya selain membuka pintu, lalu tuan rumah
melempar atau memukul hingga mencederai matanya, maka tidak ada hukuman
apapun baginya, walaupun ia mampu membayar denda.
Jika mencari aib orang dilarang kepada individu, maka itu dilarang pula
kepada negara. Penguasa tidak dibenarkan mencari-cari kesalahan rakyat atau
individu masyarakat. Rasulullah saw bersabda: Apabila pemimpin mencari
keraguan di tengah manusia, maka ia telah merusak mereka. Imam Nawawi dalam

Riyadus-Shalihin menceritakan ucapan Umar: Orang-orang dihukumi dengan


wahyu pada masa rasulullah saw. Akan tetapi wahyu telah terhenti. Oleh karenanya
kami hanya menghukumi apa yang kami lihat secara lahiriah dari amal perbuatan
kalian.
Muhammad Ad-Daghmi dalam At-Tajassus wa Ahkamuhu fi Syariah
Islamiyah mengungkapkan bahwa para ulama berpendapat bahwa tindakan penguasa
mencari-cari kesalahan untuk mengungkap kasus kejahatan dan kemunkaran,
menggugurkan upayanya dalam mengungkap kemunkaran itu. Para ulama
menetapkan bahwa pengungkapan kemunkaran bukan hasil dari upaya mencari-cari
kesalahan yang dilarang agama.
Perbuatan mencari-cari kesalahan sudah dilakukan manakala muhtasib telah
berupaya menyelidiki gejala-gejala kemunkaran pada diri seseorang, atau dia telah
berupaya mencari-cari bukti yang mengarah kepada adanya perbuatan kemunkaran.
Para ulama menyatakan bahwa setiap kemunkaran yang berlum tampak buktibuktinya secara nyata, maka kemunkaran itu dianggap kemunkaran tertutup yang
tidak dibenarkan bagi pihak lain untuk mengungkapkannya. Jika tidak, maka upaya
pengungkapan ini termasuk tajassus yang dilarang agama.

Anda mungkin juga menyukai