Anda di halaman 1dari 15

1.

Pertumbuhan dan Perkembangan Lumut


Lumut mengalami siklus hidup diplobiontik dengan pergantian generasi
heteromorfik. Kelompok tumbuhan ini menunjukkan pergiliran generasi gametofit dan
sporofit yang secara morfologi berbeda. Generasi yang dominan adalah gametofit,
sementara sporofitnya secara permanen melekat dan tergantung pada gametofit. Generasi
sporofit selama hidupnya mendapat makanan dari gametofit. (Mishler et al., 2003). Pada
siklus hidup tumbuhan lumut, sporofit menghasilkan spora yang akan berkecambah
menjadi protonema. Selanjutnya dari protonema akan muncul gametofit. Generasi
gametofit mempunyai satu set kromosom (haploid) dan menghasilkan organ sex
(gametangium) yang disebut archegonium (betina) yang menghasilkan sel telur dan
antheredium (jantan) yang menghasilkan sperma berflagella (antherezoid dan
spermatozoid). Gametangium biasanya dilindungi oleh daun-daun khusus yang disebut
bract (daun pelindung) atau oleh tipe struktur pelindung lainnya (Mishler et al., 2003).
Gametangium jantan (antheredium) berbentuk bulat atau seperti gada, sedangkan
gametogonium betinanya (arkegonium) berbentuk seperti botol dengan bagian lebar
disebut perut dan bagian yang sempit disebut leher. Gametangia jantan dan betina dapat
dihasilkan pada tanaman yang sama (monoceous) atau pada tanaman berbeda (dioceous)
(Gradstein, 2003).

Fertilisasi sel telur oleh antherezoid menghasilkan zigot dengan dua set
kromosom (diploid). Zigot merupakan awal generasi sporofit. Selanjutnya pembelahan
zigot membentuk sporofit dewasa yang terdiri dari kaki sebagai pelekat pada gametofit,
seta atau tangkai dan kapsul (sporangium) di bagian ujungnya.Kapsul merupakan tempat
dihasilkannya spora melalui meiosis. Setelah spora masak dan dibebaskan dari dalam
kapsul berarti satu siklus hidup telah lengkap (Hasan dan Ariyanti, 2004).

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Mangga


A. Biji
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan mangga dimulai sejak perkecambahan
biji. Kecambah kemudian berkembang menjadi tumbuhan kecil yang sempurna.
Setelah tumbuh hingga mencapai ukuran dan usia tertentu, tumbuhan mangga akan
berkembang membentuk bunga dan buah atau biji sebagai alat perkembangbiakannya.
Pertumbuhan pada tumbuhan mangga terjadi di daerah meristematis (titik tumbuh),
yaitu bagian yang mengandung jaringan meristem. Jaringan ini terletak di ujung
batang, ujung akar, dan kambium. Aktivitas jaringan meristem yang terletak di ujung
batang/akar menghasilkan pola pertumbuhan yang berbeda bila dibandingkan dengan
jaringan meristem di kambium.
a. Pengolahan tanah
1.
2.
3.
4.

Tanah diolah dengan kedalaman 30 40 cm


Dibuat bedengan lebar 1,5 meter dan panjang menurut kebutuhan
40 cmJarak antara bedengan diberi parit
Sebelum tanam tanah dihancurkan dengan baik menggunakan cangkul,
sekaligus pemberian pupuk kandang dan pupuk dasar secara merata pada
bedengan.

b. Menyiapkan pelok (biji mangga)


Pelok yang sudah disiapkan yaitu telah dipisahkan dari daging buah dan kulit biji,
diletakkan ditempat teduh jangan sampai kena sinar matahari langsung. Batas waktu
kekuatan tumbuh pelok yang belum dihilangkan kulit bijinya paling lama 3 minggu.
c. Tanam pelok
Sebelum pelok atau biji mangga ditanam terlebih dahulu bedengan diairi melalui
saluran / parit antar bedengan sehingga keadaan tanah hancur dan berlumpur. Hal ini
dimaksudkan agar pelok yang telah dikupas kulitnya mudah dibenamkan ke dalam

tanah dengan jarak tanam 20 x 40 cm. Biji mangga ditanam dengan bagian perut
dibawah pada kedalaman setebal pelok secara tengkurap. Hal ini dimaksudkan agar
pertumbuhan akar dan batang tidak bengkok. Sekaligus dilakukan penanaman biji
turi pada tengah bedengan dengan jarak tanam 1,5 m yang berguna sebagai pohon 3
cm agarnaungan. Selanjutnya bedengan ditutup dengan jerami setebal
kelembaban tanah dapat terkendali. Biji mangga yang telah ditanam akan tumbuh
sekitar 15 sampai dengan 20 hari setelah tanam.
d. Pemeliharaan batang bawah ( Zailling )
Pelok yang sudah tumbuh perlu dilakukan pemeliharaan karena salah satu
keberhasilan pelaksanaan grafting ditentukan oleh baik dan tidaknya kondisi
tanaman batang bawah, pemeliharaan batang bawah meliputi :
-

Mengairi, disesuaikan dengan keadaan lahan


Menyiangi, rumput yang tumbuh dibedengan, disiangi setelah zailling berumur
kurang lebih 2 bulan.
Pupuk dasar diberikan sehari atau bersamaan tanam biji mangga dengan cara
disebar secara merata pada bedengan kemudian dicangkul agar pupuk tersebut
masuk kedalam tanah. Selanjutnya zailling tumbuh berumur 22,5 bulan (setelah
penyiangan) diberikan pupuk Urea dengan dosis 3 5 gram/pohon.
Penjarangan zailling dan penyulaman
Penggarpuan
Penggarpuan ringan ( dangkal ) dilaksanakan pada saat zailling berumur kurang
lebih 4 bulan dan diulang 2 atau 3 bulan sekali supaya pernapasan akar dapat
terjamin. Pekerjaan ini berlangsung dari tanaman masih berupa zailling sampai
tanaman sudah digrafting dilapangan.
Pemeliharaan pohon naungan
Dilakukan mulai dari tanam biji mangga sampai proses grafting selesai. Pohon
naungan yang baik adalah turi ( Sesbania grandiflora ), sebab bintil-bintil
akarnya mengandung N ( nitrogen ) yang dibutuhkan tanaman. Setelah biji turi
tumbuh setinggi 50 cm maka tinggalkan satu pohon saja yang dipelihara.
Selanjutnya pohon turi tersebut terus diperjarang sesuai dengan keadaan sinar
matahari yang masuk ke bedengan. Penjarangan diusahakan berselang seling
untuk setiap baris.

B. Cangkok
Bahan yang dibutuhkan :
1. Sebilah Pisau. Pilih yang tajam dan tidak berkarat.
2. Tali (bisa tali plastik atau Tali bambu)

3. Plastik transparan atau sabut kelapayang nantinya akan digunakan untuk menutup
cangkokan.
4. Sejumlah Tanah. Usahakan Anda menggunakan tanah yang cenderung lembab
dan tentu subur.

Sedangkan langkah - langkah mencangkok pohon mangga adalah sebagai berikut :


1. Cari dahan yang ukurannya sedang-sedang saja, tidak besar namun juga tidak terlalu
kecil.
2. Beri jarak kurang lebih sekitar 10cm dari batang pohon.
3. Kelupas sekeliling kulit dahan pohon mangga indukan yang akan dicangkok dengan
panjang kupasan kurang lebih 5 cm
4. Setelah selesai dikupas, keriklah kambium pohon mangga dengan perlahan agar
kering.
5. Tutup kupasan dengan tanah yang lembab dan subur, lalu
6. Bungkus tanah dengan plastik, dan ikat kedua ujungnya agar tanah tidak terjatuh.
Secara berkala diperiksa perkembangan cangkokan tersebut. Apabila kering, segera
siram dengan cara membuka tali pengikat bagian atas cangkokan. Akar akan tumbuh
pada batang yang dikupas dan ditutupi dengan tanah yang subur setelah usia
cangkokan sekitar dua atau tiga minggu. Setelah akar cangkokan tersebut telah
cukup, potong hasil cangkokan dan segera tanam di tanah yang gembur dan subur.
C. Okulasi
Okulasi sering juga disebut dengan menempel, oculatie (Belanda) atau Budding
(Inggris). Cara memperbanyak tanaman dengan okulasi mempunyai kelebihan jika
dibandingkan setek dan cangkok. Kelebihannya adlah hasil okulasi mempunyai mutu
lebih baik daripada induknya. Bisa dikatakan demikian karena okulasi dilakukan pada
tanaman yang mempunyai perakaran yang baik dan tahan terhadap serangan hama
dan penyakit dipadukan dengan tanaman yang mempunyai rasa buah yang lezat,

tetapi mempunyai perakaran kurang baik. Tanaman yang mempunyai perakaran baik
digunakan sebagai batang bawah. Sedang tanaman yang mempunyai buah lezat
diambil mata tunasnya untuk ditempelkan pada batang bawah yang dikenal dengan
sebutan entres atau batang atas (Wudianto, 2002). Teknik okulasi yang pertama kali
dipersiapkan adalah pengambilan entres dari pohon induk dilakukan sehari sebelum
okulasi yaitu pada sore hari dimana kondisi lingkungan disekitarnya sedang cerah.
Cabang-cabang yang digunakan sebagai sumber entris dipotong dengan gunting stek
dengan jumlah mata tunas 5 buah per cabang. Potongan-potongan cabang sumber
entris diikat menjadi satu dengan tali dan dibalut dengan kertas koran. Kemudian
kumpulan cabang-cabang tadi diletakkan di tempat yang lembab. Beberapa jam
sebelum okulasi, cabang-cabang sumber entris diambil dari pohon induk. Pada saat
okulasi, entris diambil dari cabang sumber entris dengan menggunakan pisau okulasi.
Bentuk dari irisan tersebut adalah bulat (Yusran, 2011).
Langkah langkah okulasi adalah sebagai berikut.
1. Membuat sayatan melintang miring selebar kurang lebih 1 cm pada pohon pokok.
2. Melepaskan kulit batang bagian runcing sedikit dan dijepit antara pisau dengan
ibu jari, lalu ditarik ke bawah sepanjang kurang lebih 3 cm.
3. Memotong lidah kulit batang yang terbentuk kira-kira 2/3 bagian, sisanya
digunakan untuk menutup entres.
4. Mengambil entres dengan jalan sebagai berikut : pada 2 cm diatas mata entres
dikerat ke bawah dengan kayunya, panjang entres kira-kira 3 cm.
5. Memeriksa ada tidaknya mata tunas, mata entres kemudian dipasang. Diusahakan
bagian kulit batang dengan kulit mata temple menyambung dengan benar.
6. Mengikat tempelan entres yang telah dipasang, dan diusahakan mata temple tidak
terkena air dari luar.

D. Kultur jaringan
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan
adalah:
1) Pembuatan media : Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral,
vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula,
dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik
jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang
dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol

kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya
dengan autoklaf.
2) Inisiasi, adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan.
Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.
3) Sterilisasi, segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang
steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi
juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan
secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur
jaringan juga harus steril.
4) Multiplikasi : kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan
pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya
kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang
telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril
dengan suhu kamar.
5) Pengakaran : fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar
yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan
baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan
perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun
jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih
atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).
6) Aklimatisasi : kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke
bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan
memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan
serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap
serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan
lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit
dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.

3. Pertumbuhan dan Perkembangan Ikan Mas dengan Pemijahan

Memijahan ikan mas adalah kegiatan menyatukan induk jantan dan betina dalam
satu tempat. Penyatuan itu akan menimbulkan rangsangan bagi jantan untuk mendekati
betina, hingga betina terangsang untuk memijah, atau istilah umumnya kawin. Dari induk
betina akan keluar telur, dan dalam waktu yang sama dari induk jantan keluar sperma.
Dari kejadian itu, maka telur-telur akan dibuahi secara alami dalam air.
Tiga hal yang menjadi kunci keberhasilan pemijahan. Pertama, induk betina harus
betul-betul matang gonad, sehingga ketika jantan mendekati dapat dengan terangsang
untuk memijah. Selain itu, kualitas telur juga harus baik, sehingga dapat dibuahi dengan
sempurna.
Kedua, induk jantan tidak hanya matang kelamin, tapi juga telah matang gonad.
Artinya spermanya telah siap untuk mebuahi telur-telur dengan sempurna. Ketika
disatukan, dalam waktu yang singkat jantan terangsang untuk mendekati betina,
menciumi tubuh betina, mengejar-ngejar betina hingga lawan jenisnya itu turut
terangsang, dan terjadi pemijahan.
Ketiga, tempat pemijahan juga harus dapat memberikan rangsangan kepada
keduanya untuk memijah. Persiapan tempat pemijahan meliputi pengeringan, perbaikan
pematangan, atau pembersihan, penjemuran, dan pengairan, sera pemasangan hapa, dan
kakaban.
Selain persiapan kolam pemijahan, dua sarana pemijahan lainnya juga harus
disiapkan. Sarana itu berupa hapa, dan kakaban. Hapa adalah kantong yang dibuat kain
terilin berwarna putih, dengan ukuran panjang 4 m, lebar 3 m, dan tinggi 1 m. Hapa juga
bisa dibuat dari jaring dengan mess (lubang) kecil, lebih kecil dari diameter telur.
Kakaban adalah alat penempel telur. Bahan utamanya adalah ijuk yang sudah
disisir, atau dibersihkan. Ijuk yang sudah disisir dijepit dengan belahan bambu, atau kayu
yang diberi paku. Pada umumnya kakaban yang sering digunakan berukuran panjang 80
c, dan lebar 30 cm. Sebelum, atau sesudah digunakan, kakaban harus dibersihkan, dan
dijemur.
a.Pengeringan
Kolam pemijahan bisa berupa kolam tanah, bisa juga beton, itu sama saja. Namun
pada kedua jenis tempat itu, pengeringan harus tetap dilakukan, karena tujuan utamanya

adalah untuk merangsang induk-induk memijah, memperbaiki struktur tanah dasar,


pemberantasan hama, dan penyakit, serta mempermudah perbaikan pematang, pembuatan
kemalir, dan perataan tanah dasar.
b.Perbaikan pematang
Dua hari setelah pengeringan, atau selama penjemuran dilakukan perbaikan
pematang. Kegiatan ini mutlak dilakukan untuk kolam tanah, terutama kolam yang telah
berkali-kali digunakan. Karena selain oleh hempasan air, dan binatang, seperti kepiting,
pematang juga bisa rusak karena injakan kaki selama melakukan kegiatan.
Perbaikan pematang bertujuan agar kolam terbebas dari semua bocoran, baik
bocoran besar maupun kecil, sehingga apabila diisi air, ketinggiannya dapat
dipertahankan selama pemijahan. Kondisi ini sangat baik untuk induk, karena keadaan air
dapat dijaga agar tetap baik, oksigen dalam air tetap tinggi, dan induk dapat meijah
dengan baik, dengan tidak kekeringan.
c.Pemasangan hapa
Pemasangan hapa bisa dilakukan sebelum atau sesudah pengisian air. Bila
pemijahan di kolam tanah, maka hapa sebaiknya dipasang setelah pengisian air. Hapa
yang dipasang sebelum pengisian air bisa kotor dengan lumpur akibat aliran air yang
jatuh ke dasar kolam.
d.Pengisian air
Pengisian air dilakukan pada pagi hari. Caranya dengan menutup lubang pengeluaran
dengan paralon setinggi 50 60 cm, dan membuka lubang pemasukan. Pada awalnya, air
dibiarkan mengalir dengan debit besar kira-kira 2 liter/menit, tetapi bila air sudah
mencapai setengah bagian kolam, debit air dikurangi hingga kurang lebih 0,5 liter/detik.
Setelah penuh, untuk sementara lubang pemasukan ditutup, agar air tidak limpas keluar,
dan bau tanah juga tidak hilang.
e. Pemasangan kakaban
Pemasangan kakaban dilakukan setelah pemasangan hapa, dan pengisian air.
Namun sebelumnya harus disiapkan 4 buah batang bambu yang masing-masing
panjangnya 3 m, dan beberapa meter tali rapia. Keduanya merupakan alat bantu
meletakan kakaban. Dua hal penting yang harus diperhatikan, yaitu jumlah kakaban, dan
cara memasangnya.
Jumlah kakaban disesuaikan dengan berat induk betina. Kakaban memiliki dua
permukaan. Berbagai referensi menyebutkan, bahwa setiap kilogram induk betina
mengandung 100.000 telur. Untuk 100.000 telur, atau setiap kilogram induk betina
dibutuhkan 4 buah kakaban dengan panjang 80 cm, dan lebar 30 cm. Jadi untuk satu
induk betina yang beratnya 3 kg, membutuhkan kakaban sebanyak 12 buah. Selain
jumlah itu, disiapkan 2 4 buah kakaban lain sebagai cadangan. Kakaban dipasang

memanjang ke arah panjang hapa. Dari lebar hapa bisa dipasang dua deret, dimana satu
deretnya terdiri masing-masing 6 buah. Kakaban harus terendan 10 cm di bawah
permukaan air. Kakaban yang sudah dipasang tidak boleh bergerak sehingga masingmasing batang dipasang tali rapia yang diikatkan di tiang-tiang bambu lain yang
ditancapkan di pematang bila di kolam tanah, atau diikatkan di paku bila di kolam beton.
f.Penebaran induk
Induk jantan dan betina ditebar secara bersamaan. Penebarannya dilakukan kirakira pada pukul 14.00, atau setelah pemasangan kakaban. Jumlah induk betina yang
ditebar tergantung luas hapa. Untuk hapa dengan panjang 4 m, lebar 3 m, dan tinggi 1 m
dapat ditebar ekor. Jumlah induk jantan tergantung berat induk betina, dan berat induk
jantan. Namun karena induk jantan lebih kecil, maka jumlahnya pasti melebihi jumlah
induk betina, tetapi dalam beratnya sama. Jadi bila berat induk betina 3 kg, dan induk
jantan 750 gram, maka jumlah induk adalah 4 ekor.
g. Proses pemijahan
Setelah ditebar, induk-induk tidak langsung memijah. Secara alami ikan mas
punya waktu tersendiri untuk mijah, yaitu tengah malam, yang dimulai sejak pergantian
waktu sampai menjelang subuh. Terkadang ada juga yang setelah terbit matahari masih
memijah.
Dimulai dengan proses adaptasi diri pada lingkungan barunya. Baik jantan
maupun betina tidak melakukan reaksi. Namun setelah 5 6 jam, sekitar pukul 20.00
barulah jantan bereaksi dengan mendekati betina. Mulanya betina tak memperdulikan
ulah jantan, bahkan menjauhi. Namun jantan terus mendekatinya. Betina yang kabur
segera dihampiri lagi.
Begitulah pendekatan itu berkali-kali dilakukan jantan, hingga terjadi kejarkejaran. Menjelang tengah malam, betina mulai bereaksi dengan membiarkan jantan
mendekatinya. Kesempatan itu digunakan oleh jantan untuk menggesek-gesekan
tubuhnya ke tubuh betina, dilanjutkan dengan menciumi alat kelamin.
Tepat tengah malam, terjadi puncak perkawinan. Betina mengeluarkan telur,
dengan cara membalikan tubuh sambil menyemprotkan telur ke kakaban bagian bawah.
Pada saat yang sama jantan mengeluarkan sperma. Begitu, seterus proses itu terjadi
berulang hingga telurnya habis.
h.Pembalikan kakaban
Proses pemijahan terus berlangsung tanpa bisa dicegah, hingga pada bagian salah
satu permukaan kakaban, terutama bagian bawah penuh dengan telur, sedangkan bagian
lain masih kosong. Agar semua permukaan kakaban terisi dengan rata, maka kakaban
harus dibalik. Pembalikan kakaban dilakukan dengan cara menarik satu demi satu, lalu
memasang kembali pada bagian itu juga. Jadi tidak perlu harus membongkar semuanya,
karena sulit.

i.Penangkapan induk
Pemijahan biasanya selesai menjelang subuh. Selesai memijah induk-induk harus
ditangkap. Bila tidak, dapat mengganggu telur-telurnya, dengan cara memakannya
kembali. Namun induk-induk tidak perlu ditangkap pada saat itu, tetapi dibiarkan
beristirahat terlebih dahulu.
Selama masa istirahat, induk-induk tidak akan mengganggu telur, baru setelah 1
2 jam, setelah terbit matahari, barulah mulai mengganggu telur-telurnya. Pada saat
penangkapan induk, kakaban tidak perlu harus dikeluarkan, tetapi cukup digeser ke
bagian lain masih dalam kolam pemijahan.
4. Pertumbuhan dan Perkembangan Kucing secara Alami
Kucing berkembangbiak dengan cara melahirkan. Masa kehamilan atau gestasi
pada kucing berkisar 63 hari. Anak kucing terlahir buta dan tuli. Mata mereka baru
terbuka pada usia 8-10 hari. Anak kucing akan disapih oleh induknya pada usia 6-7
minggu dan kematangan seksual dicapai pada umur 10-15 bulan. Kucing dapat
mengandung 4 janin sekaligus karena rahimnya memiliki bentuk yang khusus dengan 4
bagian yang berbeda.
Kucing biasanya memiliki berat badan antara 2,5 hingga 7 kilogram dan jarang
melebihi 10 kg. Bila diberi makan berlebihan, kucing dapat mencapai berat badan 23 kg.
Tapi kondisi ini amat tidak sehat bagi kucing dan harus dihindari. Dalam penangkaran,
kucing dapat hidup selama 15 hingga 20 tahun, kucing tertua diketahui berusia 36 tahun.
Kucing peliharaan yang tidak diperbolehkan keluar rumah dan disterilkan dapat hidup
lebih lama (mengurangi risiko perkelahian dan kecelakaan). Kucing liar yang hidup di
lingkungan urban modern hanya hidup selama 2 tahun atau bahkan kurang dari itu.

5. Pertumbuhan dan Perkembangan Kambing

1. Dewasa
Kambing sudah mencapai dewasa kelamin pada umur 812 bulan, tetapi sebaiknya jangan
dikawinkan dulu karena hal ini akan menyebabkan anak yang dilahirkan kurang sempurna (sakitsakitan, pertumbuhan kurang baik dan sebagainya). Waktu yang baik untuk mengawinkan
pertama kali adalah pada umur 1820 bulan, karena pada umur tersebut kambing sudah
mencapai dewasa tubuh dan dewasa kelamin.
2. Masa Kehamilan dan Kemampuan Beranak
Setelah terjadi pembuahan di dalam induk betina, embrio menngalami pertumbuhan. Masa
bunting pada kambing adalah sekitar 151 hari (5 bulan), sehingga dengan tata laksana yang baik
diharapkan kambing dapat beranak setiap 79 bulan sekali. Jumlah anak yang dapat dilahirkan
rata-rata 12 ekor, kadang-kadang dapat pula lebih dari 2 ekor. Bila ada kambing yang beranak
lebih dari 2 ekor, sebaik nya anak ketiga disusukan kepada induk kambing yang sedang
menyusui dan mempunyai anak hanya seekor.Kambing berkembang biak dengan melahirkan.
Kambing bisa melahirkan dua hingga tiga ekor anak.
3. Saat tepat untuk perkawinan
Waktu yang tepat untuk mengawinkan seekor kambing betina adalah saat birahi. Dalam keadaan
tidak berahi kambing betina tidak mau dikawini/dikawinkan, oleh karena itu perlu diketahui
tanda tanda berahi yaitu :
- Tidak tenang dan terus terusan mengembik.
- Ekor dikipas-kipaskan, menggosok-gosokan badan ke dinding.
- Sering kencing.

Bibir alat kelamin sedikit membengkak, hangat dan keluar lendir agak kemerahan.
Nafsu makan berkurang
Diam bila dinaiki pejantan.

Lama birahi pada ternak kambing rata-rata 30 jam. Waktu mengawinkan yang tepat adalah 12-18
jam setelah terlihat tanda-tanda birahi, untuk memudahkan proses kawin dan mengurangi resiko
kegagalan, maka kambing betina dan pejantan dikandangkan dalam satu kandang, hindarkan
terjadinya perkawainan antara saudara, anak dengan bapak dan induk dengan anak. Siklus birahi
pada kambing betina rata-rata 20 hari, artinya setiap 20 hari kambing betina akan mengalami
masa berahi. Siklus berahi ini tidak terjadi kalau kambing sedang bunting.
4. Kelahiran dan Menyusui
Kambing yang akan melahirkan nampak gelisah, menggaruk-garuk tanah/lantai kandang,
mengembik, pinggul mengendur, ambing sangat besar dan bila dipecet keluar cairan (kolostrum),
alat kelamin membengkak dan nafsu makan turun. Kambing akan menysusi selama 2,5 3
bulan, pada sistem peternakan tradisional dapat sampai 5-6 bulan.
Pertumbuhan dan perkembangan kambing secara kultur jaringan
Kultur jaringan biasanya digunakan pada tumbuhan, namun pemanfaatan bioteknologi untuk
hewan biasanya dikenal dengan teknik in vitro ataupun cloning. Diawali dengan proses
pengambilan sel telur indukan (media) kemudian sel telur tersebut dihilangkan nukleusnya (inti
sel). Hal ini dikarenakan, setiap informasi sifat individu ada di dalam inti sel. Setelah inti sel
dikeluarkan, diambillah sel sample dari makhluk (dari mana saja, misal kulit, telinga) yang ingin
dikloning dan kemudian dipisahkan antara nukleus dan badan selnya. Nukleus hasil pemisahan
tersebut ditanam ke dalam media (sel telur indukan). Selanjutnya, media dengan nukleus baru
tidak akan menjadi embrio (bakal makhluk baru) jika tidak dibuahi sperma. Tapi kalau dibuahi
oleh sperma, maka akan terjadi crossing DNA dan namanya bukan kloning berarti. Jadi,
bagaimana satu sel telur ini bisa secara individu menjadi sebuah embrio tanpa adanya crossing
DNA.

Di sini ada beberapa teknologi yang digunakan dan yg paling populer adalah memancarkan
radiasi nuklir ke media tersebut, sehingga terpicu untuk membelah diri dan menjadi embrio.
Setelah embrio tercipta, embrio ini ditanam dalam rahim media yang cocok pula, misal kloning
kambing yang di rahim kambing

DAFTAR PUSTAKA
Juknis Perbanyakan Benih Mangga . BBIH Diperta Prop. Jatim. 2006
. Khairuman, SP, Ir. Dodi Sudenda, MM, & Ir. Bambang Gunadi, M.Sc 2008Budi Daya Ikan
Mas Secara Intensif." Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Aryulina, Diah, dkk.. 2007. Biologi 2 SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Esis.
Istamar, Syamsuri, dkk. (2004). Biologi SMA X. Jakarta: Erlangga.
Gunawan, I.W. 1995. Teknik In vitro Dalam Hortikultura. Penerbit Swadaya: Jakarta
Hendaryono, D.P.S dan A. Wijayani. 1994. Teknik Kultur jaringan Perbanyakan
dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif. Kanisius: Yogyakarta

Tugas Biomedik Dasar

Pertumbuhan dan Perkembangan

Oleh :
ELFA YESI GIOVANI
25010113120133
B 2013

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
2013

Anda mungkin juga menyukai