Anda di halaman 1dari 15

Konsep IPTEKS Dalam Islam Dr. H.

Zamakhsyari, Lc, MA Konsep IPTEKS Dalam


Islam a. Pengertian IPTEKS Sains berarti ilmu pengetahuan. Pengetahuan adalah
segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan pancaindra, intuisi, dan
firasat. Ilmu merupakan pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi,
disistemisasi dan diinterpretasi sehingga menghasilkan kebenaran objektif, sudah
diuji kebenarannya, dan dapat diuji secara ilmiah. Kata teknologi merupakan produk
ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandang budaya, teknologi merupakan salah satu
unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Meskipun pada
dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik obyektif dan netral. Dan dalam situasi
tertentu teknologi tidak netral lagi karena memiliki potensi untuk merusak dan
potensi kekuasaan. Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kesejahteraan
bagi manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpanganketimpangan dalam kehidupan manusia. Netralitas teknologi dapat digunakan untuk
kemanfaatan sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia dan atau digunakan untuk
kehancuran manusia itu sendiri. Islam merupakan agama yang antara wahyu dan akal
sejalan, tetapi untuk agama lain antara wahyu dan akal bertentangan. Ada banyak
bukti bahwa al-Quran sejalan dengan science dan tekhnologi, antara lain; Ayat
tentang asal mula alam semesta dari kabut/nebula (QS 41/11) : Kemudian Dia
menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia
berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintahKu dengan suka hati atau terpaksa." Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka
hati." Ayat yang membedakan antara planet sebagai pemantul cahaya (nur/kaukab)
dengan matahari sebagai sumber cahaya (siraj) (QS 71/16). Artinya : Dan Allah
menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita
Ayat bahwa bumi ini bulat (kawwara-yukawwiru) dan melakukan rotasi (QS
39/5) Artinya : Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar;
Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan
menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang
ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Ayat
tentang akan sampainya manusia (astronaut) ke ruang angkasa dengan ilmu
pengetahuan (sulthan) (QS 55/33).: Hai kelompok jin dan manusia, jika kamu
sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak
dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan Ayat bahwa angin sebagai mediasi
dalam proses penyerbukan (pollen) tumbuhan (QS 15/22): Dan Kami telah
meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan
dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu
yang menyimpannya. Ayat tentang proses terjadinya air susu yang bermula dari

makanan (farts) lalu diserap oleh darah (dam) lalu ke kelenjar air susu (QS 16/66),
perlu dicatat bahwa peredaran darah baru ditemukan oleh Harvey 10 abad setelah
wafatnya nabi Muhammad SAW. Ayat bahwa zyangote dikokohkan tempatnya dalam
rahim (QS 22/5), dengan tumbuhnya villis yang seperti akar yang menempel pada
rahim. b. Syarat syarat Dan Sumber IPTEKS Ilmu lebih khusus dibandingkan
dengan pengetahuan. Suatu pengetahuan dapat dikategorikan sebagai ilmu apabila
memenuhi 3 unsur pokok berikut ini: (1) Ontologi artinya bidang studi yang
bersangkutan memiliki object studi yang jelas. Obyek studi sebuah ilmu ada dua yaitu
obyek material dan obyek formal. (2) Epistimologi artinya bidang studi yang
bersangkutan memiliki Aksiologi artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki
nilai metode kerja suatu bidang studi yaitu metode deduksi, induksi, eduksi guna atau
kemanfaatanya. Bidang studi tersebut dapat menunjukan nilai-nilai teoritis, hukumhukum, generalisasi, kecenderungan umum, konsep-konsep dan kesimpulankesimpulan logis, sistematis, dan koheren. (3) Dalam teori dan konsep tersebut tidak
terdapat kerancuan atau kesemerawutan pikiran, atau penentangan kontradiktif
diantara satu sama lain. Sehingga ilmu pengetahuan atau sains didefinisikan sebagai
himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui proses pengkajian dan
dapat diterima oleh ratio atau nalar (pengetahuan sistematis). Aqidah Islam harus
dijadikan basis segala konsep dan aplikasi iptek. Inilah paradigma Islam sebagaimana
yang telah dibawa oleh Rasulullah SAW. Paradigma Islam inilah yang seharusnya
diadopsi oleh kaum muslimin saat ini. Bukan paradigma sekuler. kini umat Islam
telah terjerumus dalam sikap mengekor Barat dalam segala-galanya; dalam
pandangan hidup, gaya hidup, termasuk dalam konsep ilmu pengetahuan.
Bercokolnya paradigma sekuler inilah yang bisa menjelaskan, mengapa di dalam
sistem pendidikan yang diikuti orang Islam, diajarkan system ekonomi kapitalis yang
pragmatis serta tidak kenal halal haram. Eksistensi paradigma sekuler itu menjelaskan
pula mengapa tetap diajarkan konsep pengetahuan yang bertentangan dengan
keimanan muslim. Paradigma sekuler harus diganti dengan paradigma Islam , dimana
Aqidah Islam dijadikan basis bagi bangunan ilmu pengetahuan manusia. Ini tidak
berarti konsep-konsep iptek harus bersumber dari Al-Qur`an dan Al-Hadits, tapi
maksudnya adalah konsep iptek harus distandardisasi benar salahnya dengan tolok
ukur Al-Qur`an dan Al-Hadits dan tidak boleh bertentangan dengan keduanya. Jika
kita menjadikan Aqidah Islam sebagai landasan iptek, bukan berarti bahwa ilmu
astronomi, geologi, agronomi, dan seterusnya, harus didasarkan pada ayat tertentu,
atau hadis tertentu. Kalau pun ada ayat atau hadis yang cocok dengan fakta sains, itu
adalah bukti keluasan ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu, bukan berarti konsep
iptek harus bersumber pada ayat atau hadis tertentu. Ada sekitar 750 ayat dalam Al-

Qur`an brkaitan dengan banyak disiplin ilmu. Ayat-ayat ini menunjukkan betapa
luasnya ilmu Allah sehingga meliputi segala sesuatu, dan menjadi tolok ukur
kesimpulan iptek, bukan berarti bahwa konsep iptek wajib didasarkan pada ayat-ayat
tertentu. Ringkasnya, Al-Qur`an dan Al-Hadits adalah standar (miqyas) iptek, dan
bukannya sumber (mashdar) iptek. Artinya, apa pun konsep iptek yang
dikembangkan, harus sesuai dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits, dan tidak boleh
bertentangan dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits itu. Jika suatu konsep iptek
bertentangan dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits, maka konsep itu berarti harus ditolak.
c. Integrasi Iman, Ilmu, dan Amal Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang
terintegrasi ke dalam suatu sistem yang disebut dinul Islam. Didalamnya ada 3 unsur
pokok, iman, ilmu dan amal sholeh. Dalam Qs ibrahim 24-25 dinyatakan:
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan
kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan
seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia
supaya mereka selalu ingat. keutuhan iman, ilmu dan amal digambarkan sebagai
sebuah pohon yang akarnya menghujam kuat ke bumi, batang menjulang tinggi, dan
mengeluarkan buah di tiap musimnya atas izin Allah. Allah mengumpamakan iman =
akar, ilmu = batang , dan akhlak = buah. Perbuatan baik seseorang tidak akan bernilai
amal saleh apabila perbuatan tersebut tidak dibangun diatas nilai-nilai iman dan ilmu
yang benar. Sama halnya pengembangan ipteks yang lepas dari keimanan dan
ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan
bagi umat manusia dan alam lingkungannya bahkan akan menjadi malapetaka bagi
kehidupannya sendiri. Manusia sebagai makhluk paling sempurna yang diciptakan
Allah, yaitu diciptakan dengan akal. Akal berfungsi untuk berfikir yang akhirnya
menghasilkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Ilmu yang dikembangkan atas
dasar keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT akan memberikan jaminan
kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia termasuk bagi lingkungannya. Allah
berjanji dalam Qs Al Mujadilah 11: Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan d. Tanggung jawab para
ilmuwan Ada dua fungsi utama manusia di dunia, yaitu 'abdun' dan khalifah Allah
dibumi. Esensi dari 'abdun' adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan kepada
kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi khalifah adalah tanggung jawab
terhadap diri sendiri dan alam lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun
lingkungan alam. Dalam kontek 'abdun', manusia menempati posisi sebagai ciptaan

Allah. Posisi ini memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan
patuh terhadap penciptanya. Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah
sebagai pencipta akan menghilangkan rasa syukur atas anugerah yang diberikan Sang
Pencipta berupa potensi yang sempurna yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya
yaitu potensi akal. Manusia diciptakan Allah dengan dua kecenderungan yaitu
kecenderungan kepada ketakwaan dan kecenderungan kepada dan kecenderungan
kepada perbuatan fasik. Dengan kedua kecenderungan tersebut Allah berikan
petunjuk berupa agama sebagai alat manusia untuk mengarahkan potensinya kepada
keimanan dan ketakwaan bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu
amarah. Untuk itu Allah berfirman "wahadainahu najdaini"."Aku tunjukan kamu dua
jalan". Akal memiliki kemampuan untuk memilih salah satu yang terbaik bagi
dirinya. Fungsi yang kedua sebagai Khalifah Allah di bumi, ia punya tanggung jawab
untuk menjaga alam. Manusia diberikan kebebasan untuk memanfaatkan
sumberdaya. Oleh karena itu perlu adanya ilmu dalam memanfaatkan sumberdaya
agar tetap terdapat keseimbangan dalam alam. Kerusakan alam lebih banyak
disebabkan karena ulah manusia sendiri. Sebagaimana firman Allah dalam Qs.Arrum
41: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Untuk
melaksanakan tanggung jawabnya, manusia diberikan keistimewaan berupa
kebebasan untuk berkreasi sekaligus menghadapkan dengan tuntutan kodratnya
sebagai makhluk psikofisik. Namun ia harus sadar akan keterbatasannya yang
menuntut ketaatan dan ketundukan terhadap aturan Allah, baik dalam konteks
ketaatan terhadap perintah beribadah secara langsung (fungsi sebagai abdun) maupun
konteks ketaatan terhadap sunatullah (fungsi sebagai khalifah). Perpaduan antara
tugas ibadah dan khalifah inilah yang akan mewujudkan manusia yang ideal yakni
manusia yang selamat dunia akherat Setelah kita mengetahui betapa tinggi perhatian
Islam terhadap ilmu pengetahuan dan betapa Allah SWT mewajibkan kepada kaum
muslimin untuk belajar dan terus belajar, maka Islampun telah mengatur dan
menggariskan kepada ummatnya agar mereka menjadi ummat yang terbaik (dalam
ilmu pengetahuan dan dalam segala hal) dan agar mereka tidak salah dan tersesat,
dengan memberikan bingkai sumber pengetahuan berdasarkan urutan kebenarannya
sebagai berikut : Al-Quran dan as-Sunnah. Allah SWT telah memerintahkan
hamba-Nya untuk menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai sumber pertama
ilmu pengetahuan. Hal ini dikarenakan keduanya adalah langsung dari sisi Allah
SWT dan dalam pengawasannya, sehingga terjaga dari kesalahan, dan terbebas dari

segala vested interest apapun, karena ia diturunkan dari Yang Maha Berilmu dan Yang
Maha Adil.

1. 1. 1 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah


memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan
kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
"PENDIDIKAN AGAMA ISLAM" yang berjudul MENYEIMBANGKAN
ANTARAIMAN, ILMU dan AMAL dalam ISLAM . Kemudian shalawat
beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang
telah memberikan pedoman hidup yakni al-Quran dan as-Sunnah untuk
keselamatan umat di dunia. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata
kuliah Pendidikan Agama Islam.Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi
dalam jangka waktu tertentu sehingga menghasilkan karya yang bisa
dipertanggungjawabkan hasilnya.Penulis mengucapkan terimakasih kepada
desen pembimbing dan pihak terkait yang telah membantu dalam menghadapi
berbagai hambatan dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa
banyak terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi yang membutuhkan. Terima kasih Jember,
07 Oktober 2013 Penulis
2. 2. 2 DAFTAR ISI JUDUL KATA
PENGANTAR...1
DAFTAR
ISI.2
BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang..........................
.... 3 B. Rumusan
Masalah..........................................................4 C.
Tujuan Penelitian.......4
BAB 2. PEMBAHASAN A. Pengertian Iman, Ilmu dan
Amal...5 1. Pengertian Iman
....5 2. Pengertian
Ilmu..6 3. Pengertian
Amal....6 B. Hubungan
Antara Iman, Ilmu dan Amal.......7 1. Antara
Iman dan Ilmu...7 2. Antara ilmu
dan Amal...8 3. Antara Iman dan
Amal.....10 C. Cara
Menyeimbangkan Antara Iman, Ilmu dan Amal.....12
KESIMPULAN...
...13 DAFTAR PUSTAKA..
...14

3. 3. 3 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah makhluk


yang mengenal makna. Manusia yang bermanfaat adalah manusia yang
kehadirannya dipentas kehidupan memberi makna, meski kehadirannya hanya
sebentar. Sebaliknyamanusia yang kehadirannya tidak memberi makna meski
kehadirannya lama, ia bukanlah manusia yang bermanfaat. Konsep makna
dipengaruhi oleh iman, ilmu dan amal. Dalam islam, antara iman, ilmu dan
amal terdapat hubungan yang terintegrasi kedalam agama islam. Islam adalah
agama yang mengatur tentang kehidupan.Dalam agama islam terkandung tiga
ruang lingkup, yaitu akidah, syariah dan akhlak.Sedangkan iman, ilmu dan
amal berada didalam ruang lingkup tersebut. Iman berorientasi terhadap rukun
iman yang enam, sedangkan ilmu dan amal berorientasi pada rukun islam
yaitu tentang cara ibadah dan pengamalannya. Akidah merupakan landasan
pokok dari setiap amal seorang muslim dan sangat menentukan terhadap nilai
amal, karena akidah ini berurusan dengan hati. Dan akidah sebagai
kepercayaan ini yang melahirkan bentuk keimanan.Sedangkan syariah
adalah peraturan yang diciptakan Allah agar menjadi pegangan bagi manusia
dalam beribadah dan beramal. Artinya syariahlah yang membahas amaliyah
seorang muslim kepada Allah dan kepada sesama manusia, yaitu berupa
perintah dan larangan-Nya. Hubungan manusia dengan Allah melahirkan
rukun islam, sedangkan hubungan manusia dengan manusia melahirkan
adanya muamalah, munakahat, jinayah dan yang lainnya. Intinya orientasi
dari syariah inilah yang melahirkan adanya ilmu dan amal.
4. 4. 4 Manusia sebagai makhluk Allahmempunyai kewajiban atau tanggung
jawab untuk beribdah kepada Allah, namun ibadah ini mempunyai tata cara
dan aturan tertentu. Dengan begitu dibutuhkan ilmu untuk mengetahui cara
ibadah yang benar, itulah mengapa ketiga dasar tersebut tidak dapat
dipisahkan. Meskipun hal yang paling menentukan adalah keimanan/akidah,
tetapi tanpa integrasi ilmu dan amal dalam perilaku kehidupan muslim, maka
keislaman seorang muslim menjadi tidak sempurna, bahkan akan
mengakibatkan degradasi keimanan pada diri muslim, sebab eksistensi
perilaku lahiriyah seorang muslim adalah perlambang batinnya. Dan jika iptek
dikembangkan diatas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal saleh
dan bukan kerusakan alam. Itulah mengapa perlu adanya usaha meningkatkan
dan menyeimbangkan iman, ilmu dan amal. Keutuhan ketiganya dalam
pribadi muslim sekaligus merealisasikan tujuan islam sebagai agama
pembawa kedamaian dan keselamatan. Sebaliknya pengabaian salah satu
komponen tersebut akan menkiatkan kerusakan dan keselamatan. Dengan
kuatnya iman, ilmu dan amal merupakan syarat awal terbentuknya akhlak
yang baik. B. Rumusan masalah 1. Apa pengertian dari iman, ilmu dan amal ?
2. Bagaimana jika iman tanpa ilmu dan amal atau sebaliknya ? 3. Bagaimana
menyeimbangkan antara iman, ilmu dan amal dalam islam?

5. 5. 5 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan


diatas, tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui pengertian dari iman,
ilmu dan amal Untuk mengetahui dan memahami hubungan dari iman, ilmu
dan amal Agar bisa menyeimbangkan antara iman, ilmu dan amal
6. 6. 6 BAB 2 PEMBAHASAN A. Pengertian Iman, Ilmu dan Amal 1.
Pengertian Iman Iman diambil dari bahasa Arab yang artinya peryaca atau
yakin.Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah keyakinan dengan
penuh yang dibenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan
dengan tindakan (perbuatan).Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah
adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan
segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu
diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.
Adapun pengertian iman secara khusus ialah sebagai mana terdapat dalam
rukun iman. Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang
beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas.Apabila
seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak
diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang
tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna.Sebab, ketiga
unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat
dipisahkan. Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar
bagi seseorang. Allah memerintahkan agar ummat manusia beriman kepadaNya, sebagaimana firman Allah:
7. 7. 7 Wahai orang-orang yang beriman.Tetaplah beriman kepada Allah dan
RasulNya dan kitab yang diturunkan sebelumnya.Barangsiapa ingkar kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari
kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.(Q.S. An Nisa :
136) Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada
Allah, maka akan mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak
akan merasakan kebahagiaan dalam hidup. Oleh karena itu, beriman kepada
Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia. 2. Pengertian Ilmu Dari
unsur etimologi, pengertian ilmu didefinisikan sebagai tahuyang kemudian
dijabarkan menjadi kata pengetahuan.Kata ilmu ini sendiri pertama kali
berasal dari bahasa Arab yaitu Alima-yalamu yang artinya memperoleh
hakikat ilmu, mengetahui dan yakin.Selain ilmu yang berasal dari bahasa Arab
muncul pula istilah sains atau science. Namun, pengertian ilmu secara umum
adalah yang sebuah kumpulan pengetahuan yang diatur secara rapid an
sistematis. Kumpulan ini didasarkan dan didapat dari hasil
pengalaman,pengamatan serta penelitian yang kemudian dikaitkan dengan
pemikiran yang cermat dan teliti. Tentunya, hasil dari penelitian tersebut harus
bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan melalui metode yang telah

disusun. Ilmu berarti memehami hakikat sesuatu, baik dengan memahami


esensinya atau memutuskan sesuatu atasnya, baik yang bersifat teoritis
maupun praktis.Untuk ilmu yang bersifat teoritis, jika sudah diketahui,
tuntaslah sebagai mana kita
8. 8. 8 mengetahui berbagai benda semesta.Namun, ilmu yang praktis tidak
dikatakan tuntas sebelum ilmu tersebut diamalkan, seperti pengetahuan
tentang berbagai ibadah. Ilmu pun ada yang bersifat intelektual dan bersifat
samiyah (hanya dipahami melalui pendengaran).Ilmu yang bersifat
intelektual ialah ilmu yang dapat dipahami melalui akal, sedangkan ilmu
samiyah adalah ilmu yang hanya dapat dipahami melalui wahyu. Menurut
pemahaman para sosiolog, ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang
saling menyempurnakan serta kumpulan prinsip dan premis umum yang
berkaitan dengan hakikat fenomena tertentu.Ilmu memiliki unsur bermacammacam diantaranya logika, ilmu hitung, astronomi, psikologi dan yang
lainnya. Dalam hal ini, berdasarkan konsep islam pun , ilmu merupakan
kumpulan pengetahuan yang saling menyempurnakan dan merupakan prinsipprinsip umum yang berkaitan dengan kehidupan itu sendiri. 3. Pengertian
Amal Kata amal artinya pekerjaan.Dalam bahasa Arab kata amal dipakai
untuk semua bentuk pekerjaan.Tidak seperti anggapan sebagian masyarakat
Muslim, yang mengembalikan kata amal dengan kata ibadah dan
memahaminya sebatas kegiatan ritual seperti pergi ke masjid, membaca
Alquran, shalat, puasa, haji, zakat, sedekah, dansebagainya. Dalam Alquran,
kata amal terbagi kepada 'amalus-shalih (pekerjaan baik) dan 'amalun ghairusshalih (pekerjaan yang tidak baik). 'Amalun ghairus-shalih disebut pula
dengan 'amalus-sayyi-ah (amal salah), termasuk pula ke dalam kategori ini
'amalus-syaithan (pekerjaan setan) dan 'amalus-mufsidin (pekerjaan pelaku
kebinasaan).Umat Islam diperintah melakukan 'amalus-shalih dan wajib
menjauhi 'amalus-sayyi-ah.
9. 9. 9 Ada firman Allah SWT: Barangsiapa yang datang dengan (membawa)
kebaikan, maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu;
dan barangsiapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, maka tidaklah
diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu,
melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan. (Q.S.AlQasas: 84). B. Hubungan antara Iman, Ilmu dan Amal 1. Antara Iman danl
Imu Menurut pandangan islam, ilmu bukan berada di belakang iman, apalagi
yang menentangnya seperti yang popular di masyarakat Eropa pada abad-abad
pertengahan. Ajaran islam tidak pernah mengenal pertentangan ilmu dengan
ilmu. Hal seperti itu sama sekali tidak terdapat dalam Kamus Islam, tersirat
maupun tersurat. Adapun dalam agama Nasrani, agama ini memasang fundasi,
bahwa masalah keimanan sama sekali tidak ada kaitannya dengan akal

pikiran. Bahkan iman bertolak belakang dengan pikiran.Iman berada di luar


garis ilmu dan akal.Ia berada dalam lingkaran perasaan dan hati. Dengan
demikian, penerimaan secara rasional bukanlah menjadi syaratsuatu
keyakinan. Yang baik ialah jika ia irasional (diluar jangkaun akal pikiran).
Beda halnya dengan islamyang dalam membangun akidah menolak taklid dan
tabiyah (mengekor) seperti dinyatakan dalam al-Quran:
10. 10. 10 Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang
diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk
kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah
mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang
mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk
(Q.S. Al-Maidah:104) Islam juga tidak membenarkan zhan dan praduga karna
masalah akidah dan tingkat yakin, tidak mungkin dicapai tanpa ilmu. Justru
karena itulah agama islam membantah akidah salib dengan firman Allah:
Dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih,
Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan
tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang
diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang
berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan
tentang yang dibunuh itu.Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa
yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula)
yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. (Q.S.An-Nisa:157) Ilmu
yang benar oleh islam dianggap sebagai pembawa dan penunjuk keimanan.
Allah berfirman: Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini
bahwasanya Al Quran itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman
dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi
Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. (Q.S.AlHajj:54) Ilmu dan iman, tidak ada pemisahnya.Agar mereka tahu, kemudian
beriman.Sedangkan iman diiringi dengan gerak hati dalam bentuk ikhbat
(takut dan segan), khusyu (penuh
11. 11. 11 konsentrasi) kepada Allah.Demikianlah, ilmu membuahkan iman, dan
iman membuahkan ikhbat dan tawadhu kepada Allah Tuhan semesta alam.
Dan pada ayat lain,ilmu dan iman disebut bergandengan, saling bermesraan,
Allah berfirman: Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan
keimanan (kepada orang-orang yang kafir): "Sesungguhnya kamu telah
berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit;
maka inilah hari berbangkit itu akan tetapi kamu selalu tidak meyakini(nya)".
(Q.S.Ar-Rum:56) Ilmu yang benarlah yang menghayati keimanan, dan iman
yang haklah yang melapangkan wawasan ilmu.Dengan demikian keduanya
merupakan sejoli yang saling bertafahum. Bahkan sebagai dua bersaudara

yang saling bekerja sama. Ilmu inilah yang dikehendaki oleh islam, apapun
judul dan bidang bahasanya. Islam menghendaki ilmu yang berada dibawah
naungan iman dan segala nilainya yang luhur. Kearah itulah Islam menuntun
ketika pertama kali Allah berfirman: Bacalah! Dengan menyebut nama
Tuhanmu yang telah menciptakan.(Q.S.Al-Alaq:1). Demikianlah, mengapa
antara iman dan ilmu itu tidak dapat dipisahkan, 2. Antara Ilmu dan Amal
Menurut pandangan islam, selain sebagai penunjuk keimanan, ilmu juga
sebagai petunjuk beramal. Amal dalam islamtidak hanya terbatas pada ibadah
saja, begitu pula ilmu tidak hanya mencakup ilmu fikih dan hokum-hukum
agama saja. Ilmu dalam hal ini mencakup semua yang bermanfaaat bagi
manusia seperti ilmu agama, ilmu social, ilmu alam dan yang lainnya.Ilmuilmu ini jika dikembangkan
12. 12. 12 dengan benar dan baik maka memberikan dampak yang positif bagi
peradaban manusia. Misalnya pengembangan sains akan memberikan
kemudahan dalam lapangan praktis manusia. Demikian juga pengembangan
ilmu-ilmu sosial akan memberikan solusi untuk pemecahan masalah-masalah
di masyarakat. Jadi mengiringi ilmu dengan amal merupakan keharusan.
Dalam pandangan Khalil al-Musawi dalam buku Bagaimana Menjadi Orang
Bijaksana, hubungan ilmu dengan amal dapat difokuskan pada dua hal:
Pertama, ilmu adalah pemimpin dan pembimbing amal perbuatan.Amal bisa
lurus dan berkembang bila didasari ilmu.Berbuat tanpa didasari pengetahuan
tidak ubahnya dengan berjalan bukan di jalan yang benar, tidak mendekatkan
kepada tujuan melainkan menjauhkan. Dalam semua aspek kegiatan manusia
harus disertai dengan ilmu, baik itu yang berupa amal ibadah maupun amal
perbuatan lainnya. Dalam ibadah harus disertai dengan ilmu.Jika ada orang
yang melakukan ibadah tanpa didasari ilmu tidak ubahnya dengan orang yang
mendirikan bangunan di tengah malam dan kemudian menghancurkannya di
siang hari.Begitu juga, hal ini pun berlaku pada amal perbuatan yang lain,
dalam berbagai bidang.Memimpin sebuah negara, misalnya, harus dengan
ilmu. Negara yang dipimpin oleh orang bodoh akan dilanda kekacauan dan
kehancuran. Kedua, sesungguhnya ilmu dan amal saling beriringan.
Barangsiapa berilmu maka dia harus berbuat, baik itu ilmu yang berhubungan
dengan masalah ibadah maupun ilmu-ilmu yang lain. Tidak ada faedahnya
ilmu yang tidak diamalkan.Amal merupakan buah dari ilmu, jika ada orang
yang mempunyai ilmu tapi tidak beramal maka seperti pohon yang tidak
menghasilkan manfaat bagi penanamnya. Begitu pula, tidak ada manfaatnya
ilmu fikih yang dimiliki seorang fakih jika dia tidak mengubahnya menjadi
perbuatan.Begitu juga, tidak ada faedahnya teori13. 13. 13 teori atau penemuan-penemuan yang ditemukan seorang ilmuwan jika
tidak diubah menjadi perbuatan nyata.Karena wujud dari pengetahuan itu

adalah amal dan karya nyatanya. Ilmu tanpa diiringi dengan amal maka hanya
berupa konsep-konsep saja.Ilmu yang tidak dilanjutkan dengan perbuatan,
mungkin kita dapat menyebutnya sebagai pengetahuan teoritis. Namun, apa
faedahnya ilmu teoritis jika kita tidak menerjemahkannya ke dalam ilmu
praktis, dan kemudian meneruskannya menjadi perbuatan yang mendatangkan
hasil? Jika ilmu tidak diimplementasikan maka akan memberikan dampak
yang negatif. Salah-satu penyakit sosial yang paling berbahaya yang melanda
berbagai umat termasuk umat Islam adalah penyakit pemutusan ilmukhususnya ilmu-ilmu agama dari amal perbuatan, dan berubahnya ilmu
menjadi sekumpulan teori belaka yang jauh dari kenyataan dan penerapan.
Padahal, kaedah Islam menekankan bahwa ilmu senantiasa menyeru kepada
amal perbuatan. Keduanya tidak ubahnya sebagai dua benda yang senantiasa
bersama dan tidak terpisah satu sama lain. Jika amal memenuhi seruan ilmu
maka umat menjadi baik dan berkembang. Namun jika tidak, maka ilmu akan
meninggalkan amal perbuatan, dan dia akan tetap tinggal tanpa memberikan
faedah apa pun. Jika demikian nilai apa yang dimiliki seorang manusia yang
mempunyai segudang teori dan pengetahuan namun tidak mempraktikkannya
dalam dunia nyata. Pertalian ilmu dengan amal tidak hanya dituntut dari para
pelajar agama dan para ahli yang mendalami suatu ilmu, melainkan juga
dituntut dari setiap orang, baik yang memiliki ilmu sedikit ataupun
banyak.Namun, tentunya orang-orang yang berilmu memiliki tanggung jawab
yang lebih besar dalam hal ini, karena mereka memiliki kemampuan yang
lebih. Allah SWT berfirman di dalam surat Ash-Shaff, ayat (2-3), Wahai
orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa-apa
14. 14. 14 yang tidak kamu kerjakan. Sungguh besar murka Allah kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. Jika kita memperhatikan
ayat-ayat al-Quran, niscaya kita akan menemukan bahwa al-Quran senantiasa
menggandengkan ilmu dengan amal. Makna ilmu diungkapkan dalam bentuk
kata iman pada banyak tempat, dengan pengertian bahwa iman adalah ilmu
atau keyakinan. Di antaranya ialah :Demi waktu Asar, sesungguhnya
manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan
beramal saleh, dan saling menasihati dalam kebenaran dan kebajikan. (QS.
Al- Ashr:1-3). Dalam ayat lain dikatakan, Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat
tinggal. (QS. Al-Kahfi : 107). Demikian juga dengan ayat, Orang-orang
yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagian dan tempat kembali
yang baik. (QS. Ar-Rad :29) Ayat-ayat tersebut menjelaskan tentang betapa
ilmu dan amal shaleh memiliki kaitan yang erat yang tidak dapat dilepaskan
satu sama lain. Karena keduanya bagai dua keping mata uang, yang saling
memberi arti.Inilah yang sejalan dengan ucapan Imam Ali as, Iman dan amal
adalah dua saudara yang senantiasa beriringan dan dua sahabat yang tidak

berpisah.Allah tidak akan menerima salah satu dari keduanya kecuali disertai
sahabatnya. Dengan perspektif keterpaduan ilmu dan amal, maka akan
memberikan perkembangan kearah perbaikan dalam kehidupan masyarakat.
Masyarakat akan berlomba-lomba dalam memberikan amal shaleh satu sama
lain. Imam Ali as berkata, Jangan sampai ilmumu menjadi kebodohan dan
keyakinanmu menjadi keraguan.Jika engkau berilmu maka beramalah, dan
jika engkau yakin maka majulah. Dengan ilmu yang benar, serta amal shaleh
maka masyarakat bergerak dari kebodohan menuju
15. 15. 15 kepintaran, dari ketertinggalan menuju kemajuan dan dari kehancuran
menuju kebangkitan. 3. Antara Iman dan Amal Secara bahasa "amal" berasal
dari bahasa Arab yang berarti perbuatan atau tindakan, sedangkan saleh berarti
yang baik atau yang patut.Menurut istilah, amal saleh ialah perbuatan baik
yang memberikan manfaat kepada pelakunya di dunia dan balasan pahala
yang berlipat di akhirat.Islam memandang bahwa amal saleh merupakan
manifestasi keimanan kepada Allah SWT.Islam bukan sekadar keyakinan,
melainkan amalan saleh yang mengejawantahkan keyakinan tersebut.Amal
saleh menegaskan prinsip-prinsip keimanan dalam serangkaian aturan-aturan
Allah SWT. Sedangkan amal saleh yang tanpa keimanan akan menjadi
perbuatan yang tidak ada nilainya di hadapan Allah. Sebagai contoh orang
yang dalam kesehariannya suka memberi bantuan kepada siapa saja yang
membutuhkan tetapi tidak dilandasi dengan keimanan kepada Allah, maka
perbuatan tersebut tidak mendapat nilai atau balasan dari Allah.Syarat sahnya
sebuah perbuatan kebaikan seseorang antara lain : a.Amal saleh harus
dilandasi niat karena Allahsemata. b.Amal saleh hendaknya dikerjakan sesuai
dengan Qur'an dan Hadits c.Amal saleh juga harus dilakukan dengan
mengetahui ilmunya Oleh karenanya sebagai seorang hamba Allah kita dalam
berbuat kebaikan harus disertai dengan niat yang ikhlas karena Allah semata,
sesuai dengan tuntunan Al- Qur'an dan Hadits dan tahu ilmunya sehingga
dapat mendatangkan kebaikan bagi si pelaku.
16. 16. 16 Al-Qur'an menyebutkan ungkapan "amal saleh" pada dua tempat, yaitu
Q.S. Al-Fatir 5:10dan Q.S. Attaubah: 120. Ayat pertama mengungkapkan:
"Kepada-Nyalah akan naik perkataan-perkataan yang baik, dan amalan
kebajikan Dia akan mengangkatnya. (Q.S.Fatir:10). Sedangkan, ayat kedua
menjelaskan tentang semua tindakan dalam jihad di jalan Allah sebagaimana
amal saleh. Adapun ayat yang menjelaskan tentang amal yang tidak saleh
(amal gair shalih) dikaitkan dengan pembangkangan kan'an terhadap
seruanayahnya, Nabi Nuh AS (Q.S.Hud:46). Dari apa yang ditemukan pada
ayat-ayat Al-Qur'an diatas, dapat disimpulkan bahwa amal saleh merupakan
wujud dari keimanan seseorang. Artinya, orang yang beriman kepada Allah
SWT harus menampakkan keimanannyadalam bentuk amal saleh.Iman dan

Amal Saleh ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Mereka
bersatu padu dalam suatu bentuk yang menyebabkan ia disebut mata uang.
Iman tanpa Amal Saleh juga dapat diibaratkan pohon tanpa buah. Dengan
demikian, seorang yang mengaku beriman harus menjalankan amalan
keislaman, begitu pula orang yang mengaku islam harus menyatakan
keislamannya. Iman dan Islam seperti bangunan yang kokoh di dalam jiwa
karena diwujudkan dalam bentuk amal saleh yang menunjukkan nilai-nilai
keislaman. C. Cara Menyeimbangankan antara Iman, Ilmu dan Amal Dalam
islam, antara iman, ilmu dan amal terdapat hubungan yang terintegrasi
kedalam agama islam.Islam adalah agama wahyu yang mengatur sistem
kehidupan. Dalam agama islam terkandung tiga ruang lingkup, yaitu akidah,
syariah dan akhlak. Sedangkan iman, ilmu dan amal barada didalam ruang
lingkup tersebut. Iman berorientasi terhadap rukun iman yang enam,
sedangkan ilmu dan amal berorientasi pada rukun islam yaitu tentang tata cara
ibadah dan pengamalanya.
17. 17. 17 Akidah merupakan landasan pokok dari setiap amal seorang muslim
dan sangat menentukan sekali terhadap nilai amal, karena akidah itu berurusan
dengan hati. Akidah sebagai kepercayaan yang melahirkan bentuk keimanan
terhadap rukun iman yang ada enam, yaitu iman kepada Allah, Malaikatmalaikat Allah, kitab-kitab Allah, Rosul-rosul Allah, hari qiamat, dan takdir.
Adapun arti dari syariah adalah peraturan yang diciptakan Allah agar
menjadi pegangan bagi manusia dam beribadah dan beramal. Ini berarti
bahwa syariah membahas amaliyah seorang muslim kepada Allah dan
kepada sesama manusia, yaitu berupa perintah dan larangan-Nya. Perintah dan
larangan Allah melahirkan adanya hukum islam. Hubungan manusia dengan
Allah melahirkan rukun islam, sedangkan hubungan mamusia dengan manusia
melahirkan adanya muamalah, munakahat, jinayah, waratsah, khalifah dan
banyak lagi yang lain. Intinya orientasi dari syariah inilah yang melahirkan
adanya ilmu dan amal. Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai
kewajiban atau tanggung jawab untuk beribadah kepeda Allah, namun ibadah
ini mempunyai tata cara dan aturan sendiri. Dengan begitu dibutuhkan ilmu
untuk mengetahui cara ibadah yang benar, itulah mengapa ketiga dasar
tersebut tidak dapat dipisahkan dan harus utuh. Meskipun hal yang paling
menentukan adalah akidah/iman, tetapi tanpa integritas ilmu dan amal dalam
perilaku kehidupan muslim, maka keislaman seorang muslim menjadi kurang
utuh, bahkan akan mengakibatkan degradasi keimanan pada diri muslim,
sebab eksistensi perilaku lahiriyah seseorang muslim adalah perlambang
batinnya.
18. 18. 18 KESIMPULAN 1. Iman adalah sebuah keyakinan, ilmu adalah
mengetahui dan memahami tentang hakikat sesuatu dan amal adalah

perbuatan yang memberi manfaat kepada pelakunya. 2. Iman, ilmu dan amal
itu diumpakan sebuah pohon. Iman adalah akar, ilmu adalah pohon yang
mengeluarkan dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan sedangkan amal
adalah buah dari pohon tadi, yang melahirkan thnologi dan seni. 3. Seorang
yang berilmu harus memupuknya dengan amal shaleh dengan dasar keimanan
yang benar. Karena diantara ketiganya itu terdapat hubungan yang terintegrasi
kedalam agama islam.
19. 19. 19 DAFTAR PUSTAKA Dr. Ali Abdul Halim Mahmud. 1997. Ikhwanul
Muslimin. Jakarta: Gema Insani Press. Dr. Yusuf Al-Qardlawi. 1991. Metode
dan Etika Pengembangan Ilmu Perspektif Sunnah. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset. Prof. Dr. Zakiah Daradjat, dkk. 1994. Dasar-dasar Agama
Islam. Jakarta: PT Karya Unipress www.fatimah.org/2013/03/07/hubunganilmu-dan-amal/ www.kristifaputri.blogspot.com/2012/10/pengertian-ilmudalam-agama-islam.html
islamagamaku.wordpress.com/2009/07/25/pengertian-iman/

Anda mungkin juga menyukai