makanan (farts) lalu diserap oleh darah (dam) lalu ke kelenjar air susu (QS 16/66),
perlu dicatat bahwa peredaran darah baru ditemukan oleh Harvey 10 abad setelah
wafatnya nabi Muhammad SAW. Ayat bahwa zyangote dikokohkan tempatnya dalam
rahim (QS 22/5), dengan tumbuhnya villis yang seperti akar yang menempel pada
rahim. b. Syarat syarat Dan Sumber IPTEKS Ilmu lebih khusus dibandingkan
dengan pengetahuan. Suatu pengetahuan dapat dikategorikan sebagai ilmu apabila
memenuhi 3 unsur pokok berikut ini: (1) Ontologi artinya bidang studi yang
bersangkutan memiliki object studi yang jelas. Obyek studi sebuah ilmu ada dua yaitu
obyek material dan obyek formal. (2) Epistimologi artinya bidang studi yang
bersangkutan memiliki Aksiologi artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki
nilai metode kerja suatu bidang studi yaitu metode deduksi, induksi, eduksi guna atau
kemanfaatanya. Bidang studi tersebut dapat menunjukan nilai-nilai teoritis, hukumhukum, generalisasi, kecenderungan umum, konsep-konsep dan kesimpulankesimpulan logis, sistematis, dan koheren. (3) Dalam teori dan konsep tersebut tidak
terdapat kerancuan atau kesemerawutan pikiran, atau penentangan kontradiktif
diantara satu sama lain. Sehingga ilmu pengetahuan atau sains didefinisikan sebagai
himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui proses pengkajian dan
dapat diterima oleh ratio atau nalar (pengetahuan sistematis). Aqidah Islam harus
dijadikan basis segala konsep dan aplikasi iptek. Inilah paradigma Islam sebagaimana
yang telah dibawa oleh Rasulullah SAW. Paradigma Islam inilah yang seharusnya
diadopsi oleh kaum muslimin saat ini. Bukan paradigma sekuler. kini umat Islam
telah terjerumus dalam sikap mengekor Barat dalam segala-galanya; dalam
pandangan hidup, gaya hidup, termasuk dalam konsep ilmu pengetahuan.
Bercokolnya paradigma sekuler inilah yang bisa menjelaskan, mengapa di dalam
sistem pendidikan yang diikuti orang Islam, diajarkan system ekonomi kapitalis yang
pragmatis serta tidak kenal halal haram. Eksistensi paradigma sekuler itu menjelaskan
pula mengapa tetap diajarkan konsep pengetahuan yang bertentangan dengan
keimanan muslim. Paradigma sekuler harus diganti dengan paradigma Islam , dimana
Aqidah Islam dijadikan basis bagi bangunan ilmu pengetahuan manusia. Ini tidak
berarti konsep-konsep iptek harus bersumber dari Al-Qur`an dan Al-Hadits, tapi
maksudnya adalah konsep iptek harus distandardisasi benar salahnya dengan tolok
ukur Al-Qur`an dan Al-Hadits dan tidak boleh bertentangan dengan keduanya. Jika
kita menjadikan Aqidah Islam sebagai landasan iptek, bukan berarti bahwa ilmu
astronomi, geologi, agronomi, dan seterusnya, harus didasarkan pada ayat tertentu,
atau hadis tertentu. Kalau pun ada ayat atau hadis yang cocok dengan fakta sains, itu
adalah bukti keluasan ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu, bukan berarti konsep
iptek harus bersumber pada ayat atau hadis tertentu. Ada sekitar 750 ayat dalam Al-
Qur`an brkaitan dengan banyak disiplin ilmu. Ayat-ayat ini menunjukkan betapa
luasnya ilmu Allah sehingga meliputi segala sesuatu, dan menjadi tolok ukur
kesimpulan iptek, bukan berarti bahwa konsep iptek wajib didasarkan pada ayat-ayat
tertentu. Ringkasnya, Al-Qur`an dan Al-Hadits adalah standar (miqyas) iptek, dan
bukannya sumber (mashdar) iptek. Artinya, apa pun konsep iptek yang
dikembangkan, harus sesuai dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits, dan tidak boleh
bertentangan dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits itu. Jika suatu konsep iptek
bertentangan dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits, maka konsep itu berarti harus ditolak.
c. Integrasi Iman, Ilmu, dan Amal Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang
terintegrasi ke dalam suatu sistem yang disebut dinul Islam. Didalamnya ada 3 unsur
pokok, iman, ilmu dan amal sholeh. Dalam Qs ibrahim 24-25 dinyatakan:
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan
kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan
seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia
supaya mereka selalu ingat. keutuhan iman, ilmu dan amal digambarkan sebagai
sebuah pohon yang akarnya menghujam kuat ke bumi, batang menjulang tinggi, dan
mengeluarkan buah di tiap musimnya atas izin Allah. Allah mengumpamakan iman =
akar, ilmu = batang , dan akhlak = buah. Perbuatan baik seseorang tidak akan bernilai
amal saleh apabila perbuatan tersebut tidak dibangun diatas nilai-nilai iman dan ilmu
yang benar. Sama halnya pengembangan ipteks yang lepas dari keimanan dan
ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan
bagi umat manusia dan alam lingkungannya bahkan akan menjadi malapetaka bagi
kehidupannya sendiri. Manusia sebagai makhluk paling sempurna yang diciptakan
Allah, yaitu diciptakan dengan akal. Akal berfungsi untuk berfikir yang akhirnya
menghasilkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Ilmu yang dikembangkan atas
dasar keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT akan memberikan jaminan
kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia termasuk bagi lingkungannya. Allah
berjanji dalam Qs Al Mujadilah 11: Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan d. Tanggung jawab para
ilmuwan Ada dua fungsi utama manusia di dunia, yaitu 'abdun' dan khalifah Allah
dibumi. Esensi dari 'abdun' adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan kepada
kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi khalifah adalah tanggung jawab
terhadap diri sendiri dan alam lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun
lingkungan alam. Dalam kontek 'abdun', manusia menempati posisi sebagai ciptaan
Allah. Posisi ini memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan
patuh terhadap penciptanya. Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah
sebagai pencipta akan menghilangkan rasa syukur atas anugerah yang diberikan Sang
Pencipta berupa potensi yang sempurna yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya
yaitu potensi akal. Manusia diciptakan Allah dengan dua kecenderungan yaitu
kecenderungan kepada ketakwaan dan kecenderungan kepada dan kecenderungan
kepada perbuatan fasik. Dengan kedua kecenderungan tersebut Allah berikan
petunjuk berupa agama sebagai alat manusia untuk mengarahkan potensinya kepada
keimanan dan ketakwaan bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu
amarah. Untuk itu Allah berfirman "wahadainahu najdaini"."Aku tunjukan kamu dua
jalan". Akal memiliki kemampuan untuk memilih salah satu yang terbaik bagi
dirinya. Fungsi yang kedua sebagai Khalifah Allah di bumi, ia punya tanggung jawab
untuk menjaga alam. Manusia diberikan kebebasan untuk memanfaatkan
sumberdaya. Oleh karena itu perlu adanya ilmu dalam memanfaatkan sumberdaya
agar tetap terdapat keseimbangan dalam alam. Kerusakan alam lebih banyak
disebabkan karena ulah manusia sendiri. Sebagaimana firman Allah dalam Qs.Arrum
41: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Untuk
melaksanakan tanggung jawabnya, manusia diberikan keistimewaan berupa
kebebasan untuk berkreasi sekaligus menghadapkan dengan tuntutan kodratnya
sebagai makhluk psikofisik. Namun ia harus sadar akan keterbatasannya yang
menuntut ketaatan dan ketundukan terhadap aturan Allah, baik dalam konteks
ketaatan terhadap perintah beribadah secara langsung (fungsi sebagai abdun) maupun
konteks ketaatan terhadap sunatullah (fungsi sebagai khalifah). Perpaduan antara
tugas ibadah dan khalifah inilah yang akan mewujudkan manusia yang ideal yakni
manusia yang selamat dunia akherat Setelah kita mengetahui betapa tinggi perhatian
Islam terhadap ilmu pengetahuan dan betapa Allah SWT mewajibkan kepada kaum
muslimin untuk belajar dan terus belajar, maka Islampun telah mengatur dan
menggariskan kepada ummatnya agar mereka menjadi ummat yang terbaik (dalam
ilmu pengetahuan dan dalam segala hal) dan agar mereka tidak salah dan tersesat,
dengan memberikan bingkai sumber pengetahuan berdasarkan urutan kebenarannya
sebagai berikut : Al-Quran dan as-Sunnah. Allah SWT telah memerintahkan
hamba-Nya untuk menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai sumber pertama
ilmu pengetahuan. Hal ini dikarenakan keduanya adalah langsung dari sisi Allah
SWT dan dalam pengawasannya, sehingga terjaga dari kesalahan, dan terbebas dari
segala vested interest apapun, karena ia diturunkan dari Yang Maha Berilmu dan Yang
Maha Adil.
yang saling bekerja sama. Ilmu inilah yang dikehendaki oleh islam, apapun
judul dan bidang bahasanya. Islam menghendaki ilmu yang berada dibawah
naungan iman dan segala nilainya yang luhur. Kearah itulah Islam menuntun
ketika pertama kali Allah berfirman: Bacalah! Dengan menyebut nama
Tuhanmu yang telah menciptakan.(Q.S.Al-Alaq:1). Demikianlah, mengapa
antara iman dan ilmu itu tidak dapat dipisahkan, 2. Antara Ilmu dan Amal
Menurut pandangan islam, selain sebagai penunjuk keimanan, ilmu juga
sebagai petunjuk beramal. Amal dalam islamtidak hanya terbatas pada ibadah
saja, begitu pula ilmu tidak hanya mencakup ilmu fikih dan hokum-hukum
agama saja. Ilmu dalam hal ini mencakup semua yang bermanfaaat bagi
manusia seperti ilmu agama, ilmu social, ilmu alam dan yang lainnya.Ilmuilmu ini jika dikembangkan
12. 12. 12 dengan benar dan baik maka memberikan dampak yang positif bagi
peradaban manusia. Misalnya pengembangan sains akan memberikan
kemudahan dalam lapangan praktis manusia. Demikian juga pengembangan
ilmu-ilmu sosial akan memberikan solusi untuk pemecahan masalah-masalah
di masyarakat. Jadi mengiringi ilmu dengan amal merupakan keharusan.
Dalam pandangan Khalil al-Musawi dalam buku Bagaimana Menjadi Orang
Bijaksana, hubungan ilmu dengan amal dapat difokuskan pada dua hal:
Pertama, ilmu adalah pemimpin dan pembimbing amal perbuatan.Amal bisa
lurus dan berkembang bila didasari ilmu.Berbuat tanpa didasari pengetahuan
tidak ubahnya dengan berjalan bukan di jalan yang benar, tidak mendekatkan
kepada tujuan melainkan menjauhkan. Dalam semua aspek kegiatan manusia
harus disertai dengan ilmu, baik itu yang berupa amal ibadah maupun amal
perbuatan lainnya. Dalam ibadah harus disertai dengan ilmu.Jika ada orang
yang melakukan ibadah tanpa didasari ilmu tidak ubahnya dengan orang yang
mendirikan bangunan di tengah malam dan kemudian menghancurkannya di
siang hari.Begitu juga, hal ini pun berlaku pada amal perbuatan yang lain,
dalam berbagai bidang.Memimpin sebuah negara, misalnya, harus dengan
ilmu. Negara yang dipimpin oleh orang bodoh akan dilanda kekacauan dan
kehancuran. Kedua, sesungguhnya ilmu dan amal saling beriringan.
Barangsiapa berilmu maka dia harus berbuat, baik itu ilmu yang berhubungan
dengan masalah ibadah maupun ilmu-ilmu yang lain. Tidak ada faedahnya
ilmu yang tidak diamalkan.Amal merupakan buah dari ilmu, jika ada orang
yang mempunyai ilmu tapi tidak beramal maka seperti pohon yang tidak
menghasilkan manfaat bagi penanamnya. Begitu pula, tidak ada manfaatnya
ilmu fikih yang dimiliki seorang fakih jika dia tidak mengubahnya menjadi
perbuatan.Begitu juga, tidak ada faedahnya teori13. 13. 13 teori atau penemuan-penemuan yang ditemukan seorang ilmuwan jika
tidak diubah menjadi perbuatan nyata.Karena wujud dari pengetahuan itu
adalah amal dan karya nyatanya. Ilmu tanpa diiringi dengan amal maka hanya
berupa konsep-konsep saja.Ilmu yang tidak dilanjutkan dengan perbuatan,
mungkin kita dapat menyebutnya sebagai pengetahuan teoritis. Namun, apa
faedahnya ilmu teoritis jika kita tidak menerjemahkannya ke dalam ilmu
praktis, dan kemudian meneruskannya menjadi perbuatan yang mendatangkan
hasil? Jika ilmu tidak diimplementasikan maka akan memberikan dampak
yang negatif. Salah-satu penyakit sosial yang paling berbahaya yang melanda
berbagai umat termasuk umat Islam adalah penyakit pemutusan ilmukhususnya ilmu-ilmu agama dari amal perbuatan, dan berubahnya ilmu
menjadi sekumpulan teori belaka yang jauh dari kenyataan dan penerapan.
Padahal, kaedah Islam menekankan bahwa ilmu senantiasa menyeru kepada
amal perbuatan. Keduanya tidak ubahnya sebagai dua benda yang senantiasa
bersama dan tidak terpisah satu sama lain. Jika amal memenuhi seruan ilmu
maka umat menjadi baik dan berkembang. Namun jika tidak, maka ilmu akan
meninggalkan amal perbuatan, dan dia akan tetap tinggal tanpa memberikan
faedah apa pun. Jika demikian nilai apa yang dimiliki seorang manusia yang
mempunyai segudang teori dan pengetahuan namun tidak mempraktikkannya
dalam dunia nyata. Pertalian ilmu dengan amal tidak hanya dituntut dari para
pelajar agama dan para ahli yang mendalami suatu ilmu, melainkan juga
dituntut dari setiap orang, baik yang memiliki ilmu sedikit ataupun
banyak.Namun, tentunya orang-orang yang berilmu memiliki tanggung jawab
yang lebih besar dalam hal ini, karena mereka memiliki kemampuan yang
lebih. Allah SWT berfirman di dalam surat Ash-Shaff, ayat (2-3), Wahai
orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa-apa
14. 14. 14 yang tidak kamu kerjakan. Sungguh besar murka Allah kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. Jika kita memperhatikan
ayat-ayat al-Quran, niscaya kita akan menemukan bahwa al-Quran senantiasa
menggandengkan ilmu dengan amal. Makna ilmu diungkapkan dalam bentuk
kata iman pada banyak tempat, dengan pengertian bahwa iman adalah ilmu
atau keyakinan. Di antaranya ialah :Demi waktu Asar, sesungguhnya
manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan
beramal saleh, dan saling menasihati dalam kebenaran dan kebajikan. (QS.
Al- Ashr:1-3). Dalam ayat lain dikatakan, Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat
tinggal. (QS. Al-Kahfi : 107). Demikian juga dengan ayat, Orang-orang
yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagian dan tempat kembali
yang baik. (QS. Ar-Rad :29) Ayat-ayat tersebut menjelaskan tentang betapa
ilmu dan amal shaleh memiliki kaitan yang erat yang tidak dapat dilepaskan
satu sama lain. Karena keduanya bagai dua keping mata uang, yang saling
memberi arti.Inilah yang sejalan dengan ucapan Imam Ali as, Iman dan amal
adalah dua saudara yang senantiasa beriringan dan dua sahabat yang tidak
berpisah.Allah tidak akan menerima salah satu dari keduanya kecuali disertai
sahabatnya. Dengan perspektif keterpaduan ilmu dan amal, maka akan
memberikan perkembangan kearah perbaikan dalam kehidupan masyarakat.
Masyarakat akan berlomba-lomba dalam memberikan amal shaleh satu sama
lain. Imam Ali as berkata, Jangan sampai ilmumu menjadi kebodohan dan
keyakinanmu menjadi keraguan.Jika engkau berilmu maka beramalah, dan
jika engkau yakin maka majulah. Dengan ilmu yang benar, serta amal shaleh
maka masyarakat bergerak dari kebodohan menuju
15. 15. 15 kepintaran, dari ketertinggalan menuju kemajuan dan dari kehancuran
menuju kebangkitan. 3. Antara Iman dan Amal Secara bahasa "amal" berasal
dari bahasa Arab yang berarti perbuatan atau tindakan, sedangkan saleh berarti
yang baik atau yang patut.Menurut istilah, amal saleh ialah perbuatan baik
yang memberikan manfaat kepada pelakunya di dunia dan balasan pahala
yang berlipat di akhirat.Islam memandang bahwa amal saleh merupakan
manifestasi keimanan kepada Allah SWT.Islam bukan sekadar keyakinan,
melainkan amalan saleh yang mengejawantahkan keyakinan tersebut.Amal
saleh menegaskan prinsip-prinsip keimanan dalam serangkaian aturan-aturan
Allah SWT. Sedangkan amal saleh yang tanpa keimanan akan menjadi
perbuatan yang tidak ada nilainya di hadapan Allah. Sebagai contoh orang
yang dalam kesehariannya suka memberi bantuan kepada siapa saja yang
membutuhkan tetapi tidak dilandasi dengan keimanan kepada Allah, maka
perbuatan tersebut tidak mendapat nilai atau balasan dari Allah.Syarat sahnya
sebuah perbuatan kebaikan seseorang antara lain : a.Amal saleh harus
dilandasi niat karena Allahsemata. b.Amal saleh hendaknya dikerjakan sesuai
dengan Qur'an dan Hadits c.Amal saleh juga harus dilakukan dengan
mengetahui ilmunya Oleh karenanya sebagai seorang hamba Allah kita dalam
berbuat kebaikan harus disertai dengan niat yang ikhlas karena Allah semata,
sesuai dengan tuntunan Al- Qur'an dan Hadits dan tahu ilmunya sehingga
dapat mendatangkan kebaikan bagi si pelaku.
16. 16. 16 Al-Qur'an menyebutkan ungkapan "amal saleh" pada dua tempat, yaitu
Q.S. Al-Fatir 5:10dan Q.S. Attaubah: 120. Ayat pertama mengungkapkan:
"Kepada-Nyalah akan naik perkataan-perkataan yang baik, dan amalan
kebajikan Dia akan mengangkatnya. (Q.S.Fatir:10). Sedangkan, ayat kedua
menjelaskan tentang semua tindakan dalam jihad di jalan Allah sebagaimana
amal saleh. Adapun ayat yang menjelaskan tentang amal yang tidak saleh
(amal gair shalih) dikaitkan dengan pembangkangan kan'an terhadap
seruanayahnya, Nabi Nuh AS (Q.S.Hud:46). Dari apa yang ditemukan pada
ayat-ayat Al-Qur'an diatas, dapat disimpulkan bahwa amal saleh merupakan
wujud dari keimanan seseorang. Artinya, orang yang beriman kepada Allah
SWT harus menampakkan keimanannyadalam bentuk amal saleh.Iman dan
Amal Saleh ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Mereka
bersatu padu dalam suatu bentuk yang menyebabkan ia disebut mata uang.
Iman tanpa Amal Saleh juga dapat diibaratkan pohon tanpa buah. Dengan
demikian, seorang yang mengaku beriman harus menjalankan amalan
keislaman, begitu pula orang yang mengaku islam harus menyatakan
keislamannya. Iman dan Islam seperti bangunan yang kokoh di dalam jiwa
karena diwujudkan dalam bentuk amal saleh yang menunjukkan nilai-nilai
keislaman. C. Cara Menyeimbangankan antara Iman, Ilmu dan Amal Dalam
islam, antara iman, ilmu dan amal terdapat hubungan yang terintegrasi
kedalam agama islam.Islam adalah agama wahyu yang mengatur sistem
kehidupan. Dalam agama islam terkandung tiga ruang lingkup, yaitu akidah,
syariah dan akhlak. Sedangkan iman, ilmu dan amal barada didalam ruang
lingkup tersebut. Iman berorientasi terhadap rukun iman yang enam,
sedangkan ilmu dan amal berorientasi pada rukun islam yaitu tentang tata cara
ibadah dan pengamalanya.
17. 17. 17 Akidah merupakan landasan pokok dari setiap amal seorang muslim
dan sangat menentukan sekali terhadap nilai amal, karena akidah itu berurusan
dengan hati. Akidah sebagai kepercayaan yang melahirkan bentuk keimanan
terhadap rukun iman yang ada enam, yaitu iman kepada Allah, Malaikatmalaikat Allah, kitab-kitab Allah, Rosul-rosul Allah, hari qiamat, dan takdir.
Adapun arti dari syariah adalah peraturan yang diciptakan Allah agar
menjadi pegangan bagi manusia dam beribadah dan beramal. Ini berarti
bahwa syariah membahas amaliyah seorang muslim kepada Allah dan
kepada sesama manusia, yaitu berupa perintah dan larangan-Nya. Perintah dan
larangan Allah melahirkan adanya hukum islam. Hubungan manusia dengan
Allah melahirkan rukun islam, sedangkan hubungan mamusia dengan manusia
melahirkan adanya muamalah, munakahat, jinayah, waratsah, khalifah dan
banyak lagi yang lain. Intinya orientasi dari syariah inilah yang melahirkan
adanya ilmu dan amal. Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai
kewajiban atau tanggung jawab untuk beribadah kepeda Allah, namun ibadah
ini mempunyai tata cara dan aturan sendiri. Dengan begitu dibutuhkan ilmu
untuk mengetahui cara ibadah yang benar, itulah mengapa ketiga dasar
tersebut tidak dapat dipisahkan dan harus utuh. Meskipun hal yang paling
menentukan adalah akidah/iman, tetapi tanpa integritas ilmu dan amal dalam
perilaku kehidupan muslim, maka keislaman seorang muslim menjadi kurang
utuh, bahkan akan mengakibatkan degradasi keimanan pada diri muslim,
sebab eksistensi perilaku lahiriyah seseorang muslim adalah perlambang
batinnya.
18. 18. 18 KESIMPULAN 1. Iman adalah sebuah keyakinan, ilmu adalah
mengetahui dan memahami tentang hakikat sesuatu dan amal adalah
perbuatan yang memberi manfaat kepada pelakunya. 2. Iman, ilmu dan amal
itu diumpakan sebuah pohon. Iman adalah akar, ilmu adalah pohon yang
mengeluarkan dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan sedangkan amal
adalah buah dari pohon tadi, yang melahirkan thnologi dan seni. 3. Seorang
yang berilmu harus memupuknya dengan amal shaleh dengan dasar keimanan
yang benar. Karena diantara ketiganya itu terdapat hubungan yang terintegrasi
kedalam agama islam.
19. 19. 19 DAFTAR PUSTAKA Dr. Ali Abdul Halim Mahmud. 1997. Ikhwanul
Muslimin. Jakarta: Gema Insani Press. Dr. Yusuf Al-Qardlawi. 1991. Metode
dan Etika Pengembangan Ilmu Perspektif Sunnah. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset. Prof. Dr. Zakiah Daradjat, dkk. 1994. Dasar-dasar Agama
Islam. Jakarta: PT Karya Unipress www.fatimah.org/2013/03/07/hubunganilmu-dan-amal/ www.kristifaputri.blogspot.com/2012/10/pengertian-ilmudalam-agama-islam.html
islamagamaku.wordpress.com/2009/07/25/pengertian-iman/